Anda di halaman 1dari 5

Ajak Aparat Desa Daftar ke Segmen PPU, BPJS Kesehatan Barabai Gandeng Kejari

Balangan
Penulis : Humas  Dibaca : 29  Kategori : Berita Umum
Tanggal Posting : 26 Aug 2019 08:41:53
Balangan, Jamkesnews - Guna mengajak Kepala Desa beserta Aparatnya mendaftar sebagai Peserta Program
Jaminan Kesehatan Nasional JKN-KIS di segmen Peserta Penerima Upah (PPU), BPJS Kesehatan Cabang
Barabai lakukan penyuluhan di wilayah Kecamatan Juai Kabupaten Balangan. Tak hanya sendirian, kali ini
pihaknya menggandeng Kejaksaan Negeri Balangan sebagai pemateri. Kecamatan yang berjarak 27 Km dari
pusat Kota Balangan ini dipilih dikarenakan merupakan kecamatan binaan dari Kejari tersebut.
Hadir sebagai pembicara, Kepala Bidang Kepesertaan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan Cabang Barabai
Yuni Norma Riansari menyampaikan bahwa pentingnya Kepala Desa beserta jajarannya untuk mendaftarkan
diri dan keluarganya sebagai peserta segmen PPU. Mengingat Kabupaten Balangan merupakan Kabupaten
berpredikat UHC (Universal Health Coverage) yang didominasi oleh peserta di sektor Penerima Bantuan Iuran
(PBI) APBD.
Ada juga beberapa dari Kepala Desa maupun Aparatnya yang terdaftar sebagai Peserta Mandiri. Yuni
mengatakan, disegmen PPU jatuhnya justru jauh lebih murah dibandingkan harus menjadi Peserta Mandiri.
Bahkan, malah ada yang menjadi peserta PBI APBD sekalipun. ”Keuntungan menjadi peserta PPU adalah
hanya terpotong 2% saja dari gaji pokok dan tunjangan tetap, sedangkan 3% dibayarkan melalui APBDes
masing-masing desa jika sudah teranggarkan,” jelas Yuni, Selasa (20/08).

Yuni menambahkan, sesuai Pasal 25 Perpres 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, bahwa pendaftaran
dan perubahan data untuk Kepala Desa dan Perangkat Desa dapat melalui Pemerintah Daerah atau dari Desa
itu sendiri. Apabila Pemda belum mendaftarkannya, maka hal tersebut wajib dilakukan oleh masing-masing
Desa. Dan itu semua telah mencakup pendaftaran istri/suami beserta maksimal tiga orang anaknya.

Itulah keuntungan mereka mendaftarkan menjadi segmen PPU. Kepala Desa beserta Perangkatnya jauh lebih
diuntungkan dan mendapatkan fasilitas sesuai dengan jabatan mereka yakni di Kelas II. “Sehingga jika Kepala
Desa beserta Aparatnya telah terdaftar sebagai PPU, maka jatah mereka yang ikut UHC dapat dipergunakan
masyarakat lainnya supaya lebih bermanfaat,” pungkasnya.

Senada dengan yang disampaikan Yuni, Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Kejaksaan Negeri Balangan
Januar Hapriansyah yang turut sebagai pembicara menekankan bahwa UHC yang diprogramkan Bupati
Balangan diperuntukkan kepada masyarakat yang bukan PNS, bukan aparat Desa dan pekerja Badan usaha
serta swasta.

Janu mengungkapkan dalam Perpres tersebut sudah nyata dijelaskan, artinya hal tersebut sifatnya wajib. Setiap
upah yang dibayarkan kepada Kepala Desa beserta Jajarannya sudah ada komponen untuk jaminan kesehatan,
sehingga harus dikeluarkan. “Karena kami disini mengawal tiap uang APBN yang diberikan ke daerah melalui
program-program, salah satunya dana desa,” tegasnya. (KA/rz)

IURAN

1.    Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.
2.   Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3%
(tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.

3.   Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 5%
( lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh
Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

4.     Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per
orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.

5.   Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah
tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah
sebesar:

a. Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III. 

b. Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas II. 

c. Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas I.

6.    Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim
piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari
45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa
kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.

7.      Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan

Tidak ada denda keterlambatan pembayaran iuran t erhitung mulai tanggal 1 Juli 2016 denda
dikenakan apabila dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan diaktifkan kembali,
peserta yang bersangkutan memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap, maka  dikenakan denda
sebesar 2,5% dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak, dengan ketentuan :
1.    Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
2.    Besar denda paling tinggi Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).
he landmark report, The Future of Nursing: Leading Change, Advancing Health set a goal for the nursing
community to increase the proportion of nurses with a baccalaureate degree from 50 to 80% by 2020
(Institute of Medicine, 2010). Nursing has witnessed a dramatic growth in the number of enrollments in
accelerated baccalaureate of science in nursing programs for nonnursing graduates (Fang, Bednash, &
DeWitty, 2012). Financing these degrees can be challenging. Many second-degree students no longer
qualify for the federal grant programs and may have exhausted their federal undergraduate loan limits.
The population for the current study is made up of accelerated baccalaureate of science in nursing
students who received scholarships through the Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) New Careers
in Nursing (NCIN) Scholarship Program and the schools of nursing they have attended. This is a
descriptive study. An analysis of RWJF NCIN scholars' survey responses reveals that while 90% of RWJF
NCIN scholars incurred debt to finance their programs, the scholarship makes a difference in helping
them to earn their degrees. A review of RWJF NCIN schools of nursing grantee reports establishes that,
for many schools of nursing, the recognition and support of an external funding organization helps them
to leverage additional funding opportunities.

Laporan penting, Masa Depan Perawatan:


Perubahan Terkemuka, Memajukan
Kesehatan menetapkan tujuan bagi
komunitas keperawatan untuk
meningkatkan proporsi perawat dengan
gelar sarjana muda dari 50 menjadi 80%
pada tahun 2020 (Institute of Medicine,
2010). Keperawatan telah menyaksikan
pertumbuhan dramatis dalam jumlah
pendaftaran dalam sarjana muda
dipercepat ilmu pengetahuan dalam
program keperawatan untuk lulusan non-
perawat (Fang, Bednash, & DeWitty,
2012). Membiayai gelar-gelar ini bisa jadi
menantang. Banyak siswa tingkat kedua
tidak lagi memenuhi syarat untuk program
hibah federal dan mungkin telah kehabisan
batas pinjaman sarjana federal mereka.
Populasi untuk studi saat ini terdiri dari
sarjana muda dipercepat ilmu pengetahuan
pada siswa keperawatan yang menerima
beasiswa melalui Robert Wood Johnson
Foundation (RWJF) Program Beasiswa
Karir Baru dalam Perawatan (NCIN) dan
sekolah keperawatan yang telah mereka
hadiri. Ini adalah penelitian deskriptif.
Sebuah analisis dari tanggapan survei para
sarjana RWJF NCIN mengungkapkan
bahwa walaupun 90% dari para sarjana
RWJF NCIN mengeluarkan hutang untuk
membiayai program-program mereka,
beasiswa tersebut membuat perbedaan
dalam membantu mereka mendapatkan
gelar mereka. Tinjauan terhadap sekolah
RWJF NCIN tentang laporan penerima
beasiswa menyatakan bahwa, bagi banyak
sekolah keperawatan, pengakuan dan
dukungan dari organisasi pendanaan
eksternal membantu mereka untuk
memanfaatkan peluang pendanaan
tambahan.

Anda mungkin juga menyukai