Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
minfosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XIV, No. 1/I/Puslit/Januari/2022

RENCANA PENGHAPUSAN
KELAS PESERTA BPJS KESEHATAN
25 Hartini Retnaningsih

Abstrak
Rencana penghapusan kelas bagi peserta BPJS Kesehatan menjadi isu aktual pada
beberapa minggu terakhir ini. Tulisan ini mengkaji rencana dan kemungkinan
dampaknya serta harapan terkait kebijakan tersebut. Penghapusan kelas bagi
peserta BPJS Kesehatan merupakan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, terkait kelas standar bagi peserta
Jaminan Kesehatan. Kebijakan ini dapat berdampak pada kenaikan besaran
iuran, dan berpotensi meningkatkan jumlah peserta kategori Penerima Bantuan
Iuran (PBI). Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan aktuaria yang cermat,
agar ke depan BPJS tidak defisit. Beberapa harapan, agar kebijakan tersebut: 1)
mampu memenuhi kuantitas fasilitas pelayanan kesehatan; 2) tidak mengurangi
kualitas pelayanan kesehatan; 3) mempermudah pelayanan kesehatan; 4) tidak
mengakibatkan besaran iuran yang memberatkan masyarakat. Komisi IX DPR
RI perlu terus mengawasi pemerintah selama proses pembuatan kebijakan
tersebut, serta mendorong meningkatnya kinerja BPJS Kesehatan.

Pendahuluan 2004 tentang Sistem Jaminan


Isu rencana penghapusan Sosial (UU SJSN) Pasal 23 (4) yang
kelas peserta Badan Penyelenggara berbunyi, “Dalam hal peserta
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan membutuhkan rawat inap di rumah
marak di media massa pada sakit, maka kelas pelayanan di
akhir tahun 2021. Diberitakan, rumah sakit diberikan berdasarkan
penghapusan kelas peserta BPJS kelas standar”. Amanat tersebut
Kesehatan akan dimulai pada tahun dapat dipahami sebagai upaya
2022. Isu ini menarik, terlebih di memberikan pelayanan kesehatan
tengah upaya BPJS Kesehatan untuk yang setara dari kualitas medis
PUSLIT BKD terus meningkatkan pelayanan bagi setiap peserta BPJS Kesehatan.
kesehatan masyarakat. Rencana Artinya jaminan kesehatan
penghapusan kelas peserta BPJS bagi setiap peserta adalah sama
Kesehatan merupakan amanat kualitasnya, dalam hal ini kelas
Undang-Undang Nomor 40 Tahun standar yang telah ditetapkan.
Namun Kepala BPJS Kesehatan, Kesehatan akan dihapus. Nantinya,
M. Iqbal Anas Ma'ruf, membantah semua pelayanan rawat inap bagi
adanya penghapusan kelas rawat peserta BPJS adalah kelas standar.
inap tersebut pada tahun 2022 ini. Penerapan kelas standar bertujuan
Menurutnya, kelas rawat inap di untuk menjalankan prinsip asuransi
rumah sakit untuk peserta BPJS sosial dan ekuitas dalam program
Kesehatan tetap seperti selama ini. Jaminan Kesehatan Nasional
Namun akan ada perbedaan fasilitas (JKN). Segmentasi peserta otomatis
bagi peserta PBI dan non-PBI berubah, namun tidak mengurangi
(kompas.com, 13 Desember 2021). kualitas pelayanan. Pelayanan akan
Isu penghapusan kelas BPJS terbagi hanya dua kelas, yaitu Kelas
Kesehatan merupakan hal menarik, Rawat Inap Standar (KRIS) bagi PBI
karena sejak BPJS Kesehatan dan non-PBI (tagar.id, 11 Desember
mulai beroperasi pada tanggal 1 2021). Dalam hal ini, kelas standar
Januari 2014, lembaga ini belum dapat dipahami sebagai penerapan 26
menyiapkan secara persis fasilitas prinsip kesetaraan dalam pelayanan
yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan yang dijamin oleh negara.
kesehatan. Semua dimulai dengan Selain itu, kesetaraan ini juga
berbagai keterbatasan fasilitas, merupakan implementasi prinsip
sarana, dan prasarana yang ada asuransi sosial, di mana peserta yang
pada saat itu dan terus diperbaiki mampu membantu (subsidi) peserta
dari waktu ke waktu. Tulisan yang tidak mampu.
ini mengkaji rencana kebijakan Kelas BPJS Kesehatan
penghapusan kelas peserta BPJS yang akan dihapus hanya untuk
Kesehatan dan kemungkinan pelayanan rawat inap saja,
dampaknya bagi masyarakat serta sedangkan untuk rawat jalan tetap
harapan terkait kebijakan tersebut. seperti biasa. Penerapan rawat inap
kelas standar ini mulai berlaku
Kelas Rawat Inap Standar pada tahun 2022, atau paling
Pada tahun 2022 BPJS lambat Januari 2023 (kontan.co.id,
Kesehatan berencana menerapkan 13 Desember 2021). Peserta KRIS
kelas tunggal dan mendorong akan dibagi ke dalam dua kelas,
urun bayar untuk pelayanan medis yaitu Kelas Standar A dan Kelas
tertentu. Nantinya, tidak ada lagi Standar B. Kelas Standar A untuk
Kelas I, II, dan III (Media Indonesia, PBI JKN, sedang Kelas Standar B
21 Desember 2021). Masalah untuk Peserta Non-PBI JKN (kontan.
penghapusan kelas peserta BPJS co.id, 13 Desember 2021). Dengan
Kesehatan hingga saat ini masih demikian, karena tidak akan ada
dibahas oleh Dewan Jaminan Sosial lagi peserta Kelas I, II, dan III
Nasional (DJSN). DJSN bersama BPJS kesehatan, maka pelayanan
Kementerian Kesehatan dan para rawat inap di rumah sakit akan
pemangku kepentingan lainnya menggunakan sistem KRIS namun
telah melakukan serangkaian fasilitas dibedakan antara peserta
proses penyiapan kebijakan kelas PBI dan non-PBI.
standar (djsn.go.id, 25 Agustus Selanjutnya, perbedaan KRIS
2021). Menurut Anggota DJSN, bagi PBI dan non-PBI terletak pada
Muttaqien, kelas peserta BPJS ketentuan minimal luas tempat tidur
dan jumlah maksimal tempat tidur Adanya 3 kelas tersebut
per ruangan. Untuk peserta KRIS berdampak pada perbedaan fasilitas
PBI berhak atas ruang perawatan pelayanan pada saat peserta di
minimal 7,2 m2 per tempat tidur, rawat inap di rumah sakit. Namun
dengan maksimal 6 tempat tidur demikian, pelayanan dari sisi medis
per ruangan. Sedangkan KRIS Non- tidak berbeda, setiap peserta akan
PBI berhak atas ruang perawatan mendapatkan jaminan kesehatan yang
seluas 10 m2 per tempat tidur, telah ditetapkan.
dengan maksimal 4 tempat tidur Penghapusan kelas peserta
per ruangan (tagar.id, 11 Desember BPJS Kesehatan diprediksi akan
2021). Hal ini dapat diinterpretasikan, berdampak pada naiknya besaran
rencana penghapusan kelas peserta iuran peserta. Iuran akan berada
BPJS Kesehatan tidak dimaksudkan pada jumlah yang sama, namun
untuk mengubah kualitas pelayanan lebih besar dari iuran terendah
27 medis, namun untuk memperbanyak (Kelas III) yang ada selama ini. Hal
peluang pelayanan dari sisi fasilitas ini menimbulkan kekhawatiran di
kesehatan. Perbedaan antara KRIS tengah masyarakat. Anggota Komisi
PBI dan Non-PBI terletak pada luas IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay,
ruangan dan jumlah tempat tidur pernah mengusulkan besaran iuran
per ruangan. Jika dilihat dari sisi Rp 75.000,00 (antara Kelas III dan
keadilan, kebijakan ini dapat dinilai Kelas II). Ketua Yayasan Lembaga
cukup adil, di mana peserta non-PBI Konsumen Indonesia (YLKI) berharap,
(peserta mandiri) layak mendapatkan besaran iuran mempertimbangkan
fasilitas tersebut, karena mereka telah kondisi finansial dan daya beli
berkontribusi bagi anggaran JKN. peserta non-PBI (peserta mandiri).
Sedangkan Sekjen Asosiasi Rumah
Dampak terhadap Besaran Sakit Swasta Indonesia (ARSSI),
Iuran JKN Ichsan Hanafi, berharap, besaran
Selama ini terdapat 3 kelas iuran nantinya antara Kelas I dan II
peserta BPJS Kesehatan, dengan berdasarkan Perpres Nomor 64 Tahun
besaran iuran sebagai berikut: 2020 tentang Jaminan Kesehatan,

Tabel 1. Besar Iuran BPJS

- Peserta Mandiri Pekerja Bukan - Kelas I: Rp 150.000


Penerima Upah (PBPU) - Kelas II: Rp 100.000
- Peserta Mandiri Bukan Pekerja (BP) - Kelas III: Rp 35.000
- Pekerja Penerima Upah (PPU) atau - Pekerja membayar iuran sebesar 1%
Karyawan dari total gajinya
- Pemberi kerja/perusahaan
membayar iuran 4% dari total gaji
pekerja/karyawan
- Batas atas/gaji maksimal yang
diperhitungkan Rp 12 juta
- Penerima Bantuan Iuran (PBI) - Iuran dibayarkan oleh pemerintah
senilai Rp42.000
Sumber: kompas.com, 18 Juni 2021.
di mana iuran peserta non-PBI banyak, terlebih jika hingga ke
Kelas I sebesar Rp150.000,00 dan depan ekonomi masyarakat belum
Kelas II sebesar Rp100.000,00 (Bisnis membaik akibat pandemi Covid-19,
Indonesia, 13 Desember 2021). akan semakin bertambah jumlah
Dari ketiga pendapat tersebut, peserta PBI.
pendapat Ketua YLKI yang paling Menurut Dirut BPJS Kesehatan,
layak dipertimbangkan. Jika besaran Ali Ghufron Mukti, hingga Oktober
iuran ditetapkan antara Kelas II dan 2021, peserta PBI mencapai 95,06
III sebesar Rp.75,000,00, maka setiap juta jiwa dari kuota yang tersedia
keluarga dengan 4 anggota (ayah, sebanyak 96,8 juta jiwa. Dari jumlah
ibu dan dua orang anak) harus tersebut, 85,01 juta jiwa berstatus
membayar Rp300.000,00 per bulan aktif dan 10,4 juta jiwa berstatus
untuk iuran BPJS Kesehatan. Apalagi mutasi (kontan.co.id, 24 November
jika besaran iuran ditetapkan 2021). Jika besaran iuran peserta
antara Kelas I dan II sebesar non-PBI nantinya ditetapkan terlalu 28
Rp100.000,00, maka setiap keluarga tinggi sehingga mereka tidak
dengan 4 anggota (ayah, ibu, dan mampu membayar, maka banyak
dua orang anak) harus membayar yang akan pindah ke PBI, dan tentu
Rp400.000,00 per bulan untuk iuran beban pemerintah akan lebih berat
BPJS Kesehatan. Hal ini tampaknya lagi.
akan memberatkan peserta non-PBI,
terlebih di tengah pandemi Covid-19 Harapan
yang masih terus berlangsung Rencana penghapusan
hingga saat ini. Jika kemudian kelas peserta BPJS Kesehatan
banyak peserta non-PBI yang tidak dapat dipahami sebagai langkah
sanggup membayar iuran baru menjalankan amanat UU SJSN, yaitu
tersebut, maka diprediksikan mereka memberikan kesamaan pelayanan
akan pindah ke kategori PBI, dan kesehatan. Namun hal ini harus
dengan demikian akan menambah diimbangi dengan tekad kuat untuk
beban pemerintah. memberikan pelayanan terbaik
Berdasarkan data DJSN pada sesuai standar yang ditetapkan.
Juni 2021, peserta Kelas III non- Peserta BPJS Kesehatan berhak
PBI cukup banyak, yaitu 23.126.007 mendapatkan pelayanan kesehatan
peserta. Mereka harus aktif sesuai jaminan yang ditetapkan
membayar per bulan, jika terjadi undang-undang.
tunggakan akan dikenakan denda Ada sejumlah harapan terkait
5% dari biaya awal rawat inap kebijakan baru tersebut, di mana
dikalikan jumlah bulan tunggakan terjadi perubahan sistem pelayanan
(cnbcindonesia.com, 6 Desember peserta BPJS Kesehatan yang semula
2021). Besaran iuran memang mencakup 3 kelas menjadi tanpa
seharusnya memperhatikan Kelas kelas, yaitu: 1) dapat menambah
III non-PBI, agar mereka nantinya kuantitas fasilitas pelayanan
tetap mampu membayar. Jika tidak, kesehatan; 2) tidak mengurangi
maka akan banyak peserta Kelas kualitas pelayanan kesehatan;
III non-PBI yang akan pindah ke 3) semakin mempermudah
PBI, dan ini justru akan menambah bahkan meningkatkan pelayanan
masalah anggaran negara. Selama kesehatan (mengurangi kerumitan
ini saja jumlah peserta PBI sudah birokrasi, antrean, membudayakan
keramahan, dan sebagainya); 4) kesehatan; tidak mengurangi kualitas
besaran iuran dapat dijangkau pelayanan kesehatan dari sisi medis;
peserta Kelas III non-PBI. semakin mempermudah pelayanan
Untuk memenuhi harapan kesehatan; serta tidak mengakibatkan
tersebut, pemerintah perlu besaran iuran yang memberatkan
melakukan kajian mendalam dan masyarakat.
komprehensif terkait penghapusan Komisi IX DPR RI perlu
kelas peserta BPJS Kesehatan. terus mengawasi pemerintah
Kebijakan diharapkan tidak selama proses pembuatan kebijakan
membuat BPJS Kesehatan menjadi penghapusan kelas peserta BPJS
lebih sulit, sehingga perhitungan Kesehatan, agar kebijakan tersebut
aktuaria perlu dilakukan sebaik- benar-benar berorientasi pada
baiknya. Juga perlu diupayakan keadilan dalam memberikan
agar penghapusan kelas tidak pelayanan kesehatan masyarakat.
29 semakin menambah jumlah Komisi IX DPR RI juga perlu
peserta yang pindah ke kategori terus mendorong pemerintah
PBI. Penghapusan kelas peserta untuk meningkatkan kinerja
seharusnya membuat BPJS BPJS Kesehatan, agar kebijakan
Kesehatan semakin kuat dan penghapusan kelas peserta tidak
profesional dalam memberikan menimbulkan defisit keuangan.
jaminan kesehatan masyarakat.
Penghapusan kelas peserta Referensi
BPJS Kesehatan hendaknya “BPJS Kesehatan Bantah Ada
benar-benar menjadi kebijakan Penghapusan Kelas Rawat
yang semakin menyejahterakan Inap pada Tahun 2022”, 13
masyarakat. Komisi IX DPR RI perlu Desember 2021, https://
terus mengawal pemerintah dalam money.kompas.com/
mewujudkan kebijakan tersebut, dan read/2021/12/13/115206426/
juga mendorong pemerintah untuk b p j s - k e s e h a t a n - b a n t a h - a da -
terus meningkatkan kualitas kinerja penghapusan-kelas-rawat-inap-
BPJS Kesehatan, agar ke depan pada-2022, diakses 4 Januari 2022.
lembaga ini tidak lagi mengalami “Defisit Kesehatan dan Nasionalisme
defisit keuangan. Kita”, Media Indonesia, 21
Desember 2021, hal. 8.
Penutup “DJSN Akomodasi Usulan Rumah
Kebijakan penghapusan Sakit”, Bisnis Indonesia, 13
kelas peserta BPJS Kesehatan Desember 2021, hal. 19.
merupakan amanat UU SJSN “DJSN Asesmen Kesiapan Rumah
sehingga kebijakan ini perlu Sakit TNI/Polri untuk
disikapi secara positif dalam Implementasi KRIS”, 25 Agustus
rangka memberikan pelayanan 2021, https://www.djsn.go.id/
kesehatan yang berkeadilan sosial. berita/djsn-asesmen-kesiapan-
Ada sejumlah harapan terkait rumah-sakit-tni-polri-untuk-
kebijakan tersebut, yaitu agar implementasi-kris, diakses 4
penghapusan kelas peserta BPJS Januari 2021.
Kesehatan mampu memenuhi “Kelas BPJS Kesehatan Akan Dihapus
kuantitas fasilitas pelayanan Mulai Tahun 2022”, 11 Desember
2021, https://www.tagar.id/ “Rincian Iuran BPJS Kesehatan
kelas-bpjs-kesehatan-akan- Terbaru 2021”, 18 Juni 2021,
dihapus-mulai-tahun-2022, https://money.kompas.com/
diakses 2 Janauari 2022. read/2021/06/18/020600526/
“Kelas Standar BPJS Kesehatan rincian-iuran-bpjs-kesehatan-
Tarifnya Rp 75.000, Setuju Gak?”, terbaru-2021, diakses 5 Januari
6 Desember 2021, https:// 2021.
www.cnbcindonesia.com/ “Tak Akan Ada Lagi Kelas BPJS
news/20211206105902-4-296889/ Kesehatan di 2022, Bagaimana
kelas-standar-bpjs-kesehatan- Tarif Iurannya?”, 13 Desember
tarifnya-rp-75000-setuju-gak, 2021, https://keuangan.kontan.
diakses 2 Januari 2021. co.id/news/tak-akan-ada-lagi-
“Per Oktober 2021, Jumlah Peserta kelas-bpjs-kesehatan-di-2022-
PBI JKN Mencapai 95,06 Juta bagaimana-tarif-iurannya,
Jiwa”, 24 November 2021, diakses 2 Januari 2022. 30
https://keuangan.kontan.co.id/
news/per-oktober-2021-jumlah-
peserta-pbi-jkn-mencapai-9506-
juta-jiwa, diakses 4 Januari 2022.

Hartini Retnaningsih
hartini.retnaningsih@dpr.go.id

Dr. Dra. Hartini Retnaningsih, M.Si. menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Ilmu


Komunisasi FISIP Universitas Diponegoro tahun 1990. S2 Studi Kekhususan Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia tahun 2000, dan S3 Ilmu Kesejahteraan
Sosial FISIP Universitas Indonesia tahun 2016. Saat ini sebagai Peneliti Utama pada Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI dengan bidang kepakaran Kesejahteraan Sosial. Karya
yang telah diterbitkan adalah: “Jaminan Sosial dalam Perspektif Parlemen” (Intrans
Publishing, 2017); “Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Upaya Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Kesehatan” (Intrans Publishing 2018); “Implementasi Program
Jaminan Kesehatan Nasional dan Wacana Kartu Pra-Kerja” (Parliamentary Review,
Vol. I No. 2, 2019); serta “Kesejahteraan Pekerja dan RUU Omnibus Law Cipta Kerja”
(Parliamentary Review, Vol. II No. 1, 2020).

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai