Anda di halaman 1dari 3

Kenaikan Biaya Iuran BPJS

Rencana kenaikan iuran BPJS mulai membawa kekhawatiran kepada


masyarakat akan kemampuan mereka dalam memenuhi kewajiban tersebut.
Menurut Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, kenaikan iurn BPJS tersebut akan
berlaku mulai 1 Januari 2020 dan dipastikan berlaku bagi kelas satu dan dua. Pada
kelas satu akan menjadi Rp 160.000,00 sedangkan kelas dua Rp 110.000,00
sedangkan pada kelas tiga ditunda setelah usulan tersebut ditolak oleh Komisi IX
dan XI DPR. Pada masalah ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga
menyatakan bahwa ia akan mencoba menegosiasi iuran BPJS bagi warga miskin
dan kelas tertentu.

Rencana kenaikan iuran BPJS khususnya apabila diterapkan pada kelas


tiga makan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat tersebut. Karena
diketahui menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2019 mencapai
terdapat 25,14 juta orang yang hidup dengan kemampuan finansial rendah atau
sebesar 9,41 persen. Hal ini menunjukkan apabila kenaikan iuran terjadi pada
kelas-kelas tertentu maka akan sangat menyusahkan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.

Data-data BPS tersebut perlu dicermati dan dijadikan pedoman dalam


membentuk keputusan akhir rencana kenaikan BPJS khususnya untuk masyarakat
kelas tiga. Karena apabila tidak ditimbang dampak dari kenaikannya dapat
memengaruhi terjaminnya kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek yang
dipicu kurangnya kemampuan finansial ditambah dengan pengeluaran yang lebih
untuk iuran BPJS.

Keluarga kelas menengah bawah pada Indonesia menunjukkan adanya


penurunan yaitu menurun sebesar 530 ribu orang atau 0,25 persen dibandingkan
September 2018. Meskipun terdapat penurunan namun masyarakat kelas tersebut
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pembayaran biaya-biaya yang pada
dasarnya merupakan layanan wajib dari negara.

Pemerintah perlu menyelamatkan masyarakat kelas bawah dalam iuran


BPJS yang apabila naik maka akan berbanding terbalik dengan penghasilan
mereka dalam sebulan. Banyaknya keluarga yang beranggotakan pengangguran
juga memicu dalam peningkatan atau pemertahanan jumlah masyarakat yang
dikategorikan dalam kelas tiga. Hal ini merupakan tamparan keras bagi
pemerintah yang patut dijadikan acuan untuk terus berusaha dalam memajukan
bangsa.

Terlebih lagi sudah disebutkan dalam undang-undang sesuai dengan Pasal 28H
ayat (1) Undang Undang Dasar (UUD) 1945 " Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian pada Pasal
34 ayat (1) menyebutkan " Fakir miskin, anak anak terlantar dipelihara oleh
negara." Pada ayat (3) dijelaskan pula " Negara bertanggung atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak. Seharusnya apabila
menilik undang-undang maka segala biaya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan dapat ditanggung negara, tapi pada kenyartaannya pasal ini tidak
berperan banyak dalam memenuhi kebutuhan masyrakat dengan finansial rendah.

Undang-undang tersebut sebenarnya merupakan upaya baik dalam


penegakan hukum mengenai jaminan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi
pelaksanaan suatu kebijakan yang kurang optimal dapat merusak tujuan dari
kebijakan tersebut.
Selain pelaksanaan yang kurang optimal, faktor lain yang menyebabkan
terambatnya program BPJS adalah manajemen keuangan yang buruk. Presiden
Jokowi menyebutkan bahwa telah disuntikkan dana sebesar 4,9 triliun rupiah akan
tetapi kurang, beliaua meminta agar ada penanganan yang lebih baik dan sistem
manajemen yang cermat sehingga kepastian pembayaran yang dilakukan rumah
sakit jelas.
Pada dasarnya pemerintah harus tetap berusaha dalam memajukan
kesejahteraan rakyatnya terutama dalam pelayanan kesehatan. Dan juga taat
melaksanakan kebijakan yang telah dibuat seperti yang tertulis sebagai undang-
undang agar pemerintahan berjalan dengan lebih baik dan rakyat menengah
bawah mendapatkan haknya untuk tidak dinaikkan iuran BPJS atau bahkan
biayanya ditanggung penuh oleh negara sehingga rakyat berhasil dalam
mewujudkan jasmani yang sehat.
Pemerintah sudah saatnya bergerak cepat dan tangkas serta tidak stagnan
pada satu titik saja dan terus menggantungkan APBN tanpa pengawasan aliran
dana yang jelas. Karena diketahui dana BPJS ini juga banyak dikorupsi oleh
kelompok yang bersangkutan dalam penanganan program pelayanan kesehatan
tersebut.
Selain itu penerapan program dan kebijakan yang bersangkutan dengan
penegakan pelayanan masyarakat perlu dijalankan dengan dedikasi yang tinggi
oleh pemerintah. Dan juga perlu menimbang rencana-rencana yang nantinya akan
dijadikan kebijakan sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada
masyarakat. Kita lihat pemerintah dalam menerapkan kebijakan dalam
pengambilan keputusan biaya iuran BPJS untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai