Anda di halaman 1dari 5

WUJUD LOYALITAS DALAM ORGANISASI PEMERINTAHAN

1. Komitmen pada sumpah janji Aparatus Sipil Negara

Dalam kehidupan sehari-hari, jika ditanyakan “apa itu loyalitas?” maka akan memperoleh jawaban setia,
patuh, dan taat, atau jawaban yang lain seperti mau bertahan di tempat kerja yang sama belasan tahun
yang terkadang disalah artikan loyal itu seperti dekat dengan atasan. Pada kenyataannya, loyalitas tidak
hanya sekedar itu, loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Loyalitas terbentuk karena
adanya suatu nilai di dalam diri seseorang yang mengikat untuk tetap berada di tempat yang sama, nilai
yang dipahami dan diterapkan di dalam kehidupannya, hingga berapa lama pun seseorang itu bekerja,
dan hanya menerima gaji serta tunjangan tanpa mengharap imbalan yang lebih sudah mampu mengikat
dirinya untuk tetap berada di tempat yang sama, tempat yang memberikan rasa percaya, nyaman, dan
bertumbuh.

Dalam rangka usaha membina Pegawai Negeri Sipil yang bersih, jujur, dan sadar akan tanggung
jawabnya sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat maka setiap Pegawai Negeri Sipil wajib
mengangkat Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil. Sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil. Susunan kata-
kata sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut:

“ Demi Allah, saya bersumpah/berjanji. Bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;
Bahwa saya, akan menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, tanggung jawab;
bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai
Negeri, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan saya sendiri
seseorang atau golongan;bahwa saya, akan memegang teguh rahasia sesuatu gang menurut sifatnya
atau menurut perintah harus saya rahasiakan; bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat,
dan bersemangat untuk kepentingan Negara."

Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, Pemerintah serta mengutamakan
kepentingan negara dibandingkan kepentingan seorang ASN itu sendiri adalah dasar dari sifat loyal
seorang ASN. Seorang Pegawai Negeri Sipil mengangkat sumpah/ janji berdasarkan keyakinan
agama/kepercayaai terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hal ini menandakan bahwa pernyataan
kesanggupan dalam sumpah/janji yang diucapkan juga ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berpegang teguh pada nilai-nilai Ketuhanan dapat memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri
sebagai ASN yang loyal kepada bangsa dan negara.

2. Penegakkan Disiplin
Pegawai negeri sipil (PNS) kini memiliki regulasi terbaru mengenai disiplin PNS. Ketentuan mengenai
larangan, kewajiban, serta hukuman disiplin bagi PNS termuat dalam PP No. 94/2021 tentang Disiplin
PNS.

PNS diharuskan menaati kewajiban serta tidak melakukan larangan sebagaimana tercantum dalam
peraturan ini. Adapun kewajiban bagi PNS tersebut disebutkan dalam Pasal 3 sebanyak delapan
kewajiban dan sembilan kewajiban yang terdapat pada Pasal 4. Sedangkan, terdapat 14 larangan yang
harus dihindari oleh PNS sebagaimana tercantum dalam Pasal 5. “Bagi PNS yang tidak menaati
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 5 dijatuhi hukuman disiplin,”
bunyi Pasal 7 dalam kebijakan ini.

Gagalnya PNS dalam menjalani kewajiban serta melanggar larangan yang telah diatur tersebut akan
menyebabkan yang bersangkutan menerima hukuman disiplin. Adapun tingkatan dan jenis hukuman
disiplin disebutkan dalam Pasal 8.

Tingkat hukuman disiplin terbagi menjadi tiga, yakni hukuman disiplin ringan, sedang, hingga berat.
Untuk jenis hukuman disiplin, terbagi berdasarkan tingkatan. Bagi hukuman disiplin ringan, jenis
hukumannya terdiri atas teguran lisan, teguran tertulis, serta pernyataan tidak puas secara tertulis.
Untuk tingkat hukuman disiplin sedang, hukuman yang diberikan adalah pemotongan tunjangan kinerja
sebesar 25 persen yang terbagi menjadi tiga kurun waktu, yakni selama 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan.

Hukuman disiplin berat juga terbagi tiga. Pertama, penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12
bulan. Kedua, pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 bulan. Ketiga,
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.

Kebijakan ini salah satunya mengatur PNS terkait dengan disiplin masuk kerja dan juga jam kerja.
Pelanggaran atas kewajiban yang tercantum dalam Pasal 4 huruf f ini dapat dikenakan tiga tingkatan
hukuman disiplin. PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan selama tiga hingga sepuluh hari termasuk
pelanggaran tingkat ringan.

Hukuman yang dijatuhkan berupa:

1. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama
tiga hari kerja dalam satu tahun;
2. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama
4-6 hari kerja dalam satu tahun; dan
3. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 7-10 hari kerja dalam satu tahun.

Sementara PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan selama sebelas hingga 20 hari termasuk
pelanggaran tingkat sedang, maka PNS bersangkutan dapat menerima hukuman disiplin sebagai berikut:

1. pemotongan tukin sebesar 25 persen selama 6 bulan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 11-13 hari kerja dalam satu tahun;
2. pemotongan tukin sebesar 25 persen selama 9 bulan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 14-16 hari kerja dalam satu tahun; dan
3. pemotongan tukin sebesar 25 persen selama 12 bulan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 17-20 (dua puluh) hari kerja dalam satu tahun.

Sedangkan, apabila pelanggarannya termasuk kategori berat, hukumannya berupa:

1. penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 bulan bagi PNS yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 21-24 hari kerja dalam satu tahun;
2. pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 bulan bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 25- 27 hari kerja
3. dalam satu tahun;
4. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 28 hari kerja atau lebih dalam satu
tahun; dan
5. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus selama 10 hari kerja dan diberhentikan
pembayaran gajinya sejak bulan berikutnya.

Di dalam PP No. 94/2021 ini juga mengatur hukuman disiplin atas pelanggaran netralitas, dimana dalam
Pasal 5 huruf n, PNS dilarang memberikan dukungan kepada peserta pemilu dan pilkada. Pelanggaran
akan larangan tersebut akan diberikan hukuman disiplin sedang hingga berat. Hukuman disiplin sedang
akan diberikan bagi PNS yang memberikan dukungan dengan mengikuti kampanye dan dengan
menggunakan atribut partai atau PNS. Sedangkan hukuman disiplin diberikan bagi PNS yang
memberikan dukungan sesuai yang disebutkan pada Pasal 5 huruf n angka 3-7.

Selain itu, salah satu yang juga diatur dalam kebijakan ini adalah terkait dengan pemberian layanan
kepada masyarakat dimana PNS dilarang untuk melakukan pungutan di luar ketentuan, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 5 huruf g. Bagi PNS yang melakukan pungutan diluar ketentuan yang berlaku,
akan mendapatkan hukuman disiplin sedang jika berdampak negatif pada unit kerja dan/atau instansi
yang bersangkutan, serta hukuman disiplin berat juga berdampak negatif negara dan/atau pemerintah.

PP yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo ini juga memuat ketentuan mengenai pejabat yang
berwenang memberikan hukuman disiplin kepada PNS yang melanggar kewajiban dan larangan.
Kemudian, juga memuat secara rinci mengenai tata cara pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian
keputusan hukuman disiplin. Selain itu, termaktub dalam PP ini adalah mengenai berlakunya hukuman
disiplin serta pendokumentasian keputusan hukuman disiplin. Bukan hanya bagi PNS, ketentuan yang
dimuat dalam PP ini juga berlaku secara mutatis mutandis bagi CPNS. Disebutkan juga bahwa ketentuan
pelaksanaan dari PP ini akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Badan Kepegawaian Negara.

Kebijakan mengenai disiplin PNS ini mulai berlaku sejak diundangkan pada 31 Agustus 2021. Dengan
keluarnya kebijakan ini maka PP No. 53/2010 tentang Disiplin PNS dinyatakan dicabut, namun ketentuan
mengenai jenis hukuman disiplin sedang dalam PP tersebut masih dinyatakan berlaku hingga PP
mengenai Gaji dan Tunjangan berlaku, sebagaimana tertera di Pasal 42.

Adapun PP ini diterbitkan dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam UU No. 5/2014 tentang
Aparatur Sipil Negara mengenai PNS wajib mematuhi ketentuan disiplin PNS untuk menjamin
terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas. Selain itu, juga untuk mewujudkan PNS
yang berintegritas moral, profesional, dan akuntabel serta mendorong PNS lebih produktif, maka
diperlukan peraturan disiplin PNS sebagai pedoman.

3. Melaksanakan Fungsi ASN

Loyalitas adalah komponen penting dari dalam organisasi, kelompok, atau hubungan antar individu. Inti
dari loyalitas adalah kesetiaan dan dedikasi. Loyalitas adalah konsep yang berkaitan dengan komitmen
dan dedikasi kepada orang lain.

Wujud dari loyalitas adalah rasa hormat dan kepercayaan. Loyalitas adalah nilai berharga dalam
kehidupan. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam pekerjaan, loyalitas adalah sikap untuk melakukan pekerjaan terbaik ketika bekerja. Pegawai yang
loyal tidak hanya bekerja keras untuk mendapatkan gaji mereka, tetapi mereka juga berkomitmen untuk
kesuksesan tempat mereka bekerja.

Hal ini juga termasuk mengorbankan waktu dan minat mereka sendiri untuk memberikan lebih banyak
energi ke dalam satuan kerja. Tindakan tanpa pamrih ini dapat diukur dan dilakukan setiap hari, mereka
berdedikasi untuk membantu satuan kerja tumbuh dan berkembang.

Dalam hal ini loyalitas dibutuhkan agar satuan kerja dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat.

Dengan pegawai sudah berkomitmen untuk memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat, yang
dibutuhkan adalah menunjukkan komitmen mereka yaitu dengan cara menunjukkan kesungguhan dari
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka dengan sebaik – baiknya. Loyalitas pun dapat diberikan
oleh pegawai dengan cara memberikan inovasi bagi satuan kerja.

Sebuah inovasi tumbuh dari kemauan pegawai yang ingin satuan kerja tempat mereka bekerja dapat
tumbuh dan tidak stagnan. Agar seorang pegawai mau berinovasi, dia harus mempunyai rasa memiliki
terhadap satuan kerja. Ketika pegawai mempunyai perasaan tersebut, sudah dapat dipastikan ada
loyalitas di dalam hati pegawai tersebut.

Agar dapat menumbuhkan rasa loyalitas di dalam hati setiap pegawai Pengadilan Negeri Tanah Grogot,
tentunya dibutuhkan kemauan dan usaha dari berbagai pihak baik itu jajaran pimpinan dan tentunya
pribadi dari masing-masing pegawai.
Dari diri sendiri kita dapat menanamkan rasa memiliki terhadap satuan kerja kita, tidak ragu untuk
mengorbankan waktu dan tenaga kita demi memberikan yang terbaik bagi satuan kerja kita. Pimpinan
pun dapat membantu mendorong pegawai untuk tetap terus berinovasi dan memberikan yang terbaik
bagi satuan kerja.

Pengorbanan waktu dan tenaga yang diberikan oleh seseorang tanpa pamrih merupakan salah satu
wujud tertinggi dari loyalitas.

4. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila

Peran ASN:

 ASN sebagai pelaksana kebijakan publik


 ASN sebagai pelayan publik
 ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa

Pancasila sebagai dasar Negara, ideologi, falsafah, pandangan hidup, dan pemersatu. Lalu peran ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik yang menjadi landasan di berbagai bidang dan sektor pemerintahan.
Peran ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa adalah ASN harus memiliki jiwa nasionalisme dan
wawasan kebangsaan yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan Negara menjadi
perekat bangsa dan mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia.

Mari kita jaga keutuhan NKRI yang sama-sama kita cintai dengan menciptakan rasa aman dan tentram di
lingkungan masing-masing dan mari kita menjadi masyarakat yang baik dan patuh hukum.

ASN menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pelaksanaan tugas. ASN
melaksanakan tugas dengan profesioanlisme untuk mewujudkan ASN yang berakhlak mulia.

Anda mungkin juga menyukai