Anda di halaman 1dari 3

Apakah Pekerja Harian Lepas dapat Menjadi Peserta JKK?

Tenaga kerja atau pekerja harian menurut KBBI adalah buruh atau karyawan yang upahnya
diperhitungkan setiap hari ia bekerja (jumlah hari kerjanya).
Pekerja harian lepas secara yuridis adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan untuk melakukan
pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu maupun kontinuitas dengan menerima upah
didasarkan atas kehadirannya secara harian.
hak pekerja harian lepas? Selain upah, pekerja harian juga berhak atas jaminan kecelakaan kerja
(“JKK”).
Berdasarkan Pasal 5 PP 44/2015 peserta program JKK terdiri dari:
Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara, meliputi:
Pekerja pada perusahaan, pada orang perseorangan, dan Orang asing yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 bulan.
Peserta bukan penerima upah, meliputi:
Pemberi kerja, Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan
Pekerja bukan penerima upah selain pekerja di luar hubungan kerja/mandiri.
Pekerja harian lepas termasuk sebagai kategori pekerja penerima upah yang dapat menjadi peserta
JKK.

Hak-Hak Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja


Setiap pekerja pada dasarnya berhak untuk menjadi peserta JKK yang wajib didaftarkan oleh pemberi
kerja selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Sehingga menjawab pertanyaan apakah tenaga harian lepas dapat BPJS Ketenagakerjaan? Jawabannya
adalah dapat, jika didaftarkan oleh pemberi kerja.
Hal ini juga dipertegas dalam UU SJSN bahwa prinsip sistem jaminan sosial nasional salah satunya
adalah kepesertaan bersifat wajib. Adapun, kepesertaan bersifat wajib ini dilaksanakan dengan cara
pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai program jaminan yang diikuti.
Adapun iuran JKK tersebut wajib dibayar oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara, berdasarkan
jumlah upah sebulan dan tingkat risiko pekerjaannya.
Berdasarkan Pasal 25 ayat (1) PP 82/2019 peserta yang mengalami kecelakaan kerja, berhak atas
manfaat JKK.
Apa itu kecelakaan kerja? Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya,
dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.[5]
JKK terdiri atas pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis dan santunan berupa uang.

Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis meliputi:[6]


pemeriksaan dasar dan penunjang;
perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
rawat inap kelas I rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, atau rumah sakit swasta
yang setara;
perawatan intensif;
penunjang diagnostik;
pengobatan;
pelayanan khusus;
alat kesehatan dan implan;
jasa dokter/medis;
operasi;
transfusi darah; dan/atau
rehabilitasi medik.
perawatan di rumah bagi Peserta yang tidak memungkinkan melanjutkan pengobatan ke rumah sakit;
dan
pemeriksaan diagnostik dalam penyelesaian kasus penyakit akibat kerja;
 
Santunan berupa uang meliputi:[7]
penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja,
ke rumah sakit dan/atau ke rumahnya, biaya pertolongan pertama pada kecelakaan dan rujukan ke
rumah sakit lain, dan/atau biaya transportasi bagi yang mengikuti program kembali kerja menuju dan
pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan serta balai latihan kerja;
santunan sementara tidak mampu bekerja;
santunan cacat sebagian anatomis, cacat sebagian fungsi, dan cacat total tetap;
santunan kematian dan biaya pemakaman;
santunan berkala yang dibayarkan sekaligus apabila peserta meninggal dunia atau cacat total tetap
akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja;
biaya rehabilitasi berupa penggantian alat bantu (orthose) dan/atau alat pengganti (prothese);
penggantian biaya gigi tiruan; dan/atau
beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau cacat total tetap akibat
kecelakaan kerja.
Siapakah yang Menanggung Biaya Kecelakaan Kerja?
Lantas, siapakah yang menanggung biaya jika pekerja mengalami kecelakaan kerja? Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa pemberi kerja wajib mendaftarkan pekerjanya pada program JKK.
Pada dasarnya, pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja berhak atas
manfaat JKK[8] yang dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Namun demikian, terhadap pemberi kerja yang menunggak iuran JKK sampai dengan 3 bulan berturut-
turut atau lebih, maka pemberi kerja wajib membembayarkan manfaat JKK kepada pekerja atau ahli
warisnya.[9] Setelah tunggakan iuran dan denda dilunasi, pemberi kerja dapat mengajukan permintaan
penggantian manfaat JKK pada BPJS Ketenagakerjaan.[10]
Adapun, mengenai santunan berupa uang penggantian biaya transportasi atau santunan sementara
tidak mampu bekerja karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka pemberi kerja wajib
membayarnya terlebih dahulu.[11]
Selanjutnya, pemberi kerja dapat meminta penggantian santunan berupa uang tersebut kepada BPJS
Ketenagakerjaan dengan melampirkan kuitansi biaya pengangkutan dan pertolongan pertama pada
kecelakaan serta bukti pembayaran upah selama pekerja tidak mampu pekerja atau santunan
sementara tidak mampu bekerja.[12]
Dengan demikian, dapat kami sampaikan bahwa pada dasarnya yang menanggung biaya dan
memberikan kompensasi berupa manfaat JKK bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja adalah BPJS Ketenagakerjaan.
Baca juga: Karyawan Sakit Tetap Berhak Terima Gaji, Ini Aturannya
Perkaya riset hukum Anda dengan analisis hukum terbaru dwi bahasa, serta koleksi terjemahan
peraturan yang terintegrasi dalam Hukumonline Pro, pelajari lebih lanjut di sini.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Dasar Hukum:
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian;
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua.
Referensi:
KBBI pekerja harian diakses pada Selasa, 1 November 2022, pukul 11.00 WIB.

[1] Pasal 1 angka 17 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua
(“Permenaker 5/2021”)
[2] Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian (“PP 44/2015”)
[3] Pasal 4 huruf g dan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
[4] Pasal 16 ayat (1) dan (3) PP 44/2015
[5] Pasal 1 angka 6 PP 44/2015
[6] Pasal 25 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian (“PP 82/2019”)
[7] Pasal 25 ayat (2) huruf b PP 82/2019
[8] Pasal 83 Permenaker 5/2021
[9] Pasal 91 ayat (1) dan (2) Permenaker 5/2021
[10] Pasal 91 ayat (3) dan (4) Permenaker 5/2021
[11] Pasal 114 ayat (1) Permenaker 5/2021
[12] Pasal 114 ayat (2) Permenaker 5/2021

Anda mungkin juga menyukai