Disampaikan Oleh:
Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi
Jakarta, 11 Februari 2011
1
PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010
TENTANG DISIPLIN PNS
Pasal 1
Ketentuan Umum
Pasal 2
Berlaku bagi PNS dan CPNS
• PP No 98 Tahun 2000 Pasal 18 huruf f “CPNS yang
dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat
diberhentikan”
2
Pasal 3
Setiap PNS wajib:
1. mengucapkan sumpah/janji PNS;
2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4. menaati segala peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab;
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau golongan;
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;
10.melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil;
11.masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12.mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13.menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
14.memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15.membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16.memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan
17.menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
3
Pasal 4
Setiap PNS dilarang:
1.menyalahgunakan wewenang;
2.menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan orang lain;
3.tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau
organisasi internasional;
4.bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;
5.memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik
bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6.melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam
maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain,
yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7.memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak
langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8.menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan
dan/atau pekerjaannya;
9.bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10.melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11.menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
4
12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarga, dan masyarakat.
c. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
d. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
13. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
14. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
15. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan/atau
16. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarga, dan masyarakat.
5
Penambahan Kewajiban / Larangan :
Masuk kerja dan menaati ketentuan kerja
Penambahan kewajiban mencapai sasaran kerja
Penambahan larangan dalam dukung mendukung Capres /
Cawapres / Calon Legislatif
6
NO TINGKAT HUKUMAN WAKTU KETERANGAN
KETIDAK HADIRAN
1 HUKUMAN RINGAN
a. Teguran Lisan 5 hari 5 – 15 hari kerja
b. Teguran Tertulis 6 – 10 hari
c. Pernyataan Tidak Puas Secara 11 – 15 hari
Tertulis
2 HUKUMAN SEDANG
a. Penundaan KGB 16 – 20 hari 16 – 30 hari kerja
b. Penundaan KP 21 – 25 hari
c. Penurunan Pangkat paling lama 1 26 – 30 hari
tahun
3 HUKUMAN BERAT
a. Penurunan Pangkat paling lama 3 31 – 35 hari 31 hari kerja keatas
tahun
b. Penurunan Jabatan 36 – 40 hari
c. Pembebasan Jabatan 41 – 45 hari
d. Pemberhentian 46 Hari kerja keatas
7
Pasal 6
Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
8
Pasal 7
Tingkat dan jenis hukuman
a. Hukuman Disiplin Ringan
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis
b. Hukuman Disiplin Sedang
1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun
3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
c. Hukuman Disiplin berat
1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
3. Pembebasan dari jabatan
4. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
5. Pemberhentian tidak dengan hormat
9
Pasal 8
Klasifikasi Pelanggaran dan Jenis Hukuman
1. Jumlah ketidak hadiran
2. Sifat silakukannya pelanggaran
a. Tidak sengaja – R
b. Sengaja – S
3. Dampak negatif yang timbul akibat pelanggaran
a. Ke unit kerja – R
b. Ke instansi – S
c. Ke pemerintah / negara – B
4. Pelanggaran terkait dengan:
a. Penyalahgunaan wewenang – B
b. Menerima hadiah/pemberian yang berhubungan dengan jabatan – B
5. Pelanggaran yang terkait dengan pelayanan, hukuman disiplin
ditetapkan sesuai Peraturan Perundang-undangan
10
Pasal 14
Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati
ketentuan jam kerja dihitung secara kumulatif sampai dengan
akhir tahun berjalan.
Keterlambatan dihitung secara kumulatif dan dikonversi 1
(satu) hari kerja = 7 ½ jam
11
Pejabat yang Berwenang Menghukum
1. Pasal 15
Presiden bagi pejabat struktural Eselon I dan jabatan lain yang
pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi kewenangan
Presiden untuk jenis hukuman disiplin berat Pasal 7 ayat (4)
huruf b, c, d, dan e
2. Pasal 16 s/d Pasal 20
a. Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri, Kepala LPND, Sekjen
Lembaga Negara, Gubernur, Bupati, Walikota) bagi :
Eselon I untuk jenis hukuman disiplin Pasal 7 ayat (4) huruf a,
ayat (2) dan ayat (3)
Eselon II, III, IV, V, pejabat fungsional tertentu, pejabat
fungsional umum, untuk jenis hukuman disiplin Pasal 7 ayat
(3) c dan Pasal 7 ayat (4)
12
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM PNS DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN AGAMA
Ringan Sedang
Berat
Pasal 7 ayat Pasal 7 ayat
NO Pejabat Terhukum Pasal 7 ayat (4)
(2) (3)
a b c a b c a b c d e
1 Presiden 1 EI
2 Jab lain
2 PPK 1 EI
2 F Utama
3 F Umum IV/d-IV/e
4 E II
F Madya
F Penyelia
5 E II Verti
Setara > PPK
6 F Umum
IV/a-IV/c
7 E III>
FT Muda+
Penyelia>
8 F Umum
III/d > 13
b. Pejabat struktural Eselon I s/d Eselon IV, V, dan pejabat setara
dengan ketentuan :
Jenis hukuman sedang, Pasal 7 ayat (3) huruf a dan b dengan
ketentuan dua tingkat / jenjang kebawah
Contoh: Eselon I menjatuhkan hukuman untuk Eselon III
Jenis hukuman ringan, Pasal 7 ayat (2) dengan ketentuan satu
tingkat / jenjang kebawah
Contoh: Eselon II menjatuhkan hukuman untuk Eselon III
14
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM PNS YANG DIPEKERJAKAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN AGAMA
a b c a b c a b c d e
1. PPK 1 EI
2 F Utama
3 F Umum IV/d-IV/e
4 E II >
F Madya +
F Penyelia >
15
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM PNS YANG DIPERBANTUKAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN AGAMA
Ringan Sedang
Berat
Pasal 7 ayat Pasal 7
NO Pejabat Terhukum Pasal 7 ayat (4)
(2) ayat (3)
a b c a b c a b c d e
1. PPK 1 EI
2 F Utama
3 F Umum IV/d-
IV/e
4 E II
F Madya
5 F Umum
IV/a-IV/c
6 E III>
FT Muda+
Penyelia>
7 F Umum
III/d >
16
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM PNS YANG DIPEKERJAKAN KE LUAR
KEMENTERIAN AGAMA
Ringan Sedang
Berat
Pasal 7 ayat Pasal 7 ayat
NO Pejabat Terhukum Pasal 7 ayat (4)
(2) (3)
a b c a b c a b c d e
1. PPK 1 EI
2 E II + F Utama>
17
PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM PNS YANG DIPERBANTUKAN KE LUAR
KEMENTERIAN AGAMA
a b c a b c a b c d e
1. PPK
1 E II + F
Utama>
2 F Umum
IV/e >
18
PEJABAT STRUKTURAL ESELON I DAN PEJABAT SETARA BERWENANG MENGHUKUM
Ringan Sedang
Berat
Pasal 7 ayat Pasal 7
NO Pejabat Terhukum Pasal 7 ayat (4)
(2) ayat (3)
a b c a b c a b c d e
1 ESELON I 1 E II
F Madya +
F Umum
IV/a-IV/c
E III +
FT Muda +
Penyelia +
F Umum
III b -III/d
2 PNS dpk/dpb
E II
FT madya
FU IV/a – IV/c
3 PNS dpb
E III
FT Muda, Peny
FU III/b – III/d
19
PEJABAT STRUKTURAL ESELON II DAN PEJABAT SETARA BERWENANG MENGHUKUM
Ringan Sedang Berat
Pasal 7 Pasal 7 Pasal 7
NO Pejabat Terhukum
ayat (2) ayat (3) ayat (4)
a b c a b c a b c d e
1. ESELON II 1 E III+
FT Muda+
Penyelia +
F Umum
III c -III/d
E IV
FT Pertama+
FT Pelak
Lanjutan
FU II/c – III/b
2 PNS dpk/dpb
E III
FT
Muda+Peny
FU III/c-III/d
3 PNS dpb
E IV
FT Pertama,
Pelks.
Lanjutan
FU II/c – III/b
20
PEJABAT STRUKTURAL ESELON II VERTIKAL
BERWENANG MENGHUKUM
E IV
FT Pertama+
FT Pelak Lanjut
FU II/c – III/b
2 PNS dpk/dpb
E III
FT Muda+Peny
FU III/c-III/d
3 PNS dpb
E IV
FT Pertama,
Pelks. Lanjutan
FU II/c – III/b
4 E IV >
FT Pertama
FTPel Lanjutan
FU III/d >
21
PEJABAT STRUKTURAL ESELON III DAN SETARA BERWENANG MENGHUKUM
a b c a b c a b c d e
1. ESELON III 1 E IV
FT Pertama
FT Pelak Lanjut
FU II/c – III/b
EV
FT Pelaksana
FT Pel Pemula
FU II/a – III/b
2 PNS dpk/dpb
E IV
FT Pertama
FT Pelak Lanjut
FU II/c – III/b
3 PNS dpb
EV
FT Pelaksana FT Pel
Pemula
FU II/a– II/b
22
PEJABAT STRUKTURAL ESELON IV DAN SETARA BERWENANG MENGHUKUM
2 PNS dpk/dpb
EV
FT Pelaksana
FT Pel Pemula
FU II/a – II/b
3 PNS dpb
FU I/a– I/d
23
Pejabat setara adalah PNS (jabatan fungsional) yang diberi
tugas tambahan untuk memimpin satuan unit kerja tertentu
antara lain Rektor, Dekan, Ketua Pengadilan, Kepala
Sekolah.
24
Pasal 21
Sanksi
Sanksi bagi pejabat yang berwenang menghukum apabila tidak
menjatuhkan hukuman disiplin dikenai hukuman sama dengan
jenis hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan.
25
Pasal 23
Pemanggilan
a. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil
secara tertulis oleh atasan langsung
b. Pemanggilan dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sebelum pemeriksaan
c. Apabila yang bersangkutan tidak hadir, dilakukan pemangilan
kedua, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal yang
seharusnya yang bersangkutan diperiksa
d. Apabila yang bersangkutan tidak hadir juga, pejabat yang
berwenang menghukum menjatuhkan hukuman berdasarkan
alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan
pemeriksaan
26
Pasal 24
Pemeriksaan
a. Sebelum dijatuhi hukuman, setiap atasan langsung wajib
memeriksa yang bersangkutan terlebih dahulu, dilakukan
secara tertutup dan dituangkan dalam BAP
b. Apabila merupakan kewenangan Presiden, yang melakukan
pemeriksaan PPK
c. PPK dapat mendelegasikan ke pejabat dengan pangkat /
jabatan tidak boleh rendah dari yang diperiksa
d. Apabila berdasarkan hal pemeriksaan, kewenangan untuk
menjatuhkan hukuman disiplin merupakan kewenangan:
1. atasan langsung, maka atasan langsung wajib menjatuhkan
hukuman disiplin
2. pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsung wajib
melaporkan secara hierarki disertai BAP
27
Pasal 25
Tim Pemeriksa :
a. Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya
Sedang dan Berat dapat di bentuk Tim Pemeriksa
b. Tim Pemeriksa terdiri atas:
1. Atasan langsung
2. Unsur pengawasan
3. Unsur kepegawaian, atau pejabat yang ditunjuk
c. Tim Pemeriksa dibentuk oleh PPK atau Pejabat lain yang
ditunjuk
28
Pasal 27
Pembebasan Sementara dari Tugas Jabatan :
a. Untuk kelancaran pemeriksaan dan kemungkinan akan
dijatuhi hukuman disiplin berat yang bersangkutan dapat
dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan
langsung
b. Pembebasan sementara dari tugas jabatan berlaku sampai
dengan ditetapkannya keputusan hukuman disiplin
c. Yang bersangkutan tetap mendapatkan hak-hak kepegawaian
d. Apabila tidak ada atasan langsung, pembebasan dilakukan oleh
atasan yang lebih tinggi
29
Pasal 28
Berita Acara Pemeriksaan
a. BAP ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS
yang bersangkutan
b. Apabila yang bersangkutan tidak mau tanda tangan, BAP tetap
dijadikan sebagai dasar penjatuhan hukuman
c. PNS yang bersangkutan berhak mendapatkan copy BAP
Pasal 29
Penjatuhan Hukuman
a. Berdasarkan pemeriksaan, pejabat yang berwenang
menghukum menjatuhkan hukuman disiplin
b. Dalam keputusan hukuman disiplin harus disebutkan
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS
30
Pasal 30
31
Pasal 31
32
Pasal 32 s/d 34
Upaya Administratif
1. Keberatan
2. Banding Administratif
Pasal 34 ayat (2)
Banding Administratif
1. Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yang dijatuhkan oleh PPK
2. Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e yang dijatuhkan oleh Gubernur
Pasal 35
Keberatan
Hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan:
1. Penundaan kenaikan gaji berkala (Pasal 7 ayat (3) huruf a);
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun (Pasal 7 ayat (3) huruf b)
Yang dijatuhkan oleh:
1. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara kebawah
2. Sekda / pejabat struktural eselon II Kabupaten / Kota kebawah / Pejabat
setara
3. Pejabat struktural eselon II kebawah di lingkungan instansi vertikal
33
Hukuman disiplin yang tidak dapat diajukan upaya administratif
adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh:
1.Presiden, Pasal 7 ayat (4) huruf b, c, dan e
2.PPK, Pasal 7 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf a, b, c
3.Gubernur, Pasal 7 ayat (4) huruf b dan c
4.Kepala Perwakilan RI di luar negeri, Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4)
huruf b dan c
5.Pejabat yang berwenang menghukum, Pasal 7 ayat (2)
UU NO. 43 / 1999
(1)Sengketa kepegawaian diselesaikan melalui Peradilan TUN
(2)Sengketa Kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap
peraturan disiplin PNS diselesaikan melalui BAPEK
Penjelasan : PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa PDHTAPS
dan PTDH dapat mengajukan banding administrasi ke BAPEK
34
Pasal 35 s/d 37
Prosedur Keberatan
Diajukan secara tertulis kepada atasan dari PYBM dengan memuat
alasan keberatan dengan tembusan kepada PYBM
1. Diajukan dalam jangka waktu 14 hari mulai tanggal yang
bersangkutan menerima putusan hukuman disiplin
2. PYBM harus memberikan tanggapan tertulis kepada atasan dari
PYBM dalam jangka waktu 6 hari kerja mulai yang bersangkutan
terima tembusan keberatan
3. Dalam jangka waktu 6 hari tidak ada tanggapan maka atasan dari
PYBM mengambil keputusan berdasarkan data yang ada
4. Atasan dari PYBM wajib mengambil keputusan dalam jangka waktu
21 hari kerja terhitung mulai yang bersangkutan menerima keberatan
5. Atasan dari PYBM dapat memperkuat, memperingan, memperberat
atau membatalkan, ditetapkan dengan keputusan atasan dari PYBM
6. Dalam jangka waktu 21 hari kerja atasan dari PYBM tidak mengambil
keputusan atas keberatan maka keputusan PYBM batal demi hukum
35
Pasal 39
PNS yang mengajukan banding administratif, gaji tetap
dibayarkan sepanjang yang bersangkutan tetap melaksanakan
tugas
Tidak mengajukan banding administratif gaji mulai
diberhentikan terhitung mulai bulan berikut sejak hari ke-15
keputusan hukum disiplin diterima
Penentuan dapat tidaknya yang bersangkutan melaksanakan
tugas menjadi kewenangan PPK dengan mempertimbangkan
dampak terhadap lingkungan kerja
36
Pasal 40
PNS meninggal dunia sebelum ada keputusan upaya
administratif, diberhentikan dengan hormat dan diberikan
hak-hak kepegawaian
PNS yang capai BUP sebelum ada keputusan atas:
a. Keberatan,
dianggap telah selesai jalani hukuman disiplin, diberhentikan
dengan hormat dan hak-hak kepegawaian
b. Banding administratif,
dihentikan pembayaran gajinya sampai dengan ditetapkannya
banding administrasi
Pasal 42
PNS yang sedang proses pemeriksaan karena pelanggaran
disiplin atau sedang ajukan upaya administratif tidak dapat
disetujui untuk pindah instansi
37
Pasal 43 s/d 46
Berlakunya Hukuman Disiplin
1. Jenis hukuman disiplin yang tidak dapat diajukan upaya
administrasi mulai berlaku sejak tanggal keputusan ditetapkan
2. Jenis hukuman disiplin sedang (Pasal 7 ayat (3) huruf a dan b)
oleh pejabat yang berwenang menghukum, yang tidak diajukan
keberatan mulai berlaku pada hari 15 (ke limabelas) setelah
keputusan hukuman disiplin diterima
3. Angka 2 (dua) apabila diajukan keberatan mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan keputusan atas keberatan
4. Jenis hukuman disiplin Pasal 7 ayat (4) huruf d dan e, apabila
tidak diajukan banding administrasi sanksi berlaku pada hari
ke-15 (ke lima belas) setelah putusan diterima
38
5. Angka 4 (empat) apabila diajukan banding administratif
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan keputusan atas
banding administratif.
6. Apabila PNS yang dijatuhi hukuman tidak hadir pada
waktu penyampaian keputusan maka hukuman disiplin
mulai berlaku pada hari ke-15 (ke limabelas) sejak tanggal
yang ditentukan untuk penyampaian keputusan.
Pasal 47
Dokumentasi Keputusan Hukuman (Pasal 47)
Dipakai sebagai salah satu bahan penilaian dan pembinaan
PNS yang bersangkutan.
39
Pasal 48
Ketentuan Peralihan
Hukuman disiplin yang telah dijatuhkan sebelum berlakunya
keputusan ini dan sedang dijalani dinyatakan tetap berlaku
Keberatan yang diajukan kepada atasan PYBM atau banding
administratif kepada BAPEK sebelum berlakunya PP ini diselesaikan
sesuai dengan PP 30 Tahun 1980
Apabila terjadi pelanggaran disiplin dan telah dilakukan pemeriksaan
sebelum berlakunya PP ini, maka hasil pemeriksaan tetap berlaku
dan proses selanjutnya berlaku ketentuan PP ini
Apabila terjadi pelanggaran disiplin sebelum berlakunya PP ini dan
belum dilakukan pemeriksaan maka berlaku ketentuan PP ini
Pasal 51
PP mulai berlaku pada tanggal diundangkan (6 – 6 – 2010)
40
41