1. Pejabat negeri
2. Pegawai negeri
Pejabat Negara
Pejabat negara adalah pimpinan dan anggota_ Lembaga tertinggi/
tinggi negara sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
dan pejabat negara yang ditentukan oleh undangundang
Pegawai negeri sipil (PNS) masih dikelompokkan dalam dua jenisPNS, yakni
PNS pusat dan PNS daerah.
Terhadap PNS yang menunjukkan dedikasi yang luar biasa, menurut ketetuan PP
Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2009
tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, dimungkinkan
untuk diberikan tanda kehormatan dari Pemerintah RI. Salah satu tanda kehormatan
yang dapat diberikan kepada PNS adalah tanda kehormatan satya lencana
kesetiaan.
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Instrumen Hukum Disiplin PNS
Instrumen hukum yang mengatur disiplin pegawai negeri sipil diatur dengan PP Nomor
53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Pelaksanaannya kemudian dengan Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
Pemberian kewajiban dasar bagi seorang PNS diuraikan dalam Pasal 3 PP Nomor 53 Tahun
2010 bertujuan membentuk suatu karakter moral
Sementara itu juga terdapat larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pe-
gawai. Pelanggaran atas larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan dapat dikenakan
salah satu dari sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 7 PP Nomor 53 Tahun
2010
Instrumen Hukum Disiplin PNS
Pasal 7 PP Nomor 53 Tahun 2010 yang memerinci sanksi sebagai berikut:
1) hukuman disiplin ringan,
2) 2) hukuman disiplin sedang,
3) 3) hukuman disiplin berat.
Dalam sanksi disiplin ringan ini, jenisnya meliputi beberapa hal:
4) penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun:
2) penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun
3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun.
Instrumen Hukum Disiplin PNS
Sanksi disiplin berat yang dapat dijatuhkan bagi PNS yang melakukan pelanggaran berat,
menurut PP Nomor 53 Tahun 2010, sebagai berikut.
1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun.
2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.
3) Pembebasan dari jabatan.
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.
5) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Penjatuhan sanksi pada pns
Sanksi disiplin berat dikenakan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran
kewajibannya selaku pegawai negeri, seperti pelanggaran kewajiban sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 angka 3 sampai dengan 10, Pasal 3 angka 13 dan 17 yang berakibat
negatif bagi pemerintah atau negara.
Penyampaian keputusan penjatuhan sanksi disiplin dilakukan pada saat akhir dari peroses
pemeriksaan, jika PNS terhukum ternyata tidak hadir, keputusan tersebut harus sudah
dikirimkan kepada PNS terhukum paling lambat 14 hari sejak keputusan ditetapkan.
PNS terhukum tersebut diperkenankan untuk mengajukan upaya hukum. Upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh pegawai terhukum yang tidak puas terhadap hasil keputusan penjatuhan
sanksi disiplin dapat ditempuh melalui dua jenis jalur upaya hukum:
1) keberatan,
2) banding.
Penjatuhan sanksi pada pns
Pengajuan keberatan harus dilakukan oleh pegawai terhukum paling lambat 14 hari sejak
diterimanya keputusan penghukuman disiplin dan ditujukan kepada atasan dari pejabat yang
berwenang menjatuhkan sanksi hukuman disiplin. Atas permohonan keberatan(tertulis)
yang diajukan oleh pegawai terhukum, pejabat penghukum harus memberikan tanggapan
paling lambat enam hari sejak tanggal diterimanya permohonan keberatan
disampaikan kepada atasan pejabat penghukum. Jika pejabat penghukum selama
batas waktu enam hari tidak memberikan tanggapan, atasan pejabat penghukum dapat
memutus berdasarkan data yang ada. Atasan pejabat penghukum menerima tanggapan
dari pejabat penghukum dalam tempo 21 hari sejak diterimanya permohonan keberatan dari
pegawai terhukum. Substansi keputusan yang dapat diambil oleh atasan pejabat penghukum
terhadap permohonan keberatan tersebut:
1. memperberat sanksi, 2. mengurangi atau memperingan sanksi,
3. menguatkan keputusan.
Perkawinan Pegawai
pengaturan masalah kedisiplinan pegawai, khususnya yang menyangkut
perkawinan yang diatur dalam PP Nomor 10 Tahun 1983 yunto PP Nomor 45 Tahun 1990.
Dalam ketentuan tersebut, diatur bahwa setiap PNS wajib memberitahukan perkawinan
dan mendapatkan izin untuk perceraian. PNS yang akan melangsungkan perkawinan yang
pertama wajib memberitahkan perkawinannya paling lambat satu tahun setelah
perkawinannya. Hal tersebut juga berlaku bagi janda/duda yang akan melangsungkan
perkawinan lagi.
Izin cerai bagi PNS juga diperlukan, baik selaku penggugat maupun selaku tergugat. Namun,
izin tersebut harus didasarkan pada alasanalasan yang dibenarkan oleh peraturan yang berlaku
(UU Nomor 1 Tahun 1974).
Perceraian Pegawai
izin perceraian yang didasarkan alasan bahwa istri menderita cacat atau penyakit
yang menyebabkan tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri tidak bisa diberikan.
Berdasarkan Pasal 7 ayat 3 PP Nomor 10 Tahun 1983 yunto PP Nomor 45 Tahun 1990, izin
perceraian juga tidak akan diberikan oleh pejabat pemberi izin apabila hal tersebut:
1) bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut pegawai negeri sipil yang
bersangkutan;
2) tidak ada alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
3) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan/atau
4) alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.
Perkawinan Poligami Pegawai
izin perceraian yang didasarkan alasan bahwa istri menderita cacat atau penyakit
yang menyebabkan tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri tidak bisa diberikan.
Berdasarkan Pasal 7 ayat 3 PP Nomor 10 Tahun 1983 yunto PP Nomor 45 Tahun 1990, izin
perceraian juga tidak akan diberikan oleh pejabat pemberi izin apabila hal tersebut:
1) bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut pegawai negeri sipil yang
bersangkutan;
2) tidak ada alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
3) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan/atau
4) alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.
Perkawinan Poligami Pegawai
izin perceraian yang didasarkan alasan bahwa istri menderita cacat atau penyakit
yang menyebabkan tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri tidak bisa diberikan.
Berdasarkan Pasal 7 ayat 3 PP Nomor 10 Tahun 1983 yunto PP Nomor 45 Tahun 1990, izin
perceraian juga tidak akan diberikan oleh pejabat pemberi izin apabila hal tersebut:
1) bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut pegawai negeri sipil yang
bersangkutan;
2) tidak ada alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
3) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan/atau
4) alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.
Perkawinan Poligami Pegawai
Izin juga diwajibkan bagi PNS pria yang akan melangsungkan perkawinan dengan istri
kedua atau lebih. Tentunya PNS tersebut juga wajib memenuhi syarat alternatif dan syarat
kumulatif sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat 2 dan 3 PP 10 Tahun 1983. Syarat
alternatif bagi PNS yang akan melakukan poligami sebagai berikut.
1) Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.
2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Perkawinan Poligami Pegawai
Sementara itu, syarat kumulatif yang menjadi alasan PNS pria untuk poligami
meliputi:
1) ada persetujuan tertulis dari istri;
2) pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk
membiayai lebih dari seorang istri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan
3) ada jaminan tertulis dari pegawai negeri sipil yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku
adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Seorang PNS pria yang akan melakukan
poligami wajib untuk memenuhi salah satu syarat alternatif dan memenuhi semua
syarat kumulatif.
Perkawinan Poligami Pegawai
Permohonan untuk cerai diajukan secara tertulis dan dipertimbangkan oleh pejabat pemberi
izin dalam waktu paling lama tiga bulan. Atas dasar permohonan dari PNS yang mau
melaksanakan poligami tersebut, pejabat pemberi izin akan mempertimbangkannya.
Meskipun memenuhi syarat yang ditetapkan, pejabat pemberi izin dapat menolak
permohonan poligami tersebut apabila terjadi hal-hal berikut:
1) bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut pegawai negeri sipil yang
bersangkutan;
2) tidak memenuhi syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif;
3) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat;
5) ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan.
Sanksi Poligami Pegawai
PNS yang melaksanakan poligami atau melakukan perceraian tanpa izin dari pejabat yang
berwenang akan dikenai sanksi hukuman disiplin berat, berupa pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri. PNS wanita, berdasarkan PP Nomor 45 Tahun 1990, tidak
diperkenankan untuk menjadi istri kedua, ketiga, dan seterusnya, baik dari seorang PNS
maupun bukan PNS.
Penghargaan kepada Pegawai
Dalam manajemen kepegawaian, selain dikenakan sanksi disiplin bagi PNS pelanggar disiplin
sebagaimana diuraikan di atas, juga diberikan satu penghargaan berupa promosi kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi daripada yang lalu. Kenaikan pangkat PNS dapat
dikelompokkan dalam dua jenis:
1) kenaikan pangkat reguler,
2) kenaikan pangkat pilihan.
Kenaikan pangkat reguler merupakan kenaikan pangkat yang didasarkan pada
penghargaan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil karena teah memenuhi syarat
yang ditentukan, tanpa terikat pada jabatan. Sementara itu, kenaikan pangkat pilihan
diberikan karena adanya kepercayaan dan penghargaan yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil tertentu yang disebabkan prestasi kerjanya yang tinggi.
Penghargaan kepada Pegawai
Di samping promosi dalam kenaikan pangkat, bentuk promosi lain adalah pengangkatan
seorang PNS dalam jabatan tertentu. Sistem promosi bagi PNS secara umum dapat dibagi
dalam dua model:
1) merit system
2) spoil system.
Merit system merupakan pola promosi pegawai berdasarkan kemampuan, prestasi, dan
kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai. Sementara itu, spoil system merupakan pola
promosi yang lebih menekankan sisi hubungan dengan partai atau kelompok yang berkuasa.