Anda di halaman 1dari 1

Berdamai dengan Tagar Indonesia Terserah

Oleh : Moddie Alvianto Wicaksono (Konten kiriman user)

M emang,

Indonesia
Terserah terus digaungkan
ada
baiknya tagar
miskomunikasi,
miskoordinasi,
misinformasi antar menteri.
Begitu pula,
dan

terkadang
Berikutnya, pernyataan dari
Kesimpangsiuran begini bisa
jadi akan berlanjut. Entah
sampai kapan.
hingga pandemi ini berakhir presiden juga ikutan.
Yang terbaru dan terhangat
—entah kapan itu. Akhirnya, membuat
adalah kenaikan (lagi) iuran
Mulanya,saya menganggap masyarakat pun ingin
BPJS Kesehatan. Sempat naik
tagar tersebut hanya sebatas membantu mereka dengan
hingga 100% beberapa waktu
keresahan berbalut guyonan. mengeluarkan mis yang lain.
silam, namun dianulir oleh
Tapi, kok, lama-lama tagar Misuhi.
putusan MA No. 7
tersebut mulai dianggap
Seperti kata mudik atau P/HUM/2020. Untuk bulan
serius tidak hanya bagi
pulang kampung. Presiden April-Juni iuran BPJS kembali
kalangan bawah melainkan
mengatakan bahwa ada seperti sedia kala. Akan
juga kalangan atas.
perbedaan makna meskipun tetapi, Presiden melalui
Sebenarnya, tagar tersebut Menteri Perhubungan, Budi Perpres 64 Tahun 2020
perlu muncul saat pejabat Karya menganggap tak ada menaikkan iuran tiap kelas.
tak begitu responsif dalam makna yang berbeda. Kata Kelas I dan II naik 100 persen
mendeteksi COVID-19 masuk tersebut menimbulkan mulai bulan Juli 2020,
ke Indonesia. Bahkan Corona perdebatan yang cukup luas. sedangkan kelas III mulai naik
virus sudah di Indonesia. Mulai dari netizen yang udik pada tahun 2021.
Mungkin, karena masyarakat hingga ahli bahasa. Yang
Beberapa elemen
hobi sesuatu yang berbau lucu, karena masyarakat
masyarakat seperti KPK
humor, maka Indonesia terlalu kreatif,
cenderung mengkritik
penanganannya pun sesuai maka muncul tulisan di salah
kebijakan tersebut. Sebab,
dengan selera humor. satu mobil.
putusan MA lebih ditekankan
Makan taoge, nasi kucing, “Kami tidak mudik, tapi pada salah kelola di BPJS-nya.
doa qunut, hingga pulang kampung.”

Anda mungkin juga menyukai