EKSPERIMEN KARAKTERISASI
ZAT BERDASARKAN SIFATNYA
2. Dasar Teori
Sifat zat adalah karakteristik dari suatu zat yang memungkinkan kita
untuk mengidentifikasi dan membedakannya dari zat lain. Identifikasi
langsung suatu zat dapat dilakukan dengan mengamati wujud, warna,
ukuran, bentuk, tekstur, dan bau. Misalnya, tembaga dapat terbedakan dari
logam lainnya berdasarkan warnanya (Gambar 1). Zat lain dapat
diidentifikasi menggunakan sifat khas lainnya, seperti titik leleh, densitas
dan massa jenis.
Sifat fisik suatu zat umumnya dapat diamati tanpa harus mengubah
komposisi zat. Apabila pengamatan langsung seperti wujud, warna dan
lainnya tidak cukup digunakan untuk identifikasi secara tepat, maka sifat
fisik lainnya seperti titik leleh, titik didih, kelarutan, densitas, viskositas,
dan indeks refraktif dapat digunakan sebagai data tambahan. Misalnya,
titik leleh dari tembaga adalah 1087°C, dengan densitas sebesar 8,96
g/cm3. Dengan mengumpulkan beberapa data sifat fisika dan kimia zat,
maka identifikasi zat tersebut dapat dilakukan dengan akurat.
Sifat Fisika
Sifat fisika adalah perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat
baru. Sifat fisika dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut.
Sifat fisika antara lain: wujud zat, warna zat, kelarutan, daya hantar listrik
kemagnetan, titik didih, dan titik lebur.
Sifat fisika dapat diamati dari ciri-ciri sifat fisika sebagai berikut:
a. Wujud zat
Zat dapat memiliki tiga macam wujud, yaitu padat, cair dan gas. Susunan
partikel zat padat, cair, dan gas berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan zat
padat, cair, dan gas adalah: Zat padat: memiliki partikel-partikel yang menempati
posisi tetap, gaya tarik-menarik kuat, dan gerak partikel hanya berupa getaran. Zat
cair: memiliki jarak antarpartikel tetap dan agak berjauhan, gaya tarik menarik
antarpartikel lemah, gerak partikel lebih lincah dan partikel dapat berpindah
tempat. Gas: memiliki jarak partikel berubah-berubah, hampir tidak ada gaya tarik
menarik, gerakan partikel sangat bebas. Wujud zat padat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain. Perubahan wujud zat disebabkan zat menerima panas atau
melepaskan panas. Contoh perubahan wujud zat karena menerima panas adalah
proses melebur, yaitu proses perubahan zat dari zat padat menjadi zat cair. Ada
beberapa proses perubahan wujud yaitu melebur, mengembun, menguap,
menyublim, dan membeku.
b. Warna Zat
Warna zat adalah sifat fisika yang dapat diamati secara langsung. Setiap
benda memiliki warna berbeda-beda. Warna suatu benda adalah ciri tersendiri
yang membedakan antara satu zat dengan zat lain. Contoh, air berwarna
transparan, karbon berwarna hitam, alumunium berwarna perak, dan emas
berwarna kuning keemasan.
c. Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan zat terlarut (solute) untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan suatu zat tergantung pada suhu,
derajat keasaman, dan jenis pelarut. Jika zat pelarutnya air, sering disebut
larutan. Contoh, gula yang larut dalam air biasa disebut larutan gula. Air
adalah zat pelarut untuk zat-zat tertentu. Tidak semua zat bisa larut dalam zat
pelarut. Contoh, garam larut dalam air, tetapi pasir tidak larut dalam air.
d. Daya hantar
Daya hantar listrik Setiap benda mempunyai sifat penghantaran listrik yang
berbeda. Hampir semua logam adalah penghantar listrik yang baik. Benda yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik disebut konduktor. Contoh konduktor
yaitu alumunium, tembaga, besi. Sedangkan benda yang sulit menghantarkan
listrik disebut isolator. Contoh isolator yaitu karet, kayu, plastik. Daya hantar
listrik pada suatu zat dapat diamati dari gejala yang ditimbulkan.
e. Kemagnetan
Titik didih dan titik lebur Titik didih adalah suhu di mana suatu zat mendidih.
Titik didih suatu zat bisa naik dengan cara menaikkan tekanan dan menambah
ketidakmurnian zat tersebut dan sebaliknya. Pada zat cair memiliki titik didih
yang berbeda-beda. Contoh titik didih air 100 derajat Celcius dan titik didih
alkohol 78 derajat Celcius. Tembaga mendidih di suhu 1.187 derajat Celcius.
Titik lebur adalah suhu di mana zat padat melebur. Titik lebur suatu zat bisa
berubah-ubah dipengaruhi tekanan udara dan ketidakmurnian zat. Bila tekanan
udara luar berubah-ubah maka titik lebur zat juga mengalami perubahan.
Sifat Kimia
Sifat kimia adalah perubahan yang dialami suatu benda yang membentuk
zat baru. Sifat kimia adalah ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan
terbentuknya zat jenis baru. Sifat kimia antara lain: mudah terbakar, membusuk,
mudah meledak, berkarat, beracun.
Sifat kimia dapat diamati dari ciri-ciri sifat kimia sebagai berikut:
a. Mudah terbakar
Sifat kimia mudah terbakar adalah sifat mudah atau sulitnya suatu zat
terbakar. Dengan mengetahui sifat dari bahan-bahan yang mudah terbakar, kita
bisa menggunakan bahan tersebut secara aman. Contoh zat yang mudah terbakar
adalah bensin dan kertas.
b. Membusuk
Sifat kimia membusuk terjadi akibat reaksi kimia. Pada makanan atau
minuman bisa terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan makanan dan minuman
membusuk dan berubah rasa menjadi asam. Penyebab pembusukan pada makanan
atau masakan adalah mikroorganisme berupa ragi, jamur, atau bakteri. Ontolosis
adalah proses pembusukan makanan disebabkan zat yang terkandung dalam
makanan itu sendiri dan adanya reaksi kimia antara zat yang dikandung dalam
makanan dengan oksigen di udara.
c. Mudah meledak
Sifat kimia mudah meledak terjadi karena interaksi zat dengan oksigen di
alam. Contoh zat yang mudah meledak adalah magnesium, hidrogen, dan natrium.
Ledakan adalah peningkatan dalam volume dan pengeluaran energi dengan cara
berbahaya, biasanya dengan pengeluaran suhu tinggi dan penghasilan gas. Sifat
ledakan ada yang alami dan buatan. Contoh ledakan alami adalah letusan gunung
berapi. Contoh ledakan buatan adalah bom.
d. Berkarat
Sifat kimia berkarat atau korosi terjadi karena reaksi antara logam dan oksigen
pada suatu benda. Benda berkarat sebab terjadi reaksi yang menghasilkan zat jenis
baru. Karat atau korosi adalah hasil reaksi oksidasi suatu logam. Besi mengalami
korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.xH2O. Korosi atau proses
pengaratan adalah proses elektro kimia. Pada proses pengaratan, besi (Fe)
bertindak sebagai pereduksi dan oksigen (O 2) yang terlarut dalam air bertindak
sebagai pengoksidasi. Benda dapat digolongkan menjadi benda yang mudah
berkarat dan benda yang tidak dapat berkarat. Benda yang mudah berkarat adalah
logam seperti besi dan seng. Benda yang tidak mudah berkarat adalah plastik dan
kaca.
e. Beracun
Pada praktikum ini, terdapat beberapa sifat zat seperti kelarutan, densitas,
titik didih, uji nyala dalam menghadapi zat yang tidak diketahui, sifat-sifat zat
tersebut termasuk dalam sifat fisika, dan di dalam uji nyala terdapat proses
pembakaran yang dapat membentuk zat baru ( sifat kimia).
1. Kelarutan
Gambar 2. Perbedaan tingkat kelarutan suatu zat padat dalam air
Gambar 3. Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang bisa larut
dalam sejumlah pelarut. Satuan kelarutan adalah mol/L. Oleh karena satuan
kelarutan sama dengan molaritas, maka kelarutan juga bisa didefinisikan sebagai
konsentrasi zat yang masih bisa larut dalam suatu pelarut. Berdasarkan sifat
kelarutannya kondisi garam dibedakan menjadi tiga kondisi, yaitu sebagai berikut.
1. Kondisi tidak jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata suatu garam
belum melampaui kelarutannya, sehingga masih bisa larut.
2. Kondisi tepat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata suatu garam
sama dengan kelarutannya, sehingga zat tepat mengendap.
3. Kondisi lewat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata garam
melampaui kelarutannya, sehingga zat yang mengendap lebih banyak
daripada yang larut.
2. Massa Jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda ialah total massa dibagi dengan total
volumenya. Kerapatan suatu zat disebut massa jenis, yang dilambangkan dengan ρ
(rho), yakni hasil bagi massa zat oleh volumenya. Hal ini sesuai dengan sifat
utama dari suatu zat, yakni massa dan volume.
Keadaan benda dalam air berdasarkan besar dan kecilnya massa jenis benda
tersebut :
A. Terapung
Untuk dapat terapung, suatu benda dalam air harus mempunyai massa jenis
lebih kecil daripada massa jenis air. Benda dikatakan terapung jika sebagian atau
seluruh bagiannya berada di atas permukaan cairan. Saat benda diletakkan di
dalam cairan, benda akan bergerak ke atas, sehingga gaya ke atas (Fa) lebih besar
daripada gaya berat (w).
B. Melayang
Untuk dapat melayang, suatu benda dalam air harus mempunyai massa jenis
yang sama dengan massa jenis air. Benda dikatakan melayang jika seluruh
bagiannya berada di dalam cairan. Saat benda diletakkan didalam cairan,
benda tidak akan bergerak ke atas ataupun ke bawah (melayang) , sehingga gaya
ke atas (Fa) sama dengan gaya berat (w).
C. Tenggelam
Untuk dapat tenggelam, suatu benda dalam air harus mempunyai massa
jenis lebih besar daripada massa jenis air, maka benda akan mengalami gaya
total ke bawah yang tidak sama dengan nol. Benda dikatakan tenggelam
benda berada di dasar wadah atau tempat cairan. Saat benda diletakkan di
dalam cairan, benda akan bergerak ke bawah sampai menyentuh dasar wadah
cairan dan tetap berada di dasar, sehingga gaya ke atas (Fa) lebih kecil
daripada gaya berat.
3. Titik Didih
Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum akan
memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam
tekanan atmosphere. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan memiliki titik
didih lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam tekanan atmosphere.
Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan
merupakan kasus istimewa dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan
atmospher di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan
bisa mengatasi tekanan atmospher dan membentuk gelembung di dalam massa cair.
4. Uji Nyala
Gambar 5. Sampel warna hasil uji nyala
Uji nyala merupakan salah satu uji kualitatif yang paling sederhana, tidak
membutuhkan banyak alat maupun bahan. Uji nyala, atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut flame test, termasuk salah satu jenis analisis kualitatif untuk
menentukan kandungan logam yang terdapat pada sampel. Setiap atom pasti
memiliki elektron, yaitu partikel bermuatan negatif yang mengelilingi inti pada
orbitnya. Menurut teori dan model atom Bohr, dijelaskan bahwa sebuah elektron
dapat menyerap energi dari luar atom sehingga mengalami eksitasi. Eksitasi
adalah peristiwa berpindahnya elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Karena keadaan eksitasi membuat atom menjadi tidak
stabil, maka elektron tersebut berpindah lagi ke posisi semula sambil melepaskan
foton. Peristiwa ini disebut de-eksitasi atau emisi. Foton yang dipancarkan saat
proses de-eksitasi memiliki nilai panjang gelombang yang nilainya berbeda-beda
tergantung jenis unsur. Panjang gelombang yang dihasilkan ini menentukan warna
apa yang dihasilkan.
a. Alat
Rak tabung
b. Bahan
pengoksidasi berikut :
1. K2Cr2O7
2. Na2Cr2O7
3. KMnO4
4. Etil alkohol Sifat Fisika Mata : bilas segera dengan
a. Titik didih: 78,37°C air banyak minimal 15 menit
b. Titik lebur: -114,1°C cari pertolongan medis jika
c. Kepadatan: 789 kg/m³ terjadi iritasi
d. Massa molar: 46,07 g/mol Kulit : bilas segera dengan
air yang banyak, pisahkan
Sifat Kimia pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi, cuci pakaian
Pelarut yang baik untuk senyawa sebelum digunakan kembali,
organik. Etanol mudah menguap bersihkan sepatu sebelum
dan mudah terbakar. Apabila digunakan kembali, jika
direaksikan dengan asam halida iritasi berlanjut segera cari
akan membentuk alkil halida dan pertolongan medis
air. Pernapasan : pindahkan
ketempat yang berudara
segara cari pertolongan medis
Pencernaan : jangan
memasukkan sesuatu
kedalam mulut korban yang
pingsan, jika bahan ini
tertelan dalam jumlah banyak
segera cari pertolongan
medis.
5. Sikloheksana Sifat Fisika Antisipasi :
a. Berat molekul : 84,156 Simpanlah dalam tempat berventilasi
kgkmol baik. Usahakan tetap dingin.
b. Bentuk : cair Jauhkan dari panas/ percikan api/
c. Titik beku : 6,55 o C lidah api/ permukaan-permukaan
d. Titik didih : 80,74 o C yang panas - Dilarang
e. Temperatur kritis : 281 merokok.
oC Jauhkan sama, sekali dari
f. Tekanan kritis : 0.04 kemungkinan kontak dengan air,
atm karena reaksi ganas dan
g. Viskositas 20°C : 0,98 kemungkinan timbul api tiba-tiba.
cp Jangan sampai terkena mata, atau
h. Panas laten peleburan : kulit, atau pakaian.
267 kJkg
i. Panas laten penguapan Jika tertelan: Segera telponlah Pusat
: 357.55 kJkg Racun atau dokter.
Sifat Kimia Jika Terkena Kulit : Cuci
a. Senyawa dengan cincin dengan banyak sabun dan air.
non polar yang relatif Setelah menghirup: hirup
stabil. Oleh karena itu udara segar. Konsultasikan
dengan perlakuan dengan dokter jika merasa tak
temperatur dan dengan sehat.
adanya Aluminium Setelah kontak pada kulit:
klorida, sedikit isomerisasi cuci dengan air yang banyak.
menjadi metilsiklopentan. Lepaskan pakaian yang
Atau pembukaan cincin terkontaminasi.
yang terjadi. Setelah kontak dengan
b. Pada suhu yang tinggi mata : bilas dengan air yang
700-800 o C sikloheksana banyak dengan kelopak mata
terdekomposisi menjdi terbuka lebar. Hubungi
butadiena dan produk dokter mata jika diperlukan.
lainnya. 15 Oksidasi fase Hati-hati Bahaya penghirupan
cair dari sikloheksana Jaga saluran pernapasan tetap
dengan udara memperoleh terbuka. Segera panggil
campuran Sikloheksanol dokter. Dalam kasus muntah
yang utama dan secara spontan: Resiko
Sikloheksanon, merupakan aspirasi. Kemungkinan terjadi
suatu reaksi berantai. kerusakan paru-paru. Panggil
c. Dalam memproduksi dokter.
polimer nylon-66 perlu
sekali dihasilkan adipic
acid sebagai intermediet.
Adipic acid ini biasanya
dihasilkan dari oksidasi
campuran Sikolheksanol-
Sikloheksanon dengan
nitric acid.
6. KCl Sifat Fisika Setelah menghirup: hirup
a. Titik didih/rentang didih udara segar.
1.413 °C pada 1.013 hPa Bila terjadi kontak kulit:
b. Flamabilitas (padatan, gas) Tanggalkan segera semua
Produk ini tidak mudah- pakaian yang terkontaminasi.
menyala. Bilaslah kulit dengan air/
c. Densitas 1,98 g/cm3 pada pancuran air.
20 °C. Setelah kontak pada mata :
d. Kelarutan dalam air 347 bilaslah dengan air yang
g/l banyak.
pada 20 °C
Sifat Kimia
a. Bereaksi hebat dengan
oksidator kuat
b. Stabil secara kimiawi di
suhu ruangan
7. LiNO3 Sifat Fisika Saran umum Pemberi pertolongan
a. Bentuk padat pertama harus melindungi dirinya.
b. Warna putih Setelah terhirup: hirup
c. pH kira-kira 7 - 9 pada 50 udara segar.Jika napas
g/l 20 °C terhenti: berikan napas buatan
d. Titik lebur 255 °C mulut ke mulut atau secara
e. Densitas 2,36 g/cm3 pada mekanik. Berikan masker
20 °C oksigen jika mungkin.Segera
f. Kelarutan dalam air 522 hubungi dokter.
g/l pada 20 °C Bila terjadi kontak kulit:
bilaslah dengan air yang
Sifat Kimia banyak. Hubungi dokter
a. Tidak mudah meledak mata.
b. Stabil Setelah kontak pada mata :
bilaslah dengan air yang
banyak. Segera hubungi
dokter mata. Lepaskan lensa
kontak.
Setelah tertelan: beri air
minum (paling banyak dua
gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
untuk muntah (hanya jika
korban tidak sadarkan diri),
telan karbon aktif and
konsultasikan kepada dokter
secepatnya.
8. NaCl Sifat Fisika Setelah terhirup: hirup
a. Bentuk padat udara segar. Jika napas
b. Warna putih terhenti: berikan napas buatan
c. Bau tidak berwarna mulut ke mulut atau secara
d. Ambang Bau Tidak mekanik. Berikan masker
berlaku oksigen jika mungkin. Segera
e. pH 4,5 - 7,0 pada 100 g/l hubungi dokter.
20 °C Bila terjadi kontak kulit:
f. Titik lebur 801 °C Bilaslah dengan air yang
g. Titik didih/rentang didih banyak. Hubungi dokter
1.461 °C pada 1.013 hPa mata.
h. Tekanan uap 1,3 hPa pada Setelah kontak pada mata :
865 °C bilaslah dengan air yang
3
i. Densitas 2,17 g/cm pada banyak. Segera hubungi
20 °C dokter mata.Lepaskan lensa
j. Kelarutan dalam air 358 kontak.
g/l pada 20 °C Setelah tertelan: beri air
minum (paling banyak dua
Sifat Kimia gelas). Segera cari anjuran
a. Bisa didapat dari reaksi pengobatan.Hanya di dalam
naoh dan dan HCI kasus khusus, jika
sehingga ph nya netral pertolongan tidak tersedia
b. Ikatan ionik kuat. selisih dalam satu jam, rangsang
elektronegatif nya lebih untuk muntah (hanya jika
dari dua korban tidak sadarkan diri),
c. Larutan elektrolit nya telan karbon aktif and
kuat karena terionisasi konsultasikan kepad dokter
sempurna pada air secepatnya.
A. Kelarutan
Hasil
B. Densitas
Hasil
C. Titik Didih
Hasil
D. Uji Nyala
Hasil
6. Data & Pengamatan
A. Kelarutan
Larut Larut
1. Heksana ✔
2. Sikloheksana ✔
3. Kloroform ✔
4. Metanol ✔
5. Etil Alkohol ✔
Kelarutan relatif dari
sikloheksana, heksana, metanol,
kloroform dan etil alkohol dalam
air dapat ditentukan dengan cara 1
mL zat terlarut ditambahkan pada
3 mL pelarut air dalam tabung
reaksi yang bersih dan kering.
Kemudian tabung reaksi ditutup
dan dikocok dengan kuat, dengan
mengamati keadaan larutan yang
terbentuk, dapat disimpulkan
kelarutan tiap-tiap zat terlarut
dalam pelarut air.
B. Densitas
Rumus densitas
m
ρ=
v
g
p = densitas ( /mL)
m = massa cairan (gram)
v = volume cairan (mL)
T 1+T 2
TD=
2
T1 = titik didih pada saat gelembung mulai muncul banyak dan terlepas
berhenti
8. Pembahasan
A. Kelarutan
1. Heksana
Pada tabel diketahui bahwa heksana tidak larut dalam air yang berperan
sebagai pelarut. Air merupakan pelarut polar. Air dikategorikan polar karena
faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hidrogen . bentuk tersebut (asimetris). Dalam air terdapat
ikatan hidrogen.
2. Sikloheksana
Pada tabel diketahui bahwa sikloheksana tidak larut dalam air yang
berperan sebagai pelarut. Air merupakan pelarut polar. Air dikategorikan polar
karena faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hydrogen, bentuk tersebut (asimetris). Dalam air terdapat
ikatan hidrogen.
3. Kloroform
Pada tabel, data menunjukkan bahwa kloroform sedikit larut dalam air
yaitu dengan kelarutan sebesar 0,56% dalam air. Air dikategorikan polar karena
faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hidrogen, bentuk tersebut (asimetris). Dalam air terdapat
ikatan hidrogen. Kloroform (CHCl3) bersifat polar dan H2O juga polar. Tetapi ini
merupakan metode umum yang dasar untuk menentukan kelarutan. Salah satu hal
yang menjadi faktor utama dalam penentuannya bahwa kloroform sedikit larut
dalam air adalah distribusi molekul. Ikatan bipolar dalam CHCl3 dan ikatan
hidrogen antara H2O lebih kuat daripada ikatan bipolar- ikatan bipolar antara H2O
dan CHCl3. Jadi tarikan antara molekul CHCl 3 lebih besar daripada tarikan antara
CHCl3 dan H2O. Juga tarikan antara molekul H2O lebih besar dari tarikan antara
CHCl3 dan H2O. Akibatnya CHCl3 tidak dapat bercampur dengan baik dalam air.
Misalnya pada percobaan melarutkan 1 gram kloroform dalam 100g air akan
terlihat kloroform larut dalam jumlah yang sedikit. Kejadian tersebut pada
umumnya tidak dianggap 'larut', tetapi persen kelarutan yang sedikit sebaiknya
tidak diabaikan sehingga dapat dikatakan bahwa kloroform sedikit larut dalam air
(0,56%).
Pada tabel ditunjukkan bahwa methanol dan ethanol dapat larut dalam air
dengan baik (infinitely soluble). Air dikategorikan sebagai senyawa polar karena
faktor strukturnya (bentuk molekulnya). Bentuk molekul air (H2O) adalah
V/bengkok. Bentuknya menunjukkan sebagian besar muatan negatif dari dan
muatan positif atom hydrogen, bentuk tersebut (asimetris). Methanol juga
merupakan senyawa polar. Sebagaimana prinsip “like dissolve like”, yaitu suatu
pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran
yang sama. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan sebaliknya.
Methanol dan ethanol etil alkohol (alkohol) larut dalam air karena ikatan
hidrogen, kedua senyawa tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air
apabila dicampurkan, tetapi seiring bertambahnya panjang rantai karbon,
kelarutannya terus menurun. Alkohol memiliki gugus fungsi -OH; di mana
oksigen adalah atom elektronegatif dan langsung terikat pada atom elektropositif
yang berukuran lebih kecil yang merupakan syarat terbentuknya ikatan hidrogen
odan juga ksigen dari alkohol membuat interaksi ikatan hidrogen dengan molekul
hidrogen air dan sebaliknya.
Pada faktor struktur, setiap alkohol terdiri dari rantai karbon (selalu
nonpolar) dan gugus OH (yang polar). Untuk etanol misalnya, dengan rumus
kimia : C2H5OH. Etanol memiliki 2 rantai karbon dan satu gugus OH dan
methanol dengan rumus kimia : CH3OH, memiliki 3 rantai karbon dan satu gugus
OH. Karena air bersifat polar, ia menarik gugus OH. Rantai karbon di sisi lain
sebagai nonpolar ditolak. Oleh karena itu, kelarutan alkohol ditentukan oleh
kekuatan kedua gaya tersebut. Karena kekuatan tarikan gugus OH, tiga alkohol
pertama (metanol, etanol dan propanol) dapat larut dengan baik. Mereka dapat
larut dalam air tanpa batas jumlah minimum. Dan dimulai dari butanol (empat
karbon), kelarutan alkohol mulai menurun. Setelah heptanol (7-karbon), alkohol
dianggap tidak bercampur.
B. Densitas
Data pada tabel menunjukkan densitas beberapa zat yaitu seperti heksana,
sikloheksana, kloroform, methanol, dan ethanol. Densitas yang berbeda terjadi
karen pengaruh dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut seperti 1) massa atom;
serta 2) kekuatan dan struktur ikatan atom dan molekul.
1) Massa Atom
Massa Atom: pada tingkat mikro yaitu mengenai struktur atom zat, beberapa
jenis atom memiliki lebih banyak proton dan neutron daripada atom lain. Hal
tersebut berpengaruh pada massa dari atom zat, karena proton dan neutron
memiliki massa yang signifikan dibandingkan elektron dan juga mempengaruhi
seberapa banyak materi yang dapat ditampung dalam jumlah ruang yang sama (di
atom). Berat atom bergantung pada jumlah proton dan neutron yang dimilikinya.
Hal lainnya yang mempengaruhi massa atom; misalnya, kekuatan ikatan atom.
Penyebab kedua terjadinya perbedaan densitas antara satu atom dengan atom
lainnya juga melibatkan mekanisme bagaimana atom berikatan dengan atom lain
(baik atom dengan jenis yang sama atau jenis yang berbeda). Dalam beberapa
kasus, atom-atom berikatan dengan sangat erat (seperti pada logam). Dalam kasus
lain, atom-atom berikatan kurang kuat (longgar) dan menyisakan lebih banyak
ruang di antara mereka (less dense) sehingga berakibat pada kapasitas atau
menyebabkan lebih sedikit materi (atom) yang dapat berada di dalam sejumlah
ruang tertentu yang sama (packed). Dengan ikatan yang lebih kuat (lebih ketat),
maka akan ada lebih banyak atom dalam satu unit ruang sehingga nilai densitas
juga akan lebih besar. Hal ini juga berkaitan dengan gaya antarmolekul karena
semakin kuat ikatan antarmolekul, menyebabkan molekul-molekul semakin dekat
satu sama lain. Oleh karena itu, massa akan lebih besar (lebih rapat).
a. Heksana
Heksana memiliki densitas 0,661 g/mL dengan massa molar 86,18 g/mol,
apabila dibandingkan dengan air sebagai pelarutnya, air lebih rapat dengan
densitas 1 g/mL, akan tetapi massa molar air lebih kecil daripada heksana. Hal
tersebut terjadi karena pada air, hidrogen bersifat positif dan oksigen negatif
sehingga memungkinkan gaya Van der Waals menarik molekul dengan kuat.
Gaya tersebut menciptakan tarikan yang kuat sehingga kerapatannya juga
tinggi. Hidrokarbon seperti heksana tidak memiliki inetraksi yang sama seperti
yang terjadi dalam molekul-molekul air. Air adalah pelarut ionik, dan
hidrokarbon adalah kovalen, keduanya juga cenderung tidak dapat bercampur
dengan baik. Dan pada umumnya untuk menentukan kerapatan suatu senyawa
terdapat prinsip “senyawa yang lebih ringan (dengan kerapatan yang kurang)
akan mengapung ke atas, yang lebih berat (lebih rapat) akan berada di lapisan
bawah senyawa yang ringan”. Pada umumnya senyawa yang memiliki
kerapatan yang lebih kecil dari air akan bercampur dengan air dengan syarat
senyawa tersebut memiliki kepolaritasan yang sama dengan air maka kasus
tidak dapat bercampurnya heksana dengan air meskipun memiliki densitas
lebih kecil dari air, hal ini dipengaruhi kepolaritasan keduanya yang berbeda.
Sedangkan kasus massa molar heksana lebih besar tetapi densitas lebih kecil
daripada air hal ini disebabkan karena kekuatan struktur dan gaya
antarmolekul pada heksana kekuatan tarikan ikatannya lebih longgar atau
tidak sekuat ikatan dalam air sehingga menyebabkan air lebih rapat daripada
heksana.
b. Sikloheksana
c. Kloroform
Ikatan hidrogen dalam methanol dan etanol lebih rendah dibandingkan dengan
air, karena ikatan hydrogen yang kuat, molekul air menjadi lebih rapat dan dekat
antara satu sama lain, dan lebih banyak massa yang dapat menempati volume
yang membuat air lebih padat. Dalam metanol dan etanol ikatan hidrogen tidak
sekuat dalam air. Molekul-molekul dalam air dapat berkumpul berdekatan,
sehingga ruang antara molekul air lebih kecil daripada ruang antara molekul
alcohol yang berarti air memiliki massa yang lebih banyak dalam volume yang
sama dari pada metanol dan etanol. Menurut prinsip “senyawa yang lebih ringan
(dengan kerapatan yang kurang) akan mengapung ke atas, yang lebih berat (lebih
rapat) akan berada di lapisan bawah senyawa yang ringan” seharusnya metanol
dan etanol berada di lapisan atas apabila dicampur dengan air, tetapi karena
metanol dan etanol termasuk polar dan dapat berinteraksi dengan air (like dissolve
like) maka, itu terjadi apabila tidak dilakukan pencampuran maka dari itu
pengadukan sangatlah penting.
C. Titik Didih
Pada tabel data menunjukkan harga titik didih yang berbeda-beda dari
beberapa senyawa seperti heksana dengan titik didih 69° C, sikloheksana dengan
titik didih 80, 75°C, kloroform dengan titik didih 61,2° C, metanol dengan titik
didih 64,7° C, serta etil alkohol/etanol dengan titik didih 78,37° C. Perbedaan
harga titik didih tersebut terjadi karena beberapa faktor. Faktor/tren tersebut
adalah sebagai berikut.
Dipol-dipol
Ikatan hidrogen
Ion-dipol
Terkuat
Gambar 12. Semakin berat suatu molekul maka titik didih akan bertambah
Bertambahnya panjang rantai, berat molekul tambah, luas permukaan juga akan
bertambah, dan hal tersebut meningkatkan kemampuan molekul untuk saling
menarik satu sama lain, semakin ikatan kuat maka akan susah dalam memutus
ikatan tersebut sehingga membutuhkan energi yang lebih maka dari itu titik didih
juga akan semakin tinggi.
Suatu senyawa yang strukturnya semakin kompleks maka titik didih juga akan
semakin tinggi.
D. Uji Nyala
Pada tabel disajikan data hasil warna dari uji nyala beberapa kristal garam
yaitu dengan hasil sebagai berikut.
Warna yang muncul selama uji nyala dihasilkan dari eksitasi elektron yang
disebabkan oleh peningkatan suhu. Elektron "tereksitasi" dari keadaan dasarnya
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Setelah tereksitasi dan elektron naik ke energi
yang lebih tinggi, elektron tersebut akan kembali ke keadaan dasarnya, lalu
melepaskan energi E= hc /(lambda), elektron memiliki banyak energi untuk
distribusi/menyebar, dan akan menunjukkan warna dengan lambda yang panjang
atau pendek. Warna cahaya terhubung ke tempat elektron dan afinitas kulit terluar
elektron dengan inti atom. Warna yang dipancarkan oleh atom yang lebih besar
memiliki energi yang lebih rendah daripada cahaya yang dipancarkan oleh atom
yang lebih kecil, tetapi molekul yang besar akan memiliki panjang gelombang
(lambda) yang lebih panjang. Elektron akan memancarkan cahaya yang tampak
(visible) yaitu seperti golongan I (alkali) dan II (alkali tanah) dan unsur lain yang
tidak visible warnanya akan muncul berbeda-beda tergantung dari lambdanya,
seperti lambda yang tinggi berwarna merah, dan lambda rendah akan berwarna
ungu atau biru Jadi, seperti pada contoh unsur stronsium (nomor atom 38)
menghasilkan warna kemerahan, sedangkan natrium (nomor atom 11)
menghasilkan warna kekuningan. Ion natrium memiliki afinitas yang lebih kuat
terhadap elektron, sehingga dibutuhkan lebih banyak energi untuk memindahkan
elektron. Maka dari itu pada kristal garam yang diujikan menghasilkan hasil
warna yang berbeda-beda tergantung pada energi foton yang dipancarkan.
m
ρ=
v
10 , 02 gram
ρ=
8 , 692 ml
5. Ketika air dan toluen dicampurkan, dua lapisan terbentuk. Cairan apa yang
ada di lapisan bawah?
Cairan yang ada di bawah adalah air. Saat air dan toluena bercampur, air
akan tetap di lapisan bawah sementara toluena mengapung. Ini karena
perbedaan densitasnya. Karena densitas toluena kurang, ia akan naik di
atas air dan air akan tetap berada di lapisan bawah.
Massa jenis air = 0,9998 g / mL
Massa jenis toluena = 0,87 g / mL
6. Warna apakah yang akan dihasilkan oleh kristal-kristal garam yang akan Anda
uji? Jelaskan bagaimana warna tersebut dihasilkan?
a. KCl
Warnanya muncul adalah zat pertama dari senyawa tersebut. Misalnya Kalium
Klorida terbakar ungu karena klorida merupakan gas bening sehingga tidak
merubah warna sama sekali sehingga Kalium yang terbakar dan menciptakan
warna ungu.
b. LiNO3
Warna yang dihasilkan adalah merah.
Litium nitrat memberikan warna merah pada nyala api. Warna merah tua
diberikan ke nyala api oleh litium nitrat. Akan tetapi warnanya kurang
kuat dibandingkan warna nyala stronsium. Beberapa semburat warna
kuning-oranye muncul sebagai akibat dari residu dalam litium nitrat.
c. NaCl
Warna yang dihasilkan adalah kuning.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam
yang terdapat dalam senyawa. Masing-masing perpindahan elektron ini
melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi
cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai akibat dari
semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna
akan dihasilkan.
d. BaCl2
Warna yang dihasilkan adalah hijau kekuningan (hijau).
Panas nyala api memicu ion logam, menyebabkannya memancarkan
cahaya tampak. Spektrum barium mengandung panjang gelombang yang
sesuai dengan warna hijau, sehingga barium memberikan warna hijau.
e. Sr(NO3)2
Warna yang dihasilkan adalah merah.
Elektron "berpindah" dari keadaan dasarnya ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Warna yang dipancarkan oleh atom yang lebih besar energinya
lebih rendah daripada cahaya yang dipancarkan oleh atom yang lebih
kecil. Spektrum stronsium mengandung panjang gelombang yang sesuai
dengan warna merah, sehingga stronsium memberikan warna merah.
f. CaCl2
Warna yang dihasilkan adalah oren.
Beberapa ion kalsium (atom kalsium dengan dua elektron hilang) dapat
menguap ke dalam nyala api, dan menghasilkan warna oranye terang. Pada
keadaan tertentu, elektron-elektron ini mengandung lebih banyak energi
daripada dalam keadaan biasanya. Lalu melepaskan energi ini dalam
bentuk cahaya. Ion kalsium menghasilkan cahaya oranye terang hingga
merah bata.
g. CuSO4
Warna yang dihasilkan adalah hijau.
Saat membakar Tembaga, eneri akan bertambah dan menyebabkannya
menjadi tereksitasi. Karena keadaannya tidak stabil, elektron akan segera
kembali ke keadaan energi dengan tingkat yang lebih rendah, melepaskan
energi (newly energy) yang diperolehnya. Energi itu dilepaskan dalam
bentuk foton dengan panjang gelombang tertentu - dalam kasus tembaga,
panjang gelombang yang sesuai adalah warna hijau.
Pertanyaan setelah praktikum
1. Dapatkah Anda menentukan densitas dari kadmium nitrat
menggunakan air? Mengapa?
Jawab : Tidak, karena kadmium nitrat larut dalam air. Oleh karena itu,
saat dilakukan pengukuran pada berat zat padat (kadmium nitrat)
dengan mengukur perubahan volume dalam air, zat padat akan larut.
Jawab :
Piknometer
Hydrometer
Coriolis flow meter
Density meter
Perhitungan
a. KCl
eV :
h.c
E= λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 4 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
= 4, 97 x 10-19
E
f =
h
f= 4,97 x 10−19
6,626 x 10−34
= 7,5 x 1014 Hz
b. LiNO3
eV :
h.c
E= λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 6,5 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
= 3, 06 x 10-19
E
f =
h
f= 3,06 x 10−19
6,626 x 10−34
= 4,61 x 1014 Hz
c. NaCl
eV :
h.c
E= λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 5,8 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
6,626 x 10−34 . 3 x 108
E=
5,8 x 10−7
= 3,43 x 10-19
E
f =
h
f= 3,43 x 10−19
6,626 x 10−34
= 5,17 x 1014 Hz
d. BaCl2
eV :
h.c
E= λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 5,5 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
= 3,61 x 10-19
E
f =
h
f= 3 , 61 x 10−19
6,626 x 10−34
= 5,44 x 1014 Hz
e. Sr(NO3)2
eV :
h.c
E= λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 7 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
= 2,84 x 10-19
E
f =
h
f= 2,84 x 10−19
6,626 x 10−34
= 428 x 1012 Hz
= 4,28 x 10 14
f. CaCl2
eV :
h.c
E=
λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 6 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
E
f =
h
f= 9,94 x 10−19
6,626 x 10−34
= 15 x 1014 Hz
g. CuSO4
eV :
h.c
E= λ
h= 6,626 x 10-34 Js
λ = 5 x 10-7 m
c = 3 x 108 m/s
= 3,98 x 10-19
E
f =
h
f= 3,98 x 10−19
6,626 x 10−34
= 6 x 1014 Hz
9. Kesimpulan
Reaksi yang muncul saat uji nyala suatu senyawa terjadi karena adanya
eksitasi elektron yang disebabkan oleh peningkatan suhu serta warna
hasil uji nyawa yang berbeda-beda tergantung pada energi foton yang
dipancarkan.
10. Referensi
Ernest. 2014. Why do different elements make different color flames when you
burn them. https://socratic.org/questions/why-do-different-elements-make-
different-color-flames-when-you-burn-them diakses pada 12 Februari
2020 pukul 13:47 WIB
Helmenstine, Anne Marie. 2020. How Test Colors Are Produced.
https://www.thoughtco.com/how-flame-test-colors-are-produced-3963973
diakses pada 12 Februari 2020 pukul 13:54 WIB
Lukman. 2018. Cara Mengukur Densitas.
https://www.prosesproduksi.com/cara-mengukur-densitas-cairan/ diakses
pada 12 Februari 2020 pukul 14:07 WIB
Merck. 2016. Heksana SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
104371 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:12 WIB
Merck. 2019. Kloroform SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
107024 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:18 WIB
Merck. 2019. Metanol SDS.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
106009 diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14:25 WIB
Smartlab.2017. Etil Alkohol SDS.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_ETHANOL.pdf diakses pada 12
Februari 2020 pukul 14:31 WIB