Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu kehidupan selalu menggambarkan suatu tingkat sosial yang

berbeda. Mulai dari pekerjaan maupun pendapatan ekonomi dan itu merupakan

sumber dari adanya sebuah kemiskinan dan diskriminasi kehidupan yang

kemudian ditandai dengan perbedaan antara stratifikasi sosial antara masyarakat

dari kelas atas, menengah dan bawah. Kemiskinan merupakan salah satu

hambatan terbesar bagi sebuah negara berkembang terutama untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup rakyatnya. Tingkat kemiskinan juga menjadi

penyebab masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan

kesehatan yang tergolong mahal (Tiyasasih, 2011).

Mahalnya biaya kesehatan tidak menjamin kualitas yang baik pada

kesehatan itu sendiri karena kualitas kesehatan masyarakat indonesia selama ini

tergolong rendah. Rendahnya status kesehatan masyarakat kurang mampu

disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala

geografis dan kendala biaya (cost barrier) (Adisasmito, 2007). Selain itu, perilaku

masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat juga merupakan

kendala bagi pemerintah untuk memajukan perkembangan masyarakat khususnya

dalam bidang kesehatan. Usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah

perilaku harus lebih bersifat pendekatan dari bawah (buttom up approach)

berdasarkan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.


2

Sangat dibutuhkan orang-orang yang kreatif dan inovatif atau yang dikenal

sebagai wirausahawan sosial yang dapat mengembangkan dan menjalankan

usaha-usaha pemantapan perilaku sehat bertumpu pada masyarakat. Karena

kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber

daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua

pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi

kesejahteraan masyarakat (Suparmanto, 2006).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

1945) pada Pasal 28 huruf (h) dicantumkan bahwa: “setiap orang hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Jadi kesehatan adalah

hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan

kesehatan termasuk masyarakat miskin, dalam implementasinya dilaksanakan

secara bertahap sesuai kemampuan keuangan pemerintah dan pemerintah daerah.

Dengan demikian pemerintah harus bertanggung jawab untuk memberikan

kehidupan khususnya dalam bidang kesehatan terhadap masyarakat yang kurang

mampu.

Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem

jaminan sosial nasional juga menyatakan bahwa “Jaminan kesehatan

diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan. Artinya bahwa kesehatan masyarakat benar-benar dilindungi oleh


3

pemerintah dengan cara membayarkan biaya kesehatan dengan uang anggaran

dari pemerintah yang diberikan kepada masing-masing rumah sakit maupun

puskesmas yang di tunjuk oleh pemerintah provinsi di daerah masing-masing.

Kemudian dilanjutkan dengan adanya pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional yang berbunyi bahwa:

“peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah”.

Pemerintah memberikan kepastian dalam jaminan kesehatan masyarakat

kurang mampu dengan cara membayarkan iuran-iuran tersebut melalui anggaran

yang dimiliki oleh pemerintah sehingga para warga yang kurang mampu

mendapatkan hak-haknya khususnya dalam hal kesehatan. Salah satu elemen

sumber daya manusia yang berperan penting dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan di sebuah puskesmas adalah perawat.

Yatnikasari (2010) mengemukakan bahwa perawat adalah aset penting dan

merupakan komponen utama dalam sistem pelayanan kesehatan karena perawat

adalah kelompok pekerja yang paling besar dalam sistem tersebut. Dalam hal ini

bahwa perawat termasuk unsur vital dalam sebuah Rumah Sakit atau puskesmas

karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien.

Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan perawat kepada

para pasien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di

sebuah Rumah Sakit atau puskesmas.

Pentingnya peran perawat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

maupun pembentukan kepuasan pada diri pasien dan keluarganya juga dirasakan
4

oleh pihak manajemen Puskesmas Kapongan Kecamatan Kapongan Kabupaten

Situbondo. Seorang perawat Puskesmas Kapongan mengungkapkan bahwa

perawat adalah subyek yang memiliki waktu interaksi yang lebih panjang dalam

melayani pasien. Sementara itu, pasien di Puskesmas Kapongan umumnya berasal

dari sosial ekonomi menengah ke bawah yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi

terhadap kualitas pelayanan. Oleh karena itu, kualitas pelayanan perawat terhadap

pasien menjadi hal yang diperhatikan oleh manajemen Puskesmas Kapongan

karena mencerminkan kualitas pelayanan puskesmas secara umum dan

mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan BPJS di puskesmas.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

455/Menkes/SK/XI/2013 tentang Asosiasi Fasilitas Kesehatan, bahwa asosiasi

fasilitas kesehatan yang melakukan negosiasi dengan BPJS dalam rangka Sistem

Jaminan Sosial Nasional meliputi: Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia;

Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia; Asosiasi Klinik dan Perhimpunan

Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia sebagai perwakilan

klinik dan praktik perorangan dokter.

Pelayanan kesehatan belum semua sesuai yang diinginkan sehingga

seringkali tidak memuaskan khususnya pada peserta BPJS. Berdasarkan hal

tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pelayanan kesehatan peserta

BPJS. Berdasarkan uraian di atas dan melihat keadaan yang terjadi di lokasi

penelitian maka penulis mengambil penelitian dengan judul “Pengaruh Peran

Perawat terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) pada Puskesmas Kapongan Kab. Situbondo”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran perawat terhadap pelayanan pasien pada BPJS di

Puskesmas Kapongan?

2. Bagaimana pengaruh peran perawat terhadap kepuasan pasien pada

pelayanan BPJS di Puskesmas Kapongan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh antara

peran perawat terhadap kepuasan pasien pada pelayanan BPJS di

Puskesmas Kapongan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peran perawat terhadap kepuasan pasien pada

pelayanan BPJS di Puskesmas Kapongan.

2. Mengidentifikasi kepuasan pasien pada pelayanan BPJS di

Puskesmas Kapongan.

3. Mengetahui pengaruh peran perawat terhadap kepuasan pasien

pada pelayanan BPJS di Puskesmas Kapongan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti dan memberikan informasi

mengenai peran perawat terhadap pelayanan pasien pada BPJS.


6

1.4.2 Bagi Pihak Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

pihak Puskesmas sehingga memberikan perhatian khusus untuk

mendorong keinginan masyarakat miskin dalam memiliki asuransi

kesehatan. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan

program pemberian asuransi bagi masyarakat miskin secara merata

dan tepat sasaran. Serta menjadi acuan apakah sosialisasi yang

dilakukan sudah merata.

1.4.3 Bagi Perawat

Sebagai acuan bahwa masyarakat miskin di Desa Kapongan

membutuhkan bantuan untuk meningkatkan derajat kesehatannya

melalui asuransi kesehatan. Perawat di Kecamatan Kapongan

Kabupaten Situbondo diharapkan dapat berperan sebagai pelaksana,

pendidik, andministrator, pembaharu dan konselor untuk

meningkatkan motivasi memiliki asuransi kesehatan.

1.4.4 Bagi Responden atau Masyarakat Desa Kapongan

Sebagai masukan informasi tentang pentignya masyarakat memiliki

asuransi kesehatan. Dan diharapkan masyarakat mau bergerak untuk

mendapatkan asuransi kesehatan.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan buah karya asli dari penulis, dengan

mengacu kepada:
7

1. Zuchrady (2005), dengan judul ”Analisis Kepuasan Peserta Askes Sosial

Atas Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rawat JalanTingkat Lanjutan

Di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam”.Geladikarya Program

Studi MM-USU, Sekolah Pasca Sarjana, Medan. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan Importance-

Performance Analysis dan hasilnya menunjukkan agar rumah sakit lebih

memperhatikan dan meningkatkan kinerja apotik dalam menyediakan obat-

obat bagi peserta askes sosial dan kelengkapan alat medis sehingga pada

kasus tertentu peserta askes social tidak perlu dirujuk ke rumah sakit

lainnya.

2. Adriana Hamsar (2005), dengan judul ”Analisis Mutu Pelayanan Rawat

Inap dan Hubungannya Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Askes

Plus Di Rumah Sakit Umum Permata Bunda MedanTahun 2005”. Tesis

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,USU, Medan. Metode

penelitian yang digunakan penelitian survey danhasil penelitian

menunjukkan bahwa mutu pelayanan yang diterima dankepuasan yang

dirasakan peserta askes plus sudah baik.

3. Perlin Zebua (2006), dengan judul ”Evaluasi Strategi Pemasaran Produk

Asuransi Kesehatan Kumpulan Dengan Analisis Perilaku Konsumen Di PT.

AJ. Manulife Indonesia Cabang Medan”, Geladikarya Program MM-USU,

Medan. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode analisis sikap

multiatribut Fishbein dan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap klien


8

terhadap polis asuransikesehatan PT. AJMI Cabang Medan memiliki sikap

positif namun masih belum optimal.

4. Diding Lukmana (2006), dengan judul ”Kajian Kepuasan Peserta Wajib PT.

Askes Dalam Kinerja Presektif Pelanggan Pada Program Kesehatan

Asuransi Sosial Di Kota Semarang Tahun 2006 (StudiKualitatif)”, Tesis

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas

Diponegoro, Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif dan hasil penelitian menunjukkan pelayanan yang belum

memuaskan peserta askes sosial terkait dengan petugas yang kurang ramah,

komunikasi yang kurang baik mengenai iuran biaya penunjang diagnostik

pada unit rawat jalan, dokter memberi resep obat diluar DPHO,resep obat

yang terdaftar di DPHO tidak ada di apotik Askes dan ruang tunggu yang

dianggap terlalu sempit.

5. Arlina Nurbaity Lubis dan Martin (2009), dengan judul ”Pengaruh Harga

dan Kualitas Pelayanan Terhadap KepuasanPasien Rawat Inap Di RSU Deli

Medan”. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan hasil

penelitian menunjukkan bahwa harga dan kualitas pelayanan secara

bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan

1.6 Batasan Penelitian

1. Peneliti lebih fokus meneliti pada aspek peran perawat terhadap kepuasan

pasien pada pelayanan BPJS.

2. Responden dalam penelitian ini adalah perawat dan masyarakat pengguna

BPJS di Desa Kapongan Kec. Kapongan Kab. Situbondo.


9

Anda mungkin juga menyukai