Oleh:
i
PROLANIS BPJS
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat kenaikaan pangkat unsur
pengembangan profesi “.
Dinas Kesehatan Kabupaten Murung Raya
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi Muhammad
SAW karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Prolanis BPJS di UPT Puskesmas Puruk Cahu Seberang ” sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam Kenaikan pangkat pada
Unsur Pengembangan Profesi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Sukma Ihsan Rasyid selaku Kepala UPT Puskesmas
Puruk Cahu Seberang sebagai pembimbing dalam penulisan makalah ini, atas
kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung,
dan memberikan masukan kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan. Atas bantuan
dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... i
BAB 3 ..........................................................................................................................................21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
tahun. Penelitian lain juga menunjukkan hasil serupa dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. (Idris, 2014)
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih
banyak pasien yang belum mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat
terapi tetapi target tekanan darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta
dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. (Ikatan
Dokter Indonesia, 2014)
Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menyebutkan manfaat dari program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) mencakup pelayanan kesehatan perseorangan yang
bersifat promotif dan preventif. Manfaatnya mencakup skrining kesehatan yang
diberikan secara selektif untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu. (Idris, 2014)
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan pengelolaan
penyakit kronis termasuk diabetes melitus dan hipertensi pada penderita yang
merupakan peserta BPJS Kesehatan untuk mencegah komplikasi, peningkatan
kualitas hidup, dan pembiayaan jaminan kesehatan yang efektif dan efisien. (Sari,
2015)
Pada makalah ini, menjelaskan tentang suatu program BPJS, yaitu
Prolanis, sebagai suatu upaya dalam menekan angka insidensi penyakit kronis
terutama DM dan hipertensi. Dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
Prolanis, membuat masyarakat ragu dalam mengenali keadaan tubuhnya sendiri,
sehingga terlambat mendeteksi adanya kedua penyakit tersebut. Dengan
pembuatan makalah ini, diharapkan Prolanis dapat lebih diketahui luas oleh
masyarakat dan dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas dari kedua
penyakit tersebut.
2
1.2. Tujuan Penelitian
Untuk lebih mengerti dan memahami mengenai Prolanis BPJS di UPT
Puskesmas Puruk Cahu Seberang dan untuk memenuhi persyaratan kenaiakan
pangkat pada dinas kesehatan Kabupaten Murung Raya.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
a) Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga
yang membidangi keluarga berencana.
b) Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah.
c) BPJS Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan pemberian
vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam
kapitasi, kecuali untuk jasa pelayanan pemasangan IUD/Implan
dan Suntik di daerah perifer.
4) Skrining kesehatan
a) Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara perorangan dan
selektif.
b) Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit
tertentu, meliputi:
1) diabetes mellitus tipe 2;
2) hipertensi;
3) kanker leher rahim;
4) kanker payudara; dan
5) penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.
c) Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes mellitus tipe 2
dan hipertensi dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang
dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
d) Jika Peserta teridentifikasi mempunyai risiko penyakit diabetes
mellitus tipe 2 dan hipertensi berdasarkan riwayat kesehatan,
akan dilakukan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan
penunjang diagnostik tertentu dan kemudian akan diberikan
pengobatan sesuai dengan indikasi medis.
e) Pelayanan skrining kesehatan untuk penyakit kanker leher rahim
dan kanker payudara dilakukan sesuai dengan indikasi medis.
5
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama;
g. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi ;
h. upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB paska persalinan;
i. rehabilitasi medik dasar.
6
c. Edukasi dan upaya meningkatkan kesadaran dan peran serta Peserta penderita
penyakit kronis terhadap perawatan kesehatannya secara mandiri.
d. Penerapan protokol pengobatan yang berdasaran evidence base medicine.
e. Peningkatan fungsi gate keeper pada tingkat Rawat Jalan Tingkat Pertama
dalam rangka pengendalian biaya pelayanan rujukan. (Rini, 2014)
7
c. Upaya kuratif; pemeriksaan dan pengobatan penyakit pada Rawat Jalan Tingkat
Pertama, Rawat Jalan Lanjutan, Rawat Inap Lanjutan serta pelayanan obat
d. Upaya rehabilitatif; penanganan pemulihan dari penyakit kronis
8
4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola
5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)
6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta
PROLANIS
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan
kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS
9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan
yang diberikan oleh calon peserta Prolanis
10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar
11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
13. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status
kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT,
HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera
dilakukan pemeriksaan
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per
Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes
Pengelola:
a. Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola
b. Menganalisa data
17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat
9
Setelah semua persiapan pelaksanaan PROLANIS sudah dipenuhi,
Aktivitas PROLANIS dapat dilakukan. Adapun aktivitas PROLANIS dijalankan
sebagai berikut :
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah
timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta
PROLANIS
Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes
Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan
Peserta dan kebutuhan edukasi.
Langkah - langkah:
a. Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta terdaftar sesuai
tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang
b.Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi
Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya
c. Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub
d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal dari peserta.
Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok Prolanis
(membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub)
e. Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub minimal 3 bulan
pertama
f. Melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing Faskes Pengelola:
1) Menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola
2) Menganalisis data
g. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat dengan
tembusan kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya
10
11
4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta
PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan
bagi peserta PROLANIS dan keluarga
Sasaran:
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3
bulan berturut-turut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname
11
Langkah – langkah:
a. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home Visit
b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan
c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas
sebagai berikut:
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta
yang dikunjungi
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat Home Visit)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit
dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
12
13
13
Unit cost identik dengan tarif atau harga jual (harga pokok ditambah
margin) dapat memberikan gambaran tentang efisiensi pelayanan dan risiko biaya
suatu populasi (beban biaya). Angka unit cost yang tinggi menunjukkan
pelayanan tidak efisien atau populasi memiliki risiko biaya tinggi (banyak
penyakit degeneratif). Hal ini penting untuk menghitung tarif atau kapitasi dan
untuk mengontrol biaya dan ketaatan tim terhadap SOP yang telah disepakati.
Dalam menentukan tarif dokter pada variabel unit cost diatur dalam
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi Dan Pembayaran Kapitasi Berbasis
Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada
Pasal 7, Pasal *, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13. Semua
ketentuan dalam membuat tarif dokter dirangkum di tabel sebagai berikut. (Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan, 2015)
Tabel 2.1. Ketentuan Membuat Tarif Dokter di FTKP (Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan, 2015)
14
15
15
Satuan biaya kapitasi ditetapkan berdasarkan perkiraan besarnya resiko
gangguan kesehatan yang memerlukan pelayanan kesehatan di kalangan anggota
lembaga pendanaan kesehatan tersebut dalam waktu tertentu.
Faktor-faktor yang menentukan satuan biaya kapitasi:
1. Bentuk-bentuk gangguan/masalah kesehatan yang umumnya dialami
anggota beserta prevalensi nya.
2. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mengatasi
gangguan kesehatan tersebut beserta tarifnya.
16
17
17
Yang perlu diketahui selanjutnya adalah premi netto. Premi netto adalah
besaran premi yang belum memasukkan unsur biaya administrasi, investasi, dan
keuntungan. Premi netto (dalam setahun) dihitung dengan menambahkan besaran
biaya kapitasi (full atau partial tergantung manfaat yang dijamin) dengan besar
biaya contigency margin (CM), sehingga jika dinyatakan dalam rumus maka
premi netto adalah:
Premi netto = Biaya kapitasi + (CM x biaya kapitasi)
Adapun premi bruto adalah besaran premi yang sudah memasukkan unsur
biaya operasional, serta keuntungan. Perhitungan premi bruto dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Premi bruto = Premi netto + Biaya Operasional + Profit
Biaya operasional yang dimaksud disini adalah besar biaya administrasi yang
dibebankan kepada tiap peserta. (Januraga, 2008)
18
19
19
Tabel 2.2. Penerapan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen
20
21
BAB 3
PEMBAHASAN
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas,
rumusan masalah pada program ini sebagai berikut :
1. Penemuan pasien prolanis belum optimal berdasarkan
penyisiran setiap wilayah yang ada di wilayah kerja upt
puskesmas puruk cahu seberang.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program penyakit
kronis
3. Penderita penyakit kronis belum semuanya mengetahui adanya
program prolanis
21
HASIL KEGIATAN PROLANIS UPT PUSKESMAS
PURUK CAHU SEBERANG
2. Senam
Kegiatan senam prolanis merupakan suatu program wajib yang
dilaksanakan oleh UPT Puskesmas Puruk Cahu Seberang yang
dilaksanakan setiap minggu kedua dan ke tiga. Kegiatan ini meliputi
senam, penyuluhan kesehatan, serta pemeriksaan kesehatan para lansia di
sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Puruk Cahu Seberang.
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) adalah suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Setelah senam kegiatan selanjutnya adalah pemeriksaan kesehatan
lansia, pemeriksaan meliputi pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam urat dan pemeriksaan
kolesterol. selain digunakan untuk melakukan pemantauan kesehatan
lansia dan penderita penyakit kronis lainnya, kegiatan ini sendiri
juga bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam
pencegahan komplikasi penyakit kronik dan untuk meningkatkan
22
23
3. Home visite
UPT Puskesmas Puruk Cahu Seberang belum melakukan Home visite
peserta Prolanis.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah, maka kesimpulan yang
diperoleh untuk mengurangi biaya pengobatan penyakit kronis tak menular yang
menjadi epidemi skarang, yaitu DM dan hipertensi, BPJS Kesehatan membuat
Program Penanggulangan Penyakit Kronis (PROLANIS) yang berfokus pada
pengobatan promotif dan preventif. Beberapa aktivitas pada PROLANIS adalah
konsultasi penyakit peserta, edukasi medis, reminder SMS gateway, Home Visit,
aktivitas klub dan pemantauan status kesehatan.
Dengan dilaksanakannya PROLANIS secara optimal, dapat memenuhi
salah satu indikator Pemenuhan Komitmen yang bertujuan meningkatkan mutu
fasilitas kesehatan primer. Pencapaian indikator tersebut juga dapat menentukan
besaran kapitasi yang didapat FKTP yang bersangkutan.
Evaluasi hasil pelaksanaan merupakan salah satu fungsi management,untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program pemantauan yang dilaksanakan secara
berkala dan terus menerus.
Untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan.
Dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan maka hasil dari program ini masih
belum mencapai target, maka dari itu untuk mencapai keberhasilan target target
tersebut. Diperlukan dukungan dari berbagai belah pihak.
24
Saran
Sebaiknya edukasi dari PROLANIS semakin diperluas mengenai
pentingnya penanganan promotif dan preventif pada penyakit DM dan hipertenis.
Tenaga kesehatan memberikan informasi yang lebih tentang PROLANIS,
sehingga masyarakat menjadi lebih peduli dan berpartisipasi dalam upaya
mendeteksi kemungkinan adanya bibit penyakit kronis seperti DM dan Hipertensi.
1
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, 2014. Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (PROLANIS). In: Panduan Praktis. Jakarta: BPJS Kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, 2015. Norma Penetapan Besaran
Kapitasi dan pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen
Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Peraturan Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2015. Tata Cara Pendaftaran dan
Pembayaran Iuran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Nomor 1 Tahun 2015.
Budiarto, W. & Kristiana, L., 2015. Pemanfaatan Dana Kapitasi Oleh Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (Fktp) Dalam Penyelenggaraan JKN.
Idris, F., 2014. Pengintegrasian Program Preventif Penyakit Diabetes Melitus
Tipe 2 PT Askes (Persero) ke Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
(BPJS). J Indon Med Assoc, 64(Fakultas Kedokteraan Universitas Sriwijaya),
pp. 115-121.
Ikatan Dokter Indonesia, 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: s.n.
Januraga, P. P., 2008. Analisis Besaran Biaya Per Kapita dan Premi Jaminan
Kesehatan Jembrana (JKJ) Berdasarkan Biaya Klaim dan Utilisasi Pelayanan
Tahun 2005.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014.
Purnamasari, D., 2014. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. In: Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI, pp. 2323-2327.
Putri, A. E., 2014. Seri Buku Saku-2 BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
s.l.:Friedrich-Ebert-Stiftung.
26
27
27