Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jenifer Hutagaol

NIM : 2034002

Solusi atas Analisa Perubahan Struktur Organisasi di masa Covid-19 dan

Perilaku terhadap UU Cipta Kerja

Dampak dari kebijakan dengan menjaga jarak atau social distancing, telah merubah pola
prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kita sudah mengalami yang namanya krisis ekonomi.
Dimana banyak orang juga di PHK pada masa pandemi ini. Adanya pun bantuan yang di berikan
pemerintah kepada masyarakat tidaklah merata. Bukan hanya pegawai kantoran saja yang
mengalami dampak dari pandemi ini, tapi pedagang kaki lima bahkan buruh kasar pun terkena
dampaknya.
Mungkin pemerintah hanya mendata untuk jumlah pasien covid yang bertambah. Tapi
pemerintah tidak memperhatikan berapa banyak masyarakat yang kelaparan dan tidak
mempunyai apa-apa sama sekali karena pandemi ini. Dan berapa yg sudah dibantu.
Solusi yang saya berikan adalah, seharusnya buka pegawai kantoran lah yang menerima
BLT (Bantuan Langsung Tunai), tetapi masyarakat yang sangat-sangat memprihatinkan. Para
buruh dan pedagang kaki lima. Dan juga pemulung, pengemis, pelacur, dan semua orang yang
kerja di malam hari tapi terkendala karena di batasi nya jam malam. Terutama sales dan pekerja
seperti pegawai indomaret atau pun pegawai pertamina yang menuangkan bensin di pom
bensin.
Mereka juga masyarakat Indonesia, mereka terkena dampak dan mengalami
pengurangan pegawai. Memang tidak bisa di pungkiri bahwa perusahaan juga merugi bila tetap
mempekerjakan mereka. Dari situ harusnya pemerintah berfikir, bukan saatnya sekarang untuk
menaikkan daya beli masyarakat dengan memberikan BLT kepada pegawai kantor yang
mempunyai BPJS. Karena pegawai kantoran masih mempunyai gaji pokok, masih bisa
membiayai hidup, dan ada sisa untuk hidup di bulan depan.
Tetapi orang-orang yang di PHK, yang bahkan hanya lulus sekolah di SMP SMA, mereka
akan sangat gusar dan menderita karena tidak ada biaya untuk hidup bulan depan. Bahkan
tersedia nya lapangan kerja dan mencari pekerjaan di masa pandemi ini susah. Alangkah
baiknya mereka yang lebih di perhatikan.
Karena setelah krisis ekonomi akan muncul perubahan perilaku yang lain dari
masyarakat yang tidak puas akan kebijakan pemerintah, yaitu krisis sosial. Dimana sudah mulai
tampak di berbagai daerah seperti munculnya berita-berita tentang pembunuhan di karenakan
tidak memberikan bahan makanan. Warga akan anarkis, mereka tidak mengindahkan hukum
dan kebijakan pemerintah lagi kalau sudah menyangkut kebutuhan pokok hidup mereka dan
anak-anak mereka.
Dan untuk struktur organisasi di perusahaan juga banyak yang berubah dan pegawai
merangkap-rangkap tugas pegawai lain yang tidak seharusnya. HRD dan para Manager harusnya
memperhatikan hal-hal seperti itu, apakah orang itu malah kewalahan mendapat tugas lebih, dan lebih
memperhatikan kesehatan dan mental karyawan, karena di rumah saja pun bisa membuat orang
menjadi jenuh dan stress.

UU Cipta Kerja masih banyak tidak diterima di kalangan masyarakat. Perilaku awal yang
ditunjukkan masyarakat sewaktu UU Cipta Kerja nya ini di sebarluaskan di media sosial meresahkan
semua orang. Mereka demo, tetapi juga membahayakan orang lain dan diri sendiri, akibatnya pun
terdampak terhadap masyarakat, yaitu atas terbakar nya Halte Busway di beberapa tempat, sehingga
tidak bisa dipakai lagi.

Pemerintah seharusnya menganalisa dan memperhatikan mengapa perilaku ini bisa terjadi.
Karena tidak adanya pemberitahuan secara sah tentang adanya UU baru ini maka dari itu warga
mengamuk. Dan setelah itu terjadi pun, pemerintah juga tidak angkat bicara menjelaskan secara jelas-
jelas nya kepada masyarakat, sehingga amarah warga pun tidaj surut. Kedepannya semoga pemerintah
memberitahu warga terlebih dahulu, karena semua itu warga lah yang mengonsumsi UU tersebut.
Meskipun kita sebagai warga akan menerima apa pun kebijakan pemerintah, alangkah baiknya bila di
sosialisasikan kepada masyarakat agar tidak terjadi perpecahan antara pemerintah dan warga.

Tambahan dari Sdr.Doli :

Bahwa tidak semua UMKM mendapatkan BLT. Meskipun memenuhi syarat tapi apabila ada seperti
pernah meminjam uang ke bank tidak akan mendapatkan hak tersebut.

Tambahan :

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk memberikan bantuan langsung tunai (BLT)
kepada masyarakat desa selama pandemi COVID-19. Anggarannya diambil dari alokasi dana desa di
masing-masing wilayah.

Pemerintah menargetkan penyaluran BLT dana desa kepada 12,3 juta kepala keluarga (KK) di
seluruh Indonesia. Besaran manfaat yang diterima Rp 600.000 per KK per bulan selama tiga bulan
dimulai dari April 2020. Total anggaran yang disediakan Rp 22,4 triliun atau 31% dari total anggaran
dana desa Rp 71,19 triliun.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT)


mencatat sudah mencairkan bantuan langsung tunai (BLT) dana desa kepada 167.676 kepala keluarga
(KK) di 8.157 desa yang tersebar 76 kabupaten se-Indonesia. Artinya, masih ada 12 juta KK lagi yang
belum dapat BLT dana desa

Anda mungkin juga menyukai