Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1 HKUM4102

TUGAS 1 TINDAK PIDANA KORUPSI

NAMA : AHMAD DHEDHI PAMUNGKAS

NIM 031057184

Kebijakan Bansos Pemerintah Akibat Covid-19 Perlu Dievaluasi

 Pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) dalam dua bulan terakhir menimbulkan
permasalahan pada kesejahteraan masyarakat. Meski pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan bantuan sosial (bansos) dan stimulus bagi masyarakat namun penerapannya
masih belum maksimal. Sebagai contoh, bansos pemerintah masih belum diberikan
secara merata kepada masyarakat yang membutuhkan. Belum lagi, program Kartu Pra-
Kerja pemerintah dianggap tidak efektif mengantisipasi gelombang pemutusan
hubungan kerja (PHK).

Pemerintah dinilai perlu mengevaluasi segera program-program bantuan tersebut


sehingga lebih tepat sasaran dan efektif membantu masyarakat. Permasalahan ini
dikhawatirkan semakin memperparah tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya
penduduk miskin.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Akhmad Akbar Susamto,


menjelaskan anjloknya pertumbuhan ekonomi serta penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) tidak hanya berpotensi mengakibatkan hilangnya lapangan
kerja dalam jumlah besar, tapi juga meningkatkan kemiskinan secara masif. Potensi
lonjakan jumlah penduduk miskin sangat beralasan mengingat begitu banyaknya
masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat kesejahteraan mendekati batas
kemiskinan, walaupun tidak berada di bawah garis kemiskinan.

Menurutnya, masyarakat golongan rentan dan hampir miskin ini umumnya bekerja di
sektor informal dan banyak yang sangat bergantung pada bantuan-bantuan pemerintah.
Dengan menyebarnya pandemi dan diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), banyak golongan masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan dan
bahkan harus kehilangan mata pencahariannya, khususnya yang bekerja di sektor
informal. Apalagi, jika bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak mencukupi atau
datang terlambat, golongan rentan dan hampir miskin akan semakin banyak yang jatuh
ke bawah garis kemiskinan.

“Akibat pandemi Covid-19 pada tahun ini, kami memperkirakan jumlah penduduk di
bawah garis kemiskinan berpotensi bertambah 5,1 juta hingga 12,3 juta orang pada
Triwulan II 2020. Pada skenario berat, jumlah pertambahan penduduk miskin
berpotensi mencapai 5,1 juta orang, dengan asumsi bahwa penyebaran Covid-19 akan
semakin luas pada bulan Mei 2020, tetapi tidak sampai memburuk sehingga kebijakan
PSBB hanya diterapkan di wilayah tertentu di pulau Jawa dan satu dua kota di luar
pulau Jawa,” jelas Akhmad.

Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk miskin dan rentan miskin yang tidak
terjangkau bantuan sosial pemerintah dinilai memicu naiknya angka kriminalitas.
Sehingga, Akhmad menekankan pentingnya meletakkan prioritas kebijakan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah saat ini pada menjaga tingkat kesejahteraan masyarakat
terutama yang berada di sekitar garis kemiskinan.

Dia merekomendasikan berbagai langkah bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan


bantuan akibat Covid-19. Pertama, pemerintah harus memperbarui data penerima dan
meningkatkan jumlah penerima dan anggaran Program Keluarga Harapan (PKH).
Selama pandemi terdapat 10 juta keluarga dengan alokasi anggaran Rp37,4 triliun atau
Rp3,7 juta per tahun. Sementara, Kartu Sembako ditargetkan sebanyak 20 juta
keluarga dengan 3 anggaran Rp43,6 triliun, yang terdiri dari Rp200 ribu per bulan
selama sembilan bulan, termasuk Rp600 ribu untuk 1,776 juta keluarga di Jabodetabek
selama tiga bulan. Selain itu, ada transfer cash dari Program Kartu Prakerja untuk 5,6
juta peserta senilai Rp600 ribu selama empat bulan.

“Di samping terus memperbarui data penduduk miskin dan rentan miskin yang layak
mendapatkan bantuan sosial, pemerintah perlu meningkatkan anggaran Bantuan Sosial
dan memperluas jumlah penerima bantuan kepada penduduk yang jatuh miskin akibat
Covid19,” jelas Akhmad.

Kemudian, Akhmad juga menyarankan pemerintah agar menyederhanakan penyaluran


bansos. Di banyak tempat, berbagai bentuk Bantuan Sosial yang berbeda-beda jenis
dan jumlahnya telah menimbulkan ketegangan sosial di sejumlah daerah. Hal ini
diperparah dengan basis data Bantuan Sosial, khususnya Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS), yang digunakan oleh pemerintah daerah yang belum mencakup
masyarakat yang sebelumnya tidak terdata namun kondisi ekonominya memburuk
selama pandemi.

“Salah satu alternatif yang dapat ditempuh pemerintah adalah menggandeng bank-bank
pemerintah untuk melakukan transfer Bantuan Sosial secara langsung melalui rekening
khusus untuk setiap penerima bantuan. Selain penyalurannya lebih efisien, penerima
bantuan tidak tumpang tindih. Di samping itu, potensi berkurangnya jumlah bantuan
dapat dihindari,” jelasnya.

Rekomendasi lain, Akhmad mendesak pemerintah segera menurunkan biaya-biaya


yang dikontrol pemerintah atau administered prices seperti bahan bakar minyak (BBM),
tarif listrik, gas LPG dan air. Khusus BBM, pemerintah harus merevisi Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 62.K/12/MEM/2020, yang menaikkan
biaya konstanta dari Rp1.000 menjadi Rp1.800 untuk RON di bawah 95 dan Minyak
Solar CN 48 dan dari Rp1.200 menjadi Rp2.000 untuk RON 95, RON 98, Minyak Solar
CN 51.
“Semestinya dalam situasi seperti ini, pemerintah dapat merevisi kembali formula
penetapan harga BBM tersebut sehingga dapat membantu meringankan beban
ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Insentif bagi Petani dan Nelayan

Ekonom Core lainnya, Muhammad Ishak Razak menambahkan pemerintah juga harus
meningkatkan insentif bagi petani, peternak, dan nelayan melalui skema pembelian
produk oleh pemerintah dan perbaikan jalur logistik hasil pertanian, peternakan, dan
perikanan. Menurutnya, saat pandemi Covid-19, para petani, peternak, dan nelayan
yang terus berproduksi kini menghadapi minimnya serapan pasar.

“Jika insentif di sektor ini tidak segera dan secara khusus diberikan, maka mereka
berpotensi menambah jumlah penduduk kemiskinan. Selain itu, Kebijakan tersebut juga
akan membantu pemerintah mengamankan ketersediaan stok pangan nasional
khususnya selama berlangsungnya masa pandemi,” kata Razak.

Kebijakan relokasi anggaran juga diperlukan untuk mengatasi pandemi ini. Meskipun
terdapat ruang untuk memperlebar defisit, pemerintah dapat mengoptimalkan realokasi
anggaran yang telah disusun dan menerapkan beberapa kebijakan alternatif dengan
melakukan pembagian beban atau burden sharing antara pemerintah pusat dan daerah
dengan mengalihkan sebagian anggaran transfer daerah dan dana desa untuk
dialokasikan menjadi anggaran bantuan sosial.

Salah satu anggaran yang perlu direlokasi yaitu program Kartu Pra-Kerja yang
digunakan untuk membayar program pelatihan senilai Rp5,63 triliun. Akhmad menilai
program ini tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini, khususnya angkatan
kerja yang menganggur akibat PHK.

Sumber:

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eb1000c12494/kebijakan-bansos-
pemerintah-akibat-covid-19-perlu-dievaluasi?page=3

Jawab

1 Dari kasus di atas, bagaimana manfaat hukum dan masyarakat hadir menjembatani
masalah hukum dengan masalah sosial?

Dalam situasi seperti ini pemerintah masih bisa membahas RUU (Rancangan Undang-Undang)
dan UU (Undang-Undang), selain itu persidangan di pengadilan pun berjalan seperti biasa
dengan memperhatikan aturan pencegahan Covid-19 namun agak sulit untuk bergerak leluasa
dan kreatif seperti sebelum ada pandemi”

Berbeda dari krisis-krisis ekonomi sebelumnya krisis karena pandemi ini yang terkena dampak
besar adalah usaha mikro. Dibutuhkan insentif lanjutan pada kekuatan utama ekonomi nasional
untuk pemulihan ekonomi di usaha mikro, pariwisata dan pangan. Selain itu dibutuhkan juga
penguatan fiskal sebagai syarat mitigasi dan kebijakan moneter lebih longgar dalam bentuk
relaksasi kredit dan pembiayaan kepada pelaku usaha di sektor ekonomi utama dan mikro.

Salah satu kewenangan Hukum Tata Negara adalah membuat peraturan perundang-
undangan. New Normal membutuhkan perangkat peraturan hukum yang bisa menjamin
masyarakat bisa hidup dengan baik ditengah-tengah Pandemi Covid-19. 

Membuat peraturan perundang-undangan dalam Hukum Tata Negara ditentukan menjadi


kewenangan dari Pemerintah. Proses penyusunan peraturan perundang-undangan itu
harus disesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang sedang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, dalam hal ini adalah keadaan New Normal. 

Yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan adalah Pemerintah, jika berupa


undang-undang dibentuk oleh DPR dan Presiden, jika berupa peraturan pemerintah yang
lainnya dibentuk oleh Presiden beserta jajarannya atau eksekutif. 

Hukum Tata Negara memberi wewenang kepada para pembentuk peraturan perundang-
undangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan sesuai keinginannya. 

Dalam POLITIK HUKUM peraturan perundang-undangan dibuat sesuai dengan visi misi
pembentuk peraturan perundang-undangan, namun demikian isi peraturan perundang-
undangan itu harus disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat peraturan
perundang-undangan itu dibentuk.

Kondisi di Indonesia sedang menghadapi Pandemi Covid-19, maka mau tidak mau
pembentuk peraturan perundang-undangan harus membuat peraturan perundang-
undangan sesuai dengan kondisi Pendemi Covid-19 ini. 

Pandemi Covid-19 salah satu cara mencegah penyebarannya adalah dengan pola hidup
bersih, memakai masker, social distancing dan psical distancing, peraturan perundang-
undangan yang hendak dibuat harus berisi cakupannya tentang hal tersebut di atas. 

Pemegang kewenangan pembentuk peraturan perundang-undangan dalam melaksanakan


kewenangannya harus bisa memasukkan unsur-unsur di atas tadi agar terjadi pencegahan
penyebaran Covid-19 tersebut. 

Dalam HukumTata Negara juga diajarkan bahwa peraturan perundang-undangan yang baik
harus memenuhi 3 unsur, yaitu unsur filosofis, unsur yuridis dan unsur sosiologis, agar
peraturan perundang-undangan bisa diterima oleh masyarakat pembentuk peraturan
perundang-undangan harus memperhatikan ketiga unsur tersebut. 

2 Sosiologi hukum tumbuh dan berkembang dari dorongan berbagai aliran filsafat
hukum. Bagaimana kaitan contoh kasus di atas ditinjau dari mahzab sejarah dari Carl
Von Savigny?

Mazhab Sejarah dipelopori oleh seorang ahli hukum bangsa Jerman Friedrich Karl von
Savigny. ... Ia berpendapat bahwa hukum mengalami perubahan sesuai dengan
keadaan masyarakat dari masa ke masa, sehingga tidak mungkin ada hukum yang bisa
berlaku untuk semua bangsa. Mazhab Sejarah dipelopori oleh seorang ahli
hukum bangsa Jerman Friedrich Karl von Savigny. Menurut Savigny di
dunia ini terdapat beragam bangsa dimana tiap bangsa
memiliki volksgeist atau jiwa bangsanya masing-masing. Aneka ragam
jiwa bangsa tersebut dapat dilihat melalui berbagai ragam bahasa,
adat istiadat dan organisasi sosial masyarakat yang dimiliki oleh tiap
bangsa. Perbedaan jiwa bangsa tersebut juga menimbulkan perbedaan
pandangan tentang keadilan.
Savigny memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan Aliran
Hukum Alam yang memandang bahwa hukum bersifat universal dan
abadi. Ia berpendapat bahwa hukum mengalami perubahan sesuai
dengan keadaan masyarakat dari masa ke masa, sehingga tidak
mungkin ada hukum yang bisa berlaku untuk semua bangsa. Pendapat
Savigny juga bertolak belakang dengan Positivisme Hukum.
Menurutnya hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau
karena kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di
dalam jiwa bangsa. Hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat.
Di kaitkan kasus di atas Pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) dalam dua bulan
terakhir menimbulkan permasalahan pada kesejahteraan masyarakat. Meski
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bantuan sosial (bansos) dan stimulus bagi
masyarakat namun penerapannya masih belum maksimal. Sebagai contoh, bansos
pemerintah masih belum diberikan secara merata kepada masyarakat yang
membutuhkan. Belum lagi, program Kartu Pra-Kerja pemerintah dianggap tidak efektif
mengantisipasi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemerintah dinilai perlu
mengevaluasi segera program-program bantuan tersebut sehingga lebih tepat sasaran
dan efektif membantu masyarakat. Permasalahan ini dikhawatirkan semakin
memperparah tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya penduduk miskin “Di
samping terus memperbarui data penduduk miskin dan rentan miskin yang layak
mendapatkan bantuan sosial, pemerintah perlu meningkatkan anggaran Bantuan Sosial
dan memperluas jumlah penerima bantuan kepada penduduk yang jatuh miskin akibat
Covid19,”

3.Carilah contoh kasus lainnya yang terjadi di lingkungan masyarakat tempat tinggal
anda dan berikan analisis penyelesaiannya menurut karakteristik hukum dan
masyarakat yang telah anda pelajari!

Tawuran antar remaja adalah salah satu bentuk kenakalan remaja. Dari peristiwa itu, bisa dilihat
bahwa kenakalan remaja adalah salah satu contoh masalah sosial. Peristiwa tersebut adalah
pelanggaran dari norma-norma yang ada dan seharusnya dianut oleh para remaja.
Dampak yang sangat berpengaruh dari kenakalan remaja adalah pada remaja itu sendiri.
Kenakalan remaja akan membuat mental dari remaja tersebut rusak. Jika banyak remaja yang
mentalnya rusak, ini adalah ancaman yang serius untuk Indonesia untuk generasi yang akan
datang. Cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah dengan selalu
mengawasinya. Banyak pihak yang harus ikut terlibat dalam upaya ini. Seperti pihak sekolah,
pemerintah, masyarakat umum, dan yang sangat berpengaruh adalah keluarga atau orang tua.

Untuk melakukan perubahan, memang harus terjadi dari luar dan dalam diri remaja itu sendiri.
Akan tetapi, dengan melakukan dorongan-dorongan maka kenakalan yang terjadi di kalangan
remaja bisa segera teratasi.

Anda mungkin juga menyukai