PENGUATAN
KOMPETENSI
TEKNIS
BIDANG
TUGAS
ENDRASWORO WIRYAWAN
NIP. 199409262020121004
DIREKTORAT
JENDERAL
PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN
2021
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kekuatan, kesabaran,
dan kesehatan yang diberikan oleh-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas yang merupakan salah satu
syarat
Salam Hormat,
A. Latar Belakang
Proses perekrutan PNS dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu mulai dari
proses perhitungan beban kerja sampai dengan pengangkatan cpns. Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2014 pasal 63, menguraikan bahwa “Calon PNS wajib menjalani
masa percobaan”. Kemudian “Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.”.
Maksud dan tujuan dari pelatihan PKTBT yaitu agar peserta memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang bersifat umum/administratif serta yang bersifat
spesifik / substantif / bidang yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya
masing-masing.
BAB II
Hak dan kewajiban ASN diatur di dalam pasal 21 UU No. 5 Tahun 2011.
Hak PNS yaitu memperoleh gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun
dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi.
Sedangkan hak PPPK adalah gaji dan tunjangan; cuti; perlindungan; dan
pengembangan kompetensi. Pada pasal 23 dimuat kewajiban ASN yaitu,
Jabatan fungsional keahlian dari tingkat ahli pertama, ahli muda, ahli
madya dan ahli utama sedangkan fungsional keterampilan dari ahli pemula,
ahli terampil, ahli mahir dan ahli penyelia. Jabatan pimpinan tinggi dari tingkat
pimpinan tinggi pratama, pimpinan tinggi madya dan pimpinan tinggi utama.
Sedangkan untuk jabatan administrasi dimulai dari jabatan pelaksana, jabatan
pengawas dan jabatan administrator.
Penilaian prestasi kerja PNS didasarkan pada nilai SKP dan Perilaku
Kerja. SKP atau sasarak kerja pegawai merupakan target yang harus dicapai
dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur. SKP
disusun oleh PNS setiap bulan Januari. Adapun sanksi yang diberikan
terhadap PNS yang tidak menyusun SKP ialah dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penilaian SKP meliputi aspek
kuantitas, kualitas, waktu dan biaya. Penilaian SKP dilakukan dengan
melakukan perbandingan antara realiasasi kerja dan target kerja dengan nilai
maksimal 100%. Apabila PNS tidak mencapai nilai SKP yang diakibatkan oleh
faktor diluar kemampuan individu PNS maka penilaian didasarkan kepada
pertimbangan kondisi penyebabnya. Kreativitas PNS dan tugas tambahan
yang diberikan atasan dapat dimasukan menjadi bagian dari nilai SKP.
Perilaku Pekerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perilaku kerja
dinilai dari aspek, orientasi pelayanan; integritas; komitmen; disiplin; kerja
sama; dan kepemimpinan. Aspek diatas dinilai langsung oleh pejabat penilai
atau atasan langsung di instansi terkait. Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan
dengan menggabungkan nilai SKP dan perilaku Kerja. Bobot nilai SKP sebesar
60% sedangkan perilaku kerja adalah 40%.
D. Gaji
Salah satu dari hak PNS adalah gaji. Hal ini telah disebutkan dalam
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 pasal 79 ayat (1) bahwa “Pemerintah
wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin
kesejahteraan PNS.”
Selain gaji pokok, PNS juga mendapatkan tunjangan yang diatur dalam
perundang-undangan. Dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 pasal 80
ayat (1), menyatakan bahwa, “Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal
79, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas”. Kemudian dilanjut ke ayat (2)
menyatakan bahwa, “Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan”. Selain hal itu, dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 pasal 15, menyatakan bahwa selain gaji
pokok, PNS diberikan tunjangan sebagai berikut :
a. Tunjangan keluarga;
b. Tunjangan jabatan;
c. Tunjangan pangan;
d. Tunjangan lain-lain.
E. Cuti
a. cuti tahunan;
b. cuti besar;
c. cuti sakit;
d. cuti melahirkan;
e. cuti karena alasan penting;
f. cuti bersama; dan
g. cuti di luar tanggungan negara.
1.2. Tata Naskah Dinas
A. Pengertian dan Dasar Hukum
Naskah Dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi
kedinasan yang dibuat dan dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di
lingkungan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintah. Tata Naskah Dinas adalah penyeleggaraan komunikasi tulis
meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan,
distribusi, dan penyimpanan naskah dinas serta media yang digunakan
dalam komunikasi kedinasan. Dasar Hukum yang dipakai adalah:
a. Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutnanan RI no.
P.63/Menlhk-Setditjen/2015 Tentang Tata Naskah Dinas KLHK
b. Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutnanan RI no.
P.44/Menlhk-Setditjen/2016 Tentang Pedoman Tata Kearsipan
KLHK
a. Keputusan
Sekretaris Jenderal,
Nama
NIP
Sekretaris Jenderal,
u.b.
Nama
NIP
Selain itu penandatangan naskah dinas yang sah, yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan
Perubahan berarti bagian tertentu dari naskah dinas diubah.
Perubahan dinyatakan dengan lembar perubahan.
b. Pencabutan
Pencabutan berarti bahwa naskah dinas itu tidak berlaku sejak
pencabutan ditetapkan. Pencabutan naskah dinas dinyatakan
dengan penetapan naskah dinas baru.
c. Pembatalan
Pembatalan berarti bahwa seluruh materi naskah dinas tidak
berlaku mulai saat naskah dinas ditetapkan. Pembatalan naskah
dinas dinyatakan dengan penetapan naskah dinas yang baru.
d. Ralat
Ralat adalah perbaikan yang dilakukan karena terjadi salah
pengetikan atau salah cetak sehingga tidak sesuai dengan
naskah aslinya.
E. ARSIP
Presiden
Pemegang kekuasaan
pengelola keuangan negara
Gubernur/Bupati/Walikota
Menteri Keuangan Menteri PIM. Negara
selaku Kepala Pemda
Perencanaan dan
Penganggaran APBN
(Januari-Juli)
Pemeriksaan dan
Pembahasan APBN
pertanggungjawaban
(Agustus-Oktober)
APBN
Pelaksanaan APBN
(sejak Januari)
Pelaksanaan
Pelaporan
Anggaran
Pertanggungjawaban
Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang
yang dibeli atau diperoleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah disebut pengelola barang. Sedangkan Pengguna
Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan Barang Milik
Negara/Daerah. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau
pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang
yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
6. Penilaian
Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah, Pemanfaatan, atau
Pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk: Pemanfaatan dalam
bentuk Pinjam Pakai; dan atau pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.
Penilaian BMN dilakukan oleh Penilai Pemerintah, atau Penilai Publik
yang ditetapkan oleh Pengelola Barang Penilaian dilakukan untuk
mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Pemindahtanganan
Pemindahtanganan BMN adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara. BMN yang tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas
Pemerintahan Negara dapat dilakukan pemindahtanganan. Bentuk
Pemindahtanganan BMN:
a. Penjualan adalah Pengalihan hak kepemilikan BMN kepada pihak
lain dengan penggantian dalam bentuk uang
b. Tukar menukar Pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan antara
Pemerintah Pusat dan Pemda atau pihak lain dengan menerima
penggantian dalam bentuk barang, sekurangnya dengan nilai
seimbang
c. Hibah adalah Pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah Pusat
kepada Pemda atau kepada pihak lain tanpa memperoleh
penggantian
d. Penyertaan Modal Pemerintah adalah pengalihan kepemilikan
Barang Milik Negara/Daerah yang semula merupakan kekayaan
yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah pada
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan
hukum lainnya yang dimiliki negara.
8. Pemusnahan
Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan
Barang Milik Negara. Pemusnahan dilakukan dalam hal: BMN tidak
dapat digunakan, BMN tidak dapat dimanfaatkan, BMN tidak dapat
dipindahtangankan. Cara pemusnahan melalui Dibakar Dihancurkan,
Ditimbun, Ditenggelamkan, Cara lain sesuai UU.
9. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik
Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari
pejabat yang berwenang bertujuan untuk membebaskan Pengelola
Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya. Penghapusan dilakukan dengan menerbitkan
keputusan Penghapusan dari Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang. Penghapusan BMN dengan tindak
lanjut pemusnahan, dilakukan dengan ketentuan: Tidak dapat
digunakan, Tidak dapat dimanfaatkan, Tidak dapat dipindahtangankan,
dan Alasan lain sesuai ketentuan UU.
10. Penatausahaan
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi, pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pelaksanaan
penatausahaan BMN pada pengguna terdiri atas:
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) *
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W);
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UAPPB- El);
d. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB).
a. Pembukuan
Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke
dalam Daftar Barang yang ada pada Pengguna Barang/ Kuasa
Pengguna Barang dan Pengelola Barang menurut penggolongan
dan kodefikasi barang. Pembukuan dilakukan dengan mendaftarkan
dan mencatat BMN ke dalam Daftar Barang menurut penggolongan
dan kodefikasi barang. Penggolongan dan kodefikasi Barang Milik
Negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Inventarisasi
Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan,
pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMN. Maksud
Inventarisasi adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi
BMN yang sebenarnya. Tujuan Inventarisasi BMN adalah untuk
mengetahui tersedianya data semua BMN secara baik dalam upaya
mewujudkan tertib administrasi dan tertib fisik dan mempermudah
pelaksanaan pengelolaan BMN. Seluruh BMN merupakan objek
Inventarisasi yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN, atau berasal dari perolehan lainnya yang sah
c. Pelaporan
Pelaporan adalah serangkaian kegiatan penyusunan dan
penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit akuntansi
yang melakukan Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang/
Kuasa Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pelaporan Barang
Milik Negara disusun menurut perkiraan neraca yang terdiri dari,
aset lancar (persediaan), aset tetap (tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya
dan konstruksi dalam pengerjaan), dan aset lainnya (aset tak
berwujud, aset kemitraan dengan pihak ketiga dan aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan operasional pemerintahan)
11. Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian
Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan BMN dan
menetapkan kebijakan pengelolaan BMN. Kebijakan tersebut terdiri
atas Kebijakan Umum BMN dan/atau kebijakan teknis BMN.
2. Teknis Substantif
2.1. Tugas dan Fungsi Organisasi
A. Sejarah dan Tugas Fungsi Ditjen PHLHK
1. KESIMPULAN
A. Teknis Administrasi
1) Pengelolaan Kepegawaian
i. Dasar Hukum: UU No 5 Tahun 2014 tentang ASN dan PP nomor 11
tahun 2017 tentang Manajemen ASN
ii. Hak dan kewajiban ASN
Hak ASN adalah: gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun
dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi.
Sedangkan hak PPPK adalah gaji dan tunjangan; cuti; perlindungan;
dan pengembangan kompetensi.
iii. Mekanisme Pengadaan PNS dimulai dari
1. Penyusunan ABK
2. Penyusunan Anjab dan Evajab.
3. Penyusunan Peta Jabatan
4. Penetapan informasi.
5. Penerimaan dan pengangkatan CPNS
6. Pengangkatan PNS Pegawai yang lolos masa percobaan
iv. Cuti dibagi menjadi
cuti tahunan; cuti besar; cuti sakit; cuti melahirkan; cuti karena alasan
penting; cuti bersama; dan cuti di luar tanggungan negara.
2) Tata Naskah Dinas
I. Dasar Hukum Tata Naskah Dinas
Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutnanan RI no.
P.63/Menlhk-Setditjen/2015 Tentang Tata Naskah Dinas KLHK Dan
Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutnanan RI no.
P.44/Menlhk-Setditjen/2016 Tentang Pedoman Tata Kearsipan
KLHK
II. Jenis Naskah Dinas
Naskah dinas arahan, naskah dinas korespondensi, dan naskah
dinas khusus.
3) Alur Pengelolaan Keuangan
i. Dasar Hukum
ii. Alur Pengelolaan
Perencanaan
Penganggaran
Pertanggungjawaban
2. SARAN
Untuk lebih meningkatkan kemampuan peserta cpns mengenai kemampuan
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaksanaan kegiatan PKTBT selain
disampaiakan materi mengenai teknik administrative dan substantive juga diberikan
praktik langsung mengenai materi terkait dan diskusi mendalam dengan masing masing
pemangku materi.
LAMPIRAN
Dokumentasi
19