Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN IURAN BPJS DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Kerja
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :

Faridah Qonitta N
12100118599

Preseptor:

Eka Nurhayati, dr., M.K.M.

SMF ILMU KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ilmu kesehatan masyarkat dampak

kebijakan kenaikan iuran BPJS. Referat tersebut dibuat dalam rangka untuk

memenuhi salah satu tugas Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Universitas Islam Bandung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak

yang telah membantu kelacaran penyusunan referat ini, yaitu Eka Nurhayati, dr.,

M.K.M atas bimbingannya dan masukan dalam proses penyusunan referat. Semoga

referat ini bermanfaat menambah pengetahuan bagi pembaca umumnya dan penulis

khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak

terdapat kesalahan. Oleh karena itu penulis meminta maaf atas segala

kekurangannya. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima untuk

pembelajaran yang lebih baik.

Bandung, 19 Juli 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kebijakan JKN

Jaminan kesehatan nasional (JKN) di Indonesia ialah salah satu dari SJSN
(sistem jaminan sosial nasional). Menurut Undang-undang No.40 tahun 2004
tentang sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakannya berdasarkan
asuransi kesehatan yang wajib dimiliki.1 JKN merupakan program yang berfungsi
untuk melindungi kesehatan pesertanya. Manfaat JKN adalah untuk melindungi
penduduk Indonesia dari sistem asuransi kesehatan sehingga mendapatkan ke
kebutuhan pelayanan kesahatan yang baik dan layak.2

Sistem JKN ini diharapkan seluruh masyarakat dapat ikut menjadi peserta
JKN yang telah ditargetkan pemerinatah dimana pada tahun 2019 Indonesia
masuk kedalam Universal Health coverages (UHC) yaitu seluruh penduduk
Indonesia ikut berpartisipasi dan terdaftar sebagai anggota JKN. Pada Peraturan
Presiden no.75 tahun 2019 setiap orang berhak mendapatkan layanan kesehatan
dasar maupun lanjutan. Daftar peserta BPJS kesehatan di Indonesia pada tahun
2019 sebesar 224,1 juta peserta atau sekitar 83% dari seluruh penduduk
Indonesia.3

1.2 Kebijakan BPJS

Mulai 1 Januari 2014 pemerintah menetapkan sistem pelayanan kesehatan


yang diselenggarakan oleh BPJS. Badan penyelenggaraan jaminan kesehatan
(BPJS) merupakan badan yang menyelenggarakan sistem jaminan kesehatan.
BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. 4 Peserta BPJS
sifatnya wajib dan yang menajdi peserta merupakan seluruh penduduk Indonesia
dan orang negara asing yang sedang bekerja di Indonesia sekurang-kurangnya 6
bulan berada di Indonesia. Peserta BPJS dibagi menjadi dua yaitu penerima
bantuan iuran PBI yang dibayar pemerintah untuk golongan fakir niskin dan tidak
mampu dan Non-PBI merupakan membayar sendiri iuran setiap bulan.5

3
Orang yang tidak tergolong pada PBI, yang terdiri dari:

1) Pekerja penerima upah dan keluarganya adalah orang yang bekerja pada yang
memberi kerja dengan menerima gaji, yaitu:

a. Pegawai negeri sipil

b. Anggota TNI
c. Anggota POLRI
d. Pejabat negara
e. Pegawai pemerintah non PNS
f. Pegawai swasta dan
g. Pekerja yang bukan kriteria diatas yang juga menerima upah.

2) Pekerja bukan penerima upah dan kelurganya adalah orang yang bekerja atas
risiko sendiri, yaitu:

a. Pekerja yang tidak berkaitan kerja atau pekerja sendiri dan


b. Pekerja yang bukan pada huruf a yang bukan penerima upah
c. Pekerja a dan b, serta warga negara asing yang bekerja di Indonesia
sekurang-kurangnya 6 bulan.

3) Bukan pekerja dan keluarganya terdiri atas:

a. Investor
b. Pemberi kerja
c. Penerima pensiun
d. Veteran
e. Perintis kemerdekaan
f. Bukan pekerja yang a-e yang mampu bayar iuran
Sejak 1 januari 2014 sitem JKN berlaku BPJS mengalami defisit yang
setiap tahunnya semakin meningkat dan berdampak pada pelayan dan sarana
prasarana kesehatan.6 Defisit terjadi karena besar iuran yang dibayar oleh
peserta lebih rendah dengan biaya kesehatan yang dikeluarkan.7 Menurut

4
pasal 34 pada Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019 pemerintah
menaikan iuran premi sebesar 100% dari premi sebelumnya untuk setiap
kelasnya, dan peserta BPJS yang tidak bisa membayar premi setiap bulannya
akan dinonaktifkan dari kepesertaannya serta pada peserta yang sudah
menggunakan BPJS untuk berobat tetapi tidak membayar iuran akan
dikenakan denda administrasi. Kenaikan iuran ini memberikan dampak yang
kurang baik terahadap kepesertaan BPJS.3 Tata cara tentang sistem
pembayaran dan denda akibat terlambat membayar iuran telah tercantum
dapam Peraturan BPJS kesehatan no.5 tahun 2018.4
Berdasarkan data tersebut adanya defisit pembayaran BPJS yang
mengakibatkan peningkatan iuran premi sehingga menimbulkan berbagai
dampak. Tujuan penulisan referat ini untuk mengetahui bagaimana dampak
positif dan dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya peningkatan iuran
premi tersebut.

5
BAB II

TELAAH KRITIS

Kebijakan adalah seseuatu peraturan yang dibuat sekumpulan orang untuk


membuat anggotanya lebih teratur. Iuran adalah suatu kewajiban yang wajib di lunasi
secara teratur. Kebijakan iuran BPJS merupakan peraturan yang dibuat oleh BPJS
dimana peserta wajib membayar iuran tersebut setiap bulan. Sejak adanya berita
tentang kenaikan iuran BPJS sebagian masyarakat belum mengetahui kenaikan
tersebut, sehingga menimbulkan respon positif dan negatif dikalangan pelayanan
kesehatan maupun masyarkat.

Menurut penelitian Lulus wijayanti, dkk kebijakan kenaikan iuran ini


berdampak pada pemerintah, pelayanan kesehatan serta masyarakatnya sendiri.
Dampak positif dan negatif tersebut antara lain:8

Dampak positif:

1. Peningkatan pelayanan kesehatan

Dengan kenaikan iuran ini diharapkan pemerintah dapat mempergunakannya


untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi peserta karena banyak
masyarakat yang merasa pelayanan kesehatan yang diberikan kurang
maksimal.

2. Menutupi defisit

Diharapkan dengan meningkatnya iuran BPJS dapat menutupi defisit setiap


tahunnya semakin meningkat. Sejak diberlakukannya BPJS pemerintah sudah
mengalami defisit yang disebabkan karena iuran rendah sedangkan biaya
pengobatannya mahal, peserta yang tidak tepat waktu membayar iuran,
keikutsertaan peserta BPJS untuk membayar masih rendah dan mahalnya
pembiayaann penyakit katastropik yang ditanggung BPJS.

3. Pertumbuhan di sektor farmasi

6
Dengan kenaikan iuran ini dapat digunakan bagian farmasi untuk membayar
tunggakan difarmasi dan tersedianya obat-obatan untuk masyarakat kurang
mampu.

4. Sarana prasarana rumah sakit

Kenaikan iuran ini diharapkan dapan meningkatkan sarana prasarana di RS


untuk kenyamanan pasien rawat jalan maupun rawat inap yang sebelumnya
sudah baik.

5. Peningkatan sosialisasi program BPJS

Masih terdapat masyarakat yang belum menjadi peserta BPJS, dengan adanya
kenaikan iuran ini diharapkan petugas BPJS meningkatkan sosialisasi
kenaikan iuran sehingga masyarakat paham tentang BPJS dan ikut menjadi
peserta BPJS.

6. Jangkauan penyakit yang ditanggung semakin luas

Peningkatan iuran diharapkan dapat memperbanyak penyakit kronis yang


pembayarannya cukup mahal, yang merupakan salah satu penyebab defisit
ialah pembayaran penyakit katastropik.

7. Jangkauan rumah sakit

Kenaikan iuran ini diharapkan semakin banyaknya kerjasama dengan rumah


sakit sehingga pasien lebih banyak pilihan rumah sakit, karena tidak semua
rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS sehingga terdapat antrian yang
banyak pada rumah sakit BPJS.

Dampak negatif:

1. Penurunan kelas peserta BPJS

Kenaikan iuran ini banyak masyarakat yang menurunkan iuran kelas yang
lebih rendah karena banyak masyarakat yang berpenghasilan lebih rendah

7
sehingga memberatkan pembayaran BPJS. Masyarakat juga merasa merasa
rugi meembayar iuran kelas tinggi tetapi jangan di klaim.

2. Banyaknya peserta pada kelas tiga

Kenaikan iuran ini berakibat pada masyarakat yang lebih memilih


menurunkan kelasnya ke kelas tiga karena meringankan iuran

3. Banyaknya masyarakat yang berhenti membayar iuran

Kenaikan iuran ini memberatkan masyarakat yang berpenghasilan renndah


sehingga masyakat berhenti membayar iuran karena untuk menugrangi beban
biaya yang dikeluarkan keluarga.

4. Penurunan minat masyarakat

Penurunan minat masyarakat sebagai peserta BPJS karena kenaikan iuran


dirasakan masyrakat sangat berat.

5. Beralihnya masyarakat ke asuransi swasta

Dampak kenaikan ini masyarakat lebih memilih asuransi swasta karna lebih
mudah dan fasilitas yang diberikan lebih bagus.

6. Meningkatnya inflasi

7. Meningkatnya jumlah kemiskinan

Menurut Hilmi sulaiman kenaikan iuran BPJS ini berdampak positif yaitu untuk
menutupi defisit dan memperbaiki pelayanan dan sarana prasarana di rumah sakit,
namun berdampak negatif yaitu pada peserta terjadi banyak permintaan penurunan
kelas BPJS dan peserta BPJS tidak patuh untuk membayar iuran. Dampak negatif
tersebut disebabkan karena masyarakat masih membandingkan besarnya iuran dengan
kualitas pelayan, tingginya iuran diatas kemampuan masyarakat serta sikap pihak
BPJS yang tidak menerima kritikan dan sering mengubah ngubah kebijakan.9

Menurut Jamaluddin majid dan reza eka saputra kenaikan iuran BPJS ini

8
berdampak pada 2 sisi yaitu sisi biaya dan manfaat sosial. Sisi biaya yaitu akan
menurunnya partisipasi masyarakat untuk membayar iuran karena penghasilan
masyarakat berada pada kenaikan yang tidak signifikan yang akan mengakibatkan
pemerintah mengalami defisit. Kedua dari sisi manfaat sosial menurunnya minat
masyarakat untuk berpartisipasi dalam program BPJS karena pelayanan kesehatan
yang diterima masih kurang maksimal.10

9
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini diketahui diharapkan adanya dampak positif dari


berabagai sisi, terutama pada peningkatan pelayanan kesehatan yang semakin baik,
defisit tertutupi yang setiap tahun semakin tinggi, disektor farmasi dapat membayar
tunggakan dan tersedianya obat-obatan, sarana prasarana rumah sakit semakin
optimal sehingga memberi kenyaman pada pasien saat di rumah sakit, penyakit yang
di cover BPJS semakin banyak, dan rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS
semakin banyak. Namun disisi lain terdapat dampak negatif seperti banyaknya
peserta yang menurunkan kelas BPJS dan peserta yang di kelas tiga sehingga ketika
mereka sakit dan kelas tiga penuh merugikan bagi peserta BPJS bersubsidi, banyak
peserta yang tidak membayar iuran BPJS dan berkurangnya minat masyarakat untuk
menjadi peserta BPJS sehingga peserta beralih untuk menjadi peserta asuransi swasta,
serta semakin meningkatnya inflasi dan angka kemiskinan di Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengantar, K. Buku pegangan sosialisasi jaminan kesehatan nasional dalam


sistem jaminan sosial nasional. (2014).

2. Raharni, R., Supardi, S. & Sari, I. D. Kemandirian dan Ketersediaan Obat Era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Kebijakan, Harga, dan Produksi Obat.
Media Penelit. dan Pengemb. Kesehat. 28, 219–228 (2018).

3. Hasibuan, R. Gambaran Respon Peserta JKN Mengenai Kenaikan PremiPada


Dua Puskesmas Kota Medan Tahun 2019 Descriptive Analysis on Responses
of JKN Participant to Increasing Premium in Two Primary Health Care in
Medan. Sci. Period. Public Heal. Coast. 1, 108–120 (2020).

4. Iik Sartka, Syefira Ayudia Johar, Budhi Rahardjo. Edukasi Kebijakan BPJS
kesehatan di Gedongan Sukoharjo.1. 1. 233–234 (2019).

5. Rindi Antina, R. Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien


Peserta Bpjs Di Puskesmas Pandian Kabupaten Sumenep. JPAP J. Penelit.
Adm. Publik 2, 567–576 (2016).

6. Firdaus, K. K. & Wondabio, L. S. Analisis Iuran dan Beban Kesehatan Dalam


Rangka Evaluasi Program Jaminan Kesehatan: Studi Kasus Pada BPJS
Kesehatan. Anal. Iuran dan Beban Kesehat. Dalam Rangka Eval. Progr.
Jaminan Kesehat. Stud. Kasus Pada BPJS Kesehat. 11, 132–145 (2019).

7. Simanjuntak, J. & Darmawan, E. S. Analisis Perubahan Kebijakan Peraturan


Presiden NO.19 Tahun 2016 Tentang Jaminan Kesehatan Menjadi Peraturan
Presiden No.28 Tahun 2016 Tentang Jaminan Kesehatan. J. Kebijak. Kesehat.
Indones. 05 no.4 De, 176–183 (2016).

8. Wijayanti, L. Dampak Kebijakan Kenaikan Iuran Bpjs Terhadap Pengguna


Bpjs. ISOQUANT J. Ekon. Manaj. dan Akunt. 4, 58 (2020).

11
9. Rakyat, P. Pikiran Rakyat, Kamis, 4 November 2019 :: 2019 (2019).

10. Majid, J. & Saputra, R. E. Social Accounting ; Tendensi Kemaslahatan Publik


dibalik Kenaikan Tarif BPJS Kesehatan di Indonesia. 6, 44–53 (2020).

12
Lampiran

13

Anda mungkin juga menyukai