Anda di halaman 1dari 9

Jaminan Hari Tua

NUR ANNISA PARNO (202008003)


MAGHIFRAH (202008001)
 
APA YANG DIMAKSUD DENGAN JAMINAN HARI TUA?

Sebagai pekerja, kita harus tahu hal-hal esensial apa saja yang
harus dimiliki. Salah satunya adalah jaminan hari tua (JHT).
Jaminan ini wajib kita punya saat memasuki usia tua nanti

Menurut Ampuh Nugroho, Senior Associate di SSAJ & Associates,


JHT adalah program perlindungan yang diselenggarakan agar
karyawan memiliki uang ketika memasuki masa pensiun, cacat
total tetap, dan meninggal dunia.

JHT bertujuan untuk menjamin agar karyawan menerima uang


tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total
tetap, atau meninggal dunia. Dalam rangka mempersiapkan diri
memasuki masa pensiun, Undang-undang Nomor 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU 40/2004) membuka
peluang manfaat JHT diberikan kepada peserta tanpa harus
menunggu usia pensiun.
APA SAJA MANFAAT YANG BISA
DIDAPAT DARI JAMINAN HARI TUA?
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat,
atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang
besarnya merupakan nilai akumulasi seluruh iuran yang telah disetor ditambah hasil pengembangannya yang tercatat
dalam rekening perorangan peserta. Dana JHT sendiri berasal dari pendapatan yang disisihkan per bulannya untuk
memasuki hari tua.

Manfaat JHT dibayarkan secara sekaligus apabila peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, mengalami cacat
total tetap, atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. (pasal 37 ayat (1) jo. Pasal 26 ayat (1) PP 46/2015)
Diluar kondisi tersebut, pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah
kepesertaan mencapai minimal 10 tahun (pasal 37 ayat (3) UU 40/2004 jo. pasal 22 ayat (4) PP 46/2015).
Batas tertentu yang dimaksud adalah paling banyak 30% dari total saldo JHT, yang peruntukan untuk kepemilikan
rumah atau paling banyak 10% untuk keperluan lain sesuai persiapan memasuki masa pensiun. Pengambilan manfaat
JHT sampai batas tertentu tersebut hanya dapat dilakukan untuk 1 kali selama menjadi peserta (pasal 22 ayat (5) dan (6)
PP 46/2015) 
SIAPA SAJA YANG DAPAT MENJADI PESERTA PROGRAM
JAMINAN HARI TUA (JHT)?

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program


JHT (PP 46/2015) mengatur, peserta program JHT terdiri atas: 
Peserta penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara,
meliputi:
• Pekerja pada perusahaan
• Pekerja pada orang perseorangan, dan
• Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. 

Peserta bukan penerima Upah, meliputi:


• Pemberi Kerja
• Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri, dan
• Pekerja bukan penerima upah selain pekerja di luar hubungan
kerja/mandiri
Untuk mengikuti program ini kita tak harus menyiapkan banyak dokumen. Yang
terpenting adalah kita bekerja dan diberi upah oleh pemberi kerja. Dari situ,
pemberi kerja wajib mendaftarkan dan membayarkan kita program ini. Biasanya,
pembayaran dilakukan lewat pemotongan upah per bulan untuk disetor ke BPJS.

Namun, menurut UU Ciptaker, program ini hanya diperuntukan untuk karyawan


kantoran saja. Sementara itu, UMKM tidak wajib diikutsertakan karena yang wajib
bagi mereka itu adalah jaminan kematian dan kecelakaan kerja. Berbeda lagi
dengan pegawai negeri, mereka biasanya sudah memiliki ketentuan dan peraturan
khusus terkait program ini. Jadi, yang perlu diketahui bahwa sebagai pekerja, kita
memiliki hak dan kewajiban. Hak kita adalah mendapatkan uang sesuai ketentuan
JHT. Sementara itu, kewajiban kita adalah bersedia dipotong upah untuk disetorkan
ke BPJS setiap bulannya.
Apakah ada Polemik JHT?
Meskipun memberikan manfaat besar, JHT tetap tak terlepas dari kontroversi. Setiap
beberapa tahun sekali, peraturan terkait program ini mengalami revisi. Terlebih, saat
Indonesia mengalami krisis moneter tahun 2008 yang akhirnya memperbolehkan karyawan
mengambil jaminan ini saat mereka di PHK.

Namun, karena sekarang kondisi sudah baik-baik saja, maka mekanisme pencairan uang
jaminan tersebut kembali diubah saat mereka pensiun. Hal yang membuat polemik adalah
pengubahan peraturan ini.

Justru, polemik sebenarnya itu dimulai ketika perusahaan tidak mendaftarkan karyawannya
ke BPJS. Bahkan, ada yang sudah mendaftarkan, tapi tak rutin membayar iuran.
Berapa besar Iuran total
JHT?

Nah, besar iuran dari JHT adalah 5,7% dari upah.


Perhitungan BPJS Ketenagakerjaan tahun 2022
untuk program JHT dibagi antara perusahaan dan
pekerja. Pekerja membayar 2%, sedangkan
perusahaan membayar 3,7%
Misalnya, upah Tn. Y adalah Rp10.000.000. Maka, perhitungan BPJS Ketenagakerjaan
program JHT Tn. Y adalah:

• Iuran JHT Tn. Y = 5,7% x Rp10.000.000 = Rp570.000 per bulan


• Iuran JHT yang dibayar Tn. Y = 2% x Rp10.000.000 = Rp200.000 per bulan
• Iuran JHT yang dibayar perusahaan = 3,7% x Rp10.000.000 = Rp370.000 per bulan
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai