Jawab :
Pegawai yang ditugaskan di kantor pemerintahan daerah setingkat Provinsi, Kota, Kabupaten ataupun Desa.
Hampir sama dengan PNS yang bertugas di pusat, PNS daerah juga berperan mengambil bagian dalam
kebijakan yang mendukung kesejahteraan rakyat.
Contohnya : Pegawai Daerah
2. Jelaskan bagaimanakah cara mengisi formasi pegawai daerah, pemberhentiannya dan pembinaannya?
Jawab :
Cara Mengisi Formasi Pegawai Daerah
- Lowongan formasi Pegawai Daerah Daerah diumumkan seluas-luasnya oleh Kepala Daerah selaku Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah melalui media massa dan/atau bentuk lainnya, paling lambat 15 (lima belas)
hari sebelum tanggal penerimaan lamaran.
- Lowongan formasi pengadaan Pegawai Daerah Daerah berpedoman sesuai dengan bunyi Pasal 6 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002, Untuk formasi pengadaan Pegawai Daerah Daerah
dilaksanakan oleh suatu panitia yang bentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam hal ini
Gubernur, Bupati/ Walikota melalui Ujian Penyaringan. Adapun prosedur/tata cara pengadaan sampai dengan
pengangkatan Calon Pegawai Daerah Daerah, adalah sebagai berikut :
a) Pada tahap awal bahwa bagi setiap pelamar yang berminat, terlebih dahulu harus memperhatikan dengan
teliti mengenai pengumuman lowongan formasi yang dibutuhkan harus sesuai dengan jenis jabatan yang
lowong, syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar, alamat dan tempat lamaran ditujukan,dan batas waktu
pengajuan lamaran.
b) Selanjutnya bagi pelamar yang berminat menyampaikan berkas lamaran melalui panitia yang telah dibentuk
oleh Kepala Daerah;
c) Berkas lamaran yang telah diterima, kemudian diperiksa, diteliti, dan dipilah-pilah oleh panita, telah/tidak
memenuhi persyaratan untuk disesuaikan dengan lowongan formasi yang dibutuhkan berdasarkan kualifikasi
pendidikan;
d) Bagi pelamar yang dianggap memenuhi persyatan yang ditentukan, selanjutnya diberikan nomor test
peserta untuk mengikuti seleksi penyaringan penerimaan Pegawai Daerah Daerah;
e) Bagi pelamar yang telah memperoleh nomor test, diharuskan untuk mengikuti test dalam 2 (dua) tahap,
tahap pertama mengikuti test tetulis, dan tahap kedua test psikotest;
f) Hasil test tetulis diumumkan melalui media cetak atau media elektronik, bagi peserta yang dinyatakan tidak
lulus test tertulis dianggap gugur, dan bagi peserta yang lulus test tertulis diharuskan mengikuti test
selanjutnya yaitu test psikotest;
g) Dari hasil test tertulis dan test psikotest direkap kembali oleh panitia, kemudian hasil rekapitulasi penilaian
test tersebut dirangking dari nilai tertinggi sampai dengan nilai yang terendah;
h) Seleksi penerimaan Calon Pegawai Daerah Daerah mulai dari pelaksanan sampai dengan hasil test
penilaian akhir dilaporkan oleh panitia kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah;
i) Sebelum ditetapkan Bakal Calon Pegawai Daerah Daerah, terlebih dahulu diadakan rapat antara Kepala
Daerah dengan Panitia, dan penentuan akhir dari hasil seleksi tesebut, dimusyawarahkan untuk ditetapkan
nama-nama peserta test yang dianggap memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Calon Pegawai Daerah
Daerah.
- Untuk selanjutnya Gubernur, Bupati/Walikota selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menetapkan dan
mengumumkan pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan.
- Bagi pelamar yang dinyatakan lulus ujian, wajib menyerahkan kelengkapan administrasi.
- Daftar pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Kepala
Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk mendapat Nomor Identitas Pegawai Daerah (NIP).
- Setelah Nomor Identitas Pegawai Daerah (NIP) diperoleh, maka Gubernur, Bupati/Walikota sebagai
menetapkan Pengangkatan Calon Pegawai Daerah Daerah dengan sebuah Keputusan yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah, dan dilakukan dalam tahun anggaran berjalan serta penetapannya tidak boleh berlaku surut.
Pemberhentian Pegawai Daerah
Pemberhentian terdiri atas :
1. Pemberhentian sebagai Pegawai Daerah dan
2. pemberhentian dari jabatan negeri.
Pemberhentian sebagai Pegawai Daerah adalah pemberhentian yang menyebabkan yang bersangkutan
tidak lagi berkedudukan sebagai Pegawai Daerah. Pemberhentian dari jabatan negeri adalah
pemberhentian yang menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan organisasi
Negara, tetapi masih berkedudukan sebagai Pegawai Daerah. Jenis-Jenis Pemberhentian Sebagai Pegawai
Daerah. Pemberhentian sebagai Pegawai Daerah terdiri atas pemberhentian dengan hormat sebagai
Pegawai Pegawai Daerah dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Daerah. Pegawai
Daerah yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Daerah menerima hak-hak kepegawaiannya
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku antara lain hak atas pensiun. Pegawai Daerah
yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Daerah, kehilangan hakhak kepegawaiannya
antara lain pensiun.
Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Pegawai Daerah Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai
Daerah meliputi :
1. Meninggal Dunia
2. Atas Permintaan sendiri.
Pada prinsipnya Pegawai Daerah yang mengajukan permintaan berhenti, dapat diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Daerah. Permintaan berhenti tersebut dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun,
apabila kepentingan dinas yang mendesak. Permintaan berhenti dapat ditolak apabila Pegawai Daerah
yang bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja pada Pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, atau masih ada sesuatu hal yang harus dipertanggungjawabkan.
1. Mencapai Batas Usia Pensiun
Batas Usia Pensiun (BUP) Pegawai Daerah (PNS) pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS, yaitu 56 (lima puluh enam)
tahun. Dan PP Nomor 32 Tahun 1979 ini telah dua kali mengalami perubahan yaitu dengan PP Nomor
1 Tahun 1994 dan PP Nomor 65 Tahun 2008. Perpanjangan usia pensiunan sendiri terbagi menjadi
tiga bagian yakni:
1. Perpanjangan batas usia pensiun sampai 65 tahun untuk PNS yang memangku jabatan peneliti
madya dan peneliti utama dengan tugasnya secara penuh di bidang penelitian atau jabatan lain
yang ditentukan oleh Presiden. Kemudian perpanjangan batas usia pensiun bagi PNS yang
memangku jahatan struktural Eselon I tertentu pada saat sampai dengan 62 (enam puluh dua)
tahun, memperhatikan dengan tegas persyaratan sebagai berikut :
o Memiliki keahlian dan pengalaman yang sangat dibutuhkan organisasi;
o Memiliki kinerja yang baik;
o Memiliki moral dan integritas yang baik dan; o Sehat jasmanl dan rohani yang dibuktikan oleh
keterangan dokter
o Ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/lembaga setelah mendapat
pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Jabatan
Struktural Eselon 1.
2. Usia pensiun sampai 60 tahun untuk PNS yang memangku golongan struktural eselon I dan II
serta jabatan dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri dan
jabatan pengawas sekolah menengah atas atau jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.
3. Usia pensiun 58 tahun untuk PNS yang menjadi hakim pada Mahkamah Pelayaran dan jabatan
lain yang ditentukan Presiden.
Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 1979, BUP dapat diperpanjang bagi PNS yang memangku jabatan
tertentu. Jabatan-jabatan tertentu yang diduduki PNS yang dapat diperpanjang BUP-nya ada yang
diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979 dan ada diatur dalam Keputusan Presiden / Peraturan
Presiden.
Perpanjangan BUP bagi PNS yang telah diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979, antara:
1. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku jabatan Ahli Peneliti dan Peneliti;
2. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang memangku jabatan : Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pejabat Struktural Eselon I, Pejabat Struktural Eselon II, Dokter yang ditugaskan secara
penuh pada Lembaga Kedokteran Negeri sesuai profesinya.
Perpanjangan BUP bagi PNS yang telah diatur dalam Keputusan Presiden / Peraturan Presiden, antara
lain :
1. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional Pustakawan Utama;
Widyaiswara Utama; Pranata Nuklir Utama; Pengawas Radiasi Utama;
2. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak (jenjang
tertentu); Penilai Pajak Bumi dan Bangunan (jenjang tertentu);Penyuluh Pertanian (jenjang tertentu);
Sandiman (jenjang tertentu); Penyelidik Bumi Utama dan Madya.
Selain diatur dalam PP dan Keputusan Presiden / Peraturan Presiden, juga terdapat pengaturan BUP
PNS yang diatur dalam Undang-Undang, antara lain : 1. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang
menduduki jabatan :
1. Dosen, sedangkan bagi Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang sampai dengan 70 (tujuh
puluh) tahun (UU Nomor 14 Tahun 2005);
2. Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Banding di lingkungan Peradilan Umum,PTUN, dan
Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3 Tahun 2006). 2. 62
(enam puluhdua) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan :
1. Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Pertama di lingkungan Peradilan Umum,PTUN, dan
Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3Tahun2006);
2. Jaksa(UU Nomor 16 Tahun 2004)
3. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Guru (UU Nomor 14 Tahun 2005)
Dengan PP Nomor 65 Tahun 2008, maka bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I
tertentu, BUP dapat diperpanjang sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun. Adapun perpanjangan
sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan persyaratan sebagaimana yang telah di sebutkan di atas.
Dan Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun ditetapkan dengan Keputusan
Presiden atas usul Pimpinan Instansi/Lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon I.
Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun dilakukan secara selektif bagi PNS
yang menduduki jabatan struktural eselon I yang sangat strategis. Dengan demikian, tidak semua PNS
yang menduduki jabatan struktural eselon I dapat diperpanjang BUP-nya sampai dengan 62 (enam
puluh dua) tahun.
Kerja sama yang harmonis di antara ketiga pilar ini dapat dilakukan dengan berbagai model strategi
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas harus sejalan dengan visi dan misi daerah otonom
masing-masing. Setiap daerah akan membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang beragam sesuai
dengan potensi sumber daya alamnya dalam pembangunan dan pembenahan pemerintahan daerah itu
sendiri.
Dalam peraturan perundang-undangan, wewenang untuk menetapkan kebijakan merupakan pengaturan
(regeling), sedangkan wewenang melaksanakan kebijakan tersebut merupakan wewenang pengurusan
(bestuur), selanjutnya yang dimaksud :
a. Wewenang Pengaturan adalah wewenang untuk menciptakan norma hukum tertulis yang berlaku
umum.
b. Wewenang Pengurusan adalah wewenang untuk melaksanakan dan menerapkan norma hukum umum
dan abstrak kepada situasi konkret.
c. Penyerahan Urusan Pemerintahan adalah penyerahan wewenang pengaturan dan wewenang pengurusan
dalam gatra (bidang-bidang) kehidupan tertentu menurut peraturan perundang-undangan.
4. Jelaskan cara mengevaluasi kebijakan menurut Finance (1994:4 dalam Badjuri dan Yuwono, 2002: 135)
Jawab :
Menurut Finance 1994:4 ada empat dasar tipe evaluasi sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Keempat
tipe ini adalah :
a. evaluasi kecocokan (appropriateness evaluation), menguji dan mengevaluasi tentang apakah
kebijakan yang sedang berlangsung cocok untuk dipertahankan ? juga, apakah kebijakan baru
dibutuhkan untuk mengganti kebijakan ini ? pertanyaan pokok dalam evaluasi kecocokan ini adalah
siapakah semestinya yang menjalankan kebijakan publik tersebut pemerintah atau sektor swasta ?
Jawaban atas pertanyaan ini memungkinkan penentuan tingkat kecocokan implementasi kebijakan
b. evaluasi efektivitas (effectiveness evaluation), menguji dan menilai apakah program kebijakan
tersebut menghasilkan dampak hasil kebijakan yang diharapkan ? Apakah tujuan yang dicapai dapat
terwujud ? Apakah dampak yang diharapkan sebanding dengan usaha yang telah dilakukan ? Tipe
evaluasi ini memfokuskan diri pada mekanisme pengujian berdasar tujuan yang ingin dicapai yang
biasanya secara tertulis tersedia dalam setiap kebijakan publik.
c. evaluasi efisiensi (efficiency evaluation), merupakan pengujian dan penilaian berdasarkan tolok ukur
ekonomis yaitu apakah input yang digunakan telah digunakan dan hasilnya sebanding dengan output
kebijakannya ? Apakah cukup efisien dalam penggunaan keuangan publik untuk mencapai dampak
kebijakan ?
d. evaluasi meta (meta-evaluations), menguji dan menilai terhadap proses evaluasi itu sendiri. Apakah
evaluasi yang dilakukan lembaga berwenang sudah profesional? apakah evaluasi tersebut sensitif
terhadap kondisi sosial, kultural dan lingkungan? apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan yang
mempengaruhi pilihan- pilihan manajerial ?