Mandatory Spending Omnibus Law
Mandatory Spending Omnibus Law
Selain itu, penghapusan anggaran minimal untuk kesehatan pasti akan mempersulit
pembangunan kesehatan di daerah dengan komitmen politik rendah. Bagaimana jika daerah
tidak memenuhi syarat selama alokasi minimum yang diwajibkan saja? Sementara itu, Menteri
Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa banyak sasaran penting dalam bidang
kesehatan yang belum tercapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN).
Dengan tidak adanya batasan minimal alokasi anggaran kesehatan, bisa jadi anggaran
yang diberikan justru semakin rendah. Pemerintah pusat dan daerah akan mengalokasikan
APBN dan APBD untuk pembiayaan kesehatan sesuai keinginan mereka, Ini dapat
mengganggu dan mengabaikan hak masyarakat atas upaya kesehatan. Kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan akan terancam, terutama jika anggaran berubah-ubah. Ini akan
menyebabkan ketidaknyambungan dan ketidaksinergisan antara kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan saat ini. Profil kesehatan Indonesia saat ini sangat buruk. Jika pendanaan
tidak stabil, maka kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dasar, termasuk pengentasan
penyakit konvensional, akan terganggu.
Selain penghapusan ini, ada kewajiban untuk membantu daerah yang tidak mampu
secara fiskal dalam pembagian anggaran dan mendampingi mereka dalam penyusunan
perencanaan penganggaran. Ini penting agar daerah dapat lebih mandiri di masa depan dan
tujuan anggaran kesehatan berbasis kinerja dapat dicapai.