Di Indonesia, terdapat dua jabatan Aparatur Sipil Negara (ASN), yakni PNS dan
PPPK. Meski sama berstatus ASN, keduanya memiliki perbedaan. Mulai dari
proses rekrutmen, status kepegawaian, jenjang karir, hingga kenaikan golongan.
Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Manajemen Kerja PNS dan
PPPK menjelaskan sejumlah aturan terkait status, pelaksanaan kerja, wewenang,
dan pemberian upah.
PNS adalah pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk secara nasional. Gaji PNS
diatur dalam PP 15/2019. Berikut rinciannya
- Aparatur Sipil Negara sebenarnya dibedakan menjadi dua, yakni PNS dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Maka dapat disimpulkan,
ASN belum berarti PNS, akan tetapi PNS sudah pasti merupakan ASN.
Keduanya sama sama berstatus yang merujuk pada penjelasan dari Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, disebut bahwa ASN
terdiri dari PNS dan PPPK. Dalam pasal 1 disebutkan, PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Manajemen PNS merupakan keseluruhan upaya pemerintah dalam
meningkatkan efisiensi, efektifitas, derajat profesioanalisme, penyelenggaraan
tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, pengajian,
kesejahteraan, dan pemberhentian PNS. Di samping itu PP
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS juga merupakan pondasi utama
undang-undang Aparatur Sipil Negara berisi ketentuan-ketentuan mengenai
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karir, promosi, mutasi,
pemberhentian, cuti pegawai negeri sipil, batas usia pensiun dan jaminan hari tua,
sistem merit dan perlindungan.
- Sedangkan manajemen PPPK Beda PPPK dan PNS dari segi jenjang karier
Karier PNS lebih menjanjikan daripada PPPK, karena PNS memiliki jenjang karier
yang lebih jelas. PNS dapat mengincar posisi yang lebih tinggi sampai menjadi
pimpinan utama. Sementara, PPPK bila ingin menduduki posisi sebagai pemimpin
utama harus melalui pengangkatan jabatan bagi pegawai di luar instansi atau
disebut dengan istilah open bidding. Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun
2014 pasal 99, seorang pegawai berstatus PPPK tidak dapat diangkat secara
otomatis menjadi calon PNS.
Hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 21
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara adalah
sebagai berikut:
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk selanjutnya disebut
dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai kewajiban sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara sebagai berikut:
1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab.
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk selanjutnya mengenai hak Pegawai Negeri Sipil (PNS), hak Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK), dan kewajiban Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
sebagaimana sebagaimana tersebut di atas diatur dengan Peraturan Pemerintah.
5. Dalam Hal kedisiplinan PNS terdapat aturan yang terbaru, sebutkan aturan
tersebut dan jelaskan perbedaan antara yang lama dengan aturan yang baru serta
berikan pendapat anda terkait hal tersebut?
Salah satu pasal yang paling menyita perhatian adalah hukuman bagi PNS yang
diketahui bolos kerja atau tidak masuk selama beberapa hari, baik dihitung
berturut-turut maupun secara kumulatif. Dalam aturan anyar tersebut, PNS yang
kedapatan tidak masuk kerja selama 10 hari secara terus menerus (berturut-turut)
maka mendapatkan sanksi dipecat dengan hormat. "Pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja,"
bunyi Pasal 11 PP Nomor 94 Tahun 2021. Sanksi pemecatan dengan hormat juga
berlaku untuk PNS yang bolos kerja atau tidak masuk kerja tanpa alasan jelas
selama 28 hari kerja atau lebih (secara kumulatif) dalam setahun.
----SELAMAT MENGERJAKAN---