Anda di halaman 1dari 24

Tugas 3: Dampak Masif KorupsiAssignment

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Bagaimana pendapat mahasiswa mengenai kemiskinan yang masih terjadi di


negeri tercinta ini? Apa dampak korupsi bagi masyarakat miskin?
2. Apa dampak yang paling nyata di bidang ekonomi dari korupsi yang dilakukan
oleh Pejabat Publik?
3. Bagaimana pendapat mahasiswa tentang korupsi dan perilaku koruptif yang
dilakukan oleh para senator anggota Dewan Perwakilan Rakyat?
4. Mengapa korupsi mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan
mayarakat?
5. Sebutkan dampak masif yang terjadi akibat korupsi!
6. Jelaskan mengapa korupsi mengakibatkan eksistensi bangsa dan negara
terganggu?

Jawab :
1. Pendapat saya mengenai kemiskinan yang masih terjadi di negeri ini adalah
merupakan hal yang sangat ironis karena hingga saat ini masih banyak masyarakat
Indonesia yang terbelenggu dalam masalah kemiskinan. Salah satu buktinya ialah
kasus kelaparan yang kerap kali terjadi dipelosok IndonesiaMemang sejak awal
kemerdekaan bangsa Indonesia telah menaruh perhatian khusus terhadap masalah
kemiskinan. Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945.
Namun masalah ini tidak kunjung usai. Dan semakin berkepanjangan. Sehingga
menimbulkan berbagai dampak kronis keperti tingkat kriminalitas yang tinggi karena
kecemburuan social. Kemiskinan bukanlah hal sepele yang dapat dengan mudah
diselesaikan. Masalah ini perlu perhatian serius dari setiap warga negara Indonesia
tidak hanya dari pemerintah Hingga saat ini sudah banyak cara yang dilakukan
terutama oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan.Walaupun sudah banyak
langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah, namun masalah kemiskinan tetap sulit
dihapuskan.

Pada dasarnya faktor penyebab kegagalan tersebut ialah program-program yang


dilakukan pemerintah cenderung memberikan hal yang instan atau langsung jadi
kepada masyarakat. Contohnya, pemberian dana BLT dan pembagian beras miskin
(raskin). Hal ini berdampak buruk bagi masyarakat. Karena, masyarakat Indonesia
akan menjadi malas bekerja karena hanya bergantung dari pemberian pemerintah.
Dilain pihak, program ini justru merupakan ladang emas bagi para koruptor. Sehingga
program pemerintah juga tidak tersalurkan dengan baik.Sebenarnya masalah
kemiskinan bersumber dari kemalasan seseorang dan ditambah lagi dengan sedikitnya
lahan pekerjaan yang tersedia, sedangkan jumlah masyarakat sangat banyak dan terus
bertambah setiap waktu. Perbandingan jumlah warga negara dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia berrbanding jauh. Dalam jangka waktu satu tahun ada ribuan
bahkan puluhan ribu orang yang lulus perguruan tinggi. Akan tetapi mereka kesulitan
mendapatkan lapangan pekerjaan karena terbatas. Faktor lain ialah, skills atau
keahlian mereka kurang memadai untuk bersaing di dunia kerja. Kemudian terjadilah
pengangguran yang menyebabkan kemiskinan. Untuk itu, langkah yang perlu
dilakukan adalah membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Indonesia dapat
bekerja sama dengan perusahaan asing yang menanamkan modal ke dalam negeri.
Pengurangan tenaga mesin juga dapat dilakukan. Agar memberi kesempatan kepada
orang untuk bekerja. Walupun penggunaan mesin sangat dibutuhkan agar lebih
efisien. Lebih baik lagi apabila mesin bekerja sebagai pelengkap
saja.Penggalakan home industry atau wiraswasta juga merupakan salah satu lanfkah
yang baik. Dari hal tersebut dapat terbentuk padat karya. Sehingga rakyat memiliki
penghasilan dan terhindar dari pengangguran.Langkah lain yang mendukung adalah
memberikan pendidikan gratis. Mencerdaskan anak bangsa merupakan langkah yang
tepat untuk mengatasi kemiskinan. Setidaknya bila bangsa Indonesia memiliki warga
negara yang cerdas, penyakit sosial seperti pengangguran, prostitusi, kriminalitas,
bahkan terorisme akan terminimalisir. Masyarakat dapat berpikir secara kritis. Akan
lebih baik lagi apabila ada pendidikan moral serta agama untuk melengkapi semua
langkah tersebut.Jadi, program yang telah dilakukan pemerintah sudah baik. Namun
langkah yang dijabarkan di atas juga patut diperhitungkan dan dipikirkan secara
matang. Pemerintah sebaiknya tidak memberikan hal instan kepada masyarakatnya
tetapi hal yang membangun masyarakat agar menjadi masyarakat yang mandiri dan
bermoral.

Sedangkan dampak korupsi bagi masyarakat miskin adalah Korupsi, tentu saja
berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan masyarakat miskin di desa dan kota.
Awal mulanya, korupsi menyebabkan Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional
kurang jumlahnya. Untuk mencukupkan anggaran pembangunan, pemerintah pusat
menaikkan pendapatan negara, salah satunya contoh dengan menaikkan harga BBM.

Pemerintah sama sekali tidak mempertimbangkan akibat dari adanya kenaikan


BBM tersebut harga-harga kebutuhan pokok seperti beras semakin tinggi biaya
pendidikan semakin mahal, dan pengangguran bertambah. Tanpa disadari, masyarakat
miskin telah menyetor 2 kali kepada para koruptor. Pertama, masyarakat miskin
membayar kewajibannya kepada negara lewat pajak dan retribusi, misalnya pajak
tanah dan retribusi puskesmas. Namun oleh negara hak mereka tidak diperhatikan,
karena "duitnya rakyat miskin" tersebut telah dikuras untuk kepentingan pejabat.

Kedua, upaya menaikkan pendapatan negara melalui kenaikan BBM,


masyarakat miskin kembali "menyetor" negara untuk kepentingan para koruptor,
meskipun dengan dalih untuk subsidi rakyat miskin. Padahal seharusnya negara
meminta kepada koruptor untuk mengembalikan uang rakyat yang mereka korupsi,
bukan sebaliknya, malah menambah beban rakyat miskin.

Ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin akibat
korupsi, diantaranya. Pertama, membuat mereka (kaum miskin) cenderung menerima
pelayanan sosial lebih sedikit. Instansi akan lebih mudah ketika melayani para pejabat
dan konglomerat dengan harapan akan memiliki gengsi sendiri dan imbalan materi
tentunya, peristiwa seperti ini masih sering kita temui ditengah–tengah masyarakat.

Kedua, Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyek–proyek


yang menolong kaum miskin, yang sering terjadi biasanya para penguasa akan
membangun prasarana yang mercusuar namun minim manfaatnya untuk masyarakat,
atau kalau toh ada biasanya momen menjelang kampanye dengan niat mendapatkan
simpatik dan dukungan dari masyarakat. Ketiga, orang yang miskin dapat terkena
pajak yang regresif, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki wawasan dan
pengetahuan tentang soal pajak sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum.

Keempat, kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil


pertanian karena terhambat dengan tingginya biaya baik yang legal maupun yang
tidak legal. Sudah menjadi rahasia umum ketika mengurus perizinan, para investor
masih tetap harus membayar "upeti kepada orang tertentu, ini artinya budaya
demikian sudah kian mengakar, inilah yang kemudian sebagian orang saking putus
asanya mengatakan bahwa korupsi di negeri ini sudah jadi budaya jadi sulit untuk
diberantas.

Selain berdampak pada kemiskinan, tidak menutup kemungkinan juga


berdampak pada pengangguran di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang
yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai
penganggur. Terbatasnya lapangan kerja mengakibatkan terjadinya pengangguran.
Penganguran timbul karena adanya ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan
lapangan kerja.

Bagi negara yang sedang mengalami transisi dari negara agraris menuju
industrialisasi, seperti Indonesia, pengangguran banyak dijumpai. Keahlian
penduduknya dibidang agraris, sementara lapangan kerja yang ada, menuntut yang
lain. Bangkrutnya perusahaan-perusahaan pada saat krisis ekonomi turut
memperparah angka pengangguran di Indonesia.

Oleh karena itu, semakin banyaknya angka kemiskinan di Indonesia akibat


banyaknya pelaku korupsi ini, juga berdampak pada banyak sektor. Semua ini
disebabkan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah, malah pada kenyataannya
korupsi justru semakin merajalela dan nyaris tidak tertangani.

2. Dampak yang paling nyata di bidang ekonomi dari korupsi yang dilakukan oleh
Pejabat Publik

Dampak yang paling nyata di bidang ekonomi dari korupsi yang dilakukan
oleh pejabat publik adalah pembangunan terhadap sektor - sektor publik menjadi
tersendat. Dana APBN maupun APBD dari pemerintah yang hampir semua
dialokasikan untuk kepentingan rakyat seperti fasilitas-fasilitas publik hampir tidak
terlihat realisasinya, kalaupun ada realisasinya tentunya tidak sebanding dengan biaya
anggaran yang diajukan. Walaupun belum banyak buktinya, jelas ini merupakan
indikasi terhadap korupsi. Tidak jelasnya pembangunan fasilitas - fasilitas publik ini
nantinya akan memberi efek domino yang berdampak sistemik bagi publik, yang
dalam ini adalah masyarakat. Contoh kecilnya saja, jalan - jalan yang rusak dan tidak
pernah diperbaiki akan mengakibatkan susahnya masyarakat dalam melaksanakan
mobilitas mereka termasuk juga dalam melakukan kegiatan ekonomi mereka. Jadi
akibat dari korupsi ini tidak hanya mengganggu perekonomian dalam skala makro
saja, tetapi juga mengganggu secara mikro dengan terhambatnya suplai barang dan
jasa sebagai salah satu contohnya.

Karena terhambatnya segala macam pembangunan dalam sektor-sektor publik,


Kebijakan- kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan optimal lagi. Segala
macam kebijakan-kebijakan yang pro rakyat dibuat pemerintah akan menjadi sia - sia
hanya karena masalah korupsi. Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan,
pengangguran dan juga kesenjangan sosial karena dana pemerintah yang harusnya
untuk rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan orang - orang yang tidak
bertanggung jawab lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak optimal ini
akan menurunkan kualitas pelayanan pemerintah di berbagai bidang. Menurunnya
kualitas pelayanan pemerintah akanmengurangi kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah. Kepercayaan masyarakat yang semakin berkurang dapat membuat
masyarakat menjadi marah. Kita bisa lihat contoh di Tunisia, Mesir dan Libya di
mana kemarahan masyarakat dapat menggulingkan pemerintah, mereka melakukan
hal - hal tersebut utamanya karena masalah ekonomi. Pada tahun 1998 pun kerusuhan
yang ada di dipicu oleh masalah ekonomi, yakni krisis moneter yang jika dikaji
penyebabnya ialah karena masalah korupsi. Bukan hal tersebut akan terulang jika
korupsi masih merajalela dan pemerintah tidak menanggapi masalah ini dengan
serius.
3. Pendapat mahasiswa tentang korupsi dan perilaku koruptif yang dilakukan oleh para
senator anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Pendapat saya tentang tentang korupsi dan perilaku koruptif yang dilakukan oleh para
senator anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah sangat menarik untuk dianalisis
mengapa DPR, yang seharusnya agung terus-menerus, menunjukkan tingkah laku
koruptif dengan menjual kewenangannya. Sulit mengatakan tidak ada yang salah
dalam mekanisme ketatanegaraan perihal DPR. Secara teori, rumusan dasar korupsi
adalah adanya kewenangan yang besar tanpa adanya pengawasan yang memadai. Hal
itulah yang menjadi cikal-bakal tindakan koruptif. Di Indonesia, DPR menjadi salah
satu lembaga penuh kewenangan, tanpa pengawasan dan model checks and balances
yang berarti. DPR kemudian menjadi sarang dari kemungkinan tindakan koruptif.

Di DPR saat ini, bertumpuk kewenangan besar, mulai kewenangan legislasi,


anggaran, pengawasan, rekrutmen jabatan publik, serta "hujan" kewenangan lainnya
yang diberikan oleh undang-undang. Dan itu secara garis besar dikerjakan sendiri oleh
DPR, tanpa mekanisme checks and balances yang memadai. Salah satu cita besar
ketika dilakukan empat kali perubahan UUD 1945 adalah mengurangi kewenangan
besar yang bertumpuk pada eksekutif, yang kemudian diserahkan ke legislatif. Tapi
sayangnya, ketika banyak kewenangan yang ditumpuk di DPR, konstitusi gagal
mengatur pengontrol dan pengawasannya.

Dari sinilah semangat untuk pentingnya penguatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Pola bikameral telah hadir semenjak perubahan UUD 1945, tapi sayangnya, model
bikameral yang terbangun adalah bikameral yang "setengah hati", bahkan cenderung
"aneh". Stephen Sherlock (2005), misalnya, mengatakan DPD merupakan contoh
kamar kedua aneh yang menggabungkan limited powers dengan high legitimacy.
Perannya sangat kecil dalam proses legislasi, sedangkan pada saat yang sama, melalui
proses pemilihan umum yang sangat ketat. Hal ini merupakan kombinasi yang belum
pernah terjadi di negara mana pun, kata Sherlock.

Tidak hanya di bidang legislasi, tapi minim peran juga terjadi pada perihal
pengawasan, anggaran, maupun rekrutmen komisi dan/atau pejabat publik. DPD
hanya memiliki peran kecil, dan hampir dikatakan tidak ada. Parlemen dua kamar,
dengan DPR sebagai "kamar utama" dan DPD sebagai "kamar kecil". DPR
memegang kunci pelaksanaan kewenangan, sedangkan DPD lebih banyak hanya
menjadi penonton dalam pelaksanaan kewenangan tersebut.

Model ini harus diakhiri. Tanpa pengawasan kuat secara intraparlemen, DPR akan
terus-menerus merasa mudah menjual kewenangan yang dimiliki. Di sinilah
keniscayaan menguatkan DPD harus dilakukan. Dengan kewenangan yang dibagi ke
dalam dua kamar secara relatif seimbang, tentunya perilaku koruptif DPR dapat
dihindarkan karena adanya model checks and balances. Paling tidak, akan ada
mekanisme DPD yang akan mengawasi DPR dan begitu juga sebaliknya.

Pada titik inilah amendemen konstitusi menemukan relevansinya. Proses amendemen


yang telah kita lakukan empat kali kelihatannya masih membutuhkan sentuhan
berikutnya, tentunya termasuk penguatan DPD untuk memperbaiki model checks and
balances terhadap DPR.

Hal kedua yang menjadi penyebab atraktifnya beberapa anggota DPR bermain
koruptif dengan kewenangannya adalah penindakan yang masih terkesan lamban dan
tidak tegas. Benar, tepukan hangat harus kita berikan kepada KPK, yang telah mampu
masuk ke wilayah yang dulunya sulit ditembus, yakni DPR. Tapi, pada saat yang
sama, harus kita ingat bahwa kemampuan KPK menembus DPR masih sangat
terbatas. Hingga saat ini, KPK terlihat rajin mengungkap perkara yang berkaitan
dengan anggota-anggota DPR, namun pada saat yang sama belum mampu
menuntaskan perkara-perkara tersebut.

Siapa pun paham, ada distingsi antara pengungkapan dan penuntasan. KPK belum
mampu menuntaskan dalam artian belum berhasil menyeret semua pelaku. Pada
skandal aliran dana Bank Indonesia, hingga saat ini KPK hanya mampu menyeret
pelaksana lapangan. Orang-orang lainnya di DPR yang menjadi pemikir, perencana,
dan penikmat dana haram dalam skandal tersebut tetap belum tersentuh. Salah satu
yang nyaris tanpa proses penegakan hukum yang berarti juga terlihat pada dugaan
bagi-bagi uang ketika Deputi Gubernur BI dipilih oleh DPR. Sang whistle-blower,
Agus Condro, secara gamblang telah menjelaskan secara detail perkara tersebut.
Anehnya, hingga saat ini tetap tanpa kejelasan arah pengungkapan dan
penuntasannya.

KPK seharusnya menunjukkan giginya dalam pemberantasan korupsi, termasuk di


wilayah korupsi yang melibatkan anggota DPR. Salah satunya dengan
memperlihatkan kemampuan dan kemauan pengungkapan serta penuntasan yang
tinggi. Tanpa ada kesan tebang pilih. Intinya, kita sedang merajut sistem antikorupsi
yang baik, sembari membangun monumen pemberantasan korupsi yang kukuh dalam
upaya mengurangi model koruptif. Tentunya, dengan membangun sistem checks and
balances di parlemen serta adanya penegakan hukum yang kuat dan komprehensif
bagi para koruptor berbaju safari anggota DPR, ada harapan perilaku koruptif DPR
dapat dikurangi. Karena itu, demi memperbaiki perilaku koruptif ini, kita harus mau
dan mampu melakukannya

4. Korupsi mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan mayarakat


Korupsi berdampak buruk bagi masyarakat karena beberapa hal berikut :
a. Kesejahteraan umum Negara
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar,
namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus “pro-
bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.
b. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia
politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan
umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan
ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-
seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis
kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi.
Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
c. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi
Menurut Chetwynd et al (2003), korupsi akan menghambat pertumbuhan
investasi. Baik investasi domestik maupun asing. Mereka mencontohkan fakta
business failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen. Satu dari 4
perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan ekspansi
bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa. Selanjutnya,
terungkap pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen GDP
dunia setiap tahunnya hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika menyatakan
bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen GDP-nya setiap tahun juga akibat
korupsi
Mauro (2002), Setelah melakukan studi terhadap 106 negara, ia menyimpulkan
bahwa kenaikan 2 poin pada Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan
mendorong peningkatan investasi lebih dari 4 persen. Sedangkan Podobnik et al
(2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin IPK, GDP per kapita
akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan kajian
empirik terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004
Gupta et al (1998), Menyatakan fakta bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78
akan mengurangi pertumbuhan ekonomi yang dinikmati kelompok miskin sebesar
7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa korupsi memiliki dampak yang sangat
signifikan dalam menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
d. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam
menjalankan program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, layanan publik
cenderung lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta,
Davoodi, dan Tiongson (2000) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi
ternyata akan memperburuk layanan kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya,
angka putus sekolah dan kematian bayi mengalami peningkatan.
e. Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan
menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan
IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin.
Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin
melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari
masyarakat umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok
kaya akibat korupsi.

f. Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.


Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan
ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga
akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama.Rasa
saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang.
Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan
rasa percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara.
Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling).
Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian
ketakutan).Fakta bahwa negara dengan tingkat korupsi yang tinggi memiliki
tingkat ketidakpercayaan dan kriminalitas yang tinggi pula. Ada korelasi yang
kuat di antara ketiganya.
a. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru
muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk
membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan
inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan
yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya
mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor
keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika,
adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan
penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke
dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang
memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti
Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok),
namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur,
ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas Massachussetts
memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-
Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka
sendiri. (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah
dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus
Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa
pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat
dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan
mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.
b. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Korupsi akan menghambat pertumbuhan investasi. Baik investasi domestik
maupun asing. Mereka mencontohkan fakta business failure di Bulgaria yang
mencapai angka 25 persen.
Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan
dalam melakukan ekspansi bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi
penguasa. Selanjutnya, terungkap pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang
dari 5 persen GDP dunia setiap tahunnya hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika
menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen GDP-nya setiap tahun juga
akibat korupsi.
Setelah melakukan studi terhadap 106 negara, disimpulkan bahwa kenaikan 2 poin pada
Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan mendorong peningkatan investasi lebih dari 4
persen. Sedangkan Podobnik et al (2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin
IPK, GDP per kapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan
kajian empirik terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004.
Fakta bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi yang
dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa korupsi memiliki
dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
c. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan
program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, layanan publik cenderung
lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan Tiongson
(2000) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan memperburuk layanan
kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan kematian bayi
mengalami peningkatan.
d. Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya
pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan IPK sebesar
2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara
kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh
semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada para elit, atau dari
kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.

e. Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.


Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan
kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya
sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama.
Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang.
Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa
percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan
berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran
dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian ketakutan).
f. Korupsi dapat menghambat pertumbuhan investasi.
Korupsi dapat menghambat pertumbuhan investasi. Baik investasi domestik maupun asing.
Mereka mencontohkan fakta business failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen.
Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan
ekspansi bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa. Selanjutnya, terungkap
pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen GDP dunia setiap tahunnya
hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan
25 persen GDP-nya setiap tahun juga akibat korupsi
Setelah melakukan studi terhadap 106 negara, disimpulkan bahwa kenaikan 2 poin pada
Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan mendorong peningkatan investasi lebih dari 4
persen. Sedangkan Podobnik et al (2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin
IPK, GDP per kapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan
kajian empirik terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004.
Menurut Gupta 1998) bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi
pertumbuhan ekonomi yang dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan
bahwa korupsi memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi dan
pertumbuhan ekonomi
g. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan
program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, layanan publik cenderung
lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan Tiongson
(2000) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan memperburuk layanan
kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan kematian bayi
mengalami peningkatan.
h. Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya
pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
Peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin.
Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin melebar.
Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada
para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.
i. Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.
Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan
kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya
sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama.
Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang.
Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa
percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan
berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran
dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian ketakutan).
j. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan
program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, layanan publik cenderung
lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, disimpulkan bahwa tingginya angka
korupsi ternyata akan memperburuk layanan kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya,
angka putus sekolah dan kematian bayi mengalami peningkatan.
k. Korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan.
Peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin.
Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin melebar.
Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada
para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi
l. Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.
Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan
kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya
sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama.
Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang.
Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa
percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan
berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran
dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian ketakutan).

5. Dampak masif yang terjadi akibat korupsi


Jawab :

Adapun berbagai dampak masif korupsiyang merongrong berbagai aspek kehidupan


berbangsa dan bernegara akandiuraikan sebagai berikut :

1. Dampak Ekonomi
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat terhadap berbagai sisi
kehidupan bangsa dan negara,khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama
kesejahteraanmasyarakat. Korupsi memiliki korelasinegatif dengan tingkat
investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran pemerintah untuk programsosial
dan kesejahteraan. Hal inimerupakan bagian dari inti ekonomimakro. Kenyataan bahwa
korupsi memilikihubungan langsung dengan hal inimendorong pemerintah
berupayamelanggulangi korupsi, baik secara preventif, represif maupun kuratif. Di sisilain
meningkatnya korupsi berakibat padameningkatnya biaya barang dan jasa, yangkemudian
dapat melonjakkan utangnegara. pada keadaan ini, inefisiensiterjadi, yaitu ketika
pemerintahmengeluarkan lebih banyak kebijakannamun disertai dengan maraknya
praktik korupsi, bukannya memberikan nilai positif misalnya perbaikan kondisi yangsemakin
tertata, namun justru memberikannilai negatif bagi perekonomian secaraumum. Misalnya,
anggaran perusahaanyang sebaiknya diputar dalam perputaranekonomi, justru dialokasikan
untuk birokrasi yang ujung-ujungnya terbuangmasuk ke kantong pribadi pejabat.Berbagai
permasalahan ekonomi lain akanmuncul secara alamiah apabila korupsisudah merajalela
yang dapatmengakibatkan lesunya pertumbuhanekonomi dan investasi, rendahnya
kualitas barang dan jasa bagi publik, menurunnya pendapatan negara dari sektor
pajak,meningkatnya hutang negara.

Contoh dampak ekonomi :


1) Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi
daninvestasi dalam negeri.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisien yang tinggi.Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.Kondisi negara yang korup akan membuat pengusaha
multinasional menginggalkan negara tersbut,karena investasi di negara yang korup
akan merugikan negara itu sendiri karena memiliki biaya siluman yang tinggi.
2) Penurunan Produktifitas
Negara yang korup menimbulkan produktifitas yang semakin menurun.Hal ini
terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi yang berkembang
lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas.Penurunan produktifitas ini akan
menyebabkan permasalahan yang cukup rumit seperti, tingginya angka PHK dan
meningkatkan pengangguran.Akhirnya akan terjadi kemiskinan masyarakat yang
cukup meluas.

3) Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik


Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api dan yang
lainnya adalah contoh nyata bahwa di negara kita ini kualitas barang dan jasa
sangatlah rendah.Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas proyek
yang ada untuk menyembunyikan berbagai korup yang mereka lakukan.

2. Dampak Sosial dan Masyarakat


Bagi masyarakat miskin, korupsimengakibatkan dampak yang luar biasadan saling
bertaut satu sama lain. Pertamadampak langsung yang dirasakan olehorang miskin yakni
semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnyakualitas pelayanan, dan
pembatasan aksesterhadap berbagai pelayanan vital sepertiair, kesehatan, dan pendidikan.
Kedua,dampak tidak langsung terhadap orangmiskin yakni pengalihan sumber dayamilik
publik untuk kepentingan pribadi dankelompok, yang seharusnya diperuntukkanguna
kemajuan sektor sosial dan orangmiskin, melalui pembatasan pembangunan.Hal ini secara
langsung memiliki pengaruhkepada langgengnya kemiskinan yangdapat menimbulkan
solidaritas social semakin langka dan demoralisasi sertadapat meningkatkan angka
kriminalitas.

Contoh dampak sosial dan masyarakat:


1) Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan biaya ekonomi yang tinggi.Beban
yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost
economy.Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga jasa dan
pelayanan publik, karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku
ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena penyelewengan yang
mengarah ke tindak korupsi.
2) Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat.Hal ini terjadi karena
berbagai sebab seperti lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan
lembaga.Karena korupsi dan permasalahan kemiskinan itu sendiri yang pada akhirnya
alan membuat masyarkat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja yang disebakan
latar belakang pendidikan, sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri banyak
terkendala oleh kemampuan, masalah teknis dan pendanaan.
3) Terbatasnya Akses bagi Masyarakat Miskin
Korupsi membuat semua harga melambung tinggi dan semakin tidak
terjangkau oleh rakyat miskin.Kondisi ini mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak
bisa mendapatkan berbagai macam akses dalam kehidupannya.Karena mereka lebih
mendahulukan mendapatkan bahan pokok daripada untuk menyekolahkan
anak,ataupun untuk berobat.

3. Dampak terhadap Politik danDemokrasi


Dampak masif korupsi terhadap politik dan demokrasi antara lain:
a. Memunculkan kepemimpinan korup karena kondisi politik yang carut marut dan
cenderung koruptif.
b. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi karena terjadinyatindak korupsi besar-
besaran yangdilakukan oleh petinggi pemerintah,legislatif, yudikatif atau petinggi
partai politik.
c. Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh pemilik modal/kapitalis),
dan
d. Hancurnyakedaulatan rakyat yang disebabkankekayaan negara hanya dinikmati
olehsekelompok tertentu.
Contoh dampak terhadap politik dan demokrasi:
1) Munculnya Kepemimpinan Korup
Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif menghasilkan
masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan
dari tingkat yang paling bawah. Konstituen di dapatkan dan berjalan karena adanya
suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau
percaya terhadap kemampuan dan kepemimpinannya. Hubungan transaksional sudah
berjalan dari hulu yang pada akhirnya pun memunculkan pemimpin yang korup juga
karena proses yang dilakukan juga transaksional. Masyarakat juga seolah-olah
digiring untuk memilih pemimpin yang korup dan diberikan mimpi-mimpi dan janji
akan kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari calon
pemimpin tersebut.
2) Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan berat
yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal ini dikarenakan
terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah,
legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya bahkan
hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.
Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan diputuskan
oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkan antara masyarakat dan
pemerintah yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri. Hal ini benar-benar harus
diatasi dengan kepemimpinan yang baik, jujur, bersih dan adil. Sistem demokrasi
yang dijalankan Indonesia masih sangat muda, walaupun kelihatannya stabil namun
menyimpan berbagai kerentanan.
3) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang dikuasai oleh
pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan besar melakukan
‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat merekalah yang
mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri ini.
Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan partai-
partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar
menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara kepentingan partai dengan
kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu.

4. DampakTerhadap Otoritas Pemerintahan

Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu sistem
politik atau pemerintahan. Pertama, korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang
berlaku. Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam
manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga
dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada tataran tertentu,
imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang berdampak sosial sering bersifat samar,
dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih nyata. Kedua, publik
cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak
korupsi. Ketiga, lembaga politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai
kepentingan pribadi dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa lembaga politik telah
dikorupsi untuk kepentingan yang sempit (vested interest). Sering terdengar tuduhan umum
dari kalangan anti-neoliberalis bahwa lembaga multinasional seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), IF, dan Bank Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis dan para
hegemoni global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa. Tuduhan seperti
ini sangat mungkin menimpa pejabat publik yang memperalat suatu lembaga politik untuk
kepentingan pribadi dan kelompoknya. Dalam kasus seperti ini, kehadiran masyarkat sipil
yang berdaya dan supremasi hukum yang kuat dapat meminimalisir terjadinya praktik
korupsi yang merajalela di masyarakat.

Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintah,


sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,


2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan
politik.

Contoh dampak korupsi di bidang otoritas pemerintahan :

1) Matinya Etika Sosial Politik

Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-sendi


kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan.Kejujuran sudah
tidak ditegakkan lagi.Kejujuran yang dihadapi dengan kekuatan politik adalah sesuatu
yang tidak mendidik dan justru bertentangan dengan etika dan moralitas. Melindungi
seorang koruptor dengan kekuatan politik adalah salah satu indikasi besar runtuhnya
etika sosial poltik.

2) Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan


Dewasa ini banyak sekali seseorang yang memiliki perkara atau permasalahan
ingin diposisikan sebagai pihak yang benar.Oleh sebab itu banyak upaya yang
dilakukan oleh seseorang dalam memenangkan perkaranya seperti menyuap
hakim,memberikan iming-iming, gratifikasi bahkan sampai kepada ancaman
nyawa.Di sisi aparat hukum, semestinya menyelesaikan masalah dengan fair dan
tanpa adanya unsur pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan
menerima suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi mandul karena
setiap perkara selalu diselesaikan dengn korupsi.

3) Birokrasi Tidak Efisisen

Menurut Survei Oleh PERC menunjukkan bahwa indonesia menempati


peringkat kedua dengan birokrasi terburuk di Asia.Banyak investor yang tertarik
menanamkan modalnya di Indonesia, namun untuk mendapatkan perizinan usaha dan
investasi harus melalui birokrasi yang berbelit-belit.Pada akhirnya suap adalah jalan
yang banyak ditempuh oleh para pengusaha untuk memudahkan izin usaha
mereka.Maka sebaiknya birokrasi di Indonesia harus dibenahi.
5. Dampak terhadap Penegakan Hukum
Dampak masif korupsi terhadap penegakan hukum dapat dirasakan antaralain fungsi
pemerintahan yang mandulkarena korupsi mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk
melakukanfungsi yang seharusnya, hilangnyakepercayaan rakyat terhadap lembaganegara
karena bobroknya penegakanhukum di Indonesia. Seharusnyalah pemerintah menciptakan
keteraturan dalamkehidupan berbangsa dan bernegara dan bukan sebaliknya.
Contoh dampak terhadap penegakan hukum:
1) Fungsi Pemerintahan Mandul
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan, sebagai
pengampu kebijakan negara,dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi
b. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik
2) Hilangnya kepercayaan Rakyat terhadap lembaga Negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga negara yang sering terjadi di Indonesia
yang di beritakan di berbagai media masa mengakibatkan kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga tersebut hilang.Lembaga negara yang paling korup menurut
Barometer Korupsi Global adalah :
a. Legislatif(Dewan Perwakilan Rakyat)
b. Partai Politik
c. Kepolisian RI
d. Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)
Akhir-akhir ini masyarakat kita banyak menerima informasi melalui berbagai
media tentang bobroknya penegakan hukum di Indonesia. Mulai kasus Gayus
Tambunan sampai perang kepentingan di Kepolisian RI dalam menindak praktek
mafia hukum. Berita yang paling akhir adalah kasus korupsi besar-besaran
pembangunan wisma atlet di Palembang dan kasus Hambalang yang melibatkan
pejabat pemerintahan dan para petinggi Partai Politik yang berkuasa yang pada
akhirnya terkait dengan kinerja pemerintahan yang sedang berjalan.
3) Aparat yang Mudah dibeli
Korupsi yang merajalela menyebabkanbanyaknya aparat kita yang mudah
dibeli (money politics) untuk membuat kebijakan atau keputusan apa pun yang
merusak ketahanan nasional kita. Akibatnya masyarakat menjadi antipati dan tidak
respek lagi terhadap pemerintahnya sendiri yang dianggap mau menjual atau
menggadaikan bangsanya bahkan bisa memancing pembangkangan sipil
(ketidaktaatan terhadap hukum dan pemerintah).

6. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan


Dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan antara lain
dapatmengakibatkan kerawanan hankamnaskarena lemahnya alutsista dan sumber
dayamanusia, lemahnya garis batas Negara karena kemiskinan yang terjadi di
daerah perbatasan negara, menguatnya sisikekerasan dalam masyarakat karenakondisi
kemiskinan pada akhirnya memicu berbagai kerawanan sosial lainnya yangsemakin membuat
masyarakat frustasimenghadapi kerasnya kehidupan.
Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan belum dapat disentuh oleh agen-agen
pemberantas kosupsi.
Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, peluang korupsi, baik uang maupun
kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan di tubuh
angkatan bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak berdayanya hukum saat harus
berhadapan dengan oknum TNI/Polri yang seringkali berlindung di balik institusi Pertahanan
dan Keamanan.

Contoh dampak-dampak yang nyata terlihat dari adanya korupsi di bidangPertahanan dan
Keamanan dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1) Kerawanan Hankamnas Karena Lemahnya Alutsista
Indonesia adalah negara nomor 15 terluas di dunia, dengan luas daratankeseluruhan
1.919.440 km dan luas lautan 3.2 juta km2. Indonesia adalahnegara kepulauan
terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesiaterbentang antara 6 derajat
garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintangselatan, dan dari 97 derajat sampai
141 derajat garis bujur timur serta terletakantara dua benua yaitu benua Asia dan
Australia/Oceania. Posisi strategis inimempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap kebudayaan, sosial, politik,dan ekonomi.Wilayah Indonesia terbentang
sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia danSamudra Pasifik. Apabila perairan
antara pulau-pulau itu digabungkan, makaluas Indonesia akan sepanjang London
sampai Iran, sebuah wilayah yang sangatbesar.Lima pulau besar di Indonesia adalah:
Sumatera dengan luas 473.606 kmpersegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi,
Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi,
Sulawesi dengan luas 189.216km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km
persegi.Dengan penduduk yang 230 juta jiwa, tentara yang melindungi negara
berjumlah316.00 tentara aktif dan 660.000 cadangan, atau hanya sekitar
0,14%dibandingkan dengan jumlah penduduk. Dengan bentuk negara
kepulauanseperti ini tentunya masalah kerawanan hankam menjadi sesuatu yang
sangatpenting. Alat pertahanan dan SDM yang handal akan sangat
membantumenciptakan situasi dan kondisi hankam yang kondusif. Kondisi hankam
yangkondusif ini merupakan dasar dan penting bagi perkembangan dan
pertumbuhanekonomi di kawasan tersebut.Saat ini kita sering sekali mendapatkan
berita dari berbagai media tentangbagaimana negara lain begitu mudah menerobos
batas wilayah NegaraIndonesia, baik dari darat, laut maupun udara. Hal ini
mengindikasikan bahwasistem pertahanan dan keamanan Indonesia masih sangat
lemah. Tentunya halini sangat berhubungan dengan alat dan SDM yang ada.Sudah
seharusnya Negara Indonesia mempunyai armada laut yang kuat danmodern untuk
melindungi perairan yang begitu luasnya, serta didukung olehangkatan udara dengan
pesawat-pesawat canggih yang cukup besar yangmampu menghalau pengganggu
kedaulatan dengan cepat, tentunya juga harusdibarengi dengan kualitas dan integritas
yang tinggi dari TNI yang kitabanggakan.Tentunya ini membutuhkan anggaran yang
besar. Apabila anggarandan kekayaan negara ini tidak dirampok oleh para koruptor
maka semua itu akanbisa diwujudkan. Dengan ini Indonesia akan mempunyai
pertahanan dankeamanan yang baik yang pada akhirnya menghasilkan stabilitas
negara yangtinggi.
2) Lemahnya Garis Batas
NegaraIndonesia dalam posisinya berbatasan dengan banyak negara, seperti
Malaysia,Singapura, China, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan
Australia.Perbatasan ini ada yang berbentuk perairan maupun daratan. Daerah-
daerahperbatasan ini rata-rata terisolir dan mempunyai fasilitas yang sangat
terbatas,seperti jalan raya, listrik dan energi, air bersih dan sanitasi, gedung sekolah
danpemerintahan dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat yanghidup
di wilayah perbatasan harus menanggung tingginya biaya ekonomi.Kemiskinan yang
terjadi di daerah-daerah tapal batas dengan negara lain, sepertiyang terjadi di wilayah
Kalimantan Barat yang berbatasan langsung denganMalaysia, mengakibatkan
masyarakat lebih cenderung dekat dengan negaratetangga Malaysia karena negara
tersebut lebih banyak memberikan bantuandan kemudahan hidup bagi mereka.
Bahkan masyarakat tersebut rela untukberpindah kewarganegaraan menjadi warga
negara Malaysia apabila kondisikemiskinan ini tidak segera ditanggapi oleh
pemerintah Indonesia.Hal ini akan semakin menimbulkan kerawanan pada perbatasan
dan berakibatmelemahnya garis batas negara. Kondisi ini ternyata hampir merata
terjadi diwilayah perbatasan Indonesia. Perekonomian yang cenderung tidak merata
danhanya berpusat pada perkotaan semakin mengakibatkan kondisi
wilayahperbatasan semakin buruk.Sisi lain dari permasalahan perbatasan, Indonesia
mencatat kerugian yangsangat besar dari sektor kelautan, seperti yang dilansir oleh
kementerianKelautan dan Perikanan RI yang menyatakan bahwa Indonesia
mengalamikerugian 9,4 Triliun Rupiah per tahun akibat pencurian ikan oleh nelayan
asing. Nelayan asing dariMalaysia, Vietnam, Philipina, Thailand sering sekali
melanggar Zona EkonomiEksklusif (ZEE) Indonesia dan meneruk kekayaan laut yang
ada di dalamnya.Hal ini terjadi berulang kali dan sepertinya Indonesia belum mampu
mengatasimasalah ini.Kondisi ini semakin jelas, bahwa negara seluas 1,9 juta km
persegi ini ternyatahanya dijaga oleh24 kapal saja, dan dari 24 kapal tersebut hanya
17 kapalyang dilengkapi dengan senjata yang memadai, seperti yang dijelaskan
olehSyahrin Abdurahman, Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan(Ditjen PSDKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain itu
wilayah tapal batas ini sangat rawan terhadap berbagai penyelundupanbarang-barang
illegal dari dalam maupun luar negeri, seperti bahan bakar, bahanmakanan, elektronik,
sampai penyelundupan barang-barang terlarang sepertinarkotika, dan senjata dan
amunisi gelap. Selain itu juga sangat rawan terjadinyahumantrafficking,masuk dan
keluarnya orang-orang yang tidak mempunyai izinmasuk ke wilayah Indonesia atau
sebaliknya dengan berbagai alasan.Kita bisa bayangkan,andaikan kekayaan negara
tidak dikorupsidandipergunakan untuk membangun daerah-daerah perbatasan, maka
negara iniakan semakin kuat dan makmur.
3) Menguatnya Sisi Kekerasan Dalam MasyarakatKondisi kemiskinan pada akhirnya
memicu berbagai kerawanan sosial lainnyayang semakin membuat masyarakat
frustasi menghadapi kerasnya kehidupan.Kondisi ini membuat masyarakat secara
alamiah akan menggunakan instingbertahan mereka yang sering kali berakibat negatif
terhadap orang lain danlingkungan sekitarnya.

7. Dampak Kerusakan Lingkungan


Dampak masif korupsi juga dapatmengakibatkan kerusakan lingkungan yangditandai
dengan menurunnya kualitaslingkungan karena adanya ekslpoitasi besar-besaran sumber daya
alam,menurunnya kualitas hidup yang juga akan berdampak pada menurunnya kualitashidup
manusia yang ada di dalamnya, sertakualitas hidup global.
Kebanyakan manusia menempatkan lingkungan hidup hanya sebagai bahan
eksploitasi untuk tujuan jangka pendek. Kondisi ini tentu sangat medesak untuk segera
dikendalikan. Perlu diadakan suatu sistem yang konkrit untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Jika tidak, kerusakan lingkungan hidup
sudah pasti akan menjadi ancaman besar bagi peradaban masyarakat dunia. Paradigma yang
menempatkan lingkungan sebagai obyek eksploitasi telah membawa kerusakan lingkungan
fatal yang berujung kepada berbagai bencana alam yang sangat merugikan.

Contoh dampak kerusakan lingkungan


Emil Salim menyimpulkan bahwa ada tantangan besar yang harus dihadapi gerakan
penyelamatan lingkungan hidup, diantaranya :
1. Eksploitasi secara berlebihan dan pecemaran yang kian meningkat, baik air tanah,
sungai, danau, rawa, maupun air laut.
2. Merosotnya kualitas tanah dan hutan akibat tekanan penduduk dan eksploitasi
besar-besaran untuk keperluan pembangunan.
3. Menciutnya keanekaan hayati akibat rusaknya habitat lingkungan berbagai
tumbuh-tumbuhan dan hewan.

6. Jelaskan mengapa korupsi mengakibatkan eksistensi bangsa dan negara terganggu?

Jawab :

Meningkatnya Kemiskinan :
Korupsi dapat meningkatkan kemiskinan karena Tingkat korupsi yang tinggi dapat
menyebabkan kemiskinan setidaknya untuk dua alasan. Pertama, bukti empiris menunjukkan
bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi berkaitan dengan tingkat pengurangan
kemiskinan yang tinggi pula (Ravallion dan Chen, 1997). Oleh karena itu, korupsi akan
memperlambat laju pengurangan kemiskinan bahkan meningkatkan kemiskinan karena
korupsi akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Kedua, ketimpangan pendapatan akan
berefek buruk terhadap pertumbuhan ekonomi (Alesina dan Rodrik 1994; Persson dan
Tabellini, 1994) sehingga jumlah orang yang menjadi miskin akan bertambah. Korupsi juga
dapat menyebabkan penghindaran terhadap pajak, administrasi pajak yang lemah, dan
pemberian privilese yang cenderung berlebih terhadap kelompok masyarakat makmur yang
memiliki akses kepada kekuasaan sehingga yang kaya akan semakin kaya sedangkan yang
miskin akan semakin miskin.
Dua kategori penduduk miskin di Indonesia:
Kemiskinan kronis (chronic poverty)
Kemiskinan sementara (transient poverty)
Empat risiko tinggi korupsi:
a) Ongkos finansial (financial costs)
b) Modal manusia (human capital)
c) Kehancuran moral (moral decay)
d) Hancurnya modal sosial (loss of capital social)

2. Tingginya angka kriminalitas :


Tingginya angka kriminalitas Korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang lain dalam
masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan. Menurut
Transparency International, terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah
kejahatan. Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi
juga meningkat. Sebaliknya, ketika angka korusi berhasil dikurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement juga meningkat. Dengan
mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan yang lain.
Idealnya, angka kejahatan akan berkurang jika timbul kesadaran masyarakat (marginal
detterence). Kondisi ini hanya terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan kesejahteraan
masyarakat sudah memadahi (sufficient). Soerjono Soekanto menyatakan bahwa penegakan
hukum di suatu negara selain tergantung dari hukum itu sendiri, profesionalisme aparat,
sarana dan prasarana, juga tergantung pada kesadaran hukum masyarakat. Kesejahteraan
yang memadahi mengandung arti bahwa kejahatan tidak terjadi oleh karena kesulitan
ekonomi

3. Demoralisasi :
Demoralisasi Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah dalam penglihatan
masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang berkuasa. Jika pemerintah
justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayaan)
masyarakat kepada pemerintah. Praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di
kalangan warga masyarakat. Menurut Bank Dunia, korupsi merupakan ancaman dan duri
bagi pembangunan. Korupsi mengabaikan aturan hukum dan juga menghancurkan
pertumbuhan ekonomi.

4. Kehancuran birokrasi :
Kehancuran birokrasi Birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang behubungan
dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang
punggung negara. Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh de dalam
birokrasi. Korupsi dalam birokrasi dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan umum:
yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan mereka sendiri. Transparency
International membagi kegiatan korupsi di sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu korupsi
administratif dan korupsi politik.
Menurut Indria Samego, korupsi menimbulkan empat kerusakan di tubuh birokrasi militer
Indonesia: Secara formal, material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan
angkatan bersenjata sangat terbatas, padahal pada kenyataannya, TNI memiliki sumber dana
lain di luar APBN. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan
pengusaha menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak mudaratnya daripada
manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan prajurit secara keseluruhan. Orientasi komersial
pada sebagian perwira militer pada gilirannya juga menimbulkan rasa iri hati perwira militer
lain yang tidak memiliki kesempatan yang sama. Orientasi komersial akan semakin
melunturkan semangat profesionalisme militer pada sebagian perwira militer yang
mengenyam kenikmatan berbisnis, baik atas nama angkatan bersenjata maupun atas nama
pribadi

5. Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan :


Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan Dampak negatif terhadap suatu sistem
politik : Korupsi Mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindakan korupsi.
Contohnya : lembaga tinggi DPR yang sudah mulai kehilangan kepercayaan dari Masyarakat
Lembaga Politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan
kelompok. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi, seperti penganak-
emasan pembayar pajak tertentu, penentuan tidak berdasar fit and proper test dan promosi
yang tidak berdasar kepada prestasi. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan
akses dan aset. Korupsi memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi
dan politik.

6. Buyarnya Masa Depan Demokrasi :


Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang telah meretas peluang bagi merajalelanya
penyuapan. Reformasi neoliberal telah melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi
penyuapan, khususnya yang melibatkan para broker perusaaan publik. Pertambahan sejumlah
pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu berdasar pada kharisma personal malalui
media, terutama televise yang banyak mempraktekan korupsi dalam menggalang dana.

Dampak korupsi terhadap eksistensi Negara (dari luar)

1. Investasi Asing Berkurang :


Korupsi akan menyebabkan investasi dari negara lain akan berkurang karena para investor
luar negeri ingin berinvestasi pada negara yang bebas dari korupsi. Ketidak inginan
berinvestasi pada negara korup memang sangat beralasan karena uang yang di investasikan
pada negara tersebut tidak akan memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh para
investor, bahkan modal mereka pun kemungkinan hilang dikorupsi oleh para koruptor. Dan
bantuan dari negara donorpun tidak akan diberikan kepada negara yang tingkat korupsinya
masih tinggi. Ini menyebabkan kerugian yang besar bagi negara tersebut karena dengan tidak
ada bantuan dari negara donor akan menghambat pertumbuhan perokonomian negara. Oleh
sebab itu, korupsi memberikan dampak yang sangat besar terhadap eksistensi negara

2. Pandangan Negatif dari Negara Lain


Korupsi adalah tindakan yang buruk sehingga tingkat korupsi suatu negara akan
mempengaruhi pandangan negara lain terhadap negara tersebut. Negara yang tingkat
korupsinya tinggi akan memiliki citra negatif dari negara lain, sehingga kehormatan negara
tersebut akan berkurang. Sebaliknya, negara yang tingkat korupsinya rendah akan mendapat
pandangan positif dari negara lain dan memiliki citra yang baik di dunia internasional
sehingga kedaulatan dan kehormatan negara itu akan dilihat baik oleh negara lain. Bahkan
apabila negara memiliki tingkat korupsi yang sangat rendah biasanya akan menjadi tempat
study banding dari negara lain untuk memperoleh pembelajaran.

3. Hubungan Internasional
Korupsi dapat menyebabkan kurang baiknya hubungan internasional antar negara, ini
disebabkan negara yang korup akan merugikan negara lain yang memberikan modal atau
bekerjasama dalam bidang tertentu. Misalnya negara yang memberikan modal untuk
membangun sarana dan prasana berupa jalan tol untuk membantu suatu negara berkembang
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, namun karena adanya korupsi,
pembangunan sarana dan prasarana tersebut akan terhambat sehingga akan menyebabkan
ketidakpuasan dari negara pemberi modal dan akhirnya hubungan dengan negara tersebut
akan semakin merenggang.

Anda mungkin juga menyukai