Memang, ada baiknya tagar Indonesia Terserah terus digaungkan hingga pandemi ini
berakhir-entah kapan itu. Mulanya, saya menganggap tagar tersebut hanya sebatas
keresahan berbalut guyonan. Tapi, kok, lama-lama tagar tersebut mulai dianggap serius
tidak hanya bagi kalangan bawah melainkan juga kalangan atas. Sebenarnya, tagar
tersebut perlu muncul saat pejabat tak begitu responsif dalam mendeteksi COVID-19
masuk ke Indonesia, Bahkan Corona virus sudah di Indonesia. Mungkin, karena
masyarakat hobi sesuatu yang berbau humor, maka penanganannya pun sesuai dengan
selera humor.
Makan taoge, nasi kucing, doa qunut, hingga penggelontoran dana Rp72 M untuk
influencer. Narasi ini terus-menerus diulang-ulang. Kenapa diulang-ulang? Ya, jujur
saja. Masyarakat muak. Kesal. Dan tidak paham lagi harus menumpahkan kekesalan
dalam bentuk seperti apa.