Sebagai pekerja, kita harus tahu hal-hal esensial apa saja yang
harus dimiliki. Salah satunya adalah jaminan hari tua (JHT).
Jaminan ini wajib kita punya saat memasuki usia tua nanti
Manfaat JHT dibayarkan secara sekaligus apabila peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, mengalami cacat
total tetap, atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. (pasal 37 ayat (1) jo. Pasal 26 ayat (1) PP 46/2015)
Diluar kondisi tersebut, pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah
kepesertaan mencapai minimal 10 tahun (pasal 37 ayat (3) UU 40/2004 jo. pasal 22 ayat (4) PP 46/2015).
Batas tertentu yang dimaksud adalah paling banyak 30% dari total saldo JHT, yang peruntukan untuk kepemilikan
rumah atau paling banyak 10% untuk keperluan lain sesuai persiapan memasuki masa pensiun. Pengambilan manfaat
JHT sampai batas tertentu tersebut hanya dapat dilakukan untuk 1 kali selama menjadi peserta (pasal 22 ayat (5) dan (6)
PP 46/2015)
SIAPA SAJA YANG DAPAT MENJADI PESERTA PROGRAM
JAMINAN HARI TUA (JHT)?
Namun, karena sekarang kondisi sudah baik-baik saja, maka mekanisme pencairan uang
jaminan tersebut kembali diubah saat mereka pensiun. Hal yang membuat polemik adalah
pengubahan peraturan ini.
Justru, polemik sebenarnya itu dimulai ketika perusahaan tidak mendaftarkan karyawannya
ke BPJS. Bahkan, ada yang sudah mendaftarkan, tapi tak rutin membayar iuran.
Berapa besar Iuran total
JHT?