OLEH :
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT,oleh karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan atau
ketidaksempurnaan yang tak dapat dihindarkan,hal ini disebabkan karena dalam tahap
dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga Allah SWT
dapat membalasnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR PUSTAKA
iii
1.1 Ringkasan Kebijakan Peraturan Presiden No.75 Tahun 2019 Tentang
Jaminan Kesehatan
Dengan adanya JKN, masyarakat yang sakit akan merasakan dampak layanan
kesehatan yang mereka terima sebagai peserta JKN yaitu pemeriksaan, perawatan,
jangka waktu tidak lebih dari tiga puluh hari Peraturan Presiden tersebut dirubah
1
tahun 2016 diubah menjadi Peraturan Presiden No. 28/2016 tentang Jaminan
Kesehatan, kemudian tahun 2018 diubah menjadi Peraturan Presiden No. 82/2018
JKN yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS
Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Perpres Nomor
Kenaikan iuran itu berlaku bagi Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dan
peserta bukan pekerja. Dalam pasal tersebut, dijelaskan bahwa besar iuran yang
harus dibayarkan sebesar Rp 42.000 per bulan untuk kelas III, sebesar Rp 110.000
per bulan untuk kelas II, dan sebesar Rp 160.000 per bulan untuk kelas I.
1.2 Masalah
Presiden No. 75/2019 tentang kesehatan dikarenakan tingkat defisit yang dialami
BPJS Kesehatan melonjak naik, sehingga pemerintah dalam hal ini presiden
respon yang beragam dari masyarakat, baik pro maupun kontra. Peraturan
presiden No. 75/2019 tentang Jaminan Kesehatan ini jelas berdampak akan
2
kesulitan masyarakat peserta kelas III dalam hal kemauan dan kemampuan dalam
melakukan pembayaran iuran akan tetapi kita tidak boleh menutup mata akan
pentingnya kecukupan dana yang ada untuk mencakup seluruh kepesertaan yang
memberatkan masyarakat sebagai peserta yang harus membayar lebih besar iuran
tersebut.
Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Nantinya, perlu Perpres baru
Kesehatan.
Perlu diketahui terdapat berbagai kategori peserta BPJS Kesehatan, antara lain
Kategori Pekerja Penerima Upah Pemerintah (PPU-P) yang terdiri dari Aparatur
3
a. PBI kenaikan dari Rp 23.000 menjadi Rp 42.000 per jiwa.
profesi dan tunjangan penghasilan bagi PNS daerah dengan batasan gaji
ditanggung ASN/TNI/Polri.
batas atas Rp 8 juta dengan tanggungan pemberi kerja sebesar 4 persen dan 1
persen ditanggung pekerja. Berubah menjadi 5 persen dari total upah dengan
batas atas Rp 12 juta dengan tanggungan 4 persen oleh pemberi kerja dan 1
per jiwa. Kelas 2 naik dari Rp 51.000 menjadi Rp 110.000 per jiwa. Dan,
masyarakat selaku peserta BPJS. Terlebih lagi, dia menyoroti masyarakat yang
4
membayar iuran tersebut secara mandiri atau PBPU sebagai kenaikannya sangat
signifikan.
dapat menyelesaikan persoalan defisit BPJS Kesehatan yang selama ini terjadi
ini.
mendatangi layanan kesehatan seperti klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan
tindakan medis serupa. Hal ini dianggap merupakan salah satu penyebab
membengkaknya tagihan BPJS Kesehatan. Selain itu terdapat perilaku fraud atau
penyakitnya sudah sembuh peserta tersebut tidak membayar secara rutin kembali.
Hal ini dianggap menjadi salah satu penyebab utama terjadinya defisit BPJS
Kesehatan.
5
Menaikkan iuran ini, pemerintah mempertimbangkan 3 hal utama yaitu
keseluruhan sistem JKN sehingga terjadi efisiensi, serta gotong royong dengan
iuran tidak sampai memberatkan masyarakat dengan berlebihan, jika ada peserta
yang merasa benar-benar berat membayar, bisa saja peserta yang bersangkutan
melakukan penurunan kelas, misalnya dari semula Kelas 1 menjadi Kelas 2 atau
Kenaikan iuran BPJS ini akan diiringi dengan perbaikan sistem JKN (Jaminan
purchasing. Rencana kenaikan iuran ini juga adalah hasil pembahasan bersama
(Kemenkes), dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) yang nantinya akan
Isu lain sebagai dampak dari defisit BPJS Kesehatan adalah rencana kenaikan
6
mengusulkan kenaikan iuran hampir 100% dari iuran sebelumnya dan sudah
menyampaikan usulan ini kepada Presiden. Kenaikan iuran tahun 2014, 2016, dan
Usulan Perubahan
Ruang Iuran Awal Perubahan Iuran
(Berlaku Awal
Perawatan RS (Tahun 2014) (Tahun 2016)
Tahun 2020)
Kelas III 25.500 42.500
Kelas II 42.500 51.000 110.000
Kelas I 59.500 80.000 160.000
Sumber: Kompas 28 Agustus 2019
Tentunya kenaikan iuran yang terjadi setiap dua tahun sekali menimbulkan
bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja di mana mereka sangat rentan
masyarakat taat membayar iuran dengan berbagai program inovatif. Di sisi lain,
pro dan kontra di tengah masyarakat. Oleh karenanya, diperlukan sosialisasi yang
7
Penyesuaian iuran melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun
2019 tentang Jaminan Kesehatan merupakan upaya untuk menangani defisit BPJS
Kesehatan. Besaran iuran yang berlaku mulai awal tahun depan itu pun bahkan
lebih tinggi dari usulan DJSN dan sesuai dengan perhitungan aktuaria.
Penyesuaian iuran tersebut akan memberikan dampak yang beragam, baik bagi
peserta.
non aktif, khususnya di segmen mandiri atau Pekerja Bukan Penerima Upah
(PBPU) dan Bukan Pekerja (BP). Berdasarkan data BPJS Kesehatan, saat ini
terdapat sekitar 46% peserta yang tidak aktif. Selain itu peserta akan pindah ke
kelas yang lebih rendah seiring dengan kemampuannya dalam membayar iuran.
kemampuan membayar itu tidak serta-merta akan diikuti oleh kemauan peserta
untuk membayar dengan disiplin. "Ada deviasi antara ability to pay dengan
terkait dengan persepsi dan prioritas orang. Orang bisa saja merokok (alokasi
8
(peserta) punya kapasitas (untuk membayar). Persoalannya adalah ability to pay
Dampak lain yang dapat muncul adalah calon peserta enggan mendaftarkan
Kesehatan.
Selain itu, dampak lain dari penyesuaian iuran adalah kualitas pelayanan
kepada peserta akan meningkat. Hal tersebut sejalan dengan dampak lainnya
Rp4,4 triliun pada akhir 2021, dengan catatan pemerintah mengatasi seluruh
1.5 Rekomendasi
tidak dapat diubah oleh BPJS Kesehatan maupun BPKP. DPR RI juga perlu
9
Sebagai langkah untuk meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan partisipasi
yang dilakukan oleh Para ahli, Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat maupun
disektor kesehatan dan DJSN harus melibatkan partisipasi seluruh elemen terkait
dan masyarakat yang terkena dampak langsung dari implementasi suatu Peraturan
dengan cara melibatkan mereka mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
tahap evaluasi implementasi suatu peraturan bukan hanya pada tahap pembahasan
didukungan sumber daya manusia yang memadai, dana yang cukup dan waktu
yang lebih banyak sehingga kajian akademik yang dihasilkan layak dijadikan
kesehatan nasional yang lebih baik diperlukan dukungan bukan hanya dari
pemerintah, DPR atau para pakar kebijakan akan tetapi pemahaman masyarakat
10
DAFTAR PUSTAKA
Juknis BPJS. 2018. Pedoman Pelaksanaan BPJS Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI; 2015.
11