Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat
madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya
itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia

Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu kepentingan
yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang
patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan
hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak memperoleh: 1) gaji,
tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5)
pengembangan kompetensi Sedangkan PPPK berhak memperoleh: 1) gaji dan tunjangan; 2) cuti; 3)
perlindungan; dan 4) pengembangan kompetensi

Sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara (UU ASN), Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berhenti bekerja berhak memperoleh jaminan
pensiun (JP) dan jaminan hari tua (JHT) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. JP dan
JHT dimaksud merupakan hak PNS untuk mendapatkan perlindungan kesinambungan penghasilan hari
tua sebagai penghargaan atas pengabdian sebagai PNS. Manfaat yang diberikan kepada PNS melalui
program JP dan JHT mencakup manfaat dari program yang sama yang diberikan dalam program jaminan
sosial nasional sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Lebih lanjut, berkenaan dengan program-program tersebut, pembiayaan
program JP dan JHT dibebankan kepada APBN mengingat pemerintah merupakan pemberi kerja PNS.
Selanjutnya, berdasarkan latar belakang tersebut di atas perlu adanya pengaturan lebih lanjut dari
pemerintah mengenai pengelolaan program JP dan JHT PNS. Hal tersebut sesuai dengan amanat UU
ASN Pasal 91 ayat (6)1. Dengan adanya Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua PNS diharapkan pada
saat seorang PNS menjalani masa tuanya dan pensiun dari pegawai negeri, kesejahteraan mereka tetap
terjamin.
PEMBAHASAN

PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PNS diberikan jaminan pensiun apabila:

1. meninggal dunia;

2. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;

3. mencapai batas usia pensiun;

4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini;

5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.

Jaminan Pensiun PNS (JP PNS) adalah "jaminan berupa manfaat pensiun PNS sebagai bentuk
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, hak, dan penghargaan atas pengabdian PNS".

Sedangkan Jaminan Hari Tua PNS (JHT PNS) adalah "Jaminan berupa manfaat tabungan PNS
yang bersifat sukarela sebagai bentuk perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, hak,
dan penghargaan atas pengabdian PNS".

Manfaat Pensiun PNS adalah "sejumlah uang yang berasal dari iuran Pemerintah dan iuran
Pegawai Negeri Sipil setiap bulan beserta hasil pengembangannya yang digunakan untuk
membayar pensiun setiap bulan".

Manfaat Tabungan PNS adalah "sejumlah uang yang berasal dari iuran Pemerintah dan iuran
PNS setiap bulan beserta hasil pengembangannya yang diberikan pada saat masih aktif sebagai
PNS, diberhentikan sebagai PNS sebelum batas usia pensiun, dan/atau pada saat pensiun".

A.Jaminan Hari Tua


JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia
pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.Setiap pemberi kerja selain
penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya dalam program JHT kepada
BPJS Ketenagakerjaan sesuai penahapan kepesertaan dan pekerja berhak untuk mendaftarkan
diri sebagai peserta program JHT atas tanggungan pemberi kerja apabila pemberi kerja telah
nyata-nyata tidak mendaftarkan pekerjanya pada BPJS Ketenagakerjaan.
 
Berdasarkan Pasal 4 PP 46/2015, peserta program JHT terdiri atas:

a. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara,
meliputi:

1. Pekerja pada perusahaan;


2. Pekerja pada orang perseorangan; dan
3. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan.

b. Peserta bukan penerima upah, meliputi:

1. Pemberi Kerja;
2. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan
3. Pekerja yang tidak termasuk di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri yang bukan
menerima upah.

Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang dibayarkan apabila peserta berusia 56 tahun,
meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.Besarnya manfaat JHT yang akan dibayarkan
secara sekaligus adalah sebesar nilai akumulasi seluruh iuran yang telah disetor ditambah hasil
pengembangannya yang tercatat dalam rekening perorangan peserta.
Selain manfaat sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, peserta memperoleh manfaat
layanan tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan dan/atau manfaat lain.Manfaat
layanan tambahan tersebut dibiayai dari dana investasi JHT sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Merujuk pada Penjelasan Pasal 25 ayat (1) PP 46/2015, khusus mengenai fasilitas pembiayaan
perumahan secara tunai dilakukan melalui lembaga keuangan berupa pinjaman uang muka
perumahan (rumah tapak dan rumah susun), kredit pemilikan rumah (rumah tapak dan rumah
susun), rumah susun sederhana sewa dan pinjaman renovasi perumahan.
 
Penerima manfaat JHT adalah peserta dalam kondisi apabila:

a. Peserta mencapai usia pensiun, termasuk pula peserta yang berhenti bekerja;
b. Peserta mengalami cacat total tetap; atau
c. Peserta meninggal dunia, termasuk jika meninggal sebelum mencapai usia
pensiun, sehingga manfaat JHT diberikan kepada ahli waris yang sah

B.Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai perlindungan
kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian
PNS. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari
tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional. Sumber pembiayaan jaminan pensiun
dan jaminan hari tua PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang
bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan program jaminan pensiun dan
jaminan hari tua PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia
Mengacu pada Pasal 2 PP 45/2015, peserta yang dimaksud terdiri atas:

a. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara; dan


b. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara.

Kemudian, menurut Pasal 14 ayat (1) dan (2) PP 45/2015, penerima manfaat pensiun terdiri atas:

a. Peserta;
b. Satu orang istri atau suami yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. Paling banyak 2 orang anak dan jika anak peserta yang lahir paling lama 300 hari setelah
putusnya hubungan pernikahan istri atau suami yang telah terdaftar dinyatakan sah atau
setelah peserta meninggal dunia, maka anak tersebut dapat didaftarkan sebagai penerima
manfaat pensiun; atau
d. Satu orang Orang Tua.
Perlu diketahui bahwa merujuk pada Pasal 15 ayat (2) dan (3) PP 45/2015 telah dinyatakan
secara tegas bahwa mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya
bertambah 1 tahun untuk setiap 3 tahun berikutnya sampai mencapai usia pensiun 65 tahun.
 
Selain itu, jenis manfaat pensiun berupa.

a. Pensiun hari tua

Manfaat pensiun hari tua diterima oleh peserta yang telah mencapai usia pensiun dan
telah memiliki masa iuran paling singkat 15 tahun yang setara dengan 180 bulan

b. Pensiun cacat

Manfaat pensiun cacat diterima oleh peserta yang mengalami cacat total tetap sebelum
mencapai usia pensiun. Penetapan cacat total tetap tersebut dilakukan oleh dokter
penasihat, dokter yang merawat, dan/atau dokter pemeriksa

c. Pensiun Janda atau Duda

Manfaat pensiun janda atau duda diterima oleh istri atau suami dari peserta yang
meninggal dunia. Besar manfaat pensiun janda atau duda dihitung sebesar

1. 50% dari formula manfaat pensiun, untuk peserta yang meninggal dunia sebelum
menerima manfaat pensiun; atau
2. 50% dari manfaat pensiun hari tua atau manfaat pensiun cacat, untuk peserta yang
meninggal dunia setelah menerima manfaat pensiun.

d. Pensiun Anak

Manfaat pensiun anak diterima oleh anak dalam hal:

1. Peserta meninggal dunia dan tidak mempunyai istri atau suami; atau
2. Janda atau duda dari peserta meninggal dunia atau menikah lagi.

  Besar manfaat pensiun anak dihitung sebesar:

1. 50% dari formula manfaat, untuk peserta yang meninggal dunia sebelum menerima
manfaat pensiun dan tidak mempunyai janda atau duda;
2. 50% dari manfaat pensiun hari tua atau manfaat pensiun cacat, untuk peserta yang
meninggal dunia setelah menerima manfaat pensiun dan tidak mempunyai janda atau
duda; atau
3. 50% dari manfaat pensiun janda atau duda, untuk janda atau duda yang meninggal dunia
atau menikah lagi.

e. Pensiun Orang Tua

Manfaat pensiun orang tua diterima oleh orang tua dalam hal peserta meninggal dunia
dan tidak mempunyai istri, suami, atau anak. Besar manfaat pensiun orang tua tersebut
dihitung sebesar:

1. 20% dari formula manfaat pensiun, untuk peserta yang meninggal dunia sebelum
menerima manfaat pensiun; atau
2. 20% dari manfaat pensiun hari tua atau manfaat pensiun cacat, untuk peserta yang
meninggal dunia setelah menerima manfaat pensiun.

Dalam Pasal 24 ayat (1) PP 45/2015 dijelaskan bahwa peserta yang mencapai usia pensiun
sebelum memenuhi masa iuran 15 tahun, maka peserta tersebut tetap berhak mendapatkan
seluruh akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya.

 Perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun


Dari uraian di atas, maka akan kami ringkas supaya lebih jelas melalui tabel di bawah ini:
 
C.PERLINDUNGAN

Perlindungan Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:


1. jaminan kesehatan;
2. jaminan kecelakaan kerja;
3. jaminan kematian; dan
4. bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian
mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.
Bantuan hukum, berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan
terkait pelaksanaan tugasnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
CONTOH Permasalahan dan solusi :

N PERMASALAHAN DI UNIT KERJA SOLUSI


O
1. Kurangnya pengetahuan ASN tentang PT.Taspen dan BPJS ketenagakerjaan
informasi jaminan hari Tua dan jaminan bekerjasama untuk melakukan
pensiunan penyuluhan atau sosisalisasi kepada
ASN
2. Perhitungan gaji pensiunan lebih kecil dengan Melakukan kerjasama program pensiun
total penghasilan PNS yang masih aktif (gaji seperti masa pensiun tetap dapat
pokok dan tunjangan) memperoleh pendapatan sebesar 66%
dari total gaji saat bekerja.
3. Pengklaiman dana jaminan hari tua dan harus merubah system pengklaiman.
pensiun dinilai kurang efektif karena
prosesnya lama.
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas dapat di tarik kesimpulan :

PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Namun ada beberapa masalah terkait jaminan hari tua
dan jaminan pensiun seperti kurangnya pengetahuan PNS tentang informasi jaminan hari tua dan
jaminan pensiun, dana pensiun dinilai lebih kecil,dan pengklaiman jaminan hari tua dan jaminan
pensiun kurang efektif karena proses klaim yang lama.

Oleh karena itu , diharapkan kepada perusahaan /pemerintah pengurus klaim bisa
menindaklanjuti masalah yg terjadi sehingga bisa teratasi.

Anda mungkin juga menyukai