Anda di halaman 1dari 4

Resume

“Subsidi Silang dari BPJS Ketenagakerjaan kepada BPJS Kesehatan”

Sebagai negara yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan warga negaranya,


pemerintah indonesia memiliki peran yang penting untuk menjamin ditegakkannya
hak-hak yang harus diterima oleh warga negaranya. Salah satu hak yang harus dijamin
oleh negara adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu hak yang wajib
diberikan oleh negara kepada seluruh warga negaranya. Negara harus mampu untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta menjamin bahwa warga negaranya
telah secara adil mendapatkan kesempatan yang sama dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak. Dalam menjamin hak atas kesehatan tersebut, pemerintah
indonesia melakukannya melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan sebuah


lembaga yang dibentuk oleh pemerintah sebagai perwujudan dari pelaksanaan
program Jaminan Kesehatan Nasional1. Salah satu tugas paling penting yang diemban
oleh BPJS Kesehatan adalah untuk membiayai layanan kesehatan yang diperlukan oleh
pesertanya2. Selain itu, pelayanan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan ini juga telah
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yakni setiap orang berhak untuk
memperoleh layanan kesehatan3. BPJS Kesehatan memiliki sistem kerja yaitu dengan
cara menerima pendaftaran anggota yang berasal dari masyarakat. Setelah
pendaftaran dilakukan, peserta diwajibkan membayar biaya premi rutin yang telah
ditentukan dalam tiga golongan yang berbeda yaitu pada kelas I sebesar Rp. 80.000,00
(Delapan Puluh Ribu Rupiah) di tiap bulannya, Kelas II sebesar Rp. 51.000,00 (Lima
Puluh Satu Ribu Rupiah) tiap bulannya, dan Kelas III sebesar Rp. 25.500,00 (Dua Puluh
Lima Ribu Lima Ratus Rupiah) di tiap bulannya. Dana yang telah dibayarkan oleh
peserta BPJS Kesehatan tersebut akan dihimpun dan apabila peserta jatuh sakit dan

1
Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
2
Pasal 10 huruf (f) Undang-Undang 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3
Pasal 28H Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
ingin menggunakan fasilitas dari BPJS Kesehatan, maka BPJS Kesehatan akan
membayar biaya perawatan kesehatan tersebut dengan dana yang telah dibayar dan
dihimpun sebelumnya.

Untuk warga negara yang tidak dapat membayar premi dalam tiga golongan
tersebut karena keuangannya yang kurang atau miskin, BPJS Kesehatan juga
mengakomodasi dan memberi pelayanan bagi rakyat yang miskin, dengan membagi
kepesertaan BPJS Kesehatan menjadi dua golongan yaitu Peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) dan Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI). Penerima Bantuan
Iuran (PBI) adalah peserta BPJS Kesehatan yang biaya preminya dibayarkan oleh
pemerintah. Berdasarkan Perpres No 101 Tahun 2011, yang berhak menjadi peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin, dengan catatan golongan premi yang
dibayarkan adalah kelas III. Sedangkan peserta non-PBI adalah peserta yang membayar
iuran premi dengan uang mereka sendiri.

Seiring berjalannya waktu, terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh


BPJS Kesehatan diantaranya kepatuhan membayar biaya iuran yang rendah, tarif iuran
yang telah lama tidak naik sejak tahun pertama terbentuk, serta BPJS Kesehatan secara
konsisten mengalami defisit4. Defisit anggaran ini merupakan masalah terbesar dalam
jalannya BPJS Kesehatan ini, bahwa defisist anggaran yang dialami BPJS Kesehatan ini
telah mencapai 10,98 Triliun pada tahun 2018. Kondisi ini bukan merupakan kondisi
yang ideal bagi keuangan dan likuiditas dari BPJS Kesehatan itu sendiri. Defisit
anggaran ini pun terjadi akibat beragam macam faktor, yang pertama, adalah karena
BPJS Kesehatan yang menanggung terlalu banyak jenis penyakit, sehingga membuat
membengkaknya tagihan5. Kedua, terdapat banyak peserta BPJS Non-PBI yang
menunggak pembayaran iuran premi. Data pada Juni-Juli tahun 2018, terlihat terdapat
10 juta peserta BPJS yang menunggak pembayaran premi6. Permasalahan defisit yang
dialami oleh BPJS Kesehatan bukan dialami pada tahun 2018 saja, namun telah dimulai

4
https://bisnis.tempo.co/read/1127689/angka-defisit-bpjs-kesehatan-melonjak-apa-saja-
penyebabnya/full&view=ok
5
https://www.merdeka.com/uang/menteri-sri-mulyani-blak-blakan-penyebab-defisit-bpjs-
kesehatan.html
6
https://news.detik.com/kolom/d-4144570/di-balik-defisit-bpjs-kesehatan
bahkan sejak tahun pertama BPJS Kesehatan mulai beroperasi 7. Untuk menangani
permasalahan defisit anggaran ini, pemerintah telah melakukan penyuntikan dana
yang diambil melalui APBN, tetapi hal ini ditakuti akan memberatkan dana APBN itu
sendiri. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan upaya lain yaitu mengeluarkan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 222/2017 tentang Penggunaan, Pemantauan,
dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan penerapan Perpres untuk yang
bertujuan untuk menyelamatkan kondisi keuangan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan. Upaya ini juga masih belum bisa menangani defisit yang ada
pada BPJS Kesehatan, sehingga terdapat usulan dari lembaga Dewan Perwakilan
Rakyat yaitu melakukan subsidi silang dari dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan ke
dana BPJS Kesehatan untuk membantu mengatasi defisit anggaran akibat BPJS
Kesehatan yang salah tujuannya adalah agar pemerintah tidak perlu terus melakukan
penyertaan modal yang bersumber dari APBN.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan merupakan


sebuah lembaga yang dibentuk untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan hak-
hak serta jaminan kerja para pesertanya. Fungsi dari BPJS Ketenagakerjaan sendiri
diatur secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, yakni berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian,
program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua8. Berbeda dengan BPJS Kesehatan
yang selalu mengalami defisit, BPJS Ketenagakerjaan memiliki dana kelolaan yang
konsisten dan selalu menumbuhkan pendapatan tiap tahunnya. Terakhir pada Oktober
2018, dana kelolaan dari BPJS Ketenagakerjaan mencapai 346 triliun, naik 13,29% dari
tahun lalu9. Keadaan yang kontras dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
tersebut lantas membuat lembaga Dewan Perwakilan Rakyat memiliki pemikiran agar
dilakukan subsidi silang dari dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan untuk membantu
mengatasi defisit anggara akibat BPJS Kesehatan agar tidak menggunakan dana APBN
yang ditakuti akan memberatkan.

7
https://bisnis.tempo.co/read/1022079/tiap-tahun-defisit-bpjs-kesehatan-didorong-naikkan-
iuran/full&view=ok
8
Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
9
https://keuangan.kontan.co.id/news/hingga-oktober-dana-kelola-bpjs-ketenagakerjaan-capai-rp-346-
triliun
Subsidi silang yang dilakukan pada BPJS Ketenagakerjaan ke BPJS Kesehatan
dapat dianggap efektif, karena defisit anggaran BPJS Kesehatan tiga tahun terakhir
yang berkisar antara 9 – 10 Triliun, sedangkan dibandingkan dana kelolaan BPJS
Ketenagakerjaan konsisten membukukan kenaikan pendapatan sebesar 50 Triliun tiap
tahun, akan dapat membantu melunasi defisit anggaran BPJS Kesehatan tanpa terlalu
mengganggu kinerja dari BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri. BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan juga dibentuk atas peraturan pembentuk yang sama, yakni Undang-
Undang 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sehingga akan
mudah untuk merevisi mengenai legalitas adanya subsidi silang dalam peraturan
pembentuknya. Pada dasarnya, baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan
memiliki tujuan yang sama, yakni ada demi kepentingan masyarakat atau
mensejahterakan masyarakat, bukan berorientasi untuk mencari keuntungan (money
oriented), sehingga potensi terjadinya kebenturan kepentingan karena adanya subsidi
silan ini minim akan terjadi.

Sejatinya didalam hukum positif Indonesia, subsidi silang ini tidak


diperbolehkan. Terdapat larangan melakukan subsidi silang antar-program BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, hal ini dapat dilihat dalam pasal 52 Undang-
Undang 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang berbunyi,
“Anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dilarang: i. melakukan subsidi silang
antarprogram.” Selain itu, bila subsidi silang dilakukan maka peserta BPJS
Ketenagakerjaan sebenarnya akan mengalami kerugian, dikarenakan keuntungan dari
kenaikan dana kelolaannya akan disalurkan untuk menutupi defisit BPJS Kesehatan,
sehingga hal ini akan membuat keuntungan tersebut berpotensi menipis. Sebelumnya,
belum pernah ada skema subsidi silang antara dua institusi berbeda di Indonesia,
sehingga skema subsidi silang antara BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan masih
relatif baru. Hal ini riskan akan menimbulkan kerugian jika terjadi kegagalan akibat dari
subsidi silang yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai