PERAN
KEBANGSAAN
MUHAMMADIYAH
M Naufal Faruq (200313183)
Meiva Aulia Ayu N (200313158)
Bagian 1
Bangsa Sebagai
Komunitas Terbayang
Benedict Anderson (1983)
para anggota bangsa terkecil sekali pun tidak akan tahu dan kenal sebagian besar anggota
lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka, bahkan mungkin pula tidak pernah
jalin a n
Publikasi cetak
Iden tita s Sedjak tahun 1915
Majalah
Pamflet
Peran Kebangsaan
Muhammadiyah
tujuan-tujuan mulia.
Bagian 2
TIGA STANDAR
PERAN MUHAMMADIYAH
KEBANGSAAN MUHAMMADIYAH
fASE HINDIA-TIMUR
1912-1942
4 Peristiwa Penting pada fase ini:
majalah Soeara Aisjijah yang sudah dirintis melalui lembaran Isteri-Islam tahun 1925
1942-1945
Ki Bagus Hadikusumo, Soekarno, dan Mohammad Hatta, diundang Pemerintah Jepang di Tokyo. Menurut
Hatta ini tidak lain adalah pembuangan politik. Di sana, ketiganya bertemu dengan Perdana Menteri
Jenderal Tojo, Count Kodama, dan Kaisar Hirohito “Showa” Tenno Heika. Kaisar menganugerahi ketiganya
Bintang Ratna Suci. Peristiwa ini menggemparkan golongan Kenpentai atau pemerintah militer di
Indonesia (Hatta, 1982). Sebab utamanya karena Kaisar yang begitu jarang bersalaman dengan
Keberangkatan Ki Bagus, Soekarno dan Hatta ke Tokyo menjadi pembuka jalan kemerdekaan Indonesia.
Seperti diceritakan Hatta dalam biografinya, dengan dianugerahinya mereka bertiga Bintang Ratna Suci,
fASE Kemerdekaan RI
1945
Satu tokoh Muhammadiyah akan diajukan sebagai simbol peran kebangsaan, yakni Mr. Kasman
Singodimedjo. Dua belas hari setelah deklarasi Kemerdekaan, Kasman ditunjuk menjadi Ketua Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) atau cikal bakal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tepatnya antara
tanggal 29 Agustus hingga 16 Oktober 1945. KNIP merupakan badan pembantu Presiden. KNIP Pusat
Kasman menduduki jabatan penting selama tahun awal Kemerdekaan. Kasman merupakan Jaksa
Agung Republik Indonesia yang pertama. Ia menjabat posisi itu antara tanggal 6 November 1945 hingga
tanggal 10 Mei 1946. Kemudian, Kasman menjabat Jenderal Mayor sebagai Kepala Urusan Kehakiman
dan Mahkamah Tinggi Kementrian Pertahanan RI antara tanggal 20 Mei 1946 hingga 22 Juni 1946.
Halaman 10
Sejumlah peristiwa penting yang melibatkan tokoh Muhammadiyah tidak terelakkan lagi. Di antaranya
...yang berakhir pencoretan “tujuh kata” Piagam Jakarta (versi pertama Pancasila). Dan ini memicu
polemik berkepanjangan
Halaman 11
Muhammadiyah fokus pada pendirian sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit. terbukti, selama era ini,
peningkatan mutu amal usaha Muhammadiyah makin membaik. Kreativitas dakwah dialihkan untuk
intervensi. Tokoh Muhammadiyah seperti Buya Hamka juga tidak segan-segan menarik diri dari
jabatannya sebagai Ketua MUI yang pertama ketika intervensi mulai masuk ke dalam organisasi tersebut.
Puncaknya relasi antara Muhammadiyah dan negara adalah aturan pemberlakuan asas tunggal.
Beruntung, KH. AR. Fakhruddin yang menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah berhasil mengatasi
Muhammadiyah merumuskan konsep jihad konstitusi, yang tujuan pokoknya adalah meluruskan produk
aturan supaya harmonis dengan cita-cita Pancasila dan UUD 1945. Berkaitan dengan ini, Muhammadiyah
mendapat apresiasi dari publik karena berhasil menggugat UU Migas dan UU Privatisasi Air.
Selama masa reformasi, Muhammadiyah berhasil mengukuhkan diri sebagai elemen masyarakat sipil
yang paling penting. Terbukti dengan mempelopori pembentukan lembaga lingkungan hidup (kemudian
menjadi Majelis Lingkungan Hidup), mitigasi kebencanaan (Sekarang bernama Muhammadiyah Disaster
Management Crisis atau MDMC) dan kini selama pandemi ada Muhammadiyah Covid-19 Command
Center (MCCC).
Tak kalah monumentalnya adalah pada tahun 2016 Muhammadiyah merumuskan konsep Darul Ahdi
wa Syahadah. Tujuan konsep ini adalah mengukuhkan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Sungguh bukan hanya ketika Indonesia