Anda di halaman 1dari 15

Nama Anggota Kelompok :

1. Muthi’ah Finisyaputri B1A115027


2. Alfanita Purnama B1A115073

BAB V KEDUDUKAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerjayang bekerja
pada instansi pemerintah.
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya Disebut Pegawai ASN adalah
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerjayang diangkat
oleh pejabat pembina kepegawaiandan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesiayang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetapoleh pejabat pembina kepegawaianuntuk menduduki jabatan pemerintahan.

Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat


PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintahan.

Dari penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Aparatur sipil
negara (ASN) adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut
Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 8 Undang-Undang No 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa :
“Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara”
Fungsi ASN

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara :

Pegawai ASN berfungsi sebagai:


a. pelaksana kebijakan publik;
b. pelayan publik; dan
c. perekat dan pemersatu bangsa.

Tugas ASN

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara :

Pegawai ASN bertugas:


a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Peran ASN

Pasal 12 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara :

Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas


penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan Pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
.
Karna besarnya tugas tersebut maka timbul lah hak dan kewajiban pns dan
pppk,
1. Hak Pegawai Negeri Sipil
Sesuai Pasal 21 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
bahwa PNS berhak memperoleh gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan
pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi.
Adapun penjelasan dari hak-hak yang dimiliki oleh PNS yakni :

a) Berhak Memperoleh Gaji, Tunjangan, dan Fasilitas


Gaji adalah kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan beban kerja,
tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.PNS sebagai pegawai tetap pemerintah berhak mendapatkan
gaji dan tunjangan sesuai beban pekerjaan dan tanggung jawabnya agar
mendapatkan kesejahteraan secara adil.

b) Berhak Memperoleh Cuti


PNS juga berhak mendapatkan fasilitas untuk pengembangan kompetensi
dan cuti serta biaya perawatan pada saat sakit. Apabila dalam menjalankan
tugasnya menderita cacat jasmani atau cacat rohani yang mengakibatkan tidak
dapat bekerja lagi tetap berhak mendapatkan tunjangan.

c) Berhak Memperoleh jaminan pensiun dan jaminan hari tua


Demikian pula pada saat wafat dalam masa jabatan berhak mendapatkan
uang duka, sedangkan yang hidup hingga masa pensiun diberikan hak berupa
uang pensiun sesuai persyaratan yang ditentukan.

d)Berhak Memperoleh perlindungan


PNS juga berhak mendapat perlindungan atass kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi padanya.

e) Berhak Memperoleh pengembangan kompetensi


Dalam hidupnya, PNS juga memiliki hak untuk mengembangkan potensi
dan kompetensi yang ia miliki, dan potensi tersebut haruss dihormati dan
dihargai oleh semua pihak.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen

Pegawai Negeri Sipil (PNS) memuat aturan tentang cuti bagi Pegawai Negeri

Sipil (PNS). Bunyi Pasal 309 ayat (3) PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) “Cuti bagi PNS yang ditugaskan pada

lembaga yang bukan bagian dari kementerian atau lembaga diberikan oleh

pimpinan lembaga yang bersangkutan kecuali cuti di luar tanggungan

Negara”. Dalam PP ini disebutkan, cuti terdiri atas:


a. Cuti Tahunan

PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun secara

terus menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya hak atas cuti tahunan

sebagaimana dimaksud adalah 12 (dua belas) hari kerja.

b. Cuti Besar

PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) secara terus menerus, menurut

PP ini. berhak lama 3 (tiga) bulan. Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun

secara terus menerus dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya belum 5

(lima) tahun, untuk kepentingan agama. PNS yang menggunakan hak atas cuti

besar, menurut PP ini,  tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang

bersangkutan.

c. Cuti Sakit

Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. PNS yang sakit lebih

dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, menurut PP ini, berhak

atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan

permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi

wewenangng untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan surat

keterangan dokter.

d. Cuti Melahirkan

Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat

menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. Untuk kelahiran anak keempat dan

seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar. Lamanya cuti melahirkan

sebagaimana dimaksud adalah 3 (tiga) bulan.

e. Cuti Karena Alasan Penting


PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila: a. ibu, bapak, isteri atau

suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu salit keras atau meninggal

dunia; b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a

meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan PNS yang

bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang

meninggal dunia; atau c. Melangsungkan perkawinan.

f. Cuti Bersama

Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama sebagaimana

dimaksud tidak mengurangi hak cuti tahunan. PNS yang karena Jabatannya

tidak diberikan hak atas cuti bersama, menurut PP ini, hak cuti tahunannya

ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan. Cuti

bersama sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

g. Cuti di Luar Tanggungan Negara

PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus-
menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di luar
tanggungan negara. Cuti di luar tanggungan negara itu dapat diberikan untuk
paling lama 3 (tiga) tahun

2. Hak Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)


Sedangkan Pegawai Tidak Tetap Pemerintah berhak mendapatkan
honorarium yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung
jawabnya, tunjangan, biaya kesehatan, uang duka, cuti dan pengembangan
kompetensi. Sesuai pasal 22 Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara bahwa PPPK berhak memperoleh :
A. Gaji dan tunjangan
Gaji adalah kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan
beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.PNS sebagai pegawai tetap
pemerintah berhak mendapatkan gaji dan tunjangan sesuai beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya agar mendapatkan kesejahteraan secara
adil.
B. Cuti
Cuti yang bisa diperoleh ada banyak jenisnya. Jenis jenis cuti
tersebut meliputi : Cuti Tahunan, Cuti Besar, Cuti Sakit, Cuti Bersalin,
Cuti karena Alasan Penting,Cuti di Luar Tanggungan Negara. Selama
menjalankan cuti, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tetap akan
menerima penghasilan penuh, kecuali dalam cuti besar dan cuti di luar
tanggungan negara
C. Perlindungan
PNS juga berhak mendapat perlindungan atass kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi padanya.
D. Pengembangan kompetensi
Dalam hidupnya, PNS juga memiliki hak untuk mengembangkan
potensi dan kompetensi yang ia miliki, dan potensi tersebut haruss
dihormati dan dihargai oleh semua pihak.

Kewajiban ASN, terdapat pada pada pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara :

Pegawai ASN wajib:

a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang,baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kewajiban Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
Dalam menjalankan tugasnya, pegawai negeri sipil memiliki beberapa
kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;dan
c. mempererat persatuyan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kewajiban Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)


Salah satu unsur manajemen Aparatur Sipil Negara adalah penggajian,
tunjangan, kesejahteraan, dan penghargaan. Gaji, tunjangan, dan kesejahteraan yang
adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya sekaligus
merupakan hak pegawai ASN. Gaji harus dapat memacu produktivitas dan menjamin
kesejahteraan Pegawai ASN. Gaji dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Selain gaji, pemerintah daerah dapat memberikan tunjangan kepada Pegawai
ASN di daerah sesuai dengan tingkat kemahalan. Dalam pemberian tunjangan,
Pemerintah Daerah wajib mengukur tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga
yang berlaku di daerahnya masing-masing. Tunjangan daerah tersebut dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diatur dengan peraturan
daerah.
Selain gaji dan tunjangan, Pemerintah memberikan jaminan sosial kepada
Pegawai ASN yang dimaksudkan untuk menyejahterakan Pegawai ASN. Pegawai
ASN yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran dan
kedisiplinan dalam melaksanakan tugasnya dianugerahkan tanda kehormatan
Satyalencana. Tanda kehormatan diberikan secara selektif hanya kepada Pegawai
ASN yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang
undangan. Setiap penerima tanda kehormatan berhak atas penghormatan dan
penghargaan dari negara. Penghormatan dan penghargaan dapat berupa:

1) pengangkatan atau kenaikan jabatan secara istimewa;


2) pemberian sejumlah uang sekaligus atau berkala; dan/atau
3) hak protokol dalam acara resmi dan acara kenegaraan.
Hak memakai Satyalancana dicabut apabila Pegawai ASN yang bersangkutan
dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai Pegawai ASN atau tidak lagi memenuhi syarat syarat yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencabutan tanda kehormatan ditetapkan
dengan Keputusan Presiden setelah mendengar pertimbangan Dewan Gelar, Tanda Jasa,
dan Tanda Kehormatan atas usul Pejabat yang Berwenang.
1. Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan hukum serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap Pegawai ASN dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Perlindungan hukum meliputi perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya dan memperolehbantuan hukum secara cuma cuma terhadap kesalahan yang
dilakukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sampai putusan terhadap perkara
tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap. Perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja meliputi perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko
lain.
2. Hak Menduduki Jabatan Negara
Pegawai ASN yang mencalonkan diri untuk jabatan politik mengajukan
permohonan berhenti sebagai Pegawai ASN sejak masa pencalonan. Pegawai ASN yang
diangkat pada jabatan negara diberhentikan sementara dari jabatan yang didudukinya dan
tidak kehilangan status sebagai Pegawai ASN. Pegawai ASN yang tidak menjabat lagi
pada jabatan negara diangkat kembali sebagai Pegawai ASN. Pegawai Eksekutif Senior
yang tidak menjabat lagi pada jabatan negara diangkat kembali untuk menduduki jabatan
administratif atau jabatan fungsional. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pegawai ASN yang
menduduki jabatan politik dan jabatan negara diatur dengan Peraturan Menteri.
Sedangkan di pasal 23 Undang-UndangNomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara kewajiban ASN:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai hak PNS, hak PPPK, dan kewajiban Pegawai
ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 diatur dengan
Peraturan Pemerintah
Mengenai pemberhenti, UU ASN ini menyebutkan, bahwa PNS diberhentikan
dengan hormat karena:
a. Meninggal dunia
b. Atas permintaan sendiri
c. Mencapai batas usia pension
d. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun diri;
atau
e. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena hukuman
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan pidana yang dilakukan tidak berencana.
PNS juga dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena
melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
Adapun PNS diberhentikan dengan tidak hormat karena:
1. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945;
2. Dihukum  penjara  atau  kurungan  berdasarkan  putusan   pengadilan  yang
telahmemiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan dan/atau pidana umum;
3. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; dan
4. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan pindana yang dilakukan dengan berencana.
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini menyebutkan, PNS
diberhenikan sementara apabila:
2. Diangkat menjadi pejabat negara;
3. Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga non structural
4. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.

Karna ada hak dan kewajiban maka ASN diberikan perlindungan apabila tidak
melaksanakan kewajiban dan tidak diberikan hak nya bagaimana upaya hukumnya,
kaitkan dengan penegakkan hukum / peradilan kepegawaian

Pemerintah wajib memberikan perlindungan hukum serta perlindungan


keselamatan dan kesehatan kerja terhadap Pegawai ASN dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Perlindungan hukum meliputi perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya dan memperolehbantuan hukum secara cuma cuma terhadap kesalahan yang
dilakukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sampai putusan terhadap perkara
tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap. Perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja meliputi perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko
lain.
Pasal 92 UU NO 5 Th 2015 tentang Aparatur Sipil Negara
(1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan kematian; dan
d. bantuan hukum
.
Upaya hukum apabila kewajiban tidak dilaksanakan

Pasal 8

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat


(2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
2. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja;
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja;
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 5 (lima) hari kerja;
b. teguran tertulis bagi PNS, yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari
kerja; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) sampai
dengan 15 (lima belas) hari kerja;
10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan
dengan tidak sengaja;
13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila
pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; dan
14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
Pasal 9

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat


(3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
1. mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 1, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah;
2. mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah;
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi
instansi yang bersangkutan;
4. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi
yang bersangkutan;
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi
yang bersangkutan;
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang
bersangkutan;
10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi
PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16
(enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua
puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 26 (dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari
kerja;
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja
pada akhir tahun hanya mencapai 25% (dua puluh lima persen)
sampai dengan 50% (lima puluh persen);
13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan
dengan sengaja;
16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila
pelanggaran dilakukan dengan sengaja; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.
Pasal 10

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)


dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
2. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;
5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/atau negara;
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah
dan/atau negara;
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau
negara;
8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;
9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama
31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari
kerja;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau
fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang
sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat
puluh) hari kerja;
c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai
dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi
PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46
(empat puluh enam) hari kerja atau lebih;
10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja
pegawai pada akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima
persen);
11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau
negara;
12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara.

Anda mungkin juga menyukai