Anda di halaman 1dari 2

Berdamai dengan Tagar Indonesia Terserah

Oleh: Moddie Alvianto Wicaksono (Konten kiriman user)

Memang, ada baiknya tagar Indonesia Terserah terus digaungkan hingga pandemi ini
berakhir-entah kapan itu. Mulanya, saya menganggap tagar tersebut hanya sebatas
keresahan berbalut guyonan. Tapi, kok, lama-lama tagar tersebut mulai dianggap serius
tidak hanya bagi kalangan bawah melainkan juga kalangan atas. Sebenarnya, tagar
tersebut perlu muncul saat pejabat tak begitu responsif dalam mendeteksi COVID-19
masuk ke Indonesia, Bahkan Corona virus sudah di Indonesia. Mungkin, karena
masyarakat hobi sesuatu yang berbau humor, maka penanganannya pun sesuai dengan
selera humor.
Makan taoge, nasi kucing, doa qunut, hingga penggelontoran dana Rp72 M untuk
influencer. Narasi ini terus-menerus diulang-ulang. Kenapa diulang-ulang? Ya, jujur
saja. Masyarakat muak. Kesal. Dan tidak paham lagi harus menumpahkan kekesalan
dalam bentuk seperti apa.

Ini pun diperparah dengan berulang kalinya miskomunikasi, miskoordinasi, dan


misinformasi antar menteri. Begitu pula, terkadang presiden juga ikutan. Akhirnya,
membuat masyarakat pun ingin membantu mereka dengan mengeluarkan mis yang lain.
Misuhi.
Seperti kata mudik atau pulang kampung Presiden mengatakan bahwa ada perbedaan
makna meskipun Menteri Perhubungan, Budi Karya menganggap tak ada makna yang
berbeda. Kata tersebut menimbulkan perdebatan yang cukup
luas. Mulai dari netizen yang udik hingga ahli bahasa. Yang lucu, karena masyarakat
Indonesia terlalu kreatif, maka muncul tulisan di salah satu mobil "Kami tidak mudik,
tapi pulang kampung."
Berikutnya, pernyataan dari Erick Thohir yang mengatakan bahwa pekerja di bawah
usia 45 tahun mulal 26 Mel 2020 diperbolehkan untuk bekerja di kantor. Meskipun
begitu, menteri yang lain, Airlangga Hartarto membantah pernyataan tersebut. Dia
bilang masih mengkaji lebih lanjut. Kesimpangsiuran begini bisa jadi akan berlanjut.
Entah sampai kapan.
Yang terbaru dan terhangat adalah kenalkan (lag) iuran BPJS Kesehatan. Sempat naik
hingga 100% beberapa waktu silam, namun dianulir oleh putusan MA No. 7
P/HUM/2020. Untuk bulan April-Juni luran BPS kembali seperti sedia kala. Akan
tetapi, Presiden melalui Perpres 64 Tahun 2020 menaikkan luran tiap kelas, Kelas I dan
II naik 100 persen mulal bulan jull 2020, sedangkan kelas ill mulai naik pada tahun
2021.
Beberapa elemen masyarakat seperti KPK cenderung mengkritik kebijakan tersebut.
Sebab, putusan MA lebih ditekankan pada salah kelola di BPJS-nya, Namun, pandangan
pemerintah lain. Peraturan baru telah dikeluarkan, Bahkan, jika masyarakat tak mampu
membayar kelas I dan II, dipersilakan untuk pindah kelas II. Sebuah anjuran atau
tuntutan? Kalo sudah begini, memang benar pernyataan Jokowi bahwa sebaiknya kita
berdamai dengan COVID-19. Sebab, sebaik- baiknya permusuhan, tentu lebih baik
dihilangkan. Diambil jalan tengahnya. Permasalahannya adalah, iya kalo berdamai
dengan sesuatu yang terlihat, maka bisa disampaikan dan dikonfirmasi. lha ini sesuatu
yang tak tampak ya kalo manusia sih, Inginnya damai. Lha kalo virusnya enggak mau,
gimana?

Pada akhirnya, hanya yang kuat bertahan, mereka akan selamat.

Anda mungkin juga menyukai