Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN PEMERINTAH NO.

53
TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS
DAN PERKA BKN
NO. 21 TAHUN 2010
c. Tingkat dan jenis hukuman disiplin:
1. Hukuman disiplin ringan:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2. Hukuman disiplin sedang:
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun
c. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun
3. Hukuman disiplin berat:
a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah
selama 3 (tiga) tahun
b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan dalam jabatan
setingkat lebih rendah
c. Pembebasan Jabatan
d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS
e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

2
3. Menambah ketentuan mengenai kewajiban untuk masuk kerja,
dirumuskan secara rinci untuk menjaring PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan sah adalah sebagai berikut :
a. selama 5 s/d 15 hari kerja dikenai hukuman ringan.
1) 5 hari kerja dijatuhi hukuman teguran lisan;
2) 6 s/d 10 hari kerja dijatuhi hukuman teguran tertulis;
3) 11 s/d 15 hari kerja dijatuhi hukuman pernyatan tidak puas
secara tertulis.
b. selama 16 s/d 30 hari kerja dikenai hukuman sedang.
1) 16 s/d 20 hari kerja dijatuhi hukuman penundaan kenaikan gaji
berkala selama 1 (satu) tahun;
2) 21 s/d 25 hari kerja dijatuhi hukuman penundaan kenaikan
pangkat selama 1 (satu) tahun;
3) 26 s/d 30 hari kerja dijatuhi hukuman penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

3
c. selama 31 s/d 46 hari kerja atau lebih dikenai hukuman berat.
1) 31 s/d 35 hari kerja dijatuhi hukuman penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2) 36 s/d 40 hari kerja dijatuhi hukuman pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan setingkat lebih rendah yang menduduki
jabatan struktural atau fungsional tertentu;
3) 41 s/d 45 hari kerja dijatuhi hukuman pembebasan dari jabatan
bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional
tertentu;
4) 46 hari kerja atau lebih dikenai hukuman pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai PNS.
Setiap PNS wajib datang, pulang dan melaksanakan tugas sesuai
dengan ketentuan jam kerja. Keterlambatan akan dihitung secara
kumulatif dan dikonversi 1 hari kerja sama dengan 7 ½ jam.
Dalam hal PNS tidak masuk kerja secara terus-menerus meskipun telah
dipanggil 2 (dua) kali tetapi tetap tidak hadir, PNS tersebut dijatuhi HD
tanpa melalui pemeriksaan dan jenis hukumannya berdasarkan jumlah
hari ketidakhadiran secara kumulatif.
4
4. penambahan butir larangan dalam mendukung capres/ cawapres
dan anggota legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) sebagaimana
amanat dalam UU No. 10 Tahun 2008 dan UU No. 42 Tahun 2008.
Dan penambahan butir larangan dalam mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah yang selama ini ditetapkan di dalam
S.E. Menpan, yaitu:
a. Hukuman Sedang :
1) memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wapres, DPR, DPD,
atau DPRD dgn cara ikut serta sbg pelaksana kampanye,
menjadi peserta kampanye dgn menggunakan atribut partai atau
atribut PNS, sbg peserta kampanye dgn mengerahkan PNS lain
2) memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wapres dgn cara
mengadakan kegiatan yg mengarah kpd keberpihakan thd
pasangan calon yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama,
dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kpd PNS dalam lingk.
unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
3) memberikan dukungan kpd calon anggota DPD atau calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dgn cara memberikan surat
dukungan disertai foto kopi KTP atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
5
4) memberikan dukungan kpd calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
dgn cara terlibat dalam kegiatan kampanye utk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yg
mengarah kpd keberpihakan thd pasangan calon yg menjadi peserta
pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kpd PNS
dalam lingk. unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
(yg dimaksud terlibat dlm kegiatan kampanye adalah seperti PNS bertindak
sbg pelaksana kampanye, petugas kampanye / tim sukses, tenaga hali,
penyandang dana, pencari dana, dll. (penjelasan Pasal 4 Angka 15 huruf a))
b. Hukuman Berat :
1) memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wapres, DPR, DPD, atau
DPRD dgn cara sbg peserta kampanye dgn menggunakan fasilitas
negara;
2) memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wapres dgn cara membuat
keputusan dan/atau tindakan yg menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye; dan
3) memberikan dukungan kpd calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
dgn cara menggunakan fasilitas yg terkait dgn jabatan dalam kegiatan
kampanye dan/atau membuat keputusan dan/atau tindakan yg
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama
masa kampanye.
6
5. Klausul baru yang mengatur mengenai klasifikasi tingkat HD
terhadap butir-butir kewajiban dan larangan.
6. Tujuan penjatuhan HD pada prinsipnya bersifat pembinaan yaitu
untuk memperbaiki dan mendidik PNS yang melakukan pelang-
garan disiplin agar ybs mempunyai sikap menyesal dan berusaha
tidak mengulangi serta memperbaiki diri pada masa yg akan
datang. Juga dimaksudkan agar PNS lainnya tidak melakukan
pelanggaran disiplin. Oleh karena itu:
a. Pejabat yang berwenang menghukum sebelum menjatuhkan HD
wajib mempelajari dengan teliti hasil pemeriksaan, dan memperhati-
kan dengan seksama faktor-faktor yang mendorong atau menyebab-
kan PNS tersebut melakukan pelanggaran disiplin dan dampak atas
pelanggaran disiplin tersebut.
b. Meskipun bentuk pelanggaran disiplin yang dilakukan sama, tetapi
faktor-faktor yang mendorong dan dampak yang ditimbulkan dari
pelanggaran disiplin itu berbeda, maka jenis HD yang akan dijatuhkan
berbeda.
c. PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran disiplin, harus
dijatuhi HD yang setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan.
Tingkat dan jenis HD yang dijatuhkan tidak harus secara berjenjang.
7
d. Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang menghukum, misal-
nya jabatan yang lowong karena pejabatnya berhalangan tetap, belum
diangkat untuk jabatan tersebut, atau tidak terdapat dalam struktur
organisasi, maka kewenangan menjatuhkan HD menjadi kewenangan
pejabat yang lebih tinggi.
e. Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan-
nya akan dijatuhi HD yang bukan menjadi kewenangannya, Pimpinan
Instansi atau Kepala Perwakilan mengusulkan penjatuhan HD kepada
PPK instansi induknya disertai BAP.
f. Penjatuhan HD yang menjadi wewenang Presiden diusulkan oleh PPK
dan tembusannya disampaikan kepada BAPEK dengan melampirkan:
1) BAP;
2) Bukti-bukti pelanggaran disiplin; dan
3) Bahan-bahan lain yang diperlukan.
g. Penjatuhan hukuman disiplin berupa tingkat hukuman ringan, sedang
dan berat sesuai dengan berat ringannya perbuatan/pelanggaran
yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan dengan mempertim-
bangkan :
1) latar belakang dilakukannya pelanggaran;
2) protap/SOP yang ditetapkan oleh instansi;
3) dampak dari pelanggaran yang dilakukan terhadap unit kerja,
instansi yang bersangkutan, dan pemerintah/negara;
8
6. Pengaturan mengenai pejabat yang berwenang menghukum
secara lebih tegas dan rinci untuk menghindari ketidakpastian,
dengan ketentuan antara lain sebagai berikut :
a. oleh Presiden bagi pejabat struktural eselon I dan jabatan lain yang
pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden
sepanjang mengenai jenis hukuman berat.
b. oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (Pusat maupun Daerah) bagi
pejabat struktural eselon II, III, IV, V, Jabatan Fungsional Tertentu, dan
Jabatan Fungsional Umum sepanjang mengenai jenis hukuman berat.
c. untuk jenis hukuman sedang diatur two step down, bagi pejabat yang
berwenang menghukum kecuali PPK misalnya: Pejabat struktural
eselon I menjatuhkan hukuman tingkat ringan bagi pejabat struktural
eselon III, dan seterusnya.
d. untuk jenis hukuman ringan diatur one step down, bagi pejabat yang
berwenang menghukum kecuali PPK misalnya : Pejabat struktural
eselon II menjatuhkan hukuman tingkat ringan bagi pejabat struktural
eselon III, dan seterusnya.

9
7. Ketentuan baru yang mengatur mengenai Pejabat yang berwenang
menghukum wajib menjatuhkan HD kepada PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin.
a. Apabila Pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan HD
kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut
dijatuhi HD oleh atasannya. (Pasal 21 PP No 53 Tahun 2010).
b. Ketentuan penjatuhan HD oleh atasan kepada pejabat yang seharus-
nya menghukum berlaku juga bagi atasan secara berjenjang.
c. Penjatuhan HD oleh atasan kepada pejabat yang tidak menjatuhkan
HD, dilakukan setelah mendengar keterangannya dan tidak perlu
dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam BAP.
d. Tingkat dan Jenis HD yang dijatuhkan kepada atasan yang tidak
menjatuhkan HD kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
sama dengan jenis HD yang seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin.
e. Atasan pejabat yang berwenang menghukum, juga menjatuhkan HD
terhadap PNS yang melakukan pelanggaran.

10
10. TATA CARA PEMANGGILAN, PEMERIKSAAN, PENJATUHAN,
DAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN (HD)

a. Pemanggilan
1) PNS yg diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara
tertulis oleh atasan langsung utk dilakukan pemeriksaan.
2) Pemanggilan kpd PNS yg diduga melakukan pelanggaran disiplin
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal
pemeriksaan.
3) Apabila pada tanggal yg seharusnya ybs diperiksa tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak tanggal seharusnya ybs diperiksa pada pemanggilan
pertama.
4) Apabila pada tanggal pemeriksaan PNS ybs tdk hadir juga maka
pejabat yg berwenang menghukum menjatuhkan HD berdasarkan
alat bukti dan keterangan yg ada tanpa dilakukan pemeriksaan.
b. Pemeriksaan
1) Sebelum PNS dijatuhi HD setiap atasan langsung wajib memeriksa
terlebih dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.
2) Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan
dalam bentuk BAP.
3) BAP harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS
yg diperiksa.
4) Dalam hal PNS yg diperiksa tdk bersedia menandatangani BAP,
BAP tsb tetap dijadikan sebagai dasar utk menjatuhkan HD.
5) PNS yg diperiksa berhak mendapat foto copy BAP.
6) Berdasarkan hasil pemeriksaan, pejabat yg berwenang menghukum
menjatuhkan HD.
7) Dalam keputusan HD harus disebutkan pelanggaran disiplin yg
dilakukan oleh PNS ybs

Cth BAP
c. Penjatuhan Hukuman Disiplin
1) Apabila menurut hasil pemeriksaan, kewenangan utk menjatuhkan
HD kepada PNS tsb merupakan kewenangan :
a) atasan langsung ybs, maka atasan langsung tsb wajib
menjatuhkan HD.
b) pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsung tsb wajib
melaporkan secara hierarki disertai BAP.
2) Khusus utk pelanggaran disiplin yg ancaman hukumannya sedang
dan berat dapat dibentuk Tim Pemeriksa oleh PPK atau pejabat lain
yang ditunjuk (Pasal 25 PP 53 Thn 2010).
3) Tim pemeriksa terdiri atas atasan langsung, unsur pengawasan dan
unsur kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.
4) Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat
yg berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang
lain.

Cth SK HD
d. Penyampaian Hukuman Disiplin
1) Setiap penjatuhan HD ditetapkan dgn keputusan pejabat yg
berwenang menghukum.
2) Keputusan disampaikan secara tertutup oleh pejabat yg berwenang
menghukum atau pejabat lain yg ditunjuk kpd PNS ybs serta
tembusannya disampaikan kpd pejabat instansi terkait.
3) Penyampaian keputusan HD dilakukan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan.
4) Dalam hal PNS yang dijatuhi HD tidak hadir pada saat penyampaian
keputusan HD, keputusan dikirim kpd ybs
e. Pembebasan Sementara dari Tugas Jabatannya
Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yg diduga melakukan
pelanggaran disiplin & kemungkinan akan dijatuhi HD tingkat berat,
dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung
sejak ybs diperiksa (Pasal 27 PP 53 Tahun 2010), dengan ketentuan sbb:
1) Pembebasan sementara dilakukan oleh atasan langsungnya.
2) Pembebasan sementara berlaku sejak ybs diperiksa sampai dengan
ditetapkannya HD.
3) PNS yang dibebaskan sementara tetap diberikan hak kepegawaian-
nya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4) Apabila atasan langsungnya tidak ada, maka pembebasan sementara
dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi
f. Dasar Penjatuhan Hukuman Disiplin
1) PNS yang berdsrkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan
beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat
dijatuhi satu jenis HD yg terberat setelah
mempertimbangkan pelanggaran yg dilakukan.
2) PNS yg pernah dijatuhi HD kemudian melakukan
pelanggaran disiplin yg sifatnya sama, kepadanya dijatuhi
jenis Hukuman Disiplin yg lebih berat dari HD terakhir yg
pernah dijatuhkan kepadanya.
3) PNS tdk dapat dijatuhi HD dua kali atau lebih untuk satu
pelanggaran disiplin.
4) Dalam hal PNS yang dpk/dpb dilingkungannya akan dijatuhi
HD yg bukan menjadi kewenangannya, Pimpinan instansi
atau Kepala Perwakilan mengusulkan penjatuhan HD
kepada PPK instansi induknya disertai BAP
11. BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN
a. Hukuman disiplin mulai berlaku sejak tanggal keputusan ditetapkan
oleh:
1) PRESIDEN;
2) PPK untuk jenis HD, berupa :
a) Semua jenis HD ringan,
b) Semua HD sedang,
c) HD berat berupa :
• penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 thn;
• pemindahan dlm rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
• pembebasan dari jabatan.
3) GUBERNUR selaku wakil pemerintah untuk jenis HD, berupa :
a) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah; dan
b) pembebasan dari jabatan.
4) KEPALA PERWAKILAN RI. Untuk jenis HD ringan dan berat berupa:
a) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
b) pembebasan dari jabatan
5) PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM utk semua jenis HD
ringan.
16
b. Tingkat dan jenis Hukuman Disiplin yg dijatuhkan oleh pejabat
SELAIN sebagaimana dimaksud pada huruf a apabila :
1) tidak diajukan keberatan maka mulai berlaku pada hari ke 15
(lima belas) setelah keputusan HD diterima.
2) diajukan keberatan maka mulai berlaku pada tanggal
ditetapkannya keputusan atas keberatan.
c. HD yg dijatuhkan oleh PPK atau Gubernur selaku wakil pemerintah
untuk jenis HD berat berupa :
1) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
2) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
apabila :
1) tidak diajukan banding administratif maka mulai berlaku pada
hari ke 15 (lima belas) setelah keputusan HD diterima.
2) diajukan banding administratif maka mulai berlaku pada tanggal
ditetapkannya keputusan banding administratif.
d. Apabila PNS yang dijatuhi HD tidak hadir pada waktu penyampaian
keputusan HD maka HD berlaku pada hari ke 15 (lima belas) sejak
tanggal yang ditentukan untuk penyampaian keputusan HD.
17
12. UPAYA ADMINSTRATIF
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrasi
(Pasal 32 PP 53 tahun 2010)
13. HUKUMAN DISIPLIN YANG TIDAK DAPAT DIAJUKAN UPAYA ADMINIS-
TRATIF YAITU HD YANG DIJATUHKAN OLEH :
a. PRESIDEN;
b. PPK untuk jenis HD, berupa :
1) Semua jenis HD ringan,
2) Semua jenis HD sedang,
3) HD berat berupa :
a) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 thn;
b) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
c) pembebasan dari jabatan.
c. GUBERNUR selaku wakil pemerintah utk jenis HD berat berupa :
1) pemindahan dlm rangka penurunan jabtn setingkat lebih rendah;
2) pembebasan dari jabatan.
d. KEPALA PERWAKILAN RI Untuk jenis HD ringan dan berat
1) pemindahan dlm rangka penurunan jabtn setingkat lebih rendah;
2) pembebasan dari jabatan
e. PEJABAT YG BERWENANG MENGHUKUM utk semua jenis HD
ringan. 18
14. HUKUMAN DISIPLIN YANG DAPAT DIAJUKAN KEBERATAN ADALAH
JENIS HD SEDANG, BERUPA :
a. penundaan KGB selama 1 thn; dan
b. penundaan KP selama 1 thn.
yang dijatuhkan oleh :
1) Pejabat strukt. eselon I dan pejabat yg setara;
2) Sekda/Pejabat strukt. eselon II Kab/Kota;
3) Pejabat eselon II di lingk. Instansi vertikal;
4) Pejabat strukt. eselon II di lingk. instansi vertikal (memimpin satuan
organisasi di daerah yang bersifat mandiri) dan unit dgn sebutan
lain yg atasan langsungnya pejabat struktural eselon I yg bukan
PPK (mis. Kanwil Bea Cukai dan Kanwil Pajak) ditambah
kewenangan menjatuhkan HD berupa penurunan pangkat setingkat
lebih rendah selama 1 (satu) tahun utk eselon IV kebawah dan golru
III/d kebawah (Psl 16 ayat (4);
5) Pejabat strukt. eselon II di lingk. instansi vertikal (memimpin satuan
organisasi di daerah yang bersifat mandiri) dan Kantor Perwakilan
Provinsi dan unit setara dgn sebutan lain yg berada di bawah dan
bertanggung jawab kpd PPK (mis. Kanreg BKN, Kanwil Agama, Ktr
Perw. BPKP, dll) ditambah kewenangan menjatuhkan HD berupa
penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun utk
eselon IV kebawah dan golru III/d kebawah (Psl 16 ayat (4); 19
c. Keberatan dapat diajukan secara tertulis pada atasan pejabat yg
berwenang menghukum disertai alasan keberatan yg tembusannya
disampaikan kpd pejabat yg berwenang menghukum.
d. Keberatan diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
terhitung mulai tanggal ybs menerima keputusan hukuman disiplin.
e. Pejabat yang berwenang menghukum harus memberi tanggapan atas
keberatan dan disampaikan secara tertulis kepada atasan pejabat
yang berwenang menghukum dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja
terhitung mulai tanggal ybs menerima tembusan surat keberatan.
f. Atasan pejabat yang berwenang menghukum wajib mengambil
keputusan atas keberatan yang diajukan oleh PNS dalam waktu 21
(dua puluh satu) hari kerja terhitung mulai tanggal ybs menerima
surat keberatan.
g. Keputusan atasan pejabat yang berwenang menghukum, dapat
berupa penguatan, peringanan, pemberatan, atau pembatalan
hukuman disiplin serta bersifat final dan mengikat.
h. Apabila dalam waktu lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja, atasan
pejabat yang berwenang menghukum tidak mengambil keputusan
atas keberatan maka keputusan pejabat yang berwenang meng-
hukum batal demi hukum.
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai