OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segaala Berkah
dan Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Salam dan Shalawat tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
Rahmatan Lil ‘Alamin.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka
dari itu, kritik dan saran membangun akan sangat berguna dalam upaya penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan mampu menambah ilmu wawasan bagi para
pembacanya.Sekian dan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layaknya organisasi atau lembaga publik lainnya, organisasi pengelolah
kesehatan juga sedang mengalami tekananuntuk lebih efisien, maka mereka terdorong
untuk memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negative
terhadap aktivitas yang dilakukannya.Berbagai tekanan tersebut menyebabkan
akuntasni dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk
mengelolah urusan-urusan publik, termasuk pengelolaan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai bahan baca atau
materi yang dibutuhkan oleh pembacanya, serta dalam rangka presentasi kelompok 3
mata kuliah Akuntansi Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBIAYAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN
1. Pembayaran Retrospektif
2. Pembayaran prospektif
a. Harga pokok jasa dokter di rumah di rumah sakit A yang yang berstatus
negeri atau rumah sakit milik pemerintah Rp 20.000 untuk jasa pemeriksaan
dan pemberian resep.
b. Harga jasa pokok jasa dokter di rumah B yang berstatus swasta Rp 35.000
untuk jasa pemeriksaan dan pemberian resep.
(Pada umumnya harga pokok jasa dokter di rumah sakit negeri lebih rendah
dibandingkan rumah sakit swasta).
harga jasa pokok rawat inap yang dimaksud dalam sistem pembayaran
tunggal adalah biaya yang dikenakan kepada pasien yang hanya menginginkan
layanan tempat menginap. Yang termasuk biaya di dalamnya hanya biaya
kamar. Perbedaan harga ntar kelas dipengaruhi oleh fasilitas ruangan kamar
misalnya AC luar kamar banyaknya pasien di kamar perawatan kunjungan
kunjungan dokter.
Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 sampai tahun
1998 lalu telah memberi dampak negatif pada derajat kesehatan masyarakat,
khususnya pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Setelah beberapa
tahun berlangsung, situasi krisis ini ternyata belum juga membaik seperti yang
diharapkan. Ditambah lagi dengan terjadinya kenaikan harga bbm, pemerintah merasa
perlu melanjutkan program jps ini dengan program kompensasi bbm ( PKPS-BBM)
YANG TERUS BERLANJUT HINGGA TAHUN 2004 LALU. Disamping itu
dengan dana jaringan pengaman sosial bidang kesehatan (JPS-JPK), depkes telah
memberikan wewenang kepada badan penyelenggara JPKM-JPSBK, untuk mengelola
dana kesehatan masyarakat miskin.
Suwara Kosen dalam makalahnya (2007) menuliskan, pada awal tahun 2005,
pemerintah menunjuk PT.AKSES Indonesia program jaminan Kesehatan Masyarakat
Miskin di fasilitas pelayanan kesehatan primer maupun sekunder per 1Januari 2005.
Keputusan ini diubah lagi mulai bulan Juli 2005,dengan menugaskan kembali dinas
kesehatan di kabupaten dan kota madya untuk mengelolah program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Miskin di fasilitas kesehatan primer (puskesmas dan jaringan
fasilitas kesehatan dibawahnya); sedangkan PT. AKSES Idonesia ditugaskan untuk
meneruskan kembali pelayanan jaminan kesehatan di fasilitas rujukan (rumah sakit).
1. Definisi sistem pembayaran bagi pasien miskin
Kebutuhan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin
Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin sangat dibutuhkan untuk menjamin
keadilan dan pemerataan dalam pelayanan kesehatan dan menjamin akses
terhadap pelayanan. Beban biaya rawat inap dirasakan sangat membebani
kelompok masyarakat miskin, penduduk hamper miskin maupun pada
kelompok menengah. Diperkirakan saat ini sejumlah 60 juta penduduk
Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan sistem pembayaran bagi pasien
miskin adalah mekanisme penggantian biaya pelayanan kesehatan bagi
pasien yang tergolong miskin.program jarring pengaman Sosial Sektor
Kesehatan sejak 1998 hingga saat ini, telah menggunakan berbagai kriteria
miskin:
a. Kriteria BPJS : pemenuhan kebutuhan makanan <2100 kslori perkapita perhari
b. Kriteria keluarga prasejahtera BKKBN
c. Kiteria BPS terakhir untuk program JKMM/Askeskin menggunakan indicator
komposit yang berlaku nasional, ditambah indicator tambahan sesuai situasi setempat.
Berbagai karakteristik masyarakat miskin adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan dan pendapatan umumnya rendah
b. Tingkat kesehatan, disabilitas dan kematian kepada masyarakat miskin lebih tinggi
dari yang tidak miskin
c. Insidens dan prevalensi gizi buruk lebih tinggi
d. Perilaku hidup sehat masih kurang, terkait dengan lingkungan hidup yang buruk
(rumah, air bersih) dan rendahnya akses pada pelayanan kesehatan modern
e. Produktivitas lebih rendah karena derajat kesehatan yang kurang baik.
2. Titik Kritis
Di Indonesia, jenis jaminan kesehatan masyarakat miskin yang pernah atau sedang
dilaksanakan, adalah:
a. Program Kartu Sehat dan SKTM
b. Program JPKM
c. Program JPSBK, PD-PSE , PKPS-BBM
d. Program JKMM/ Askeskin
F. Sistem pembayaran dengan asuransi
Setiap orang membutuhkan asuransi untuk meringankan beban finansial yang disebabkan
oleh perubahan status kesehatan. Biaya ini dapat menjadi sangat mahal sehingga sangat
sedikit orang yang mampu menjangkau biaya medis tersebut atau mengatasi kehilangan
pendapatan karena tidak biasa bekerja oleh sebab suatu penyakit. Asuransi kesehatan
memenuhi kebutuhan tersebut melalui (Gani, Ascobat dan Yaslis Ilyas, 2000)
Seperti terjadi dibanayak negara lain, mekanisme asuransi di indonesia juga menghadapi
masalah yang cukup pelik dalam mengatasi biaya pelayanan kesehatan. Biaya ini meningkat
dengan tajam dari waktu ke waktu. Pada tahun 1984/85 total biaya kesehatan diperkirakan
baru sekitar 1,89 triliun rupiah, tahun 1988/89 meningkat menjadi sekitar 2,80 triliun dan
pada tahun 1994/95 naik lagi menjadi 7,03 triliun. Terlihat dalam kurun waktu 10 tahun
sebelum krisis ekonomi biaya kesehatan di indonesia meningkat hampir 4 kali lipat, tentunya
pada saat krisis ekonomi ini biaya kesehatan di indonesia meningkat lebih tinggi.
Asuransi kesehatan swasta adalah kontrak perjanjian antara sebuah perusahaan asuransi
swasta kepada nasabahnya. Isinya, kalau si nasabah mengalami risiko yang berhubungan
dengan kesehatannya, maka erusahaan asuransi akan mengganti biaya-biaya keehatan yang
dikeluarkan. Biasanya, penggantian diberikan untuk rwat inap, operasi, pembelian obat, dan
rawat jalan.
Tidak semua asuransi kesehatan memberi enggantian yang sama. Beberpa produk hanya
mengganti rawat inap. Beberapa penambahannya dengan pengantikan operasi. Hanya
sebagian kecil produk yang mengganti secara lengkap, mulai dari rawat inap, operasi , obat
sampai rawat jalan . produk asuransi kesehatan di selenggarakan baik oleh perusahaan
asuransi sosial, perusahaan asuransi jiwa , maupun perusahaan asuransi umum
Program asuransi kesehatan swasta bervariasi pada jenis layanannya. Sebagai contoh,
perusahaan asuransi yang memberikan jaminan pelayanan rumah sakit selama 24 jam penuh
maupun penggantian biaya perawatan (reimbursement) apabila seseorang emerlukan
perawatan rumah sakit atau tindakan gawat darurat akibat kecelakaan, termasuk perwatan
gigi dan penanganan ibu melahirkan. Dampak adanya jaminan perlindungan asuransi akan
memeberikan manfaat kesehatan bagi pesertanya sebagai berikut:
i. Biaya kamar
o Peserta menjalani rawat inap dan rekomendasi seorang dokter dan peserta
terdaftar sebagai pasien rawat inap di rumah sakit
o Biaya kamar adalah biaya yang memenuhi syarat unuk akomondasi, makan
dan layanaan perawatan umum ( kecuali untuk layanan erawat khusus/pribadi
dan dokter )
o Biaya kamar untuk rawat inap sesuai dengan tarif yang tercantum pada daftar
rincian manfaat pertanggungan
o Apabila tarif kamar tidak sesuai dengan daftar rincian manfaat pertanggungan
maka peserta boleh menggunakan tarif kamar yang mendekati tarif pada daftar
rincian manfaat pertnggungan
o Apabila selisi harga harga lebih tinggi di bandingkan dengan daftar rincian
manfaat pertanggungan , maka selisi tersebut menjadi tanggungan dan harus
dibayarkan oleh peserta.
v. Biaya bedah
Apabila lebih dari satu prosedur bedah yang harus dilakukan pada suatu tindakan
bedah yang sama , tetapi melalui sayatan yang berbeda, maka perusahaan asuransi
akan membayar untuk setiap prosedur bedah yng dilakukan, tetapi besarnya tidak
melampaui batasan maksimal atas prosedur bedah yang terbesar sebagaimana yang
tercantum dalam daftar rincian
vi. Biaya dokter
Dibayarkan pada saayt peserta menerim perawatan tenaga medis profesional yang di
perlukan, selain dari pengobatan dan tindakan bedah dari seorang dokter di runjuk
sebagai dokter yang merawat ketika dafatar sebagai pasien rawat inap . biaya dokter
maksimum satu kali kunjungan perhari
Semua sistem pengelolaan mencoba menyeimbangkan, biaya kualitas dan akses. Pembayar
menginginkan minimalisasi biaya yang sesuai dangan kualitas dan aksesnya. Pada saat yang
sama, penyedia layanan menginginkan kepastian apakah mereka menerima pembayaran
seimbang dengan penyedia layanannya.
Secara tidak langsung bisa dilakukan perhitungan kasar tentang kebutuhan pembiayaan
kesehatan, kemudian di bandingkan dengan total anggaran pemerintah ( dalam hal ini
pemerintah pusat dan daerah ). Kasus pembiayaan bagi penduduk miskin, tahun 2001 muncul
gagasan penerapan sistem ( matching grant ) untuk membiayaan penduduk miskin dalam hal
ini daerah di beri sebagian tanggun jawab sesuai dengan kemampuan fiskal nya. Analis awal
perlu di lakukan untuk " berbagi " pembiayaan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di
daerahnya.
e) Operasi ( operation ) kategori ini mencangkup semua operasi, saat ini dan selanjutnya
di masa depan. Charge harus mencakup biaya yang terkait persediaan, perlengkapan,
tenaga kerja, dan modal kerja ; dan juga mencukupi keuntungan untuk memastikan
kompensasi staf yang afa saat ini, dan menjaga teknologi serta fasilitas.
unit pelayanan
Terdapat barbagai unit pada cost' based payment dalam membayar pemyediaan
layanan, anatara lain :
- tiap prosedur
- tiap masukan
- tiap diagnosis
Para penyediaan layanan amat menyayangkan akan sedikitnya konsistensi di anatara ketiga
pihak, dengan fokus pelayanan pada unit pelayanan di mana pembayaran di buat. Sangat
tidak biasa bagi penyedia layanan tunggal untuk menerima pembayaran dari medicare dengan
dasar DRG, daro perusahaan asuransi swasta dengan basis biaya yang reasonable, dan dari
organisasi perawatan kesehatan dalam bentuk pajak perseorangan ( capitation).hal ini
membuat sistem informasi yang rumit untuk menentukan biaya.
Flat fee system mengatur pembayaran yang di tetapkan sebelunnys kepada unit
pelayanan. Pembayaran dapat di tentukan oleh pembayara sendiri atau hasil negosiasi antara
pembayar dan penyedia layanan. Dalam sistem berbasis biaya, unit pelayanan membayar
baerbagia hal anara lain:
o setiap prosedur
o pasien rawat inap per hari
o per admisi
o per discharge
o per diagnosis
Sistem DRG merupakan flat fee system yang terbaik. Dalam sejarahnya, sistem ini
dimulai pada pertengahan 1980-an dan pada dasarnya membayar jumlah yang pasti untuk
lebiha dari 400 diagnosi. Pembayaran tersebut berdasarkan jumlah relatif yang di habiskan
masing masing diagnosis. Untuk pasien rawat jalan, sistem yang terlibat adalah sistem nilai
relatif berbasis sumber daya ( RBRBS/Resource based relative value system ). Dengan
membayar biaya yang tetap, pembayaran memiliki kewajiban yang jelas. Dengan menerima
pembayaran yang tetap, penyediaan layanan menerima resiko yang dapat di timbulkan akibat
pelayanan yang tidak memadai. Jika penyedia layanan tidal dapat memberikan pelayanan
sesuai dengan yang di batyarkan, maka alternatifnya:
1. menyerap biaya,
4. Menurunkan pelayanan.
5. Pengelolaan perawatan dan pembagian resiko ( Manage Care And Risk Sharing )
Masa perawatan ( term managed chare ) sering kali di gunakan untuk meunjukkan
tipe perawatan kasus dan pengaturan pembiayaan. Hal ini mencakup berbagai pilihan seperti:
biaya untuk pelayanan ( fee - for - service/FFS ), preffered provider organization ( PPOs),
point of service option (POS), dan independent practice Association ( IPAs ) serta staff model
pada organisasi perawatan kesehatan ( health maintenance organization/ HMOs ). Pilihan
tersebut di atur terkait dengan derajat proses pembarian perawatan dan pembagian resiko.
Pengaturan biaya untuk pelayanan ( FFS ) pada umumnya di tandai dengan kemandirian
pelayanan yang dapat menentukan biaya yang tepat ( reasonables charge ) untuk
menyediakan pelayanan yang di butuhkan pasien dengan tidak membatasi pilihan kepadanya.
Hal ini berbeda dengan preverred profider organization ( PPOs ) yang merupakan panel
independen dari penyedia layanan yang di setujui oleh pembayar untuk menyediakan
pelayanan khusus atau batasan layanan saat sebelum penentuan biaya yang harus di cakup si
pembayar. Terdapat dua tipe organisasi perawatan kesehatan ( HMO ), keduanya di
definisikan sebagai pengaturan pwmbayar modal. Model asosiasi praktek independen ( IPA )
dari HMO terdiri dari gabungan penyedia layanan independen yang menyetujui untuk
mananggun kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat dalam tanggungan, biasanya terkait
pengaturan pembauaran per anggota perbulan. Sebaliknya dalam staff model HMO, penyedia
layanan sebenarnya di pekerjakan oleh HMO. Pengaturan pilihan titik pelayanan ( pos )
adalah persilngan antara HOM dan PPO. Meskipun pasien terdorong untuk melihat perang
serta penyedia layanan dalam pengaturan modal HOM, mereka dapat memilih penyedia
layanan yang lebih di sukai dengan beberapa penambahan biaya.
- case rate
- per diem
- compitation
Beberapa jenis prosedur sistem pembayaran yang telah dikemukakan, yaitu sistem
berdasarkan charge (Charge-based system), sistem pembayaran berdasarkan biaya (cost-
based payment) dan sistem pembayaran tetap (flat fee system). Masing-masing prosedur
sistem pwmbayaran memiliki kriteria pertimbangan dalam menentukan berapa charge yang
dikeluarkan.
Dalam cost-based pyment, hal yang mempengaruhi pemberian charge pada pasien
adalah unit pelayana yang telah dijalankan/dipakai dan beberapa isu-isu penting :
reasonables, case mix, service mix, staff mix, dan efisiensi. Kelemahan sistem pembayaran ini
adalah apabila pasien mengabaikan pembayaran padahal pelayanan telah diberikan, maka
penyedia layanan harus melakukan pergeseran biaya (cost shifting) kepada pasien lain.
Sedangkan pada flat fee system, pembayaran dapat ditentuan oleh payor atau hasil
negosiasi antara payor dan penyedia layanan. Payor membayar jumlah yang pasti, uang
meliputi biaya setiap prosedur, pasien rawat inap, hari, admisi, discharge, dan diagnosis.
Dalam suatu pelayana jasa kesehatan terdapat beberapa metode pembayaran, yaitu
retrospektif dan prospektif.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu tujuan utama millenium development goals (MDGs) adalah mengurangi
jumlah penduduk miskin dan kelaparan akibat gizi buruk, kondisi kesehatan lingkungan yang
buruk, serta akses ke pelayanan kesehatan yang rendah.
data susenas menunjukkan bahwa 85% pengeluaran kesehatan untuk rawat jalan
berasal dari out of pocket dan untuk rawat inap sebesar 63% juga berasal dari sumber yang
samapengeluaran kesehatan yang ditanggung oleh asuransi kesehatan hanya sekitar 7%
mencangkup akses jasa Raharja dana sehat dan asuransi swasta.
Bastian Indra, Suryadi Saat (Ed.), Wibi Hardani M.M. (Ed), 2008,Akuntansi Kesehatan,
Penerbit Erlangga : Jakarta Timur