Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan selama empat hari, berturut-turut yang tampil
menyampaikan pidato usulan dasar negara adalah: tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin, 31
Mei 1945 Prof. Soepomo, dan 1 Juni 1945 Ir. Soekarno. Secara historis proses perumusan
Pancasila dapat dijelaskan secara singkat, adalah sebagai berikut.
2. Teori Golongan (class theory) yaitu negara didirikan oleh golongan yang ekonominya kuat
untuk menumpas golongan ekonomi yang lemah. Menurut teori ini negara dan pemerintahan
tidak akan stabil karena golongan yang ditindas pasti akan menyusun kekuatan untuk
menurunkan golongan yang berkuasa.
3. Teori Integralistik yaitu negara didirikan oleh semua lapisan masyarakat dengan tujuan
untuk mencapai kesejahtraan bersama. Menurut Drs. Muh. Hatta teori ini yang paling tepat bagi
bangsa Indonesia.
c. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Soepomo dalam usulannya menyebutkan syarat mutlak suatu Negara harus meliputi; ra
kyat, wilayah, pemerintah, dan ideologi (konstitusi dan pandangan hidup). Dengan
menyebutkan beberapa teori negara, salah satu yang patut menjadi catatan adalah paham
negara integralistik; menurut paham ini negara bukanlah untuk menjamin seseorang atau
golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat secara keseluruhan sebagau suatu
kesatuan yang integral. Dengan demikian yang terpenting dalam suatu negara adalah
penghidupan bangsa seluruhnya, negara tidak memihak kepada golongan yang paling kuat
atau besar, tidak memandang kepentingan seseeorang sebagai pusat, akan tetapi negara
menjamin keselamatan hidup bangsa keseluruhan sebagai satu kesatuan yang utuh.
Kemudian Soepomo mengemukakan tiga permasalahan, yakni: 1)
Persatuan Negara, Negara Serikat Persekutuan Negara, 2) Hubungan antar negara dan
agama, dan 3) Republik atau Monarkhi. Akhirnya disekapati dalam persidangan, bahwa;
disetujui negara nasional, menolak negara federal, kepala negara adalah pemimpin negara dan
rakyat seluruh negara, dan negara bersifat kekeluargaan. Mengerti Pancasila: Paradigma Baru
Pendidikan Pancasila | Kaitannya dalam dasar filsafat Negara Indonesia, Soepomo
mengusulkan rumusan sila-sila sebagai berikut.
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
Usulan yang diajukan oleh Soekarno ini, oleh beliau diberi nama
Pancasila. Menurut Soekarno kelima sila tersebut dapat dipera menjadi ‘Tri Sila’, meliputi: 1)
Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari Kebangsaan (nasionalisme) dengan
Perikemanusiaan (internasionalisme), 2) Sosio demokrasi merupakan sintesa dari Mufakat
(demokrasi) dan Kesejahteraan Sosial, serta 3) Ketuhanan. Selain itu Soekarno juga
mengusulkan bahwa ‘Tri Sila’ tersebut masih dapat diperas lagi menjadi ‘Eka Sila’ dengan inti
‘gotong royong’. Soekarno juga mengusulkan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Philosophische groondslag yang setara dengan
aliran-aliran faham ideologi dunia lain. Sebagai weltanschauung itulah kita dirikan negara
Indonesia, memang suatu kupasan yang sangat menarik atas usulan Soekarno, selain
disampaikan secara lisan, belaui juga membandingkan filsafat negara Pancasila dengan
ideologi dunia yang lain, seperti Liberalisme, Komunisme, San Min Chui, dan lain sebagainya.
Tentang nama Pancasila sebagai dasar negara ini diterima secara bulat oleh sidang
BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945.
Jadi dapatlah dikatakan bahwa nilai-nilai religius sosial dan politik yang merupakan materi
Pancasila sudah muncul sejak memasuki zaman sejarah (Suwarno, 1993: 23-24). Bahkan,
pada masa kerajaan ini, istilah Pantjasila dikenali yang terdapat dalam buku Nagarakertagama
karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut istilah
Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dalam bahasa Sansekerta),
juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pantjasila Krama), yaitu;
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras (Darmodihardjo, 1978: 6).
3. peristiwa dan dinamika yang terjadi di masyarakat dengan praktik ideal Pancasila
4. nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan negara
5. pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif Pancasila
6. nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban warga negara
Untuk isi Civic Disposition perihal Pancasila dapat diketahui dari
rumusan Kompetensi inti 1 dan Kompetensi inti 2 yang masing masing berisikan
sikap spiritual dan sikap sosial. Kompetensi inti 1 dan Kompetensi inti 2
terjabarkan lagi kedalam Kompetensi Dasar kelompok 1 dan 2. Rumusan yang
merupakan Civic Disposition perihal Pancasila itu sebagai berikut :
pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Berdasar pada temuan penelitian, maka isi atau konten materi Pancasila
yang terdapat pada PKn dalam statusnya sebagai mata pelajaran di sekolah dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori. Pertama, materi yang berisikan status,
kedudukan, peran, atau fungsi Pancasila pada kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia berikut penjelasan akan kedudukan tersebut. Status,
kedudukan, peran, atau fungsi Pancasila menurut Notonagoro (1980) diistilahkan
sebagai rumus Pancasila, sedang menurut Pranarka (1985) disebutnya eksistensi
Pancasila. Dua, materi yang berisikan isi yang terkandung dari konsep Pancasila
itu sendiri. Berdasar pengkategorian ini, dapat disimpulkan materi Pancasila
dalam PKn berisikan dua hal yakni perihal rumus atau eksistensi dan perihal isi
atau substansi Pancasila.
Kategori status dan pengertian Pancasila tersebut, sebagai berikut;
Dengan temuan penelitian ini, penulis menyatakan bahwa muatan
Pancasila dalam PKn di Indonesia berkembang dari muatan perihal status,
kedudukan, fungsi Pancasila berikut penjabarannya atau “rumus” Pancasila, lalu
berkembang menjadi muatan perihal isi, tafsir, kandungan dari tiap sila Pancasila
berikut penjabarannya atau “isi” Pancasila dan muatan berupa “perspektif”
Pancasila terhadap suatu kajian dalam PKn. Tahapan pertama dilakukan melalui
pelajaran PMP 1975/1984 dan buku PKn/Civics “Manusia dan Masyarakat Baru
Indonesia” 1960. Tahapan kedua termuat dalam pelajaran PPKn 1994 yang
didalamnya memuat “isi” dari Pancasila yakni nilai norma Pancasila berikut pengamalannya.
Tahapan ketiga, yakni menjadikan Pancasila sebagai core-nya PKn di Indonesia masih
merupakan idealisme, sebab isi kajian Pancasila dalam PKn maupun isi PKn sendiri belum
menampakkan hal tersebut. Gambaran atas perkembangan materi atau konten Pancasila
dalam PKn tersebut dapat penulis skemakan sebagai berikut;
Skema 1
Perkembangan materi Pancasila dalam PKn Dengan gambaran ini, penulis berpendapat
bahwa pembelajaran Pancasila dalam PKn dapat dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan, yakni 1)
Pembelajaran tentang Pancasila, bermakna membelajarkan konten perihal “rumus” Pancasila
yakni status, kedudukan, fungsi, arti pentingnya dalam kehidupan bernegara Materi “rumus”
Pancasila Materi “isi” Pancasila Materi “perspektif” Pancasila 8 berikut penjabarannya yang
diharapkan bermuara pada pemahaman Pancasila, 2) Pembelajaran ber-Pancasila, bermakna
membelajarkan nilai dan norma sebagai “isi” daripada Pancasila yang diharapkan terwujud dan
sikap dan perilaku warga negara yang berdasar Pancasila, dan 3) Pembelajaran untuk
Pancasila, bermakna membelajarkan kajian-kajian dalam PKn menurut “perspektif” Pancasila,
yang diharapkan Pancasila menjadi sudut pandang terhadap setiap materi PKn.
Ketiga tahap pembelajaran Pancasila ini dapat diskemakan sebagai berikut;
Skema 2
Tiga Tahapan Pembelajaran Pancasila dalam PKn Materi Pancasila yang terdapat dalam PKn
dewasa ini yakni materi “rumus” dan “isi ” Pancasila telah memungkinkan PKn menjalankan
fungsinya sebagai pendidikan nilai-moral, pendidikan kebangsaan dan pendidikan politik
dan hukum. Materi Pancasila pandangan hidup bangsa beserta kandungan sila-sila yang
termuat didalamnya menjadikan PKn berfungsi sebagai pendidikan nilai- moral. Materi
Pancasila ideologi kebangsaan beserta kandungan sila-sila yang termuat didalamnya
menjadikan PKn berfungsi sebagai pendidikan kebangsaan. Materi Pancasila dasar negara
beserta kandungan sila-sila yang termuat didalamnya menjadikan PKn berfungsi sebagai
pendidikan politik dan hukum.
Daftar Pustaka
Ansyar, Muhammad. (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum . Jakarta :
P2LPTK. Ditjend Pendidikan Tinggi, Depdikbud
Bourchier, David .(2007). Pancasila Versi Orde Baru dan Asal Muasal Negara
Organis. Terj. Agus Wahyudi. Yogyakarta : Aditya Media dan PSP UGM.
Brameld, Theodore. (1965). Education as Power. USA: Holt, Riverhart and
Winston, Inc.
Branson, S Margaret. (1998). “The Role of Civic Education, A Forthcoming
Education Policy” Task Force Position Paper from the Communitarian
Network. Tersedia di www.civiced.org. Di akses tanggal 17 Agustus 2009.
Brubacher, John Seiler. (1939). Modern Philoshopies of Education. New York:
Mc Graw-Hill Book Company Inc.