Anda di halaman 1dari 25

VERSI YUDI LATIF (2011)

1) Fase Pembuahan; 2) Fase Perumusan; 3)

3
Fase Pengesahan

VERSI PRANARKA (1985)


ditambahkan oleh Joko Siswanto (2015: 12),
yakni: 1) Fase penemuan dan perumusan; 2)
Fase ideologis; 3) Fase reflektif; 4) Fase

PERIODESASI kritik; 5) Fase revitalisasi dan Fase


refungsionalisasi.

PANCASILA VERSI PUSAT MPK UB (2019)


1) Fase Pra-Kemerdekaan (zaman purbakala
dan zaman kerajaan nusantara, zaman
pergerakan nasional); 2) Fase saat dan setelah
kemerdekaan (perumusan, demokrasi
terpimpin, orde baru, reformasi).
ZAMAN PURBAKALA
• Zaman purbakala masyarakat
nusantara sudah hidup dengan
sikap religius-spiritual yang
dikenal dengan animisme dan
dinamisme.
• Tuhan telah menyejarah dalam
ruang publik nusantara
bersendikan harmonisasi alam
dan manusia.
• Hal-hal religius dan kemanusiaan
menjadi ukuran dan membentuk
struktur masyarakat.
ZAMAN KERAJAAN NUSANTARA
KERAJAAN
KUTAI KARTANEGARA
Kerajaan Kutai Kartanegara telah
mengenal dan menemukan nilai-
nilai seperti nilai sosial politik, dan
Ketuhanan dalam kegiatan
kenduri dan sedekah kepada para
Brahmana. Hal ini terkait dengan
nilai-nilai integrasi sosial,
kebersamaan, serta nilai
ketuhanan (Kaelan, 2000: 29).
KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya telah mengenalkan
nilai-nilai maupun pandangan-pandangan
tentang dasar kesatuan, yakni kerajaan. Di
dalamnya, raja dianggap merupakan pusat
kekuasaan dan kekuatan religius karena
mampu mempertahankan kewibawaannya
terhadap para datu (raja-raja kecil). Selain
itu selama kekuasaan Sriwijaya, nilai-nilai
kemasyarakatan dan ekonomi juga telah
mengemuka dan terjalin satu sama lain
dengan nilai internasionalisme dalam
bentuk hubungan dagang yang terentang
dari pedalaman sampai ke negeri-negeri
seberang lautan (Suwarno, 1993: 20-21).
KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit dikenal sumpah palapa patih Gajah Mada:
Tidak akan berhenti bekerja, sebelum nusantara bersatu. Di
bawah pemerintahan raja Prabhu Hayam Wuruk, Gajah Mada
telah berhasil menyatukan nusantara. Semboyan dan Istilah-
istilah seperti Bhinneka Tunggal Ika, Nusantara, Pancasila sudah
ada pada periode ini. Tiga istilah ini konon terdapat dalam
kakawin Nagarakertagama karangan empu Prapanca dan kitab
Sutasoma karangan Empu Tantular, meski dengan pengertian
dan pemaknaan sedikit berbeda….
.... Dalam kitab tersebut istilah
Pancasila, di samping mempunyai
arti “berbatu sendi yang lima”
(dalam bahasa Sansekerta), juga
mempunyai arti “pelaksanaan
kesusilaan yang lima” (Pancasila
Krama), yaitu:
1. Tidak boleh melakukan
kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk
minuman keras

(Darmodihardjo, 1978: 6).


KERAJAAN ISLAM
Islam sebagai agama baru telah mulai
dipeluk oleh banyak Kerajaan-kerajaan
di Nusantara. Tentu agama baru ini
telah banyak memberi sumbangsih
bagi terbentuknya pandangan dunia
baru bagi masyarakat Nusantara.
Dengan karakter egaliter, yakni
menampik stratifikasi kasta di masa
lalu, Islam telah memberi daya dorong
terbentuknya masyarakat religius
baru dengan penekanan pada nilai-
nilai kesamaan yang merupakan hak
yang melekat pada diri manusia.
KERAJAAN ISLAM
Konsep kesatuan ummah, juga telah
menyorongkan konsep baru bernama persatuan.
Dengan kesamaan identitas agama, kerajaan-
kerajaan di nusantara—seperti Kerajaan
Samudera Pasai di Sumatera, Kesultanan Islam
Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang,
Kesultanan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan
Ternate, Tidore, Bacan, Kerajaan Jailolo, dan
Kerajaan Goa Makasar, serta lainnya—semakin
intensif untuk menjalin kerjasama mereka dalam
mengusir penjajah Belanda yang telah merebut
hak kekuasaan sosial, teritori, ekonomi, maupun
politik di wilayah masing-masing.
ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL
Sejak 1924 Perhimpunan Tan Malaka menulis Naar de Republik Indonesia
Indonesia (PI) mulai berani (menuju republik Indonesia merdeka). Tjokroaminoto,
mencita-citakan Indonesia pemimpin Sarikat Islam (SI) mengkonsepsikan
Merdeka. Dengan prinsip: sintesis antara Islam, sosialisme, dan demokrasi.
persatuan nasional,
solidaritas, non-kooperasi,
dan kemandirian (self-help).
Ir. Soekarno, dalam Majalah
Indonesia Moeda, telah menulis
Indische Partij menyuarakan
esai berjudul: “Nasionalisme,
tema persatuan nasional,
kalangan komunis menyuarakan Islamisme, dan Marxisme” yang
Politik Etis Belanda platform non-kooperasi, memimpikan persatuan dan
organisasi Sarekat Islam (SI) sintesis ideologi-ideologi besar
menyuarakan kemandirian, dan sebagai konstruksi kemerdekaan
solidaritas yang menyatukan dan kebangsaan Indonesia.
ketiga gagasan itu.
SUMPAH
PEMUDA!
Puncak dari Zaman Pergerakan Nasional adalah
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928
ZAMAN KEMERDEKAAN

Jepang berusaha menarik


Pada 9 Maret 1942, simpati pemuda Indonesia
Hindia-Belanda untuk memobilisir tentara Jepang Kalah Perang
(Indonesia) dikuasai Dai guna mendukung perangnya kemudian mengulang
Nippon. Awalnya di Asia Timur Raya. Dengan kembali janji
Indonesia merupakan motif inilah, Jepang kemerdekaan bagi
front ABCD dari memberikan janji Indonesia tanpa
persekutuan negara AS, kemerdekaan bagi Indonesia syarat pada 29 April
Inggris, China, dan kelak “di masa depan”. Janji 1945.
Belanda (Fauzi, 1983: 42- ini diucapkan oleh Perdana
43). Menteri Kaiso pada tanggal 7
September 1944.
Dibentuk Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK).

Maka Pancasila sebenarnya


secara defenitif dimulai dan
dirintis sejak berdirinya
BPUPK, yakni sebuah
lembaga bentukan Jepang
ZAMAN KEMERDEKAAN
Tugas BPUPK adalah menyelidiki dan mengumpulkan
usul-usul tentang rencana kemerdekaan Indonesia
untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah
Jepang. Setelah itu akan dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Keanggotaan BPUPK ini secara resmi dilantik pada
tanggal 28 mei 1945 dengan ketua Dr. KRT Radjiman
Widyadiningrat dan dua orang wakil ketua: R.P.
Anggota BPUPK awalnya berjumlah 63 orang, Soeroso dan Ichtibangase (jepang).
bertambah menjadi 69 orang. Jepang dengan
sengaja membagi anggota badan ini dari lima
golongan perwakilan: golongan pergerakan, Golongan ini terdiri Tionghoa (4 orang), peranakan
golongan Islam, golongan birokrat (kepala Arab (1 orang), dan peranakan Belanda (1 orang).
jawatan), wakil kerajaan (kooti), pangreh praja Juga terdiri dua orang wanita yakni ny. Maria Ulfa
(bupati/walikota/risiden/wakil residen), dan Santoso dan R.S.S. Soenarjo Mangoenpoespito.
golongan peranakan. Serta 7 orang perwakilan orang jepang (Latif,
2011: 9; Suhadi, 2001: 39).
Pada sidang BPUPK pertama tanggal 29 mei
ZAMAN KEMERDEKAAN 1945, Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku
ketua, meminta dan sekaligus menantang
kepada sidang untuk mencari dan
mengemukakan dasar (negara) Indonesia
merdeka

Dalam sidang pertama ini (29 mei 1945-1 Juni


1945), beberapa anggota muncul
menyampaikan gagasannya seputar dasar
negara untuk Indonesia merdeka nanti, mulai
dari Muhammad yamin, Wiranata koesoema,
Soerio, Suranto tirtoprodjo, Dasaad, Agoes
Salim, Andoel Rachiem Pratalykama, Abdul
Kadir, K.H. Sanoesi, Ki Bagus Hadikoesoema,
Soepomo, dan Moehammad Hatta. Usul para
anggota sidang ini kebanyakan masih bersifat
“serabutan” dan belum dirumuskan secara
Sidang BPUPK Pertama sistematis.
ZAMAN KEMERDEKAAN
MUHAMMAD YAMIN SOEPOMO
(29 Mei 1945) (31 Mei 1945)

1. Peri Kebangsaan 1. Ketuhanan


2. Peri Kemanusiaan 2. Kemanusian
3. Peri Ketuhanan 3. Persatuan
4. Peri Kerakyatan 4. Permusyarawatan
5. Kesejahteraan 5. Keadilan/
Rakyat Kesejahteraan
ZAMAN KEMERDEKAAN
Dalam kategorisasi Yamin, tidak semua
Soepomo menyebut
prinsip itu dimasukkan dalam dasar
prinsip-prinsip itu dalam
negara. “Permusyawaratan”, “perwakilan”,
hubungannya dengan
dan “kebijaksanaan” disebut sebagai
konsep negara
“dasar”, sementara “kebangsaan”,
integralistik.
“kemanusiaan”, dan “kesejahteraan”
disebut sebagai “asas”. Yamin
Alhasil, yang dimaksud
mencapuradukkan antara “dasar negara”
dasar negara oleh Yamin
dan “bentuk negara”, bahkan yang
dan Soepomo bukanlah
dimaksud dengan dasar negara termasuk
dalam pengertian dasar
juga pembelaan negara, budi-pekerti
falsafah, namun lebih
negara, penduduk negara, bahkan tentang
kepada bentuk negara.
hak tanah.
Soekarno dalam pidatonya 1 Juni
1945 menjawab tantangan atau
pemintaan ketua sidang BPUPK
tentang philosofische grondslag
dengan penjelasan yang runtut,
solid, dan koheren :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme/
Perikemanusiaan
3. Mufakat/Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

(Latif, 2011: 11-17)


Soekarno Berpidato dalam Rapat
Ke lima prinsip ini oleh soekarno diberi
nama “Pancasila”. Seperti
dikatakannya: “Dasar-dasar negara
telah saya usulkan. Bilanganya lima. Dapat diperas menjadi Tri
Inikah panca dharma? Bukan! Nama Sila dan dapat diperas
Panca Dharma tidak tepat di sini. lagi menjadi Eka Sila. Tri
Dharma berarti kewajiban, sedangkan Sila meliputi: socio-
kita membahas dasar...Namanya nationalisme, socio
bukan Panca Dharma, tetapi—saya democratie dan ke-
namakan Pancasila. Sila artinya asas Tuhanan. Sedangkan Eka
atau dasar, dan di atas ke lima dasar Sila “Gotong Royong”.
itulah kita mendirikan negara
Indonesia, kekal, dan abadi”
(Soekarno: 1984; 154).
PANITIA DELAPAN
Untuk mempertimbangkan semua
usul tersebut, BPUPK tanggal 1
Juni 1945 membentuk “Panitia
Delapan”. Anggotanya yakni:

1. Ir. Soekarno (Ketua)


2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta

(Fauzi, 1983: 51)


PANITIA SEMBILAN
Dibentuk panitia kecil yang
dikenal sebagai “Panitia 9”,
yakni:
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
PANITIA SEMBILAN

Panitia 9 bertugas merumuskan Rancangan


Mukadimah (Pembukaan) Hukum Dasar, yang hasilnya
dinamakan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
ZAMAN KEMERDEKAAN
Karena desakan tersebut, Hatta
Pengesahan Rancangan Pembukaan akhirnya menemui perwakilan golongan
UUD (baca: Piagam Jakarta) yang Islam dan membujuk mereka supaya
telah disetujui di BPUPK akhirnya di menyetujui penghapusan “tujuh kata”
bawa ke rapat PPKI. seperti dalam keputusan sebelumnya.

01 02 03 04

Pada 7 Agustus 1945 BPUPK Pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari,
sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan,
dibubarkan, lalu pada 9
Bung Hatta mengaku menerima
Agustus dibentuk panitia
sekelompok utusan daerah dari Indonesia
persiapan kemerdekaan Timur. Mereka mengusulkan tujuh kata di
Indonesia (PPKI) belakang kata “ketuhanan” dihapus
Sidang PPKI tanggal
18 Agustus 1945
mengesahkan rancangan
pembukaan UUD 1945
(piagam Jakarta, dengan
pencoretan “tujuh kata”)
menjadi undang-undang
dasar RI 1945 secara
resmi serta mengangkat
Soekarno dan Mohammad
Hatta sebagai Presiden dan
Wakil Presiden Republik
Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai