Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 14, Nomor 1, April 2013, hlm.44-57

DETERMINAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)


IURAN PESERTA BPJS KESEHATAN

Maya Andita Aryani1, Masyhudi Muqorrobin2


1Pusat
Pengembangan Ekonomi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia, Phone: +62 274 387656
E-mail korespondensi: maya.andita@gmail.com

Naskah diterima: Januari 2013; disetujui: Maret 2013


Abstract: This study aims at identifying the factors that affect willingness to pay (WTP)
participants of BPJS Kesehatan Class III in Yogyakarta will be analyzed by using the approach of
contingent valuation method (CVM). Variables use to measure WTP in this research include
age, number of family members, the last education taken, level of earnings, and assumptions of
society about Sharia system using primary data by questionnaire and interview methods to 144
respondents. Results analysis of this study show a negative effect against the age variable WTP,
variable number of family members have not effect toward the WTP, the last education variable
positive effect toward WTP, variable income levels a positive effect toward WTP, and Sharia
variable negative effect toward WTP.
Keywords: willingness to pay (WTP); sharia system; contingent valuation method;
insurance
JEL Classification: I13

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi


willingness to pay (WTP) peserta BPJS Kesehatan Kelas III di Yogyakarta akan dianalisis
menggunakan pendekatan contingent valuation method (CVM). Variabel yang digunakan
untuk mengukur WTP dalam penelitian ini mencakup usia, jumlah anggota keluarga,
pendidikan terakhir yang ditempuh, tingkat penghasilan, dan asumsi masyarakat mengenai
sistem syariah dengan menggunakan data primer dengan metode kuisioner dan wawancara
kepada 144 orang responden.Hasil analisis penelitian menunjukan variabel usia berpengaruh
negatif terhadap WTP, variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap WTP,
variabel pendidikan terakhir berpengaruh positif terhadap WTP, variabel tingkat pendapatan
berpengaruh positif terhadap WTP, dan variabel syariah berpengaruh negatif terhadap WTP.
Kata kunci: willingness to pay; sistem syariah; contingent valuation method; asuransi
Klasifikasi JEL: I13

PENDAHULUAN mengalami peningkatan sesuai dengan pening-


katan kualitas dan fasilitas di bidang tersebut
namun tidak diimbangi dengan pendapatan
Peningkatan kesehatan selalu disebutkan seba-
yang lebih baik, seperti yang tertera pada tabel 1.
gai salah satu cara mengetas kemiskinan. Selain
Biaya yang dikeluarkan untuk investasi
itu, kesehatan adalah prasyarat bagi peningkatan
kesehatan yang mengalami kenaikan tentunya
produktifitas, dan pendidikan yang berhasil juga
menjadi beban tersendiri bagi warga miskin
bergantung pada kesehatan yang memadai
dengan pendapatan yang rendah. Dengan
(Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith). Pada
demikian masyarakat akan terus berada pada
setiap tahunnya, kebutuhan akan kesehatan
lingkaran kemiskinan meskipun dengan bebe-
Tabel 1. Pengeluaran per kapita sebulan untuk biaya kesehatan (rupiah) tahun 2009-2013
No Tahun PDB harga konstan Kota Desa Kota+Desa
(%) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
1 2009 15.310 7.636 11.342
2 2010 6,31 17.515 9.164 13.198
3 2011 6,32 23.950 12.249 18.075
4 2012 6,10 25.961 13.265 19.588
5 2013 5,59 32.933 15.468 24.169
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

rapa upayanya mereka telah meningkatkan masih lemahnya layanan, pemberian obat yang
pendapatan. Oleh karena itu pemerintah dirasa belum maksimal, minimnya sarana kesehatan,
perlu melakukan beberapa kebijakan dalam rendahnya kapitasi, kurangnya tenaga medis,
mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan dan menurunnya keuntungan yang diterima
kualitas kesehatan. Salah satu cara yang dilaku- oleh Rumah Sakit menjadikan dilema tersendiri
kan pemerintah salah satunya adalah mencipta- bagi masyarakat sebagai peserta BPJS Kesehatan.
kan program jaminan kesehatan bagi masya- Dengan diadakannya program BPJS Kesehatan
rakat pada umumnya, dan pada masyarakat ini, para pesertanya berhak mendapatkan man-
miskin pada khususnya. faat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan
Pada pasal 60 ayat (1) UU BPJS yang kesehatan perorangan sesuai dengan kebutuhan
menentukan BPJS Kesehatan akan mulai ber- medis yang diperlukan. Manfaat ini terdiri atas
operasi pada tanggal 1 Januari 2014, dan manfaat medis dan nonmedis (Kementrian
kemudian pasal 62 ayat (1) UU BPJS menen- Kesehatan Republik Indonesia). Pelayanan kese-
tukan PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS hatan menggunakan sistem operasi semacam
Ketenagakerjaan dan mulai beroperasi paling asuransi ini terbilang ringan bagi kantong
lambat tanggal 1 Juli 2015. Kelompok Jaminan masyarakat dengan kebutuhan akan pemeliha-
kesehatan ini kemudian dibagi menjadi dua, raan kesehatan yang tinggi dan pendapatan
yaitu kelompok penerima bantuan iuran (PBI) menengah hingga yang rendah.
dan bukan PBI dengan sistem semacam asuransi Namun, rendahnya tarif paket BPJS Kese-
yang dianutnya. Peserta JKN dihimbau untuk hatan ke rumah sakit berdampak serius bagi
membayar iuran sesuai dengan kelompoknya sejumlah rumah sakit. Menurut Perhimpunan
dengan pilihan kelas pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), tidak
mulai kelas 1, 2, dan 3 namun khusus untuk sedikit rumah sakit yang memilih-milih pasien
kelompok peserta JKN penerima bantuan iuran agar dapat mendapatkan profit (Liputan6.com,
akan ditetapkan dengan pelayanan kelas 3. Jakarta). Pelayanan kesehatan yang semula
Dalam UU no 40 tahun 2004 pasal 4 menjadi tujuan dari diciptakannya program BPJS
tentang SJSN, berisi tentang sifat dari keper- Kesehatan ini pada akhirnya tidak terlaksana
sertaan jaminan sosial ini bersifat wajib. Hal ini dengan maksimal, sehingga perlu dilakukan
ditentukan oleh Perpres 111 tahun 2013 pasal 6 penyesuaian kembali pada iuran setiap peserta-
ayat 1 juga yang menetapkan bahwa keperser- nya demi memberikan keseimbangan antara
taan jaminan kesehatan bersifat wajib menca- pelayanan dan profit yang akan diterima baik
kup seluruh penduduk Indonesia. Hal ini oleh rumah sakit maupun BPJS tersendiri.
menimbulkan pro dan kontra tersendiri bagi Ketentuan iuran BPJS Kesehatan ini dapat
warga Indonesia yang sejatinya tidak ingin dilihat melalui tabel 2.
mengikuti program semacam ini dengan berba- Jaminan kesehatan bagi peserta bantuan
gai pertimbangan masing-masing. Namun iuran (PBI) yang berasal dari kalangan tidak
dengan dikeluarkannya beberapa peraturan mampu ditanggung oleh pemerintah dengan
pemerintah semacam ini, sebagian kelompok subsidi sebesar Rp19.225,- per orang. Dengan
masyarakat terpaksa mengikuti program BPJS diterapkannya besaran iuran baru, maka subsidi
Kesehatan demi meningkatkan kualitas kese- tersebut akan ditambah besarannya (Nila F
hatan di Indonesia. Ditambah lagi dengan Moeloek, BPJS.info).

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 45


Tabel 2. Ketentuan iuran BPJS kesehatan

Peserta Iuran Keterangan


Pegawai Pemerintah Pemberi % Gaji atau Upah per
3%
(PNS, TNI, POLRI Kerja bulan
Pejabat Negara, Pegawai % Gaji atau Upah per
Pekerja Pekerja 2%
Pemerintah Non PNS) bulan
Penerima Pemberi % Gaji atau Upah per
Upah 4,00%
Pegawai Swasta Kerja bulan
(Lainnya) % Gaji atau Upah per
Pekerja 0,50%
bulan
Bukan Rp59.500 Kelas I, Iuran Per Jiwa
Penerima Per Bulan
Bantuan Rp42.500 Kelas II, Iuran Per Jiwa
Iuran (PBI) Pek erja Bukan Penerima Upah Per Bulan
Rp25.500 Kelas III, Iuran Per Jiwa
Per Bulan
Rp59.500 Kelas I, Iuran Per Jiwa
Per Bulan
Rp42.500 Kelas II, Iuran Per Jiwa
Bukan Pekerja Per Bulan
Rp25.500 Kelas III, Iuran Per Jiwa
Per Bulan
Rp19.225 Kelas III, Iuran Per Jiwa
Penerima Bantuan Iuran (PBI) (dibayarkan oleh Per Bulan
pemerintah)
*Batas paling tinggi gaji atau upah per bulan yang digunakan sebagai dasar perhitungan besaran iuran sebesar
dua kali penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dengan status kawin dengan satu orang anak.
Sumber: Perpres 111/2013

Peserta BPJS Kesehatan merupakan pemilik teknik paling tepat untuk mengestimasi nilai
kepentingan utama atas fasilitas dan segala ekonomis suatu barang publik (Michell dan
proses yang berlaku pada BPJS Kesehatan. Carson; Tapvong dan Kruavan dalam Saptuty-
Maka tiap-tiap peserta juga perlu memahami ningsih, 2007). Rosita Manurung (2008), peneli-
bagaimana proses pendanaan dalam program tiannya menggunakan CVM (contingent valuation
BPJS Kesehatan agar tidak ada keragu-raguan method) yang merupakan metode teknik survey
dalam keikutsertaan program tersebut. Dewasa untuk mencari tahu nilai atau harga ekonomi
ini, banyak perbincangan mengenai ketidak- maksimum yang dikeluarkan untuk mendapat-
syariahan proses pendanaan BPJS Kesehatan di kan barang dan jasa. CVM bertujuan untuk
mana BPJS Kesehatan saat ini diduga kuat mengetahui willingness to pay (WTP) yaitu
mengandung gharar pada kedudukan akad, keinginan untuk membayar dengan tujuan
status iuran yang disetorkan, serta dalam inves- memperoleh peningkatan kualitas lingkungan,
tasi iuran yang dikelola oleh BPJS. Sehingga dan willingness to accept (WTA) yaitu kesediaan
sistem pendanaan BPJS Kesehatan ini perlu untuk menerima kompensasi atas dampak
dikaji ulang secara syariah atau setidaknya negatif yang dihasilkan oleh lingkungan. Dalam
diberikan kejelasan atas status dana tersebut. penelitian ini menjelaskan bahwa variabel yang
Penelitian ini mengukur nilai tempat orang mempengaruhi WTP adalah variabel jenis kela-
dengan menggunakan contingent valuation method min, keterlibatan organisasi, prestasi akademis,
(CVM). Pada umumnya, CVM merupakan jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluar-
teknik untuk mengukur nilai barang publik ga. Sementara dalam penelitiannya Bhisma Murti
dengan secara langsung menanyai oran-orang (2005), menggunakan willingness to pay dan
tentang nilai tempat yang mereka tinggali. Jika willingness to buy sebagai variabel dependent,
digunakan secara tepat, metode ini merupakan serta rata-rata pendapatan setiap bulan, tingkat

46 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 44-57
pendidikan, usia, jenis kelamin, dan tawaran kan pasien per kelas rawat inap.
harga sebagai variabel independent. Penelitian ini Dalam penelitian Petty Primatury A. P. dan
bertujuan untuk memberikan informasi kepada Nia Budi P, Choosing Health plans All Together
pembuat kebijakan mengenai permintaan harga (CHAT) yang digunakan untuk membantu
untuk asuransi kesehatan. Penelitian ini juga responden memutuskan jenis manfaat seperti
berguna untuk mengestimasi tingkat subsidi rawat inap, konsultasi, tes medis, dan obat-
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan obatan yang ingin dimasukan sebagai paket
antara anggota yang dapat membayar premi manfaat asuransi kesehatan serta tingkat pela-
secara maksimal agar dapat membantu anggota yanan apa yang mereka prioritaskan untuk
asuransi kesehatan dengan premi yang lebih memperoleh manfaat tersebut. Willingness to
rendah dan murah. pay (WTP) dihitung berdasarkan kemampuan
Penelitian Asri Maharani dan Viera setiap individu atau masyarakat secara agregat
Wardhani (2011), menunjukkan hasil tingkat untuk membayar atau mengeluarkan uang
kemauan responden dalam semua jenis peme- dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan
riksaan laboratorium yang rendah. Di antara 76 agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
persen responden yang tidak memiliki asuransi WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari
kesehatan, sekitar 50 persen responden bersedia sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Conti-
membayar pemeriksaan laboratorium. Jumlah ngent valuation method (CVM) adalah cara
15 dari 24 (lebih dari 50 persen) responden yang perhitungan secara langsung untuk menanya-
memiliki asuransi kesehatan bersedia membayar kan kesediaan membayar (WTP). Untuk men-
pelayanan laboratorium. Kemauan respoden dapatkan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam
untuk membayar produk pemeriksaan labora- WTP, dapat dilakukan dengan cara bidding
torium tidak secara signifikan dipengaruhi oleh game, close-ended referendum, open ended question,
status kepemilikan asuransi kesehatan. Alasan- dan payment card.
nya adalah karena masyarakat Banyuwangi Pada tahun 2008 Curt Lofgren dkk mela-
belum mengenal dengan baik dan masih sedikit kukan penelitian mengenai willingness to pay
yang memiliki asuransi kesehatan, sehingga (WTP) untuk asuransi kesehatan di daerah
sebagian besar pembayaran dari out of pocket. pedesaan Vietnam. Variabel yang digunakan
Penelitian kemauan membayar menggunakan dalam penelitiannya meliputi usia, jenis peker-
pendekatan contingent valuation method yang jaan, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota
merupakan metode untuk mengukur kemauan dalam satu keluarga. Dalam penelitiannya, Curt
membayar sebenarnya dan bertujuan untuk Lofgren dkk menggunakan open-ended perta-
mengukur keuntungan dari pelayanan publik nyaan WTP di mana responden melalui wawan-
yang tidak diperjualbelikan melalui pasar di cara langsung diberikan pertanyaan terbuka
ekonomi bebas. Variabel yang digunakan pada mengenai WTP maksimal yang akan diberikan
penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, pendi- untuk membayar asuransi kesehatan.
dikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, Zulkahfi (2013) melakukan penelitian yang
dan sosio-ekonomi. berisi mengenai Asuransi Syariah yang berhu-
Adapun Putu Linda Astrini Wati dan dr. bungan dengan pengelolaan dana Jaminan
Ketut Suarjana, MPH (2013), penelitiannya Sosial BPJS. Dalam penelitiannya menyebutkan
menggambarkan kemampuan membayar (ability bahwa sistem BPJS saat ini masih menggunakan
to pay) dan kemauan membayar (willingness to sistem asuransi konvensional bukan asuransi
pay) pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum syariah dalam pengelolaan dananya sehingga
Daerah Kapal Bandung. Data mengenai WTP prakteknya masih mengandung unsur maisir
menggunakan pendekatan contingent valuation dan gharar.
method (CVM) dengan metode permainan pena- Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai
waran (bidding game method) yaitu dengan mem- berikut, Mengukur besarnya willingness to pay
berikan pilihan daftar harga yang sanggup peserta pengguna BPJS Kesehatan D.I. Yogya-
dibayar oleh responden. WTA pasien dihitung karta untuk perbaikan kualitas pelayanan serta
per kelas rawat inap, sedangkan WTP dianalisis mengetahui pengaruh tingkat penghasilan,
dengan menghitung rata-rata tarif yang diingin- usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 47


terakhir, penerapan sistem syariah terhadap menggunakan BPJS Kesehatan sehingga jumlah
willingness to pay peserta pengguna BPJS Kese- total sampel yang digunakan oleh penelitian ini
hatan D.I. Yogyakarta untuk perbaikan kualitas adalah sejumlah 144 orang responden.
pelayanan. Penelitian ini menggunakan metode Conti-
ngent Valuation, yaitu metode yang dilakukan
dengan survei secara langsung kepada peserta
METODE PENELITIAN
BPJS Kesehatan mengenai willingness to pay
Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
adalah data primer. Data primer adalah data Pengolahan data primer menggunakan program
yang diperoleh dengan interaksi langsung SPSS dengan analisis regresi berganda, sehingga
bersama responden. Interaksi langsung dengan dapat mengetahui faktor-faktor yang mem-
responden menggunakan sistem wawancara pengaruhi besarnya willingness to pay peserta
secara langsung yang dibantu dengan kuisioner BPJS Kesehatan Kelas III untuk perbaikan kuali-
pada peserta BPJS kelas III yang berada di tas pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit umum D.I Yogyakarta. Penelitian
ini dilakukan di D.I Yogyakarta, tepatnya di HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul,
Puskesmas Lendah 1, Puskesmas Lendah 2, Uji Validitas dan Reliabilitas
Puskesmas Mlati 1 dan Gamping 1, Puskesmas Uji validitas digunakan untuk menguji kecer-
Wonosari 1, dan Puskesmas Pakualaman, objek matan pertanyaan yang dipakai dalam kui-
pada penelitian ini adalah peserta BPJS kelas III sioner penelitian yang akan diukur. Pertanyaan
yang berada di D.I Yogyakarta. dapat dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari
Penentuan sampel yang digunakan untuk rtabel pada level 5 persen. Dalam tabel 3 ditam-
objek penelitian ini menggunakan teknik pur- pilkan hasil validitas dari variabel yang diuji.
posive sampling. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan pasien yang menggu-
Tabel 3. Hasil uji validitas
nakan pelayanan kesehatan BPJS di kelas III
yang sedang berobat ke Puskesmas dan Rumah Variabel R - Hitung R – Tabel Keterangan
Sakit yang telah ditentukan untuk menjadi
sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini Income 0,982 0,164 Valid
Usia 0,180 0,164 Valid
ditentukan dengan formula sebagai berikut: JAK 0,168 0,164 Valid
Edu 0,365 0,164 Valid
Sumber : Data primer diolah
n= 1)
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
semua variabel yang diuji memiliki nilai rhitung
Keterangan: n adalah Jumlah Sampel; N adalah
lebih besar dari rtabel di level 5 persen dan
Jumlah Populasi (Peserta BPJS Kesehatan kelas
variabel syariah sebagai dummy, sehingga dapat
III); e adalah Persentase kelonggaran karena disimpulkan bahwa seluruh variabel yang
kesalahan pengambilan sampel yang ditole- digunakan dalam penelitian ini adalah valid.
ransikan (10 persen) Uji reliabilitas digunakan untuk menge-
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini tahui kestabilan alat ukur. Suatu alat ukur
adalah: dikatakan reliable apabila dapat memberikan
hasil yang sama bila dipakai untuk mengukur
n= = 99,99 ulang objek yang sama. Uji reliabilitas dilaku-
. ,
kan dengan cara menghitung Cronbach Alpha
Hasil perhitungan tersebut menjadi batas
pada masing-masing instrument. Reliabilitas
minimal jumlah sampel, pada penelitian ini,
yang dianggap sudah cukup memuaskan atau
sampel ditambah 44 orang dari batas minimal
reliabilitas konsistensi apabila Cronbach Alpha ≥
yang dipilih berdasarkan populasi masyarakat
0,4. Setelah data diolah, hasil Cronbach Alpha
di masing-masing Kabupaten dan Kota yang

48 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 44-57
Tabel 4. Nilai Tolerance dan VIF

Collinearity Statistics
Variabel Definisi
Tolerance VIF
Usia Usia 0,620 1,614
JAK Jumlah Anggota Keluarga 0,632 1,582
Edu Pendidikan terakhir yang ditempuh 0,785 1,275
Income Tingkat Penghasilan 0,774 1,280
Syariah Pentingnya penerapan sistem syariah 0,927 1,067

pada penelitian ini adalah sebesar 0,4 sehingga titik menyebar secara acak dan tersebar, baik di
dapat dikatakan bahwa instrumen yang digu- bawah angka 0 pada sumbu Y maupun di
nakan adalah reliabel. bawahnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat masalah heteroskedastisitas dan layak
Pengujian Asumsi Klasik untuk digunakan.

Uji Multikolinearitas. Uji multikolinearitas Tabel 5. Nilai Signifikansi Antarvariabel


adalah untuk menguji korelasi variabel bebas
atau independen yang digunakan. Pengujian Model t Sig.
multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat usia -0,96 0,051
nilai tolerance dan VIF pada hasil regresi. Jika jak -0,206 0,039
nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF kurang edu 0,83 0,350
income 0,132 0,137
dari 10, maka dapat dikatakan bahwa model syariah -0,044 0,586
yang digunakan tidak terdapat masalah multi-
kolinearitas.
Berdasarkan pada tabel 4 dapat dilihat
bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance
lebih dari 0,1 yang dapat diartikan bahwa tidak
ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya
lebih dari 95 persen. Nilai VIF pada penelitian
ini juga menunjukan bahwa semua variabel
memiliki nilai VIF kurang dari 10. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model yang diguna-
kan tidak terdapat masalah multikolinearitas.
Uji Heterokedastisitas. Uji Heterokedastisitas
ini untuk mengetahui adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan
atau dari satu pengamatan ke pengamatan lain.
Untuk mendeteksi adanya masalah heteroske-
Sumber: Data Primer Diolah
dastisitas, output regresi antara residual dengan
variabel-variabel independent lainnya. Output Gambar 1. Grafik Scatterplot
dalam penelitian ini menunjukan tidak adanya
hubungan yang signifikan pada level 1 persen Hasil Estimasi Regresi
antara seluruh variabel independent terhadap
Analisis regresi merupakan model yang digu-
nilai absolut residual. Hal ini menunjukkan
nakan dalam penelitian ini, dan model peneli-
bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisi-
tian dirumuskan sebagai berikut:
tas dan layak untuk digunakan.
Masalah heteroskedastisitas juga dapat di-
WTP = β0 + β1Income + β2usia + β3JAK +
deteksi dengan adanya pola pada grafik scatter-
plot. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa titik- β4edu + β5syariah + e 3)

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 49


Tabel 5. Hasil Estimasi Regresi

Full Model Fit Model


Variabel
Koefisien t-stat Koefisien t-stat
Konstanta 26.637,336 109,009*** 26.637,336 109,009***
usia -6,624 -1,612** -6,624 -1,612**
jak -121,339 -3,426*** -121,339 -3,426***
edu 44,972 2,827*** 44,972 2,827***
income 0,00039 6,087*** 0,00039 6,087***
syariah -162,775 -1,970** -162,775 -1,970**

R-Squared 0,435 R-Squared 0,435


F-statistic 21,288 F-statistic 21,288
Prob F-stat 0,000 Prob F-stat 0,000
Variabel Dependen: wtp
Keterangan : ***Signifikan pada α=1 persen
**Signifikan pada α= 5 persen

Keterangan: WTP adalah Willingness to Pay pelayanan BPJS Kesehatan, dapat diketahui
(Rp); β0 adalah Intersep; β1,…,β5 adalah Koe- deskripsi statistik variabel-variabel penelitian
fisien regresi; Income adalah Tingkat pengha- seperti tampak pada tabel 6.
silan (Rp per bulan); usia adalah Usia (tahun); Berdasarkan tabel 6, di antara 144 orang
JAK adalah Jumlah anggota keluarga (orang); responden willingness to pay tertinggi adalah
Edu adalah Pendidikan terakhir yang ditempuh sebesar Rp28.500,00 dan terendah Rp26.500,00.
(tahun); Syariah adalah seberapa penting sistem Rata-rata willingness to pay sebesar Rp26.875,00
syariah diperlukan (Dummy); e adalah Error dengan standar deviasi 553,12 dengan nilai
term standar deviasi yang lebih rendah daripada
nilai rata-rata maka dinyatakan bahwa sebaran
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 5
data jawaban responden terhadap variabel
pada kolom fit model dapat dilihat bahwa tidak
WTP terindikasi baik.
ada variabel yang dikeluarkan dari model. Oleh
Rata-rata dari variabel tingkat penghasilan
karena itu, variabel-variabel yang dianggap
144 orang responden berjumlah Rp1.316.458,33
mempengaruhi willingness to pay (WTP) yaitu
dengan penghasilan tertinggi Rp3.500.000,00
tingkat penghasilan, usia, jumlah anggota ke-
dan penghasilan terendah Rp500.000. Standar
luarga (JAK), pendidikan terakhir yang ditem-
deviasi sebesar 630555,83 lebih rendah dari
puh (edu), dan seberapa penting sistem syariah
rata-rata tingkat penghasilan yang menunjukan
diperlukan (syariah) mempengaruhi besarnya
sebaran data terhadap variabel tingkat pengha-
willingness to pay.
silan adalah baik.
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Tabel 6 menunjukkan variabel usia tertua
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah 63 tahun dan termuda 18 tahun dengan
tentang willingness to pay (WTP) peserta BPJS standar deviasi variabel 10,937 lebih kecil dari
Kesehatan Kelas III untuk peningkatan kualitas rata-rata sebesar 36,048 tahun. Hal ini menun-

Tabel 6. Deskripsi Statistik Variabel

Variabel Definisi Mean Max Min Std. Deviasi


WTP Willingness to pay 26.875 28.500 26.500 553,122
Usia Usia 36,048 63 18 10,937
JAK Jumlah Anggota Keluarga 3,437 6 1 1,2558
Edu Pendidikan terakhir yang ditempuh 11,229 16 6 2,511
Income Tingkat Penghasilan 1.316.458,33 3.500.000 500.000 630555,83
Syariah Pentingnya penerapan sistem syariah 0,7361 1 0 0,44228

50 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 44-57
jukkan sebaran data akan jawaban terhadap sebesar -6,624 yang dapat diartikan bahwa usia
variabel usia baik. Variabel jumlah anggota dan WTP memiliki korelasi negatif. Apabila
keluarga dari 144 responden menunjukan rata- usia semakin tua satu tahun, maka WTP akan
rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang. turun sebesar Rp6,624 dengan asumsi faktor lain
Jumlah anggota keluarga terbanyak sebanyak 6 danggap konstan. Hipotesis nol (H0) menyebut-
orang dan yang paling sedikit diwakili oleh kan bahwa jumlah anggota keluarga berpenga-
responden yang belum menikah beranggota ruh terhadap willingness to pay peserta BPJS
keluarga 1 orang. Standar deviasi variabel ini Kesehatan kelas III untuk perbaikan kualitas
sebesar 1,2558 lebih kecil dari rata-rata sebesar pelayanan kesehatan. Hipotesis alternative (Ha)
3,437 sehingga menunjukan bahwa sebaran data menyebutkan bahwa jumlah anggota keluarga
jumlah anggota keluarga adalah baik. tidak berpengaruh terhadap willingness to pay
Berdasarkan tabel 6, dari 144 orang respon- peserta BPJS Kesehatan kelas III untuk perbaikan
den yang menunjukkan pendidikan terakhir kualitas pelayanan kesehatan.
yang ditempuh, dihitung berdasarkan tahun Berdasarkan tabel 5 nilai t-stat atau thitung
tempuh pendidikan. Rata-rata lama belajar sela- variabel jumlah anggota keluarga (jak) sebesar -
ma 11,229 tahun dengan standar deviasi 2,51, 3,426 lebih kecil dari ttabel sebesar -2,6 maka
dengan nilai standar deviasi yang lebih rendah dapat dikatakan bahwa hipotesis nol (H0) dito-
daripada nilai rata-rata maka dinyatakan bah- lak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berarti
wa sebaran data jawaban responden terhadap variabel jumlah anggota keluarga tidak mempe-
variabel edukasi terindikasi baik. ngaruhi besarnya WTP. Nilai koefisien yang
Dengan jumlah 135 orang responden yang bertanda negatif menunjukkan bahwa usia dan
terlihat pada tabel, merasakan pentingnya pene- WTP memiliki korelasi negatif. Namun nilai t-
rapan sistem syariah menunjukkan skor terbesar statistik pada variabel jumlah anggota keluarga
1 dan terendah 0 serta rata-rata 0,7361. Standar menunjukan bahwa jumlah anggota keluarga
deviasi variabel ini sebesar 0,44 hal ini menun- tidak berpengaruh terhadap WTP. Jika satu
jukkan standar deviasi lebih besar dari rata-rata dalam keluarga bertambah satu orang, maka
sehingga dinyatakan bahwa sebaran data terha- tidak akan mempengaruhi kenaikan atau
dap variabel syariah adalah baik. penurunan WTP.
Pada tabel 5, nilai konstanta menunjukkan Hipotesis nol (H0) menyebutkan bahwa
angka 26.637,336 yang dapat diartikan bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh (edu) ber-
jika semua variabel bebas yaitu usia, jumlah pengaruh terhadap willingness to pay peserta
anggota keluarga (jak), pendidikan terakhir yang BPJS Kesehatan kelas III untuk perbaikan kua-
ditempuh (edu), tingkat penghasilan (income) litas pelayanan kesehatan. Hipotesis alternative
dianggap konstan, maka willingness to pay (Ha) menyebutkan bahwa pendidikan terakhir
(WTP) peserta BPJS Kesehatan Kelas III dalam yang ditempuh (edu) tidak berpengaruh terha-
upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dap willingness to pay peserta BPJS Kesehatan
akan sebesar Rp26.5486,155. kelas III untuk perbaikan kualitas pelayanan
Hipotesis nol (H0) menyebutkan bahwa usia kesehatan. Berdasarkan tabel 5 nilai t-stat atau
berpengaruh terhadap willingness to pay peserta thitung variabel pendidikan terakhir yang ditem-
BPJS Kesehatan kelas III untuk perbaikan kuali- puh (edu) sebesar 2,827 lebih besar dari ttabel 2,6
tas pelayanan kesehatan. Hipotesis alternatif dan tingkat probabilitasnya 0,000 yang lebih
(Ha) menyebutkan bahwa usia tidak berpenga- kecil dari 0,01, maka dapat dikatakan bahwa
ruh terhadap willingness to pay peserta BPJS hipotesis nol (H0) diterima. Berarti variabel pen-
Kesehatan kelas III untuk perbaikan kualitas didikan terakhir yang ditempuh (edu) mempe-
pelayanan kesehatan. Berdasarkan tabel 5 nilai t- ngaruhi besarnya WTP.
stat atau thitung variabel usia sebesar -1,612 lebih Tabel 5 menunjukkan koefisien variabel
besar dari ttabel sebesar -2,6, maka dapat pendidikan terakhir yang ditempuh (edu) sebe-
dikatakan bahwa hipotesis nol (H0) diterima. sar 44,972 yang dapat diartikan bahwa usia dan
Berarti variabel usia mempengaruhi besarnya WTP memiliki korelasi positif. Apabila pendi-
WTP. dikan terakhir yang ditempuh (edu) semakin
Tabel 5 menunjukkan koefisien variabel usia tinggi, maka WTP akan naik sebesar Rp44,972

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 51


dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. peningkatan pelayanan kesehatan BPJS Kese-
Hipotesis nol (H0) menyebutkan bahwa hatan Kelas III. Hipotesis alternatif menyatakan
tingkat penghasilan (income) berpengaruh ter- bahwa variabel usia, jumlah anggota keluarga,
hadap willingness to pay peserta BPJS Kesehatan pendidikan terakhir yang ditempuh, tingkat
kelas III untuk perbaikan kualitas pelayanan penghasilan, dan pentingnya sistem syariah jika
kesehatan. Hipotesis alternatif (Ha) menyebut- diterapkan secara bersama-sama tidak mempe-
kan bahwa tingkat penghasilan (income) tidak ngaruhi WTP untuk peningkatan pelayanan
berpengaruh terhadap willingness to pay peserta kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III.
BPJS Kesehatan kelas III untuk perbaikan kua- Dengan derajat kebebasan (df) 144-5-1 dan
litas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tabel 5 taraf signifikan 1 persen ( = 0.01) diperoleh
nilai t-stat atau thitung variabel tingkat pengha- nilai Ftabel sebesar 13,55. Pada Tabel 3.4 dapat
silan (income) sebesar 6,087 dan tingkat probabi- dilihat bahwa nilai F-statistik (Fhitung) sebesar
litasnya 0,000 yang lebih kecil dari 0,01, maka 21,288 yang berarti lebih besar dari Ftabel (13,55)
dapat dikatakan bahwa hipotesis nol (H0) diterima. dan probabilitas F-statistik sebesar 0,000 lebih
Berarti tingkat penghasilan (income) mempe- kecil dari 0,01. Dapat disimpulkan bahwa hipo-
ngaruhi besarnya WTP. Tabel 5 menunjukkan tesis nol (H0) diterima, secara simultan variabel
koefisien variabel tingkat penghasilan (income) usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan ter-
sebesar 0,00039 yang dapat diartikan bahwa akhir yang ditempuh, tingkat penghasilan, dan
ketika tingkat penghasilan naik satu rupiah pentingnya sistem syariah jika diterapkan
maka WTP akan meningkat sebesar Rp0,00039 mempengaruhi WTP untuk peningkatan pela-
dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. yanan kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III.
Hipotesis nol (H0) menyebutkan bahwa Pengaruh variabel-variabel terhadap WTP ini
pentingnya sistem syariah jika (syariah) berpe- secara bersama-sama dijelaskan pada gambar 2.
ngaruh terhadap willingness to pay peserta BPJS
Kesehatan kelas III untuk perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan. Hipotesis alternative (Ha)
menyebutkan bahwa pentingnya sistem syariah
jika (syariah) tidak berpengaruh terhadap
willingness to pay peserta BPJS Kesehatan kelas
III untuk perbaikan kualitas pelayanan kesehat-
an. Berdasarkan tabel 5 nilai t-stat atau thitung
variabel pentingnya sistem syariah (syariah) Gambar 2. Distribusi F: USIA, JAK, EDU, INCOME,
sebesar -1,97 lebih besar dari ttabel sebesar -2,6, SYARIAH terhadap WTP
maka dapat dikatakan bahwa hipotesis nol (H0)
diterima. Berarti pentingnya sistem syariah Berdasarkan tabel 5 model regresi pada
(syariah) mempengaruhi besarnya WTP. Tabel 5 penelitian ini adalah:
menunjukkan koefisien variabel pentingnya
sistem syariah (syariah) sebesar -162,775 yang WTP = 26.637,336 + 0,00039Income –
dapat diartikan bahwa tingkat penghasilan dan
WTP memiliki korelasi negatif. Apabila asumsi 6,624Usia – 121,399JAK + 44,972Edu –
seseorang yang menganggap sistem syariah 162,775Syariah + e
penting bertambah, maka WTP akan berkurang
dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Tabel 5 menunjukkan R-square yaitu 0,435 yang
Uji statistik F digunakan untuk menge- berarti bahwa variabel usia, jumlah anggota
tahui pengaruh variabel-variabel independen keluarga, pendidikan terakhir yang ditempuh,
secara simultan terhadap variabel dependen. dan syariah mempengaruhi WTP sebesar 43,5
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel usia,
persen dan sisanya 56,5 persen dipengaruhi oleh
jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir
faktor lain di luar model.
yang ditempuh, tingkat penghasilan, dan pen-
Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel
tingnya sistem syariah jika diterapkan secara
usia berpengaruh signifikan terhadap besarnya
bersama-sama mempengaruhi WTP untuk

52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 44-57
WTP untuk peningkatan pelayanan kesehatan harus dibayarkan tidak disebutkan secara eks-
BPJS Kesehatan Kelas III. Nilai koefisien varia- plisit dalam kuisioner dan responden hanya
bel usia memiliki tanda negatif, yang artinya diminta untuk menyebutkan WTP maksimal
adalah apabila usia meningkat maka WTP akan yang mereka rela bayarkan. Hasil penelitian ini
mengalami penurunan dengan asumsi faktor bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
lain dianggap konstan. Hasil penelitian ini Lofgren dkk. yang mengatakan bahwa jumlah
mendukung penelitian sebelumnya yang dila- anggota keluarga mempengaruhi WTP.
kukan oleh Lofgren dkk (2008) di Vietnam yang Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel
menyebutkan bahwa semakin bertambah tua pendidikan terakhir yang ditempuh (edu) memi-
seseorang maka WTP nya akan semakin rendah. liki pengaruh positif terhadap WTP untuk
Hubungan negatif antara usia dengan WTP peningkatan kualitas pelayanan kesehatan BPJS
pada penelitian ini bisa jadi disebabkan oleh Kesehatan Kelas III. Semakin lama seseorang
semakin meningkatnya usia seseorang, kebu- menempuh pendidikan, maka WTP akan meng-
tuhan akan barang lain selain kesehatan akan alami kenaikan. Pendidikan terakhir yang
semakin tinggi. Hal ini juga disebabkan oleh ditempuh menunjukkan tingkat pendidikan
semakin meningkatnya usia, seseorang cende- seseorang, maka semakin tinggi pendidikan
rung memiliki jumlah anggota keluarga dengan seseorang, maka pengetahuan, kesadaran dan
jumlah yang banyak dan meningkatkan kebu- pemahaman mengenai kesehatan juga semakin
tuhan sehingga menurunkan besarnya willing- tinggi. Hal ini mendukung penelitian terdahulu
ness to pay (WTP) untuk peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh Lofgren dkk (2008) sema-
kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III. kin tinggi pendidikan seseorang, maka pengeta-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa huan dan kebutuhan terhadap layanan kese-
jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh hatan akan bertambah yang kemudian akan
terhadap WTP untuk peningkatan pelayanan meningkatkan WTP untuk peningkatan kualitas
kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III. Nilai koe- pelayanan kesehatan.
fisien variabel jumlah anggota keluarga memiliki Berdasarkan hasil olahan data primer,
tanda negatif, yang artinya adalah jika jumlah variabel tingkat penghasilan (income) berpe-
anggota keluarga meningkat maka WTP akan ngaruh signifikan terhadap besarnya WTP untuk
mengalami penurunan dengan asumsi variabel peningkatan pelayanan kesehatan BPJS Kelas III.
lain dianggap konstan. Namun perhitungan t- Tanda yang dimiliki oleh variabel tingkat peng-
statistik pada variabel ini tidak menunjukkan hasilan menunjukkan pengaruh positif terha-
adanya hubungan antara jumlah anggota ke- dap WTP. Dengan asumsi faktor lain dianggap
luarga terhadap WTP. Kepesertaan BPJS Kese- konstan, jika pendapatan meningkat maka WTP
hatan ini tidak secara individu, namun dihitung juga akan meningkat. Pada penelitian sebelum-
dan disertakan per kartu keluarga sehingga jika nya yang dilakukan oleh Andhika W.P. (2010)
jumlah anggota keluarga yang terdaftar pada mengatakan bahwa pendapatan keluarga ber-
kartu keluarga semakin banyak maka beban pengaruh terhadap kunjungan ke Rumah Sakit
iuran setiap bulan akan bertambah. Beban iuran menggunakan layanan kesehatan. Hasil peneli-
yang bertambah akan menurunkan willingness tiannya juga mengatakan bahwa pendapatan
to pay (WTP) untuk peningkatan pelayanan keluarga sangat berhubungan dengan kemis-
kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III. Namun kinan, hal inilah yang menyebabkan pengguna-
pada dasarnya kepesertaan BPJS Kesehatan ini an layanan kesehatan menjadi relatif kecil.
bersifat wajib, sehingga ketika anggota dalam Semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang,
satu keluarga bertambah, maka kepala keluarga maka mereka akan rela mengeluarkan uang
yang menanggung biaya harus tetap membayar tambahan untuk peningkatan kualitas pelayanan
sesuai yang ditentukan. Hasil penelitian ini kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III dengan sya-
mendukung penelitian terdahulu yang dilaku- rat kualitas pelayanan kesehatan menjadi lebih
kan oleh Elmamy Handayani dkk. bahwa jumlah baik lagi.
anggota keluarga tidak mempengaruhi WTP. Hasil pengolahan data primer dalam pene-
Penyebabnya diduga karena besar iuran yang litian ini menunjukan bahwa jika sistem syariah

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 53


diterapkan akan berpengaruh negatif terhadap disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan
WTP. Pengaruh negatif ini dapat dilihat dari yang baik. Pemerintah dan pengelola BPJS
tanda negatif yang dimiliki variabel syariah ini. Kesehatan dapat bersama-sama menjadikan hal
Artinya, semakin mereka merasa bahwa sistem ini sebagai masukan untuk berupaya mening-
syariah ini penting untuk diterapkan maka WTP katkan pelayanan kesehatan khususnya bagi
akan mengalami penurunan. Penelitian ini peserta BPJS Kesehatan Kelas III. Harapannya
mendukung penelitian sebelumnya yang dila- peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi
kukan oleh Zulkahfi (2013) yang mengatakan peserta BPJS Kesehatan Kelas III ini dapat
bahwa sistem pengelolaan dana BPJS ini masih meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat
menggunakan sistem asuransi konvensional yang berpengaruh terhadap kegiatan lainnya
sehingga masyarakat yang mengerti akan hal yang mengharuskan masyarakat untuk terus
ini merasa bahwa sistem syariah penting untuk menjadi sehat sehingga mampu menjadi solusi
diterapkan. Dengan kata lain, semakin seseorang untuk mengurangi angka kemiskinan di Yogya-
merasa bahwa sistem syariah ini penting untuk karta.
diterapkan maka semakin turunnya WTP peser-
ta BPJS Kesehatan Kelas III yang masih meng- SIMPULAN
gunakan sistem konvensional didalamnya.
Berdasarkan hasil olah data hasil kuisioner Berdasarkan data yang diperoleh dengan pro-
dan wawancara langsung kepada 144 orang ses kuisioner dan wawancara langsung kepada
responden, total willingness to pay (WTP) peserta 144 orang peserta BPJS Kesehatan Kelas III,
BPJS Kesehatan Kelas III untuk peningkatan didapatkan total willingness to pay (WTP) untuk
kualitas pelayanan kesehatan adalah sebesar peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah
Rp3.862.300,00 dan rata-rata WTP per orang sebesar Rp3.862.300,00 dengan nilai rata-rata
sebesar Rp26.875,00. Variabel yang mempe- (mean) Rp26.875,00.
ngaruhi besarnya WTP adalah tingkat pengha- Tingkat penghasilan berpengaruh positif
silan, usia, jumlah anggota keluarga, pendidik- dan signifikan terhadap willingness to pay (WTP)
an terakhir yang ditempuh, dan pentingnya BPJS Kesehatan Kelas III untuk peningkatan
sistem syariah diterapkan. Surplus konsumen kualitas pelayanan kesehatan. Jika penghasilan
dapat diketahui melalui total WTP dari 144 seseorang meningkat, maka WTP juga akan
orang responden. Surplus konsumen sendiri meningkat dengan asumsi faktor lain dianggap
berarti perbedaan antara jumlah yang dibayar- konstan (ceteris paribus). Semakin meningkatnya
kan konsumen untuk barang dan jasa dengan penghasilan seseorang, maka harga yang me-
WTP. Total surplus dihitung dengan cara meli- ningkat tidak akan menjadi beban bagi dirinya
hat selisih dari total WTP dengan besar iuran sehingga Ia akan lebih rela membayar tambahan
BPJS Kesehatan Kelas III yang dibayarkan oleh iuran untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
144 orang responden. Sebelumnya iuran BPJS Usia berpengaruh negatif dan signifikan
Kesehatan Kelas III yang telah ditentukan ada- terhadap willingness to pay (WTP) peserta BPJS
lah sebesar Rp25.500,00. Besarnya total surplus Kesehatan Kelas III untuk peningkatan kualitas
konsumen dari 144 orang responden adalah pelayanan kesehatan. Jika umur seseorang ber-
Rp3.862.300,00 – (144 x Rp25.500,00) = tambah, maka WTP akan mengalami penurunan
Rp190.300,00 dan rata-rata surplus konsumen dengan asumsi faktor lain dianggap konstan
per orang adalah Rp26.875,00 – Rp25.500,00 = (ceteris paribus). Semakin bertambah tua seseo-
Rp1.375,00. Berdasarkan hasil hitung surplus rang, maka kebutuhan akan hal-hal lain akan
konsumen dapat dijelaskan bahwa dari 144 orang meningkat, sehingga Ia akan mengurangi per-
responden dalam penelitian ini rela membayar hatiannya terhadap kesehatan. Oleh karena itu,
tambahan iuran untuk peningkatan kualitas usia yang terus bertambah akan mengurangi
pelayanan kesehatan pada BPJS Kesehatan Kelas besarnya willingness to pay (WTP) untuk pening-
III. Iuran BPJS Kesehatan bisa saja dinaikan katan kualitas pelayanan kesehatan BPJS Kese-
sampai batas maksimal dengan rata-rata surplus hatan Kelas III.
konsumen, namun kenaikan iuran tersebut harus Jumlah anggota keluarga tidak berpenga-

54 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 44-57
ruh dan signifikan terhadap willingness to pay didapatkan adalah sebesar Rp 26.875,00. Rata-
(WTP) untuk peningkatan kualitas pelayanan rata tersebut didapat melalui proses kuisioner
kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III. Jika jumlah dan wawancara langsung dengan 144 orang
anggota keluarga bertambah atau berkurang, responden, yang berarti bahwa kenaikan pada
maka WTP tidak akan menurun atau bertambah harga Rp26.875,00 masih dianggap wajar.
dengan asumsi faktor lain dianggap konstan Sejumlah 144 orang responden tersebut tidak
(ceteris paribus). Sistem kepesertaan BPJS Kese- bermasalah jika harga naik dengan range yang
hatan diterapkan menurut anggota keluarga wajar, namun informasi, pelayanan, dan kese-
yang terdaftar dalam kartu keluarga sehingga diaan obat di Puskesmas/Rumah Sakit yang
kepala keluarga sebagai sumber penghasilan menerima pasien peserta BPJS Kesehatan Kelas
dalam satu keluarga harus menanggung iuran III harus juga ditingkatkan.
BPJS Kesehatan sejumlah anggota keluarga Usia berpengaruh negatif dan signifikan
tersebut. Namun sistem kepesertaan ini bersifat terhadap willingness to pay (WTP) peserta BPJS
wajib sehingga kepala keluarga tidak memiliki Kelas III. Diharapkan pelayanan terhadap peser-
pilihan bayar. Hal ini juga diduga karena dalam ta BPJS Kesehatan Kelas III ini lebih ditingkat-
kuisioner penelitian ini tidak disebutkan secara kan mengingat dengan semakin tingginya usia
eksplisit jumlah iuran yang harus dibayarkan maka kadar toleransi terhadap pelayanan yang
oleh responden. Responden hanya diminta kurang baik semakin berkurang.
untuk mengisi WTP maksimal yang rela diba- Tingkat penghasilan berpengaruh positif
yarkan untuk iuran BPJS Kesehatan Kelas III. dan signifikan terhadap willingness to pay (WTP)
Pendidikan terakhir yang ditempuh berpe- peserta BPJS Kesehatan Kelas III untuk pening-
ngaruh positif dan signifikan terhadap willing- katan pelayanan kesehatan. Semakin tinggi
ness to pay (WTP) untuk peningkatan kualitas pendapatan seseorang, maka tingkat harapan
pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan Kelas III. mendapatkan pelayanan yang baik akan mening-
Dengan asumsi faktor lain dianggap konstan kat juga sehingga Ia akan rela membayar tam-
(ceteris paribus), jika pendidikan terakhir yang bahan untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
ditempuh meningkat maka akan meningkatkan Sistem pembayaran iuran BPJS Kesehatan yang
WTP. Pendidikan terakhir yang ditempuh me- langsung dipotong melalui gaji juga menjadi
nunjukkan tingkat pendidikan seseorang. Sema- salah satu alasan mengapa harapan mengenai
kin tinggi pendidikan seseorang, maka pengeta- pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin
huan, kesadaran dan pemahaman mengenai tinggi. Maka diharapkan pihak Puskesmas/Ru-
kesehatan juga tinggi. Mereka cenderung lebih mah Sakit yang menangani pasien BPJS Kese-
memperhatikan masalah kesehatan lebih jeli. hatan tidak membeda-bedakan pelayanannya.
Pentingnya sistem syariah jika diterapkan Meskipun dalam penelitian ini jumlah
pada BPJS Kesehatan berpengaruh negatif dan anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap
signifikan terhadap willingness to pay (WTP). willingness to pay (WTP) peserta BPJS Kesehatan
Jika rasa penting akan sistem syariah ini me- Kelas III. Diharapkan pihak Puskesmas/Rumah
ningkat maka WTP untuk peningkatan pelayan- Sakit menyediakan pelayanan yang baik karena
an kesehatan akan mengalami penurunan. setiap peserta BPJS Kesehatan telah membayar
Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama dengan tanggungan satu keluarga, bukan hanya
Islam saat ini lebih memilih sesuatu yang ber- satu individu. Pengelola BPJS Kesehatan juga
bau syariah dengan anggapan sistem syariah diharapkan dapat memperhatikan keluarga
tersebut akan meningkatkan suatu sistem. dengan jumlah anggota keluarga yang terbilang
Semakin seseorang merasa bahwa sistem syariah cukup banyak untuk meminimalisir adanya
ini perlu diterapkan, maka WTP akan menurun tunggakan pembayaran karena beban iuran
dengan harapan sistem pada BPJS Kesehatan yang cukup tinggi.
akan merubah sistemnya menjadi sistem syariah Pendidikan terakhir yang ditempuh berpe-
agar lebih baik lagi dan tidak mengandung ngaruh positif secara signifikan terhadap willing-
gharar serta maisyir. ness to pay (WTP) peserta BPJS Kesehatan Kelas
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai III untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
rata-rata (mean) willingness to pay (WTP) yang Kualitas pelayanan meliputi fasilitas, informasi,

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 55


dan sikap pelayanan hendaknya ditingkatkan iuran jaminan kesehatan di Kabupaten
karena masyarakat dengan pendidikan tinggi Hulu Sungai Selatan, Universitas Padja-
akan lebih kritis dan paham akan kesehatan. jaran.
Mereka akan memilih Puskesmas/Rumah Sakit Fitri Syarifah, Tarif BPJS Kecil, RS Cenderung
dengan kualitas yang baik untuk menunjang Pilih-Pilih Pasien,
kesehatan dirinya dan keluarga demi mening- http://health.liputan6.com/read/2149508/tarif
katkan kualitas hidup. -bpjs-kecil-rs-cenderung-pilih-pilih-pasien.
Pentingnya sisetem syariah berpengaruh Diakses tanggal 20 Maret 2012 pk 22.41
negatif secara signifikan terhadap willingness to WIB.
pay (WTP) peserta BPJS Kesehatan Kelas III
Kementrian Kesehatan, (2013). Buku Saku FAQ
untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehat-
(Frequently Asked Questions) BPJS Kese-
an. Pada masa sekarang ini, masyarakat sudah
hatan, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
mulai paham akan pentingnya sistem syariah
dalam aspek muamalah sehingga ketika isu Kruk, M, dkk., (2009). Borrowing and selling to
BPJS haram mulai marak dibicarakan, mereka pay for health care in low-and middle-
lebih akan memilih BPJS Kesehatan Syariah jika income countries. Health Affairs vol.28,
nantinya akan diterapkan. Hal ini dapat menjadi United States.
pertimbangan bagi pengelola BPJS Kesehatan Todaro, M, P, dan Smith, C, Smith., (2009).
demi peningkatan pelayanan kesehatan yang Economic development, Eleven Edition, Ja-
lebih baik. karta: Erlangga.
Kamal, M. (2013). Faktor-faktor yang mempe-
DAFTAR PUSTAKA ngaruhi willingness to pay pengguna Trans
Jogja, Universitas Muhammadiyah Yogya-
Basuki, A, T. (2015). Regresi dalam penelitian karta.
ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: Penerbit Petty Primatury A. P., dan Budi, N, P., (tt).
Andi. Penataan ulang program BPJS Kesehatan
Anonim, Presiden Setuju Iuran BPJS Kesehatan dengan penggunaan chat eksperimen dan
Dinaikan, memperhatikan kesediaan membayar (willing-
http://www.bpjs.info/beritabpjs/Presiden_Setu ness to pay) masyarakat terhadap iuran jamin-
jui_Iuran_BPJS_Kesehatan_Dinaikkan-7007/. an kesehatan. Semarang: Program Studi
Teknik Industri. Universitas Diponegoro.
Maharani, A, dan Wardhani, V. (2011). Analisis
pengaruh kepemilikan asuransi kesehatan ter- Putra, A, W. (2010). Analisis permintaan peng-
hadap kemauan membayar produk pelayanan gunaan layanan kesehatan pada rumah sakit
laboratorium, Volume 14/No.01/Maret umum milik pemerintah di Kabupaten Sema-
2011/Halaman 44-48, Magister Manaje- rang. Semarang: Universitas Diponegoro.
men Rumah Sakit Universitas Brawijaya, Putri Adyowati, (2015) Ini alasan MUI Beri
Malang. fatwa haram program BPJS Kesehatan,
Murti, B., (2005), Pendapatan, pendidikan, tem- http://
pat tinggal, dan kemauan membayar asu- nasional.tempo.co/read/news/2015/07/30/1736
ransi kesehatan anaks: penggunaan teknik 87699/ini-alasan-mui-beri-fatwa-haram-bpjs-
“Bidding Game”, JMPK Vol. 08/No.02/ Juni/ kesehatan/2. Diakses tanggal 17 September
2015, Departement of Public Health. 2012 pk 10.52 WIB.
Lofgren, C, dkk., (2008). People’s willingness to Putu Linda A. W., dan Ketut Suarjana. (2013).
pay for Health Insurance in Rural Vietnam, The analysis of ability and willingness to
Cost Effectiveness and Resource Allocation pay of inpatients in Kapal Bandung Hos-
2008, 6:16, Hanoi Medical University, pital, Volume 1/No.1/ 2013/Halaman 48-53,
Vietnam. PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedok-
teran Universitas Udayana.
Elmamy, dkk. (tt). Faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi kemauan masyarakat membayar Saptutyningsih, E. (2007). Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap willingness to pay

56 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 44-57
untuk perbaikan kualitas air sungai Code kemampuan membayar, dan kemauan
di Kota Yogyakarta, Jurnal Ekonomi dan membayar masyarakat di Kota Samarinda.
Studi Pembangunan Vol.8 No.2 Oktober Universitas Hasanudin, Makassar.
2007 Universitas Muhammadiyah Yog- Zulkahfi. (2013). Jaminan kesehatan nasional
yakarta. (JKN) dalam perspektif Hukum Islam, Yog-
Subirman, dkk., (2007). Pembiayaan jaminan yakarta: Universitas Islam Negeri Sunan
kesehatan daerah berdasarkan biaya satuan, Kalijaga.

Determinan Willingness To Pay Iuran ... (Maya Andita, Masyhudi) 57

Anda mungkin juga menyukai