DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial” ini. Tak lupa shalawat dan salam kita hanturkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai junjungan kita.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Kebijakan Pemerintah Dalam
Pembangunan Kesehatan yang sedang diikuti oleh penyusun dalam perkuliahan di Poltekkes
Kemenkes Semarang. Penyusun juga ingin berterima kasih kepada dosen mata kuliah
Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Kesehatan ini atas bimbingannya.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1................................................................................................... Latar Belakang
............................................................................................................................1
1.2.............................................................................................. Rumusan Masalah
............................................................................................................................2
1.3................................................................................................................. Tujuan
............................................................................................................................2
1.4............................................................................................................... Manfaat
............................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Sejarah BPJS..................................................................................................... 3
2.2 Definisi BPJS..................................................................................................... 7
2.3 Fungsi, Tugas, dan Wewenang BPJS.............................................................. 10
2.4 Manfaat BPJS.................................................................................................... 15
2.5 Pembiayaan BPJS............................................................................................. 15
2.6 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan........................................................... 17
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 18
3.2 Saran................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah singkat BPJS
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian BPJS
3. Untuk mengetahui fungsi, tugas, dan wewenang BPJS
4. Untuk mengetahui manfaat BPJS
5. Untuk mengetahui pembiayaan BPJS
6. Untuk mengetahui Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini, yaitu :
1. Dapat mengetahui sejarah singkat BPJS
2. Dapat mengetahui definisi BPJS
3. Dapat mengetahui fungsi, tugas, dan wewenang BPJS
4. Dapat mengetahui manfaat BPJS
5. Dapat mengetahui pembiayaan BPJS
6. Dapat mengetahui Cara pembayaran fasilitas kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
5
menentukan siapa BPJS dan berapa jumlah BPJS. Dikotomi BPJS multi dan BPJS
tunggal tengah diperdebatkan dengan sengit.
Pro dan kontra keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akhirnya
berakhir pada 29 Oktober 2011, ketika DPR RI sepakat dan kemudian mengesahkannya
menjadi Undang-Undang. Setelah melalui proses panjang yang melelahkan mulai dari
puluhan kali rapat di mana setidaknya dilakukan tak kurang dari 50 kali pertemuan di
tingkat Pansus, Panja, hingga proses formal lainnya. Sementara di kalangan operator hal
serupa dilakukan di lingkup empat BUMN penyelenggara program jaminan sosial
meliputi PT Jamsostek, PT Taspen, Asabri, dan PT Askes.
Meski bukan sesuatu yang mudah, namun keberadaan BPJS mutlak ada sebagai
implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), yang bahkan semestinya telah dapat dioperasionalkan sejak 9 Oktober
2009 dua tahun lampau. Perjalanan tak selesai sampai disahkannya BPJS menjadi UU
formal, jalan terjal nan berliku menanti di depan. Segudang pekerjaan rumah menunggu
untuk diselesaikan demi terpenuhinya hak rakyat atas jaminan sosial. Sebuah kajian
menyebutkan bahwa saat ini, berdasarkan data yang dihimpun oleh DPR RI dari keempat
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus badan hukumnya adalah Persero
tersebut, hanya terdapat sekitar 50 juta orang di Indonesia ini dilayani oleh Jaminan
Sosial yang diselenggarakan oleh 4 BUMN penyelenggara jaminan sosial.
Pasca Sah UU BPJS
Perubahan dari 4 PT (Persero) yang selama ini menyelenggarakan program jaminan
sosial menjadi 2 BPJS sudah menjadi perintah Undang-Undang, karena itu harus
dilaksanakan. Perubahan yang multi dimensi tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya agar berjalan sesuai dengan ketentuan UU BPJS.Pasal 60 ayat (1) UU BPJS
menentukan BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. Kemudian Pasal 62 ayat (1) UU BPJS
menentukan PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada
tanggal 1 Januari 2014 BPJS Ketenagakerjaan dan menurut Pasal 64 UU BPJS mulai
beroperasi paling lambat tanggal 1 Juli 2015.
Pada saat mulai berlakunya UU BPJS, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes
(Persero) dan PT Jamsostek (Persero) ditugasi oleh UU BPJS untuk menyiapkan berbagai
hal yang diperlukan untuk berjalannya proses tranformasi atau perubahan dari Persero
menjadi BPJS dengan status badan hukum publik. Perubahan tersebut mencakup struktur,
mekanisme kerja dan juga kultur kelembagaan.Mengubah struktur, mekanisme kerja dan
kultur kelembagaan yang lama, yang sudah mengakar dan dirasakan nyaman, sering
menjadi kendala bagi penerimaan struktur, mekanisme kerja dan kultur kelembagaan
yang baru, meskipun hal tersebut ditentukan dalam Undang-Undang.
Untuk itu diperlukan komitmen yang kuat dari kedua BUMN ini, BUMN yang
dipercaya mengemban tugas menyiapkan perubahan tersebut. Sebagai professional tentu
mereka paham bagaimana caranya mengatasi berbagai persoalan yang timbul dalam
proses perubahan tersebut, dan bagaimana harus bertindak pada waktu yang tepat untuk
membuat perubahan berjalan tertib efektif, efisien dan lancar sesuai dengan rencana.
Tahun 2012 merupakan tahun untuk mempersiapkan perubahan yang ditentukan
dalam UU BPJS. Perubahan yang dipersiapkan dengan cermat, fokus pada hasil dan
berorientasi pada proses implementasi Peraturan Perundang-undangan secara taat asas
dan didukung oleh pemangku kepentingan, akan membuat perubahan BPJS memberi
harapan yang lebih baik untuk pemenuhan hak konstitusional setiap orang atas jaminan
social
2.2 Definisi BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan
badan hukum nirlaba.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan
kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial
ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes
dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes
akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi
BPJS Ketenagakerjaan.
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta,
dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat
kabupaten kota.
2.2. 1 Dasar Hukum
1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Kesehatan;
7
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan;
5. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
6. UU No. 44 Tahun 2004 tentang Rumah Sakit.
"Bukan fatwa haram, teksnya bukan haram. Ini ijtima komisi fatwa MUI
keputusannya bukan BPJS haram, tapi BPJS yang sekarang berjalan tidak
sesuai syariah," jelas Anggota Dewan Syariah Nasional MUI, Prof Jaih
Mubarok, Kamis (30/7/2015). Jaih mengungkapkan alasannya, BPJS masih
mengandung unsur riba dan juga ghoror atau tidak jelas akadnya.
1. "Karena akadnya tidak jelas, status iuran menjadi iuran dan juga ini
bersifat maisyir, untung-untungan, "imbuhnya.
Dengan hasil ijtima ini, MUI hanya melaksanakan kewajiban memberi
pandangan hidup bagi umat muslim. "Supaya hidupnya berkah. Kita ini
kan seperti kurang berkah, kekayaan alam melimpah tapi miskin,"
tuturnya.
2. MUI memberi masukan kepada lembaga BPJS terkait hasil ijtima ini,
seperti halnya bank konvensional atau asuransi konvensional yang
kemudian lahir bank dan asuransi syariah. "Saya kira BPJS silakan jalan,
dan juga dibentuk BPJS syariah," tutupnya.
9
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal,
namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota
BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar
iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara
bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah
memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis
penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.
Kepesertaan BPJS :
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 jenis Iuran dibagi menjadi:
1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah
daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu).
2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS,
Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai
negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong
langsung dari gaji bulanan yang diterimanya.
3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau
pekerja mandiri) dan Peserta bukan Pekerja (investor, perusahaan,
penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim
piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang
bersangkutan.
1. Formulir Daftar Isian Peserta (DIP) yang disediakan oleh kantor BPJS
Kesehatan di seluruh Indonesia.
2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK);
3. lalu fotokopi KTP/Paspor masing-masing satu lembar
4. Fotokopi Buku Tabungan dari penanggung iuran yang harus ada pada KK
5. Pasfoto berwarna dengan ukuran 3×4 masing-masing satu lembar
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri
dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
2. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket INA CBG’s.
3. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima
lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelenggara_Jaminan_Sosial
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/268
http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-13-manfaat.html
http://portalkesehatanku.blogspot.com/2014/01/manfaat-keuntungan-bpjs-kesehatan.html
http://www.kopertis12.or.id/2014/01/09/selamat-datang-bpjs-kesehatan-silakan-unduh-
informasi-tentang-bpjs.html
http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/bpjs
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/i.php?mid=3&id=175
http://www.scribd.com/doc/211120127/Badan-Penyelenggara-Jaminan-Sosial-Bpjs