Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIKUM KI203

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

EKSPERIMEN KARAKTERISASI
ZAT BERDASARKAN SIFATNYA

Tanggal : 10 Februari 2021


Dosen Pengampu : Dr. Galuh Yuliani, M.Si., Ph.D
Vidia Afina Nuraini, S.Si., M.Sc

Nama : Zilva Karimah Azahra


NIM : 2009410

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan

Mengenalkan prosedur identifikasi zat berdasarkan sifat fisika dan kimia

2. Dasar Teori

Sifat zat adalah karakteristik dari suatu zat yang memungkinkan kita
untuk mengidentifikasi dan membedakannya dari zat lain. Identifikasi
langsung suatu zat dapat dilakukan dengan mengamati wujud, warna,
ukuran, bentuk, tekstur, dan bau. Misalnya, tembaga dapat terbedakan dari
logam lainnya berdasarkan warnanya (Gambar 1). Zat lain dapat
diidentifikasi menggunakan sifat khas lainnya, seperti titik leleh, densitas
dan massa jenis.

Gambar 1. Warna beberapa jenis logam perhiasan

Sifat fisik suatu zat umumnya dapat diamati tanpa harus mengubah
komposisi zat. Apabila pengamatan langsung seperti wujud, warna dan
lainnya tidak cukup digunakan untuk identifikasi secara tepat, maka sifat
fisik lainnya seperti titik leleh, titik didih, kelarutan, densitas, viskositas,
dan indeks refraktif dapat digunakan sebagai data tambahan. Misalnya,
titik leleh dari tembaga adalah 1087°C, dengan densitas sebesar 8,96
g/cm3. Dengan mengumpulkan beberapa data sifat fisika dan kimia zat,
maka identifikasi zat tersebut dapat dilakukan dengan akurat.
 Sifat Fisika

Sifat fisika adalah perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat
baru. Sifat fisika dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut.
Sifat fisika antara lain: wujud zat, warna zat, kelarutan, daya hantar listrik
kemagnetan, titik didih, dan titik lebur.

Sifat fisika dapat diamati dari ciri-ciri sifat fisika sebagai berikut:

a. Wujud zat

Zat dapat memiliki tiga macam wujud, yaitu padat, cair dan gas. Susunan
partikel zat padat, cair, dan gas berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan zat
padat, cair, dan gas adalah: Zat padat: memiliki partikel-partikel yang menempati
posisi tetap, gaya tarik-menarik kuat, dan gerak partikel hanya berupa getaran. Zat
cair: memiliki jarak antarpartikel tetap dan agak berjauhan, gaya tarik menarik
antarpartikel lemah, gerak partikel lebih lincah dan partikel dapat berpindah
tempat. Gas: memiliki jarak partikel berubah-berubah, hampir tidak ada gaya tarik
menarik, gerakan partikel sangat bebas. Wujud zat padat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain. Perubahan wujud zat disebabkan zat menerima panas atau
melepaskan panas. Contoh perubahan wujud zat karena menerima panas adalah
proses melebur, yaitu proses perubahan zat dari zat padat menjadi zat cair. Ada
beberapa proses perubahan wujud yaitu melebur, mengembun, menguap,
menyublim, dan membeku.

b. Warna Zat

Warna zat adalah sifat fisika yang dapat diamati secara langsung. Setiap
benda memiliki warna berbeda-beda. Warna suatu benda adalah ciri tersendiri
yang membedakan antara satu zat dengan zat lain. Contoh, air berwarna
transparan, karbon berwarna hitam, alumunium berwarna perak, dan emas
berwarna kuning keemasan.

c. Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan zat terlarut (solute) untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan suatu zat tergantung pada suhu,
derajat keasaman, dan jenis pelarut. Jika zat pelarutnya air, sering disebut
larutan. Contoh, gula yang larut dalam air biasa disebut larutan gula. Air
adalah zat pelarut untuk zat-zat tertentu. Tidak semua zat bisa larut dalam zat
pelarut. Contoh, garam larut dalam air, tetapi pasir tidak larut dalam air.

d. Daya hantar

Daya hantar listrik Setiap benda mempunyai sifat penghantaran listrik yang
berbeda. Hampir semua logam adalah penghantar listrik yang baik. Benda yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik disebut konduktor. Contoh konduktor
yaitu alumunium, tembaga, besi. Sedangkan benda yang sulit menghantarkan
listrik disebut isolator. Contoh isolator yaitu karet, kayu, plastik. Daya hantar
listrik pada suatu zat dapat diamati dari gejala yang ditimbulkan.

e. Kemagnetan

Kemagnetan Berdasarkan sifat fisika kemagnetan, benda dikelompokkan


menjadi dua, yaitu benda magnetik dan benda nonmagnetik. Benda magnetik
adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet. Benda nonmagnetik adalah
benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Perbedaan sifat magnetik zat bisa
digunakan untuk memisahkan suatu zat dalam campuran. Contoh pemisahan
campuran antara serbuk besi dan pasir. Pemisahan campuran serbuk besi dan pasir
tidak bisa dilakukan dengan penyaringan atau pengayakan. Cara lebih mudah
adalah mendekatkan magnet pada campuran itu. Serbuk besi termasuk bahan
magnetik, maka akan tertarik pada magnet. Sehingga terpisah dari pasir.

f. Titik Didih dan Titik Lebur

Titik didih dan titik lebur Titik didih adalah suhu di mana suatu zat mendidih.
Titik didih suatu zat bisa naik dengan cara menaikkan tekanan dan menambah
ketidakmurnian zat tersebut dan sebaliknya. Pada zat cair memiliki titik didih
yang berbeda-beda. Contoh titik didih air 100 derajat Celcius dan titik didih
alkohol 78 derajat Celcius. Tembaga mendidih di suhu 1.187 derajat Celcius.
Titik lebur adalah suhu di mana zat padat melebur. Titik lebur suatu zat bisa
berubah-ubah dipengaruhi tekanan udara dan ketidakmurnian zat. Bila tekanan
udara luar berubah-ubah maka titik lebur zat juga mengalami perubahan.

 Sifat Kimia

Sifat kimia adalah perubahan yang dialami suatu benda yang membentuk
zat baru. Sifat kimia adalah ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan
terbentuknya zat jenis baru. Sifat kimia antara lain: mudah terbakar, membusuk,
mudah meledak, berkarat, beracun.

Sifat kimia dapat diamati dari ciri-ciri sifat kimia sebagai berikut:

a. Mudah terbakar

Sifat kimia mudah terbakar adalah sifat mudah atau sulitnya suatu zat
terbakar. Dengan mengetahui sifat dari bahan-bahan yang mudah terbakar, kita
bisa menggunakan bahan tersebut secara aman. Contoh zat yang mudah terbakar
adalah bensin dan kertas.

b. Membusuk

Sifat kimia membusuk terjadi akibat reaksi kimia. Pada makanan atau
minuman bisa terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan makanan dan minuman
membusuk dan berubah rasa menjadi asam. Penyebab pembusukan pada makanan
atau masakan adalah mikroorganisme berupa ragi, jamur, atau bakteri. Ontolosis
adalah proses pembusukan makanan disebabkan zat yang terkandung dalam
makanan itu sendiri dan adanya reaksi kimia antara zat yang dikandung dalam
makanan dengan oksigen di udara.

c. Mudah meledak

Sifat kimia mudah meledak terjadi karena interaksi zat dengan oksigen di
alam. Contoh zat yang mudah meledak adalah magnesium, hidrogen, dan natrium.
Ledakan adalah peningkatan dalam volume dan pengeluaran energi dengan cara
berbahaya, biasanya dengan pengeluaran suhu tinggi dan penghasilan gas. Sifat
ledakan ada yang alami dan buatan. Contoh ledakan alami adalah letusan gunung
berapi. Contoh ledakan buatan adalah bom.

d. Berkarat

Sifat kimia berkarat atau korosi terjadi karena reaksi antara logam dan oksigen
pada suatu benda. Benda berkarat sebab terjadi reaksi yang menghasilkan zat jenis
baru. Karat atau korosi adalah hasil reaksi oksidasi suatu logam. Besi mengalami
korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.xH2O. Korosi atau proses
pengaratan adalah proses elektro kimia. Pada proses pengaratan, besi (Fe)
bertindak sebagai pereduksi dan oksigen (O 2) yang terlarut dalam air bertindak
sebagai pengoksidasi. Benda dapat digolongkan menjadi benda yang mudah
berkarat dan benda yang tidak dapat berkarat. Benda yang mudah berkarat adalah
logam seperti besi dan seng. Benda yang tidak mudah berkarat adalah plastik dan
kaca.

e. Beracun

Beberapa zat memiliki sifat kimia racun, seperti insektisida, pestisida,


fungisida, herbisida, dan rodentisida. Zat beracun tersebut digunakan manusia
untuk membasmi hama (tikus atau serangga). Bahan kimia beracun adalah bahan
kimia yang dalam jumlah kecil bisa menimbulkan keracunan pada manusia.
Umumnya zat-zat beracun (toksik) masuk lewat pernafasan atau kulit lalu beredar
ke seluruh tubuh atau organ-organ tertentu. Tetapi bisa juga zat-zat racun tersebut
berakumulasi, seperti dari golongan pestisida, yaitu organo klorin, organo fosfat,
karbamat, arsenik.

Pada praktikum ini, terdapat beberapa sifat zat seperti kelarutan, densitas,
titik didih, uji nyala dalam menghadapi zat yang tidak diketahui, sifat-sifat zat
tersebut termasuk dalam sifat fisika, dan di dalam uji nyala terdapat proses
pembakaran yang dapat membentuk zat baru ( sifat kimia).

1. Kelarutan
Gambar 2. Perbedaan tingkat kelarutan suatu zat padat dalam air

Gambar 3. Kelarutan

Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang bisa larut
dalam sejumlah pelarut. Satuan kelarutan adalah mol/L. Oleh karena satuan
kelarutan sama dengan molaritas, maka kelarutan juga bisa didefinisikan sebagai
konsentrasi zat yang masih bisa larut dalam suatu pelarut. Berdasarkan sifat
kelarutannya kondisi garam dibedakan menjadi tiga kondisi, yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi tidak jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata suatu garam
belum melampaui kelarutannya, sehingga masih bisa larut.
2. Kondisi tepat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata suatu garam
sama dengan kelarutannya, sehingga zat tepat mengendap.
3. Kondisi lewat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata garam
melampaui kelarutannya, sehingga zat yang mengendap lebih banyak
daripada yang larut.
2. Massa Jenis

Gambar 4. Massa jenis berbagai zat

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda ialah total massa dibagi dengan total
volumenya. Kerapatan suatu zat disebut massa jenis, yang dilambangkan dengan ρ
(rho), yakni hasil bagi massa zat oleh volumenya. Hal ini sesuai dengan sifat
utama dari suatu zat, yakni massa dan volume.

Keadaan benda dalam air berdasarkan besar dan kecilnya massa jenis benda
tersebut :

A. Terapung

Untuk dapat terapung, suatu benda dalam air harus mempunyai massa jenis
lebih kecil daripada massa jenis air.  Benda dikatakan terapung jika sebagian atau
seluruh bagiannya berada di atas permukaan cairan.  Saat benda diletakkan di
dalam cairan, benda akan bergerak ke atas, sehingga gaya ke atas (Fa) lebih besar
daripada gaya berat (w).

B. Melayang

Untuk dapat melayang, suatu benda dalam air harus mempunyai massa jenis
yang sama dengan massa jenis air.  Benda dikatakan melayang jika seluruh
bagiannya  berada   di  dalam  cairan.   Saat  benda  diletakkan  didalam  cairan,
benda tidak akan bergerak ke atas ataupun ke bawah (melayang) , sehingga gaya
ke atas (Fa) sama dengan gaya berat (w).

C. Tenggelam

Untuk dapat tenggelam, suatu benda dalam air harus mempunyai massa
jenis lebih besar daripada massa jenis air, maka benda akan mengalami gaya
total ke bawah yang tidak sama dengan nol.  Benda dikatakan tenggelam
benda berada di dasar wadah atau tempat cairan.  Saat benda diletakkan di
dalam cairan, benda akan bergerak ke bawah sampai menyentuh dasar wadah
cairan dan tetap berada di dasar, sehingga gaya ke atas (Fa) lebih kecil
daripada gaya berat.

3. Titik Didih

Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum akan
memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam
tekanan atmosphere. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan memiliki titik
didih lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam tekanan atmosphere.
Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan
merupakan kasus istimewa dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan
atmospher di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan
bisa mengatasi tekanan atmospher dan membentuk gelembung di dalam massa cair.

4. Uji Nyala
Gambar 5. Sampel warna hasil uji nyala

Uji nyala merupakan salah satu uji kualitatif yang paling sederhana, tidak
membutuhkan banyak alat maupun bahan. Uji nyala, atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut flame test, termasuk salah satu jenis analisis kualitatif untuk
menentukan kandungan logam yang terdapat pada sampel. Setiap atom pasti
memiliki elektron, yaitu partikel bermuatan negatif yang mengelilingi inti pada
orbitnya. Menurut teori dan model atom Bohr, dijelaskan bahwa sebuah elektron
dapat menyerap energi dari luar atom sehingga mengalami eksitasi. Eksitasi
adalah peristiwa berpindahnya elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Karena keadaan eksitasi membuat atom menjadi tidak
stabil, maka elektron tersebut berpindah lagi ke posisi semula sambil melepaskan
foton. Peristiwa ini disebut de-eksitasi atau emisi. Foton yang dipancarkan saat
proses de-eksitasi memiliki nilai panjang gelombang yang nilainya berbeda-beda
tergantung jenis unsur. Panjang gelombang yang dihasilkan ini menentukan warna
apa yang dihasilkan.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

 Neraca analitik  Pipet gondok 10 mL

 Gelas ukur 10 mL  Gelas kimia 50 mL (2 buah)


 Pembakar Bunsen/Pemanas  Ring besi dan Statif

 Kassa pembakar  Kawat nikrom

 Tabung reaksi (6)  Plat tetes

 Rak tabung

b. Bahan

 Heksana (13 mL)  Kristal garam untuk uji nyala

 Kloroform (13 mL) (KCl, LiNO3, NaCl, BaCl2,

 Metanol (13 mL) Sr(NO3)2, CaCl2, dan CuSO4).

 Etil alkohol (13 mL)  HCl pekat

 Sikloheksana (20 mL)  Air

4. Sifat Fisik dan Kimia Bahan

No. Nama Bahan Sifat Penanganan


1. Heksana  Sifat Fisika  Setelah terhirup: hirup
udara segar. Panggil
Rumus kimia C6H14
Massa molar 86,18 g·mol−1 dokter.Bila terjadi kontak
Cairan tidak kulit: Tanggalkan segera
Penampilan
berwarna semua pakaian yang
Densitas 0.6548 g/mL
terkontaminasi. Bilaslah kulit
−95 °C (−139 °F;
Titik lebur dengan air/ pancuran air.
178 K)
69 °C (156 °F; Periksakan ke dokter.
Titik didih
342 K)  Setelah kontak dengan
Kelarutan mata : bilas dengan air yang
13 mg/L at 20 °C
dalam air banyak dengan kelopak mata
Viskositas 0.294 cP
terbuka lebar. Hubungi dokter
 Sifat Kimia
mata jika diperlukan.
Cairan tidak stabil yang  Setelah tertelan: perhatian
jika korban muntah. Resiko
mudah menguap. Sulit larut
pengeluaran! Jaga agar aliran
dalam air, larut dalam etanol,
udara tetap bebas. Segera
larut dalam eter, kloroform, panggil dokter. Kerusakan
paru-paru mungkin terjadi
keton dan pelarut organik
setelah pengeluaran muntah.
lainnya.
2. Kloroform  Sifat Fisika  Setelah terhirup: hirup
udara bersih. Segera hubungi
Rumus: CHCl₃
dokter. Jika napas terhenti:
c. Kepadatan: 1,49 g/cm³ segera berikan pernapasan
d. Titik didih: 61,2°C
e. Massa molar: 119,38 g/mol buatan secara mekanik, jika
f. Titik lebur: -63,5°C diperlukan berikan oksigen.
 Sifat Kimia Bila terjadi kontak kulit:
Tanggalkan segera semua
a. Tidak bercampur dengan
pakaian yang terkontaminasi.
air
Bilaslah kulit dengan air/
b. Larut dalam eter dan
pancuran air. Periksakan ke
alkohol
dokter.
c. Merupakan asam lemah
 Setelah kontak pada mata :
d. Tidak mudah terbakar
bilaslah dengan air yang
banyak. Hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
 Setelah tertelan: perhatian
jika korban muntah. Resiko
pengeluaran. Jaga agar
aliran udara tetap bebas.
Kerusakan paru-paru
mungkin terjadi setelah
pengeluaran
muntah. Segera panggil
dokter. Sesudah itu berikan :
arang aktif (20-40 g dalam
10% slurry)
3. Metanol  Sifat Fisika Pertama, harus membersihkan diri
dari paparan.
a. Titik leleh : - 97 degC
 Jika terkena pada kulit,
b. Titik didih : 65 degC
segera cuci daerah yang
c. Massa jenis : 0.8 terkena dengan air hangat dan
 Sifat Kimia sabun sedikitnya selama 10-
15 menit.
Jika metanol dibakar, maka
 Jika terkena paparan
akan menghasilkan api dengan
metanol pada mata, maka
warna biru pucat dan tidak
cuci mata dengan cairan
berpendar membentuk karbon
pencuci mata yang umum
dioksida dan uap air.
digunakan, sedikitnya 10-15
Metanol dapat dioksidasi
menit.
dengan beberapa agen

pengoksidasi berikut :

1. K2Cr2O7

2. Na2Cr2O7

3. KMnO4
4. Etil alkohol  Sifat Fisika  Mata : bilas segera dengan
a. Titik didih: 78,37°C air banyak minimal 15 menit
b. Titik lebur: -114,1°C cari pertolongan medis jika
c. Kepadatan: 789 kg/m³ terjadi iritasi
d. Massa molar: 46,07 g/mol  Kulit : bilas segera dengan
air yang banyak, pisahkan
 Sifat Kimia pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi, cuci pakaian
Pelarut yang baik untuk senyawa sebelum digunakan kembali,
organik. Etanol mudah menguap bersihkan sepatu sebelum
dan mudah terbakar. Apabila digunakan kembali, jika
direaksikan dengan asam halida iritasi berlanjut segera cari
akan membentuk alkil halida dan pertolongan medis
air.  Pernapasan : pindahkan
ketempat yang berudara
segara cari pertolongan medis
 Pencernaan : jangan
memasukkan sesuatu
kedalam mulut korban yang
pingsan, jika bahan ini
tertelan dalam jumlah banyak
segera cari pertolongan
medis.
5. Sikloheksana  Sifat Fisika Antisipasi :
a. Berat molekul : 84,156 Simpanlah dalam tempat berventilasi
kgkmol baik. Usahakan tetap dingin.
b. Bentuk : cair Jauhkan dari panas/ percikan api/
c. Titik beku : 6,55 o C lidah api/ permukaan-permukaan
d. Titik didih : 80,74 o C yang panas - Dilarang
e. Temperatur kritis : 281 merokok.
oC Jauhkan sama, sekali dari
f. Tekanan kritis : 0.04 kemungkinan kontak dengan air,
atm karena reaksi ganas dan
g. Viskositas 20°C : 0,98 kemungkinan timbul api tiba-tiba.
cp Jangan sampai terkena mata, atau
h. Panas laten peleburan : kulit, atau pakaian.
267 kJkg
i. Panas laten penguapan Jika tertelan: Segera telponlah Pusat
: 357.55 kJkg Racun atau dokter.
 Sifat Kimia  Jika Terkena Kulit : Cuci
a. Senyawa dengan cincin dengan banyak sabun dan air.
non polar yang relatif  Setelah menghirup: hirup
stabil. Oleh karena itu udara segar. Konsultasikan
dengan perlakuan dengan dokter jika merasa tak
temperatur dan dengan sehat.
adanya Aluminium  Setelah kontak pada kulit:
klorida, sedikit isomerisasi cuci dengan air yang banyak.
menjadi metilsiklopentan. Lepaskan pakaian yang
Atau pembukaan cincin terkontaminasi.
yang terjadi.  Setelah kontak dengan
b. Pada suhu yang tinggi mata : bilas dengan air yang
700-800 o C sikloheksana banyak dengan kelopak mata
terdekomposisi menjdi terbuka lebar. Hubungi
butadiena dan produk dokter mata jika diperlukan.
lainnya. 15 Oksidasi fase Hati-hati Bahaya penghirupan
cair dari sikloheksana Jaga saluran pernapasan tetap
dengan udara memperoleh terbuka. Segera panggil
campuran Sikloheksanol dokter. Dalam kasus muntah
yang utama dan secara spontan: Resiko
Sikloheksanon, merupakan aspirasi. Kemungkinan terjadi
suatu reaksi berantai. kerusakan paru-paru. Panggil
c. Dalam memproduksi dokter.
polimer nylon-66 perlu
sekali dihasilkan adipic
acid sebagai intermediet.
Adipic acid ini biasanya
dihasilkan dari oksidasi
campuran Sikolheksanol-
Sikloheksanon dengan
nitric acid.
6. KCl  Sifat Fisika  Setelah menghirup: hirup
a. Titik didih/rentang didih udara segar.
1.413 °C pada 1.013 hPa  Bila terjadi kontak kulit:
b. Flamabilitas (padatan, gas) Tanggalkan segera semua
Produk ini tidak mudah- pakaian yang terkontaminasi.
menyala. Bilaslah kulit dengan air/
c. Densitas 1,98 g/cm3 pada pancuran air.
20 °C.  Setelah kontak pada mata :
d. Kelarutan dalam air 347 bilaslah dengan air yang
g/l banyak.
pada 20 °C
 Sifat Kimia
a. Bereaksi hebat dengan
oksidator kuat
b. Stabil secara kimiawi di
suhu ruangan
7. LiNO3  Sifat Fisika Saran umum Pemberi pertolongan
a. Bentuk padat pertama harus melindungi dirinya.
b. Warna putih  Setelah terhirup: hirup
c. pH kira-kira 7 - 9 pada 50 udara segar.Jika napas
g/l 20 °C terhenti: berikan napas buatan
d. Titik lebur 255 °C mulut ke mulut atau secara
e. Densitas 2,36 g/cm3 pada mekanik. Berikan masker
20 °C oksigen jika mungkin.Segera
f. Kelarutan dalam air 522 hubungi dokter.
g/l pada 20 °C  Bila terjadi kontak kulit:
bilaslah dengan air yang
 Sifat Kimia banyak. Hubungi dokter
a. Tidak mudah meledak mata.
b. Stabil  Setelah kontak pada mata :
bilaslah dengan air yang
banyak. Segera hubungi
dokter mata. Lepaskan lensa
kontak.
 Setelah tertelan: beri air
minum (paling banyak dua
gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
untuk muntah (hanya jika
korban tidak sadarkan diri),
telan karbon aktif and
konsultasikan kepada dokter
secepatnya.
8. NaCl  Sifat Fisika  Setelah terhirup: hirup
a. Bentuk padat udara segar. Jika napas
b. Warna putih terhenti: berikan napas buatan
c. Bau tidak berwarna mulut ke mulut atau secara
d. Ambang Bau Tidak mekanik. Berikan masker
berlaku oksigen jika mungkin. Segera
e. pH 4,5 - 7,0 pada 100 g/l hubungi dokter.
20 °C  Bila terjadi kontak kulit:
f. Titik lebur 801 °C Bilaslah dengan air yang
g. Titik didih/rentang didih banyak. Hubungi dokter
1.461 °C pada 1.013 hPa mata.
h. Tekanan uap 1,3 hPa pada  Setelah kontak pada mata :
865 °C bilaslah dengan air yang
3
i. Densitas 2,17 g/cm pada banyak. Segera hubungi
20 °C dokter mata.Lepaskan lensa
j. Kelarutan dalam air 358 kontak.
g/l pada 20 °C  Setelah tertelan: beri air
minum (paling banyak dua
 Sifat Kimia gelas). Segera cari anjuran
a. Bisa didapat dari reaksi pengobatan.Hanya di dalam
naoh dan dan HCI kasus khusus, jika
sehingga ph nya netral pertolongan tidak tersedia
b. Ikatan ionik kuat. selisih dalam satu jam, rangsang
elektronegatif nya lebih untuk muntah (hanya jika
dari dua korban tidak sadarkan diri),
c. Larutan elektrolit nya telan karbon aktif and
kuat karena terionisasi konsultasikan kepad dokter
sempurna pada air secepatnya.

9. BaCl2  Sifat Fisika Saran umum Pemberi pertolongan


Padatan pertama harus melindungi dirinya.
berbentuk  Setelah terhirup: hirup udara
kristal, segar.Jika napas terhenti:
berwarna berikan napas buatan mulut
a. Keadaan
: putih, tidak ke mulut atau secara
fisik
berbau dan mekanik. Berikan masker
memiliki oksigen jika mungkin. Segera
rasa pahit hubungi dokter.
dan asin.  Bila terjadi kontak kulit:
b. Titik leleh : 963°C Tanggalkan segera semua
c. Titik didih : 1560°C
<0,1 mmHg pakaian yang terkontaminasi.
d. Tekanan uap : Bilaslah kulit dengan air/
pada 20°C
3,917 (air = pancuran air.
e. Berat jenis :
1)  Setelah kontak pada mata :
bilaslah dengan air yang
 Sifat Kimia
banyak. Lepaskan lensa
a. Melepaskan air kristal jika
kontak.
dipanaskan.  Jika tertelan: beri air minum
b. Reaksi berbahaya yang (paling banyak dua gelas).
mungkin di bawah kondisi Segera cari anjuran
spesifik/khusus pengobatan. Hanya di dalam
c. Beresiko meledak dengan: kasus khusus, jika
furan-2-percarbonic acid pertolongan tidak tersedia
d. Reaksi yang hebat dapat dalam satu jam, rangsang
terjadi dengan : senyawa untuk muntah (hanya jika
halogen-halogen, korban tidak sadarkan diri),
e. Oksidator kuat, agen telan karbon aktif,
pereduksi kuat, asam-asam konsultasikan kepada dokter
f. Kondisi yang harus secepatnya.
dihindari
g. Pemanasan kuat
(penguraian).
10. Sr(NO3)2  Sifat Fisika  Saran umum Pemberi
pertolongan pertama harus
a. Padat berwarna putih
melindungi dirinya.
b. Densitas : 2.986 g/cm3
 Setelah terhirup: hirup
(anhidrat) udara segar.Jika napas
terhenti: berikan napas buatan
c. 2.20 g/cm3 (tetrahidrat)
mulut
d. Titik lebur : 570 °C (1058
ke mulut atau secara
°F; 843 K) (anhidrat) 100 mekanik. Berikan masker
oksigen jika mungkin.Segera
°C, berdekomposisi
hubungi dokter.
(tetrahidrat)
 Bila terjadi kontak kulit:
e. Titik didih : 645 °C (1193 bilaslah dengan air yang
banyak. Hubungi dokter
°F; 918 K)
mata.
berdekomposisi
 Setelah kontak pada mata :
bilaslah dengan air yang
banyak. Segera hubungi
 Sifat Kimia
dokter mata. Lepaskan lensa
a. Oksidator kontak.
b. Stabil  Setelah tertelan: beri air
minum (paling banyak dua
gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam,
rangsang untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan karbon
aktif and konsultasikan
kepada dokter secepatnya.
11. CaCl2  Sifat Fisika  Setelah terhirup: hirup
udara segar.Jika napas
a. Bentuk padat
terhenti: berikan napas buatan
b. Warna putih
mulut
c. pH kira-kira 8 - 10 pada ke mulut atau secara
mekanik. Berikan masker
100 g/l 20 °C
oksigen jika mungkin. Segera
d. mudah-menyala. hubungi dokter.
e. Densitas 2,15 g/cm3 pada  Bila terjadi kontak kulit:
Tanggalkan segera semua
20 °C
pakaian yang terkontaminasi.
f. Kelarutan dalam air 740
Bilaslah kulit dengan air/
g/l pada 20 °C pancuran air. Periksakan ke
dokter.
 Sifat Kimia
 Setelah kontak pada mata :
a. Stabil bilaslah dengan air yang
banyak. Segera hubungi
dokter mata. Lepaskan lensa
kontak.
 Setelah tertelan: beri air
minum (paling banyak dua
gelas). Segera cari anjuran
pengobatan. Hanya di dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
untuk muntah (hanya jika
korban tidak sadarkan diri),
telan karbon aktif and
konsultasikan kepada dokter
secepatnya.
12. CuSO4  Sifat Fisika  Setelah menghirup: hirup
udara segar.
a. Densitas 2,284 g/cm3 pada
 Bila terjadi kontak kulit:
20 °C
Tanggalkan segera semua
b. Kerapatan (den-sitas) pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/
relatif Tidak tersedia
pancuran air.
informasi.
 Setelah kontak pada mata :
c. Kelarutan dalam air 317 g/l bilaslah dengan air yang
banyak. Hubungi dokter
pada 20 °C
mata. Lepaskan lensa kontak.
 Sifat Kimia
 Setelah tertelan: segera beri
a. Stabil korban minum air putih (dua
b. Reaksi eksotermik gelas paling banyak).
dengan : Oksidator kuat, Periksakan ke dokter.
hydroxylamine,
magnesium
13. HCl  Sifat Fisika  Saran umum :
a. Massa atom : 36,45 Tunjukkan lembar data
b. Massa jenis : 3,21 gr/cm3. keselamatan kepada
c. Titik leleh : -1010C dokter yang merawat.
d. Energi ionisasi : 1250  Jika terhirup Setelah
kj/mol menghirup: hirup
e. Kalor jenis : 0,115 udara segar.
kal/gr0C  Jika kontak dengan
f. Pada suhu kamar, HCl kulit
berbentuk gas yang tak Bila terjadi kontak kulit:
berwarna Tanggalkan segera semua
g. Berbau tajam. pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/
 Sifat Kimia pancuran air.
a. Stabil  Jika kontak dengan
Peningkatan reaktifitas mata
dengan: Logam Setelah kontak pada mata :
b. Reaksi yang hebat dapat bilaslah dengan air yang
terjadi dengan : Umumnya banyak. Lepaskan lensa
diketahui pasangan reaksi kontak.
terhadap air.  Jika tertelan : Setelah
c. HCl akan berasap tebal di tertelan: beri air
udara lembab. minum kepada korban
d. Gasnya berwarna kuning (paling banyak dua
kehijauan dan berbau gelas). Konsultasi
merangsang. kepada dokter jika
e. Dapat larut dalam alkali merasa tidak sehat.
hidroksida, kloroform, dan
eter.
f. .Merupakan oksidator
kuat.
g. Berafinitas besar sekali
terhadap unsur-unsur
lainnya, sehingga dapat
h. Racun bagi pernapasan.
5. Diagram Alir Praktikum

A. Kelarutan

Zat terlarut yang akan diujikan


(ex. Sikloheksana, heksana,
metanol, kloroform, atau etil
alkohol)

1 ml zat terlarut ditambahkan pada 3


ml pelarut air dalam tabung reaksi

Tabung reaksi ditutup dan dikocok


dengan kuat

Campuran zat terlarut + air


(pelarut)

Keadaan larutan yang terbentuk


diamati dan disimpulkan

Hasil pengamatan diprediksi


Data ditulis
Struktur zat cair yang digunakan dapat
dibandingkan
Trend data dijelaskan

Hasil
B. Densitas

Cairan yang akan diujikan


(ex. Sikloheksana, heksana,
metanol, kloroform, atau etil
alkohol)
Gelas kimia 25 ml ditimbang hingga
skala 0,01 gram

10 ml cairan dipipet dengan pipet


seukuran/ pipet gondok
Cairan yang dipipet lalu dimasukkan
ke dalam gelas kimia

Cairan di dalam gelas kimia

Gelas kimia dan cairan ditimbang


hingga 0,01 gram

Densitas cairan dihitung lalu dicatat


beserta satuannya

Data yang diperoleh dicatat dalam


bentuk tabel pengamatan

Hasil
C. Titik Didih

Cairan yang akan ditentukan


titik didihnya
(ex. Sikloheksana, heksana,
metanol, kloroform, atau etil
alkohol)
Cairan yang telah ditentukan titik
didihnya dimasukkan ke sebuah
tabung reaksi

Cairan di dalam tabung reaksi

Tabung reaksi ditempatkan di sebelah


termometer, lalu diikat dengan karet
gelang
Pipa kapiler sepanjang 5-10 cm
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan posisi terbalik
Alat set tersebut di simpan ke dalam gelas
kimia yang berisi air/ cairan parafin
Masukkan batu didih ke dalam waterbath, lalu
diaduk perlahan selama pemanasan
Pemanasan dihentikan ketika gelembung
banyak terbentuk dan secara masif terlepas
dari pipa kapiler
Suhu dicatat ketika gelembung tepat
berhenti
Titik didih dihitung

Eksperimen diulangi dan data ditulis


dalam tabel

Hasil
D. Uji Nyala

Kristal garam yang akan diuji


nyala
(ex. KCl, LiNO3, NaCl, BaCl2,
Sr(NO3)2, CaCl2, dan CuSO4)

Kristal garam dimasukkan ke plat


tetes dan diberi label
Larutan asam klorida (HCl) pekat
disiapkan pada gelas kimia 50 ml

Campuran kristal garam


+ HCl pekat

Pembakar bunsen dipersiapkan dan


struktur nyala api diatur
Kawat nikrom dibersihkan dengan ujungnya
dicelupkan ke larutan HCl pekat lalu
Ujung kawat nikrom dicelupkan kembali ke
HCl, lalu dicelupkan ke kristal pertama yang
akan diuji
Ujung kawat dimasukkan ke nyala api dan
hasil warna nyala dicatat
Data ditulis dalam tabel

Hasil
6. Data & Pengamatan

A. Kelarutan

Cara Kerja Pengamatan


No. Nama Zat Larut Sedikit Tidak

Larut Larut
1. Heksana ✔
2. Sikloheksana ✔
3. Kloroform ✔
4. Metanol ✔
5. Etil Alkohol ✔
Kelarutan relatif dari
sikloheksana, heksana, metanol,
kloroform dan etil alkohol dalam
air dapat ditentukan dengan cara 1
mL zat terlarut ditambahkan pada
3 mL pelarut air dalam tabung
reaksi yang bersih dan kering.
Kemudian tabung reaksi ditutup
dan dikocok dengan kuat, dengan
mengamati keadaan larutan yang
terbentuk, dapat disimpulkan
kelarutan tiap-tiap zat terlarut
dalam pelarut air.

B. Densitas

Cara Kerja Pengamatan


No. Nama Zat ρ
Timbang
1. gelas kimia 25mL
Heksana 0, 661 g/mL
hingga
2. skalaSikloheksana
0,01 gram. Lalu pipet 0, 779 g/mL
tepat3.10 mL Kloroform
cairan menggunakan 1, 492 g/mL
pipet4. seukuran pipet gondok.
Metanol 0, 791 g/mL
Kemudian
5. masukkan cairan yang
Etil Alkohol 0, 789 g/mL
dipipet ke dalam labu erlenmeyer
yarng telah diketahui beratnya.
Stelah itu, timbang gelas kimia
dan cairan sampai skala 0,01 g.
Kemudian hitung densitas dari
cairan tersebut.
Langkah pertama masukkan cairan yang
akan ditentukan titik didihnya dalam
sebuah tabung reaksi. Lalu tempatkan
tabung reaksi di sebelah termometer,
kemudian ikat denganC. Titik
karet Didih
(tempatkan)
di ujung tubung reaksi. Masukkan pipa
kapiler sepanjang 5-10 cm ke dalam
tabung reaksi dengan posisi terbalik
(bagian tertutup di atas), dan simpan set
alat ini ke dalam gelas kimia berisi
air/cairan parafin (waterbath), masukkan
batu didih ke dalam water bath, lalu
panaskan perlahan sambil mengaduk air
dalam water bath. Ketika gelembung
mulai banyak terbentuk dan terlepas dari
pipa kapiler, hentikan pemanasan. Pada
suhu ini tekanan uap cairan sudah
D. Uji Nyala

Cara Kerja Pengamatan


No. Nama Kristal
Hasil Warna
Garam
1. KCl Ungu (violet)
2. LiNO3 Merah padat (solid)
3. NaCl Kuning (keemasan)
4. BaCl2, Hijau (kekuningan)
5. Sr(NO3)2 Merah (keunguan)
6. CaCl2 Oren ( merah kekuningan)
7. CuSO4 Biru kehijauan

Pertama masukkan sedikit kristal


garam yang akan diuji ke dalam plat
tetes kemudian beri label. Lalu
siapkan sedikit larutan asam kloroda
(HCI) pekat pada gelas kimia 50 ml.
Set pembakar Bunsen dan atur
struktur nyala api. Bersihkan kawat
nikrom dengan cara mencelupkan
ujung kawat nikrom ke dalam
larutan HCl pekat, lalu bakar hingga
membara. Kemudian celupkan
kembali ujung kawat nikrom ke
dalam HCl pekat, lalu celupkan ke
kristal garam yang akan diuji,
masukkan ujung kawat tersebut ke
dalam nyala api, dan catat warna
nyala. Ulangi untuk kristal garam
lainnya.
7. Perhitungan

 Rumus densitas
m
ρ=
v
g
p = densitas ( /mL)
m = massa cairan (gram)
v = volume cairan (mL)

 Rumus titik didih

T 1+T 2
TD=
2

T1 = titik didih pada saat gelembung mulai muncul banyak dan terlepas

dari pipa kapiler

T2 = titik didih pada saat pemanasan dihentikan dan gelembung mulai

berhenti
8. Pembahasan

A. Kelarutan

Data dari tabel pengamatan menunjukkan keterangan tingkat kelarutan


yang berbeda-beda dari heksana, sikloheksana, kloroform, methanol, dan etil
alkohol (ethanol). Tabel menunjukkan bahwa heksana dan sikloheksana tidak
larut (insoluble) dalam air yang berperan sebagai pelarut, kloroform sedikit larut
dalam air (slightly soluble) sedangkan methanol dan etil alkohol larut di dalam air
dengan baik (infinitely soluble). Hal tersebut terjadi karena kelarutan dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti suhu, kepolaran senyawa, besar partikel molekul,
struktur molekul, dan gaya antarmolekul. Pada faktor suhu pengaruhnya
bergantung pada wujud suatu zat, pada wujud padat ketika suhu naik maka
kelarutan zat semakin tinggi, pada wujud gas ketika suhu naik maka kelarutan zat
akan menurun, dan pada zat yang berwujud cair suhu tidak mempengaruhi
kelarutan zat, pada eksperimen ini senyawa yang diujikan dalam penentuan
kelarutan adalah berwujud cair sehingga faktor suhu tidak memengaruhi
kelarutannya. Sedangkan faktor kepolaran senyawa, besar partikel molekul,
struktur molekul, dan gaya antarmolekul mempengaruhi kelarutan zat yang akan
diujikan (heksana, sikloheksana, kloroform, methanol, dan etil akohol). Pada
faktor kepolaran, senyawa yang polar akan larut di dalam pelarut yang polar dan
senyawa yang non-polar akan larut dalam pelarut non-polar, hal tersebut berkaitan
dengan kesamaan polaritas antara zat pelarut dan zat terlarut. Kepolaran
dipengaruhi oleh dua faktor yang menentukan yaitu ikatan molekulnya dan
bentuk molekulnya. Jika molekulnya simetris sempurna, molekul tersebut
dikategorikan non- polar. Ikatan polar terbentuk ketika suatu atom dalam ikatan
memiliki tarikan yang jauh lebih kuat ke arah elektron daripada atom lainnya.
Perbedaan kekuatan dapat diprediksi dengan membandingkan nilai
elektronegatifitas. Faktor besar partikel molekul juga mempengaruhi kelarutan.
Semakin kecil suatu molekul zat maka akan lebih mudal larut (dalam air). Pada
faktor struktur molekul pada umumnya semakin sederhana struktur molekulnya,
semakin mudah suatu senyawa larut. Pada alkohol alifatik (pada pelarut non-
polar) seiring bertambahnya panjang rantai semakin susah untuk larut, sedangkan
faktor gaya antarmolekul yaitu semakin kuat gaya antarmolekul pada molekul zat
terlarut dan molekul pelarut, semakin besar pula kelarutan zat terlarut dalam
pelarut tersebut.

1. Heksana

Pada tabel diketahui bahwa heksana tidak larut dalam air yang berperan
sebagai pelarut. Air merupakan pelarut polar. Air dikategorikan polar karena
faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hidrogen . bentuk tersebut (asimetris). Dalam air terdapat
ikatan hidrogen.

Heksana merupakan senyawa non-polar, senyawa tersebut termasuk dalam


hidrokarbon alkana (CnH2n + 2) dan kelompok alkana bukan merupakan zat yang
polar sedangkan pada eksperimen ini yang digunakan sebagai pelarut adalah air
yang merupakan senyawa polar. Selain itu gaya tarik ( Van der Walls) yang
terjadi ketika air dan heksana dicampurkan tidak cukup melepaskan energi untuk
mengkompensasi energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan hidrogen dalam
air (tidak memiliki cukup energi dan tidak mampu membentuk ikatan hidrogen
dengan air). Oleh karena itu, alkana tidak larut dalam air. Struktur bentuk molekul
dari heksana menunjukkan struktur yang simetris yang tersusun dari rantai 6
atom karbon pusat yang masing-masing dijenuhkan dengan hidrogen. Heksana
adalah non-polar karena ikatan C – H dan struktur geometris simetrisnya.
Gambar 6. Struktur heksana

Karbon dan hidrogen memiliki perbedaan keelektronegatifan 0,35,


senyawa dengan perbedaan keelektronegatifan sebesar 0-0,4 dikategorikan ke
dalam senyawa non polar dan senyawa dengan perbedaan keelektronegatifan lebih
besar dari 0,4 tetapi kurang dari 1,7 termasuk ke dalam senyawa polar. Heksana
dikategorikan non-polar karena perbedaan keelektronegatifannya adalah 0,35 dan
senyawa non-polar tidak dapat larut dalam pelarut polar (air).

2. Sikloheksana

Pada tabel diketahui bahwa sikloheksana tidak larut dalam air yang
berperan sebagai pelarut. Air merupakan pelarut polar. Air dikategorikan polar
karena faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hydrogen, bentuk tersebut (asimetris). Dalam air terdapat
ikatan hidrogen.

Sikloheksana merupakan senyawa non-polar sedangkan air merupakan


senyawa polar sehingga sikloheksana tidak larut dalam air. Sikloheksana juga
tidak mengandung gugus -OH sehingga tidak dapat berikatan dengan ion -H.
Karenanya mereka tidak larut dalam air. Dalam sikloheksana, perbedaan
keelektronegatifan hidrogen dan karbon tidak besar. Hal tersebut membuat
sikloheksana menjadi nonpolar. Dalam air, perbedaan keelektronegatifan hidrogen
dan oksigen sangat besar sehingga termasuk dalam polar. Sikloheksana yang
merupakan nonpolar hanya dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter,
alkohol, dan aseton.

Dalam sikloheksana ikatannya berupa ikatan tunggal C-H dengan satu


ikatan rangkap C = C. Polaritas ikatan ini sangat lemah. Jadi sebagian besar
molekulnya non polar. Sedangkan air sangat polar, dan memiliki ikatan hidrogen
karena gugus fungsi hidroksil (OH) yang memiliki perbedaan elektronegatif yang
besar. Aturan umumnya adalah "suatu senyawa akan larut ke dalam pelarut
dengan polaritas yang sama". Jadi zat polar seperti air tidak akan melarutkan zat
non polar seperti sikloheksana karena sangat sulit untuk membentuk ikatan
antarmolekul di antara mereka.

Gambar 7. Bentuk sikloheksana


Gambar 8. Perbandingan gaya antarmolekul pada air dan sikloheksana

Sikloheksana adalah molekul heksagonal simetris yang tidak menunjukkan


interaksi dipol-dipol maupun ikatan hidrogen, dan oleh karena itu, ia tidak akan
larut dalam air.

3. Kloroform

Pada tabel, data menunjukkan bahwa kloroform sedikit larut dalam air
yaitu dengan kelarutan sebesar 0,56% dalam air. Air dikategorikan polar karena
faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hidrogen, bentuk tersebut (asimetris). Dalam air terdapat
ikatan hidrogen. Kloroform (CHCl3) bersifat polar dan H2O juga polar. Tetapi ini
merupakan metode umum yang dasar untuk menentukan kelarutan. Salah satu hal
yang menjadi faktor utama dalam penentuannya bahwa kloroform sedikit larut
dalam air adalah distribusi molekul. Ikatan bipolar dalam CHCl3 dan ikatan
hidrogen antara H2O lebih kuat daripada ikatan bipolar- ikatan bipolar antara H2O
dan CHCl3. Jadi tarikan antara molekul CHCl 3 lebih besar daripada tarikan antara
CHCl3 dan H2O. Juga tarikan antara molekul H2O lebih besar dari tarikan antara
CHCl3 dan H2O. Akibatnya CHCl3 tidak dapat bercampur dengan baik dalam air.
Misalnya pada percobaan melarutkan 1 gram kloroform dalam 100g air akan
terlihat kloroform larut dalam jumlah yang sedikit. Kejadian tersebut pada
umumnya tidak dianggap 'larut', tetapi persen kelarutan yang sedikit sebaiknya
tidak diabaikan sehingga dapat dikatakan bahwa kloroform sedikit larut dalam air
(0,56%).

4. Methanol dan Ethanol/ Etil Alkohol

Pada tabel ditunjukkan bahwa methanol dan ethanol dapat larut dalam air
dengan baik (infinitely soluble). Air dikategorikan sebagai senyawa polar karena
faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hydrogen, bentuk tersebut (asimetris). Methanol juga
merupakan senyawa polar. Sebagaimana prinsip “like dissolve like”, yaitu suatu
pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran
yang sama. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan sebaliknya.

Methanol dan ethanol etil alkohol (alkohol) larut dalam air karena ikatan
hidrogen, kedua senyawa tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air
apabila dicampurkan, tetapi seiring bertambahnya panjang rantai karbon,
kelarutannya terus menurun. Alkohol memiliki gugus fungsi -OH; di mana
oksigen adalah atom elektronegatif dan langsung terikat pada atom elektropositif
yang berukuran lebih kecil yang merupakan syarat terbentuknya ikatan hidrogen
odan juga ksigen dari alkohol membuat interaksi ikatan hidrogen dengan molekul
hidrogen air dan sebaliknya.

Pada faktor struktur, setiap alkohol terdiri dari rantai karbon (selalu
nonpolar) dan gugus OH (yang polar). Untuk etanol misalnya, dengan rumus
kimia : C2H5OH. Etanol memiliki 2 rantai karbon dan satu gugus OH dan
methanol dengan rumus kimia : CH3OH, memiliki 3 rantai karbon dan satu gugus
OH. Karena air bersifat polar, ia menarik gugus OH. Rantai karbon di sisi lain
sebagai nonpolar ditolak. Oleh karena itu, kelarutan alkohol ditentukan oleh
kekuatan kedua gaya tersebut. Karena kekuatan tarikan gugus OH, tiga alkohol
pertama (metanol, etanol dan propanol) dapat larut dengan baik. Mereka dapat
larut dalam air tanpa batas jumlah minimum. Dan dimulai dari butanol (empat
karbon), kelarutan alkohol mulai menurun. Setelah heptanol (7-karbon), alkohol
dianggap tidak bercampur.

Gambar 9. Tingkat kelarutan alkohol dalam air

Bentuk methanol tetrahedral (sp3) karena gugus hidroksil (OH)


mengandung dua pasang elektron bebas, yang menyebabkan tolakan antara
pasangan elektron terikat dan pasangan elektron tidak terikat dalam senyawa.
Bentuk ini termasuk asimetris yang merupakan salah satu ciri dari senyawa polar.

Gambar 10. Bentuk methanol


Pada ethanol, atom karbon dan oksigen dalam etanol masing-masing
memiliki empat gugus elektron di sekelilingnya. Ketika ada empat elektron di
sekitar atom pusat, maka menurut VSPER ethanol memiliki bentuk geometri
tetrahedral.

Gambar 11. Ethanol

B. Densitas

Data pada tabel menunjukkan densitas beberapa zat yaitu seperti heksana,
sikloheksana, kloroform, methanol, dan ethanol. Densitas yang berbeda terjadi
karen pengaruh dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut seperti 1) massa atom;
serta 2) kekuatan dan struktur ikatan atom dan molekul.

1) Massa Atom

Massa Atom: pada tingkat mikro yaitu mengenai struktur atom zat, beberapa
jenis atom memiliki lebih banyak proton dan neutron daripada atom lain. Hal
tersebut berpengaruh pada massa dari atom zat, karena proton dan neutron
memiliki massa yang signifikan dibandingkan elektron dan juga mempengaruhi
seberapa banyak materi yang dapat ditampung dalam jumlah ruang yang sama (di
atom). Berat atom bergantung pada jumlah proton dan neutron yang dimilikinya.
Hal lainnya yang mempengaruhi massa atom; misalnya, kekuatan ikatan atom.

2) Kekuatan dan Struktur Ikatan Atom dan Molekuler

Penyebab kedua terjadinya perbedaan densitas antara satu atom dengan atom
lainnya juga melibatkan mekanisme bagaimana atom berikatan dengan atom lain
(baik atom dengan jenis yang sama atau jenis yang berbeda). Dalam beberapa
kasus, atom-atom berikatan dengan sangat erat (seperti pada logam). Dalam kasus
lain, atom-atom berikatan kurang kuat (longgar) dan menyisakan lebih banyak
ruang di antara mereka (less dense) sehingga berakibat pada kapasitas atau
menyebabkan lebih sedikit materi (atom) yang dapat berada di dalam sejumlah
ruang tertentu yang sama (packed). Dengan ikatan yang lebih kuat (lebih ketat),
maka akan ada lebih banyak atom dalam satu unit ruang sehingga nilai densitas
juga akan lebih besar. Hal ini juga berkaitan dengan gaya antarmolekul karena
semakin kuat ikatan antarmolekul, menyebabkan molekul-molekul semakin dekat
satu sama lain. Oleh karena itu, massa akan lebih besar (lebih rapat).

a. Heksana

Heksana memiliki densitas 0,661 g/mL dengan massa molar 86,18 g/mol,
apabila dibandingkan dengan air sebagai pelarutnya, air lebih rapat dengan
densitas 1 g/mL, akan tetapi massa molar air lebih kecil daripada heksana. Hal
tersebut terjadi karena pada air, hidrogen bersifat positif dan oksigen negatif
sehingga memungkinkan gaya Van der Waals menarik molekul dengan kuat.
Gaya tersebut menciptakan tarikan yang kuat sehingga kerapatannya juga
tinggi. Hidrokarbon seperti heksana tidak memiliki inetraksi yang sama seperti
yang terjadi dalam molekul-molekul air. Air adalah pelarut ionik, dan
hidrokarbon adalah kovalen, keduanya juga cenderung tidak dapat bercampur
dengan baik. Dan pada umumnya untuk menentukan kerapatan suatu senyawa
terdapat prinsip “senyawa yang lebih ringan (dengan kerapatan yang kurang)
akan mengapung ke atas, yang lebih berat (lebih rapat) akan berada di lapisan
bawah senyawa yang ringan”. Pada umumnya senyawa yang memiliki
kerapatan yang lebih kecil dari air akan bercampur dengan air dengan syarat
senyawa tersebut memiliki kepolaritasan yang sama dengan air maka kasus
tidak dapat bercampurnya heksana dengan air meskipun memiliki densitas
lebih kecil dari air, hal ini dipengaruhi kepolaritasan keduanya yang berbeda.
Sedangkan kasus massa molar heksana lebih besar tetapi densitas lebih kecil
daripada air hal ini disebabkan karena kekuatan struktur dan gaya
antarmolekul pada heksana kekuatan tarikan ikatannya lebih longgar atau
tidak sekuat ikatan dalam air sehingga menyebabkan air lebih rapat daripada
heksana.

b. Sikloheksana

Pada sikloheksana tidak jauh berbeda dengan yang terjad pada


heksana( sikloheksana : 0,779 g/mL) . Pada air, hidrogen bersifat positif dan
oksigen negatif sehingga memungkinkan gaya Van der Waals menarik
molekul dengan kuat. Gaya tersebut menciptakan tarikan yang kuat sehingga
kerapatannya juga tinggi. Hidrokarbon seperti heksana tidak memiliki
inetraksi yang sama seperti yang terjadi dalam molekul-molekul air. Air
adalah pelarut ionik, dan sikloheksana adalah kovalen, keduanya juga
cenderung tidak dapat bercampur dengan baik. Dan pada umumnya untuk
menentukan kerapatan suatu senyawa terdapat prinsip “senyawa yang lebih
ringan (dengan kerapatan yang kurang) akan mengapung ke atas, yang lebih
berat (lebih rapat) akan berada di lapisan bawah senyawa yang ringan”. Pada
umumnya senyawa yang memiliki kerapatan yang lebih kecil dari air akan
bercampur dengan air dengan syarat senyawa tersebut memiliki kepolaritasan
yang sama dengan air maka kasus tidak dapat bercampurnya heksana dengan
air meskipun memiliki densitas lebih kecil dari air, hal ini dipengaruhi
kepolaritasan keduanya yang berbeda. Serta ikatan dalam sikloheksana tidak
serapat dan sekuat air sehingga densitas sikloheksana lebih rendah daripada
air.

c. Kloroform

Pada data di tabel diketahui bahwa densitas kloroform 1,492 g/mL,


dibanding dengan air dengan densitas 1 g/mL dan dapat sedikit larut dalam
air. Hal tersebut terjadi karena massa molekul di kloroform lebih besar dari air
dan dapat berinteraksi dengan air karena terdapat ikatan hidrogen (H-
bonding)

d. Metanol dan Etanol


Pada tabel diketahui densitas metanol sebesar 0,791 g/mL dan etanol atau etil
alkohol yaitu 0,789 g/mL, apabila dibandingkan dengan air, air lebih padat dari
sebagian besar alkohol karena susunan molekulnya. Molekul air sangat padat
dibandingkan molekul alcohol sehingga air lebih rapat (denser).

Ikatan hidrogen dalam methanol dan etanol lebih rendah dibandingkan dengan
air, karena ikatan hydrogen yang kuat, molekul air menjadi lebih rapat dan dekat
antara satu sama lain, dan lebih banyak massa yang dapat menempati volume
yang membuat air lebih padat. Dalam metanol dan etanol ikatan hidrogen tidak
sekuat dalam air. Molekul-molekul dalam air dapat berkumpul berdekatan,
sehingga ruang antara molekul air lebih kecil daripada ruang antara molekul
alcohol yang berarti air memiliki massa yang lebih banyak dalam volume yang
sama dari pada metanol dan etanol. Menurut prinsip “senyawa yang lebih ringan
(dengan kerapatan yang kurang) akan mengapung ke atas, yang lebih berat (lebih
rapat) akan berada di lapisan bawah senyawa yang ringan” seharusnya metanol
dan etanol berada di lapisan atas apabila dicampur dengan air, tetapi karena
metanol dan etanol termasuk polar dan dapat berinteraksi dengan air (like dissolve
like) maka, itu terjadi apabila tidak dilakukan pencampuran maka dari itu
pengadukan sangatlah penting.
C. Titik Didih

Pada tabel data menunjukkan harga titik didih yang berbeda-beda dari
beberapa senyawa seperti heksana dengan titik didih 69° C, sikloheksana dengan
titik didih 80, 75°C, kloroform dengan titik didih 61,2° C, metanol dengan titik
didih 64,7° C, serta etil alkohol/etanol dengan titik didih 78,37° C. Perbedaan
harga titik didih tersebut terjadi karena beberapa faktor. Faktor/tren tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Kekuatan relatif dari empat gaya antarmolekul adalah:


Ionik> Ikatan hidrogen> dipol dipol> Gaya Van der Waals. Pengaruh dari
masing-masing gaya ini akan bergantung pada gugus fungsi yang ada.
Gaya antarmolekul :
Dispersi London Terlemah

Dipol-dipol
Ikatan hidrogen
Ion-dipol
Terkuat

a. Pada dua senyawa, suatu senyawa yang memiliki tipe gaya


anatarmolekul yang lebih kuat akan memiliki titik didih yang lebih tinggi
pula.
b. Pada dua senyawa nonpolar dengan massa yang tidak jauh beda,
senyawa dengan rantai/struktur yang lebih kompleks dan panjang akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi karena panjangnya struktur akan
menyediakan tempat/area lebih untuk interaksi gaya antarmolekul yang
terjadi dalam senyawa tersebut.
c. Di antara dua senyawa nonpolar dengan massa yang berbeda, molekul
yang lebih besar akan memiliki titik didih yang lebih tinggi karena
molekul yang besar → jumlah elektron lebih → lebih polar → gaya
london yang lebih.

2. Titik didih meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon.

Gambar 12. Semakin berat suatu molekul maka titik didih akan bertambah

Bertambahnya panjang rantai, berat molekul tambah, luas permukaan juga akan
bertambah, dan hal tersebut meningkatkan kemampuan molekul untuk saling
menarik satu sama lain, semakin ikatan kuat maka akan susah dalam memutus
ikatan tersebut sehingga membutuhkan energi yang lebih maka dari itu titik didih
juga akan semakin tinggi.

3. Percabangan pada senyawa menurunkan titik didih.

Suatu senyawa yang strukturnya semakin kompleks maka titik didih juga akan
semakin tinggi.
D. Uji Nyala

Pada tabel disajikan data hasil warna dari uji nyala beberapa kristal garam
yaitu dengan hasil sebagai berikut.

 KCl : Ungu (violet)


 LiNO3 : Merah padat (solid)
 NaCl : Kuning (keemasan)
 BaCl2 : Hijau (kekuningan)
 Sr(NO3)2 : Merah ( keunguan)
 CaCl2 : Oren (merah kekuningan)
 CuSO4 : biru kehijauan

Warna yang muncul selama uji nyala dihasilkan dari eksitasi elektron yang
disebabkan oleh peningkatan suhu. Elektron "tereksitasi" dari keadaan dasarnya
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Setelah tereksitasi dan elektron naik ke energi
yang lebih tinggi, elektron tersebut akan kembali ke keadaan dasarnya, lalu
melepaskan energi E= hc /(lambda), elektron memiliki banyak energi untuk
distribusi/menyebar, dan akan menunjukkan warna dengan lambda yang panjang
atau pendek. Warna cahaya terhubung ke tempat elektron dan afinitas kulit terluar
elektron dengan inti atom. Warna yang dipancarkan oleh atom yang lebih besar
memiliki energi yang lebih rendah daripada cahaya yang dipancarkan oleh atom
yang lebih kecil, tetapi molekul yang besar akan memiliki panjang gelombang
(lambda) yang lebih panjang. Elektron akan memancarkan cahaya yang tampak
(visible) yaitu seperti golongan I (alkali) dan II (alkali tanah) dan unsur lain yang
tidak visible warnanya akan muncul berbeda-beda tergantung dari lambdanya,
seperti lambda yang tinggi berwarna merah, dan lambda rendah akan berwarna
ungu atau biru Jadi, seperti pada contoh unsur stronsium (nomor atom 38)
menghasilkan warna kemerahan, sedangkan natrium (nomor atom 11)
menghasilkan warna kekuningan. Ion natrium memiliki afinitas yang lebih kuat
terhadap elektron, sehingga dibutuhkan lebih banyak energi untuk memindahkan
elektron. Maka dari itu pada kristal garam yang diujikan menghasilkan hasil
warna yang berbeda-beda tergantung pada energi foton yang dipancarkan.

Gambar 13. Warna hasil uji nyala pada berbagai unsur

 Pertanyaan sebelum praktikum

Sebelum memulai eksperimen, jawablah terlebih dahulu pertanyaan berikut.

1. Tuliskan minimal 5 sifat fisik suatu zat


Jawab :
Sifat fisik suatu zat dapat berupa :

1. Warna 7. Titik beku


2. Bau 8. Daya hantar
3. Rasa 9. Kemagnetan
4. Kerapatan 10. Kelarutan
5. Titik didih 11. Kekerasan
6. Titik lebur
2. Sebanyak 8,692 mL sampel cairan memiliki berat 10,02 g. Berapakah
densitasnya?
Jawab :

m
ρ=
v

10 , 02 gram
ρ=
8 , 692 ml

ρ=1, 152 g /ml

3. Mengapa pipet dan termometer harus dikalibrasi?


Jawab :
Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang
dilakukan oleh pipet maupun termometer sudah akurat. Hasil pengukuran
yang tidak konsisten akan berdampak langsung terhadap kualitas produk.
Adapun manfaat dari mengkalibrasi pipet maupun termometer:
a. Menjamin nilai ukuran yang dihasilkan tertelusur.
b. Menghindari cacat produk.
c. Menjaga kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.
d. Menghindari resiko bahaya dan meminimalisir kecelakaan kerja.

4. Apakah bromoform larut dalam air? Bagaimana dengan sikloheksana?

Bromoform merupakan cairan tidak berwarna dengan bau seperti kloroform.


Densitasnya Lebih padat dari air (massa jenis: 2,9 g / cm3) dan sedikit larut
dalam air. Sedangkan sikloheksana adalah molekul simetris- heksagonal yang
tidak mengalami interaksi dipol-dipol maupun ikatan hidrogen, dan oleh
karena itu, ia tidak akan larut dalam air.
Aturan umum kelarutan dalam air adalah faktor polaritas. Karena air
memiliki struktur tetrahedral, ia mengandung dipol, yang membuatnya
asimetris. Sikloheksana adalah molekul simetris, heksagonal yang tidak
menunjukkan interaksi dipol-dipol maupun ikatan hidrogen, dan oleh karena
itu, ia tidak akan larut dalam air. Pada sikloheksana, perbedaan
keelektronegatifan hidrogen dan karbon tidak besar. Dengan demikian itu
membuat sikloheksana nonpolar.

5. Ketika air dan toluen dicampurkan, dua lapisan terbentuk. Cairan apa yang
ada di lapisan bawah?
Cairan yang ada di bawah adalah air. Saat air dan toluena bercampur, air
akan tetap di lapisan bawah sementara toluena mengapung. Ini karena
perbedaan densitasnya. Karena densitas toluena kurang, ia akan naik di
atas air dan air akan tetap berada di lapisan bawah.
Massa jenis air = 0,9998 g / mL
Massa jenis toluena = 0,87 g / mL

6. Warna apakah yang akan dihasilkan oleh kristal-kristal garam yang akan Anda
uji? Jelaskan bagaimana warna tersebut dihasilkan?

(KCl, LiNO3, NaCl, BaCl2, Sr(NO3)2, CaCl2, dan CuSO4)

a. KCl

Warna yang dihasilkan ungu.

Warnanya muncul adalah zat pertama dari senyawa tersebut. Misalnya Kalium
Klorida terbakar ungu karena klorida merupakan gas bening sehingga tidak
merubah warna sama sekali sehingga Kalium yang terbakar dan menciptakan
warna ungu.

b. LiNO3
Warna yang dihasilkan adalah merah.
Litium nitrat memberikan warna merah pada nyala api. Warna merah tua
diberikan ke nyala api oleh litium nitrat. Akan tetapi warnanya kurang
kuat dibandingkan warna nyala stronsium. Beberapa semburat warna
kuning-oranye muncul sebagai akibat dari residu dalam litium nitrat.
c. NaCl
Warna yang dihasilkan adalah kuning.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam
yang terdapat dalam senyawa. Masing-masing perpindahan elektron ini
melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi
cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai akibat dari
semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna
akan dihasilkan.
d. BaCl2
Warna yang dihasilkan adalah hijau kekuningan (hijau).
Panas nyala api memicu ion logam, menyebabkannya memancarkan
cahaya tampak. Spektrum barium mengandung panjang gelombang yang
sesuai dengan warna hijau, sehingga barium memberikan warna hijau.
e. Sr(NO3)2
Warna yang dihasilkan adalah merah.
Elektron "berpindah" dari keadaan dasarnya ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Warna yang dipancarkan oleh atom yang lebih besar energinya
lebih rendah daripada cahaya yang dipancarkan oleh atom yang lebih
kecil. Spektrum stronsium mengandung panjang gelombang yang sesuai
dengan warna merah, sehingga stronsium memberikan warna merah.
f. CaCl2
Warna yang dihasilkan adalah oren.
Beberapa ion kalsium (atom kalsium dengan dua elektron hilang) dapat
menguap ke dalam nyala api, dan menghasilkan warna oranye terang. Pada
keadaan tertentu, elektron-elektron ini mengandung lebih banyak energi
daripada dalam keadaan biasanya. Lalu melepaskan energi ini dalam
bentuk cahaya. Ion kalsium menghasilkan cahaya oranye terang hingga
merah bata.
g. CuSO4
Warna yang dihasilkan adalah hijau.
Saat membakar Tembaga, eneri akan bertambah dan menyebabkannya
menjadi tereksitasi. Karena keadaannya tidak stabil, elektron akan segera
kembali ke keadaan energi dengan tingkat yang lebih rendah, melepaskan
energi (newly energy) yang diperolehnya. Energi itu dilepaskan dalam
bentuk foton dengan panjang gelombang tertentu - dalam kasus tembaga,
panjang gelombang yang sesuai adalah warna hijau.
 Pertanyaan setelah praktikum
1. Dapatkah Anda menentukan densitas dari kadmium nitrat
menggunakan air? Mengapa?
Jawab : Tidak, karena kadmium nitrat larut dalam air. Oleh karena itu,
saat dilakukan pengukuran pada berat zat padat (kadmium nitrat)
dengan mengukur perubahan volume dalam air, zat padat akan larut.

2. Tuliskan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan


densitas suatu zat cair

Jawab :

Metode dalam penentuan densitas, yaitu dapat dengan menggunakan :

 Piknometer
 Hydrometer
 Coriolis flow meter
 Density meter

3. Gunakan tabel pengamatan uji nyala untuk memperoleh panjang


gelombang dari emisi radiasi yang dihasilkan (dalam satuan nm). Ubah
panjang gelombang tersebut ke dalam satuan m. Hitung frekuensi dan
besarnya energi setiap radiasi yang dihasilkan pada pengujian nyala
yang telah Anda lakukan.
Panjang Energi foton Freku
Nama Kristal
No. Hasil Warna gelombang (J s) (H
Garam
10-9 m (λ)
1. KCl Ungu (violet) 400 4, 97 7,5 x
2. LiNO3 Merah padat (solid) 650 3, 06 4,61 x
3. NaCl Kuning (keemasan) 580 3, 43 5,17 x
4. BaCl2, Hijau (kekuningan) 550 3, 61 5,44 x
5. Sr(NO3)2 Merah (keunguan) 700 2, 84 4,28 x
Oren (merah 600 9, 94 15 x 1
6. CaCl2
kekuningan
500 3, 98 6x1
7. CuSO4 Biru kehijauan

 Perhitungan
a. KCl

eV :

h.c
 E= λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 4 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s

6,626 x 10−34 . 3 x 108


E=
4 x 10−7

= 4, 97 x 10-19

E
 f =
h

f= 4,97 x 10−19
6,626 x 10−34
= 7,5 x 1014 Hz

b. LiNO3

eV :

h.c
 E= λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 6,5 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s

6,626 x 10−34 . 3 x 108


E=
6,5 x 10−7

= 3, 06 x 10-19

E
 f =
h

f= 3,06 x 10−19
6,626 x 10−34

= 4,61 x 1014 Hz

c. NaCl

eV :

h.c
 E= λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 5,8 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s
6,626 x 10−34 . 3 x 108
E=
5,8 x 10−7

= 3,43 x 10-19

E
 f =
h

f= 3,43 x 10−19
6,626 x 10−34

= 5,17 x 1014 Hz

d. BaCl2

eV :

h.c
 E= λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 5,5 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s

6,626 x 10−34 . 3 x 108


E=
5,5 x 10−7

= 3,61 x 10-19

E
 f =
h

f= 3 , 61 x 10−19
6,626 x 10−34

= 5,44 x 1014 Hz

e. Sr(NO3)2
eV :

h.c
 E= λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 7 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s

6,626 x 10−34 . 3 x 108


E=
7 x 10−7

= 2,84 x 10-19

E
 f =
h

f= 2,84 x 10−19
6,626 x 10−34

= 428 x 1012 Hz
= 4,28 x 10 14

f. CaCl2

eV :

h.c
E=
λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 6 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s

6,626 x 10−34 . 3 x 108


E=
7 x 10−7
= 9,94 x 10-19

E
 f =
h

f= 9,94 x 10−19
6,626 x 10−34

= 15 x 1014 Hz

g. CuSO4

eV :

h.c
 E= λ

h= 6,626 x 10-34 Js

λ = 5 x 10-7 m

c = 3 x 108 m/s

6,626 x 10−34 . 3 x 108


E= −7
7 x 10

= 3,98 x 10-19

E
 f =
h

f= 3,98 x 10−19
6,626 x 10−34

= 6 x 1014 Hz

9. Kesimpulan

a. Pada uji kelarutan :


Perbedaan kelarutan suatu senyawa dipengaruhi oleh faktor kepolaran
senyawa, besar partikel molekul, struktur molekul, dan gaya
antarmolekul.

b. Pada uji densitas :

Perbedaan densitas suatu senyawa dipengaruhi oleh massa atom,


kekuatan, struktur ikatan atom dan molekul.

c. Pada uji titik didih :

Perbedaan titik didih suatu senyawa dipengaruhi oleh kekuatan relatif


dari empat gaya antarmolekul, struktur ; jumlah karbon/panjang rantai,
percabangan pada suatu senyawa.

d. Pada uji nyala

Reaksi yang muncul saat uji nyala suatu senyawa terjadi karena adanya
eksitasi elektron yang disebabkan oleh peningkatan suhu serta warna
hasil uji nyawa yang berbeda-beda tergantung pada energi foton yang
dipancarkan.

10. Referensi

Sutrisni, Arum. 2020. Sifat Kimia Pengertian dan Ciri-Ciri.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/03/190000469/sifat-kimia--
pengertian-dan-ciri-ciri?page=all diakses pada 10 Februari 2020 pukul
21: 30 WIB
Galuh dan Heli. (2021). Eksperimen 1 Identifikasi Zat Berdasarkan Sifatnya.
Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutrisni, Arum. 2020. Sifat Fisika Pengertian dan Ciri-Ciri.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/03/190000469/sifat-fisika--
pengertian-dan-ciri-ciri?page=all diakses pada 10 Februari 2020
pukul 21: 42 WIB
Viandri, Eka. 2020. Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/kelarutan-dan-hasil-kali-
kelarutan-kimia-kelas-11/ diakses pada 10 Februari 2020
pukul 21: 58 WIB
Bitar. 2021. Pengertian Massa Jenis. https://www.gurupendidikan.co.id/contoh-
massa-jenis/ diakses pada 10 Februari 2020 pukul 22:01 WIB
Anonim. 2017. Titik Didih.
http://id.dbpedia.org/page/Titik_didih diakses pada
10 Februari 2020 pukul 22:12 WIB
Astuti, Ririn Puji. 2020. Pentingnya Kalibrasi dan Manfaat Kalibrasi Alat Ukur.
https://icicert.com/pentingnya-kalibrasi-dan-manfaat-kalibrasi-alat-ukur/
diakses pada 10 Februari 2020 pukul 22:24 WIB
Soult, Allison. 2020. Solubility.
https://chem.libretexts.org/Courses/University_of_Kentucky/UK
%3A_CHE_103_-
_Chemistry_for_Allied_Health_(Soult)/Chapters/Chapter_7%3A_Solids
%2C_Liquids%2C_and_Gases/7.7%3A_Solubility diakses pada 12
Februari 2020 pukul 12:10 WIB
Anonim. 2019. Factors Affecting Solubility.
https://www.ck12.org/book/ck-12-chemistry-second-
edition/r15/section/17.4/. diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:14 WIB
Anonim. 2021. Solutions in Equilibrium.
https://en.m.wikibooks.org/wiki/General_Chemistry/Chemical_Equilibria/
Solutions_in_Equilibrium diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:17
WIB
Anonim. 2021. Factors Affecting Solubility.
https://www.solubilityofthings.com/basics/factors_affecting_solubility.php
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:19 WIB
Khan Academy. 2017. Solubility and Intermolecular Forces.
https://www.khanacademy.org/science/ap-chemistry-
beta/x2eef969c74e0d802:intermolecular-forces-and-
properties/x2eef969c74e0d802:solubility/v/solubility diakses pada 12
Februari 2020 pukul 12:21 WIB
Alberta. 2018. Solubility of A Compound in Water.
https://study.com/academy/lesson/solubility-of-a-compound-in-water.html
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:24 WIB
Ernest dan Christopher. 2013. Polarity and Solubility.
https://socratic.org/questions/how-is-molecular-polarity-related-to-
solubility diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:29 WIB
Anonim. 2020. Two Factors Determine Polarity.
https://www.reference.com/science/two-factors-determine-whether-
molecule-polar-e39eadfa8e2abc34 diakses pada 12 Februari 2020 pukul
12:31 WIB

Anonim. 2020. Physical Properties of Alkanes.


https://chem.libretexts.org/Courses/Eastern_Mennonite_University/EMU
%3A_Chemistr diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:35 WIB
Khrisna, Rahul. 2018. Why Is Hexane Polar.
https://www.quora.com/Why-is-hexane-nonpolar/answer/Rahulkrishna-1?
ch=3&share=595e9719&srid=urhCyM diakses pada 12 Februari 2020
pukul 12:38 WIB
Wong, Matthew. 2018. Why Is Cyclohexane Insoluble in Water.
https://www.quora.com/Why-is-cyclohexene-insoluble-in-water diakses
pada 12 Februari 2020 pukul 12:42 WIB
Madhurjya, Kashyap. 2017. Chloroform Solubility.
https://www.quora.com/Is-chloroform-soluble-in-water-If-so
why#:~:text=Chloroform%20is%20soluble%20in%20water,negative
%20charge%20on%20it%20too.&text=You%20can%20understand%20by
%20drawing%20the%20structure%20of%20chloroform diakses pada 12
Februari 2020 pukul 12:45 WIB
Newman, Olivia. 2018. Why Is Methanol Soluble in Water.
https://www.quora.com/Why-is-methanol-soluble-in-water-1 diakses pada
12 Februari 2020 pukul 12:52 WIB
Hydrogen Bonding and Solubility
http://www.dynamicscience.com.au/tester/solutions1/chemistry/bonding/al
kanesolubility.htm
Anonim. 2021. Solubility of Alcohol.
https://www.solubilityofthings.com/water/alcohols
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 12:55 WIB

Anonim. 2021. Why Is Density of Chloroform Greater Than Water.


https://chemistry.stackexchange.com/questions/140723/why-is-density-of-
chloroform-greater-than-water#:~:text=Hydrocarbons%20(i.e.%2C
%20molecules%20containing%20carbon,halogenated%20hydrocarbon
%2C%20is%20more%20dense.&text=It%20can't%20be
%20molecular,water%2C%20yet%20water%20is%20denser diakses pada
12 Februari 2020 pukul 12:58 WIB
Matthew. 2018. Are Hydrocarbons Less Dense Than Water.
http://www.mendelset.com/help/1267/are-hydrocarbons-less-dense-water
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:01 WIB
Reid, Danielle. 2021. Facts About Methanol.
https://study.com/academy/lesson/facts-about-methanol-density-molar-
mass.html diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:07 WIB
Twitchell, Brian. 2017. Why Does Hexane Float On Water.
https://www.quora.com/Why-does-hexane-float-on-water
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:12 WIB
Neretin, Ivan. 2016. Why Are Hydrocarbons Less Dense Than Water.
https://chemistry.stackexchange.com/questions/57695/why-are-most-
hydrocarbons-less-dense-than-water diakses pada 12 Februari 2020 pukul
13:17 WIB
Harvard. 2008. Density
https://www.cfa.harvard.edu/smg/Website/UCP/resources/density/density_
challenges.html diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:25 WIB
Ashenhurst, James. 2020. 3 Trends That Affect Boiling Points.
https://www.masterorganicchemistry.com/2010/10/25/3-trends-that-affect-
boiling-points/ diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:32 WIB
Anonim. 2021. Intermolecular Forces and Relative Boiling Points.
https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Organic_Chemistry/Map
%3A_Organic_Chemistry_(Wade)/02%3A_Structure_and_Properties_of_
Organic_Molecules/2.11%3A_Intermolecular_Forces_and_Relative_Boili
ng_Points_(bp)#:~:text=Intermolecular%20forces%20(IMFs)%20can
%20be,the%20higher%20the%20boiling%20point diakses pada 12
Februari 2020 pukul 13:37 WIB
Anonim. 2021. Intermolecular Forces.
https://chem.libretexts.org/Courses/Mount_Royal_University/Chem_1201/
Unit_5%3A_Intermolecular_Forces/5.2%3A_Intermolecular_Forces
diakses pada diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:40 WIB

Ernest. 2014. Why do different elements make different color flames when you
burn them. https://socratic.org/questions/why-do-different-elements-make-
different-color-flames-when-you-burn-them diakses pada 12 Februari
2020 pukul 13:47 WIB
Helmenstine, Anne Marie. 2020. How Test Colors Are Produced.
https://www.thoughtco.com/how-flame-test-colors-are-produced-3963973
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:54 WIB
Lukman. 2018. Cara Mengukur Densitas.
https://www.prosesproduksi.com/cara-mengukur-densitas-cairan/ diakses
pada 12 Februari 2020 pukul 14:07 WIB
Merck. 2016. Heksana SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
104371 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:12 WIB
Merck. 2019. Kloroform SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
107024 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:18 WIB
Merck. 2019. Metanol SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
106009 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:25 WIB
Smartlab.2017. Etil Alkohol SDS.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_ETHANOL.pdf diakses pada 12
Februari 2020 pukul 14:31 WIB

Merck. 2019. Sikloheksana SDS


https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
100667 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:35 WIB
Merck. 2017. Potasium Klorida SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
104936 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:40 WIB
LabChem. 2019. Lithium Nitrate SDS.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16250.pdf diakses pada 12
Februari 2020 pukul 14:43 WIB
LabChem. 2018. Sodium Chloride SDS.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:45 WIB
LabChem. 2019. Barium Chloride SDS.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11560.pdf diakses pada 12
Februari 2020 pukul 15:00 WIB
Smartlab. 2019. Strontium Nitrate SDS.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_STRONTIUM_NITRATE.pdf
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 15:07 WIB
LabChem. 2016. Clacium Chloride.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC12725.pdf diakses pada 12
Februari 2020 pukul 15:11 WIB
Merck. 2018. Tembaga (II) Sulfat
SDS.http://www.labchem.com/tools/msds/msds/75448.pdf diakses pada
12 Februari 2020 pukul 14:07 WIB

Anda mungkin juga menyukai