Pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) dalam dua bulan terakhir
menimbulkan permasalahan pada kesejahteraan masyarakat. Meski pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan bantuan sosial (bansos) dan stimulus bagi
masyarakat namun penerapannya masih belum maksimal. Sebagai contoh, bansos
pemerintah masih belum diberikan secara merata kepada masyarakat yang
membutuhkan. Belum lagi, program Kartu Pra-Kerja pemerintah dianggap tidak
efektif mengantisipasi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurutnya, masyarakat golongan rentan dan hampir miskin ini umumnya bekerja di
sektor informal dan banyak yang sangat bergantung pada bantuan-bantuan
pemerintah. Dengan menyebarnya pandemi dan diterapkannya Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), banyak golongan masyarakat yang mengalami penurunan
pendapatan dan bahkan harus kehilangan mata pencahariannya, khususnya yang
bekerja di sektor informal. Apalagi, jika bantuan sosial yang diberikan pemerintah
tidak mencukupi atau datang terlambat, golongan rentan dan hampir miskin akan
semakin banyak yang jatuh ke bawah garis kemiskinan.
“Akibat pandemi Covid-19 pada tahun ini, kami memperkirakan jumlah penduduk di
bawah garis kemiskinan berpotensi bertambah 5,1 juta hingga 12,3 juta orang pada
Triwulan II 2020. Pada skenario berat, jumlah pertambahan penduduk miskin
berpotensi mencapai 5,1 juta orang, dengan asumsi bahwa penyebaran Covid-19
akan semakin luas pada bulan Mei 2020, tetapi tidak sampai memburuk sehingga
kebijakan PSBB hanya diterapkan di wilayah tertentu di pulau Jawa dan satu dua
kota di luar pulau Jawa,” jelas Akhmad.
Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk miskin dan rentan miskin yang tidak
terjangkau bantuan sosial pemerintah dinilai memicu naiknya angka kriminalitas.
Sehingga, Akhmad menekankan pentingnya meletakkan prioritas kebijakan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah saat ini pada menjaga tingkat
kesejahteraan masyarakat terutama yang berada di sekitar garis kemiskinan.
“Di samping terus memperbarui data penduduk miskin dan rentan miskin yang layak
mendapatkan bantuan sosial, pemerintah perlu meningkatkan anggaran Bantuan
Sosial dan memperluas jumlah penerima bantuan kepada penduduk yang jatuh
miskin akibat Covid19,” jelas Akhmad.
“Semestinya dalam situasi seperti ini, pemerintah dapat merevisi kembali formula
penetapan harga BBM tersebut sehingga dapat membantu meringankan beban
ekonomi masyarakat,” jelasnya.
“Jika insentif di sektor ini tidak segera dan secara khusus diberikan, maka mereka
berpotensi menambah jumlah penduduk kemiskinan. Selain itu, Kebijakan tersebut
juga akan membantu pemerintah mengamankan ketersediaan stok pangan nasional
khususnya selama berlangsungnya masa pandemi,” kata Razak.
Kebijakan relokasi anggaran juga diperlukan untuk mengatasi pandemi ini. Meskipun
terdapat ruang untuk memperlebar defisit, pemerintah dapat mengoptimalkan
realokasi anggaran yang telah disusun dan menerapkan beberapa kebijakan
alternatif dengan melakukan pembagian beban atau burden sharing antara
pemerintah pusat dan daerah dengan mengalihkan sebagian anggaran transfer
daerah dan dana desa untuk dialokasikan menjadi anggaran bantuan sosial.
Salah satu anggaran yang perlu direlokasi yaitu program Kartu Pra-Kerja yang
digunakan untuk membayar program pelatihan senilai Rp5,63 triliun. Akhmad
menilai program ini tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini, khususnya
angkatan kerja yang menganggur akibat PHK.
Sumber:
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eb1000c12494/kebijakan-bansos-
pemerintah-akibat-covid-19-perlu-dievaluasi?page=3
SOAL 1
Dari kasus di atas, bagaimana manfaat hukum dan masyarakat hadir menjembatani
masalah hukum dengan masalah sosial?
SOAL 2
Sosiologi hukum tumbuh dan berkembang dari dorongan berbagai aliran filsafat
hukum. Bagaimana kaitan contoh kasus di atas ditinjau dari mahzab sejarah dari
Carl Von Savigny?
SOAL 3
Carilah contoh kasus lainnya yang terjadi di lingkungan masyarakat tempat tinggal
anda dan berikan analisis penyelesaiannya menurut karakteristik hukum dan
masyarakat yang telah anda pelajari!