Anda di halaman 1dari 124

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PELATIHAN PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG


TUGAS (PKTBT) CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PEKANBARU

Disusun Oleh :

Nama : Reinhard Kennedy


NIP : 199406252022031007
Jabatan : Calon Verifikator Keuangan
Instansi : Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan
Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Tahun 2022

Disahkan:
Pekanbaru, Mei 2022

Disahkan oleh Disusun oleh


Kepala Balai Diklat LHK Pekanbaru Pelaksana kegiatan,

Kamaruddin, S.Hut.T Reinhard Kennedy, A.Md


NIP. 19730501 199403 1 002 NIP. 19940625 202203 1 007

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan kasih-Nya yang telah memberikan kesempatan, pengetahuan dan kelancaran
kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan Pelatihan Penguatan
Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) di Balai Diklat Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Pekanbaru sebagai Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Laporan
Pelaksanaan Penguatan Kompetensi Bidang Tugas ini tidak mungkin dapat
diselesaikan dengan baik. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis dengan
sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Kamaruddin, S.Hut.T selaku Kepala Balai Diklat Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Pekanbaru.
2. Bapak Budiono, S.H., M.H. selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
3. Seluruh Pengampu/Pembimbing di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru.
4. Seluruh Staff di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru.
5. Rekan-Rekan Peserta CPNS Tahun 2021 yang selalu meberikan semangat dan
motivasi
6. Teristimewa kepada keluarga terutama kepada orangtua penulis yang
senantiasa memberi dorongan semangat dari awal hingga selesainya laporan
pelaksanaan kegiatan PKTBT ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan Laporan


Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) ini. Dengan kerendahan
hati saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan PKTBT ini dapat memberikan
manfaat bagi penyelenggara Latsar CPNS, peserta dan pengampu/pendamping.

3
Pekanbaru, Mei 2022
Calon Pengawai Negeri Sipil

Reinhard Kennedy, A.Md.


NIP. 19940625 202203 1
007

4
DAFTAR ISI

LAPORAN KEGIATAN 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 5
DAFTAR LAMPIRAN 6
DAFTAR TABEL 7
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………………………………………………………………………………… 8

BAB I
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
……. 9

1.1. LATAR BELAKANG


………………………………………………………………………………………………………… 9
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
……………………………………………………………………………………………… 10

BAB II
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…. 11

2.1. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


……………………………………………………………………….. 11

2.2. MATERI KEGIATAN


………………………………………………………………………………………………….… 11

5
2.2.1. MATERI KEGIATAN KOMPETENSI TEKNIK ADMINISTRATIF
…………………………. 11

2.2.2. MATERI KEGIATAN KOMPETENSI TEKNIK SUBSTANTIF


………………………………. 12

2.3. KEGIATAN SETIAP MATERI


………………………………………………………………………………………… 12

2.3.1. TEKNIS ADMINISTRATIF


…………………………………………………………………………….. 12

2.3.2. TEKNIS SUBSTANTIF


…………………………………………………………………………………… 70

BAB III
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
… 91

3.1. KESIMPULAN
…………………………………………………………………………………………………………..… 91

3.2. SARAN
………………………………………………………………………………………………………………………. 91

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. JURNAL KEGIATAN ………………………………………….


92

6
LAMPIRAN 2. PKTBT DI PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN ………………
94
LAMPIRAN 3. PKTBT DI TATA NASKAH DINAS …………………………..
94
LAMPIRAN 4. PKTBT DI PENGELOALAAN KEUANGAN …………………
95
LAMPIRAN 5. PKTBT DI PENGELOAAN BMN ……………………………...
95
LAMPIRAN 6. PKTBT DI WIDYAISWARA …………………………………..
96
LAMPIRAN 7. PKTBT DI SPKD ………………………………………………..
96
LAMPIRAN 8. PKTBT DI SSED ………………………………………………...
97
LAMPIRAN 9. PEMAPARAN HASIL PKTBT DAN PENUTUPAN PKTBT ….
98

7
DAFTAR TABEL

NO KETERANGAN HAL

1 TABEL 1 29

2 TABEL 2 78

3 TABEL 3 80

8
DAFTAR GAMBAR

NO KETERANGAN HALAMAN

1 GAMBAR 1 16

2 GAMBAR 2 17

3 GAMBAR 3 57

4 GAMBAR 4 77

5 GAMBAR 5 78

6 GAMBAR 6 84

7 GAMBAR 7 85

9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara pasal 3 menerangkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada nilai
dasar, kode etik dan kode perilaku, komitmen, integritas moral, tanggung jawab
pada pelayanan public, memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas, dan adanya profesionalitas jabatan. Guna untuk meningkatkan
kompetensi bidang tugas mengacu pada peraturan pemerintah nomor 11 tahun
2017 tentang manajemen pengawai negeri sipil menerangkan bahwa Calon
Pegawai Negeri Sipil wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan ini
merujuk pada keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
No.13/K.1/PDP.07/2022 Tentang Pedoman Penyelenggaran Pelatihan Dasar
Calon Pengawai Negeri Sipil. Salah satu pelatihan dasar yang wajib diikuti oleh

10
Calon Pengawai Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT).
PKTBT merupakan pelatihan dasar CPNS yang yang diikuti oleh setiap
peserta di instansi masing-masing peserta secara serentak dan diselenggarakan
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul serta
bertanggungjawab dan memperkuat prefesionalisme serta kompetensi bidang.
Kegiatan penguatan kompetensi teknis bidang tugas terdiri dari kompetensi teknis
administrative dan kompetensi teknis substantive. Kompentesi teknis
administrative ini dibuat guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
bersifat umum/administrative yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
tugas peserta pelatihan dasar . Sedangkan kompetensi teknis substantive bertujuan
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat spesifik atau
bidang.
Laporan PKTBT ini bertujuan untuk peningkatan kompetensi teknis
administratif dan kompetensi teknis substantif sehingga setiap Calon Pegawai
Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat
memahami dan mengerti apa yang menjadi tugas serta fungsi baik secara
organisasi maupun jabatan masing-masing.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dilaksanakannya kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis


Bidang Tugas ini adalah sebagi berikut :

1. Memahami tugas pokok dan fungsi jabatan dengan baik pada instansi yang
ditetapkan

11
2. Mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik pada instansi yang
telah ditetapkan
3. Memahami Kompetensi Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas
4. Membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme
dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab di
kalangan Calon Pegawai Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

12
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PKTBT

2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) ini dilaksanakan
selama 15 hari kerja dimulai pada tanggal 09 Mei 2022 sampai dengan 31 Mei
2022 di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru.

2.2. Materi Kegiatan


Materi Penguatan Komptensi Teknis Bidang Tugas terdiri dari materi teknis
administratif dan teknis substantif. Materi Teknis Administrative bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan yang bersifat umum. Materi
administratif ini terdiri atas Pengelolaan Kepegawain, Tata Naskah Kedinasan,
Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) serta
Widyaiswara, Penyelenggaraan dan Kerjasama Diklat, serta Sarana Evaluasi dan
Pelaporan Diklat. Teknis substantive merupakan materi yang bertujuan untuk
penguatan kompetensi peserta dalam pengetahuan dan keterampilan yang bersifat
spesifik. Kompetensi teknis substantif ini terdiri atas tugas dan fungsi
organisasi/instansi serta tugas dan fungsi jabatan peserta.

2.2.1. Materi Kegiatan Kompetensi Teknis Administratif


Materi kompetensi teknis administrasi merupakan materi yang
memfasilitasi peserta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang bersifat umum/administrative dan diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan tugas peserta dalam keseharian. Adapun bagian kompetensi
teknis terdiri atas:
1. Pengelolaan Kepegawaian
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Kepegawaian,
Hak dan Kewajiban PNS, Tata Cara Pengajuan Cuti, Tata Cara Pengajuan

13
Kenaikan Gaji Berkala dan Tata Cara Pengajuan Kenaikan Pangkat dan
Jabatan.

2. Tata Naskah Kedinasan


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Naskah Kedinasan,
Pengertian, Jenis-jenis, Format, Penyusunan, Kewenangan Pejabat
Penandatangan Naskah Dinas dan Tata Persuratan.

3. Pengelola Keuangan
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Keuangan,
Struktur dan Mekanisme Pengelolaan Keuangan, serta Tata Cara
Pertanggungjawaban Keuangan Suatu Kegiatan.

4. Pengelolaan Barang Milik Negara


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan BMN,
Pengelolaan Barang Milik Negara, Pengelolaan Barang Persediaan dan
Daftar Inventaris Ruangan.

2.2.2 Materi Kegiatan Kompetensi Teknis Substantif


Kompetensi Teknis Subtantif mempelajari materi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat spesifik
(substantif dan/atau bidang) yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
tugas atau memfasilitasi peserta untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan pada pembentukan jabatan fungsional tertentu sesuai dengan
formasi jabatannya, yaitu :
1. Tugas dan Fungsi Organisasi/Instansi
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Struktur, SDM, Tugas dan Fungsi Kebijakan dan Program dan
Organisasi Unit Kerja serta Orientasi Lingkungan Kerja.
2. Tugas dan Fungsi Jabatan Peserta

14
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Jabatan Peserta, Tugas dan
Fungsi, Standar Kompetensi, Jenjang Karier dan Kepangkatan serta
Kegiatan pada Jabatan Peserta.
2.2.2.1. Bagian atau seksi yang tergabung dalam Kompetensi
Teknis Subtantif yaitu:
1. Widyaiswara
2. Seksi Penyelenggaraan dan Kerjasama Diklat
3. Seksi Sarana Evaluasi dan Pelaporan Diklat

2.3. Kegiatan Setiap Materi


2.3.1. Teknis Administratif
1. Pengelolaan Kepegawaian
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Kepegawaian,
Hak dan Kewajiban PNS, Tata Cara Pengajuan Cuti, Tata Cara Pengajuan
Kenaikan Gaji Berkala dan Tata Cara Pengajuan Kenaikan Pangkat dan
Jabatan.

A. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pengelolaan Kepegawaian


Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Kepegawaian yaitu:
a. Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah
profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai
ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi
tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

15
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
4. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya
disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
5. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
6. Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data
mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh,
dan terintegrasi dengan berbasis teknologi.
7. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada
instansi pemerintah.
8. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki
Jabatan Pimpinan Tinggi. 9. Jabatan Administrasi adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan
pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
10. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki
Jabatan Administrasi pada instansi pemerintah.
11. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan
pada keahlian dan keterampilan tertentu. 12. Pejabat Fungsional
adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Fungsional pada
instansi pemerintah.
13. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan

16
pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di
instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
15. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.
16. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan
lembaga nonstruktural.
17. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat
daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat
dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis
daerah.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
19. Komisi ASN yang selanjutnya disingkat KASN adalah lembaga
nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik.
20. Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN
adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan ASN
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
21. Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya disingkat BKN
adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pembinaan dan menyelenggarakan Manajemen ASN
secara nasional sebagaimana diatur dalam undangundang ini.
22. Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna

17
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecacatan.
b. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2020 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai
Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik
d. Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2015 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai ASN
e. PerMENPANRB No. 22 Tahun 2021 tentang pola karir PNS
f. PerMENPANRB No. 38 Tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi
Jabatan Aparatur Sipil Negara
g. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.29/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 Pedoman Tugas Belajar
Bagi Pegawai Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
h. Per LAN No. 10 tahun 2018 Tentang Pengembangan Kompetensi
PNS.
i. Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.

B. Hak dan Kewajiban PNS


Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara
terdiri atas Pegawai Negeri Sipil dan Pengawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kontrak. Dalam pasal 1 ayat 3 diterangkan bahwa Pegawai
Negeri Sipil merupakan warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Adapun yang menjadi
hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam Undang-Undang No. 5 tahun
2014 adalah sebagai berikut:
a. Hak Pegawai Negeri Sipil
1. Gaji, Tunjangan dan Fasilitas

18
2. Cuti
3. Jaminan Pensiunan dan Jaminan Hari Tua
4. Perlindungan
5. Pengembangan Kompetensi
b. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
1. Setia dan taat pada pancasila, Undang-undang dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan pemerintah yang sah
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran dan tanggungjawab
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam

Gambar 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014

C. Tata Cara Pengajuan Cuti

19
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Warga
Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat pegawai ASN secara tetap
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Salah satu hak Pegawai Negeri Sipil adalah mengajukan cuti. Cuti adalah
keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.
sesuai ketentuan Pasal 310 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dinyatakan bahwa cuti Pegawai
Negeri Sipil terdiri atas cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti melahirkan,
cuti karena alasan penting, cuti bersama, dan cuti di luar tanggungan negara.
Untuk menjamin keseragaman dan tertib administrasi dalam pemberian cuti
Pegawai Negeri Sipil dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34I Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil, tata cara pemberian cuti bagi Pegawai Negeri Sipil perlu ditetapkan
dengan Peraturan Badan Kepegawaian Negara. Bapak Amri, S.Kom. selaku
Staf Kepegawaian menjelaskan tentang Tata cara Pengajuan cuti, Pejabat
yang berwenang meberikan cuti, jenis-jenis cuti, cara permintaan dan
pemberian cuti berdasarkan undang-undang

Gambar 2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2107

a. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti

20
1. Cuti diberikan oleh PPK.
2. PPK sebagaimana di maksud pada angka 1 terdiri atas:
a) Menteri di kementerian, termasuk Jaksa Agung dan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia
b. Pimpinan Lembaga di lembaga pemerintah non kementerian,
termasuk Kepala Badan Inteligen Negara dan pejabat lain yang
ditentukan oleh Presiden
c. Sekretaris Jenderal di Sekretariat Lembaga Negara dan Lembaga
Nonstruktural, termasuk Sekretaris Mahkama Agung
d. Gubernur di Provinsi
e. Bupatu/Walikota di Kabupaten/Kota

3. PPK dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat di


lingkungannya untuk memberikan cuti, kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Badan ini.
4. Keputusan pendelegasian wewenang pemberian cuti sebagaimana
dimaksud pada angka 3 dibuat menurut contoh sebagaimana tercantum
dalam Anak Lampiran 1.a dalam peraturan BKN No.24 tahun 2017 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
5. Cuti bagi PNS yang ditugaskan pada lembaga yang bukan bagian dari
kementerian atau lembaga diberikan oleh pimpinan lembaga yang
bersangkutan kecuali cuti di luar tanggungan negara.

b. Jenis-Jenis dan Tata Cara Permintaan dan Pemberian Cuti

1. Cuti Tahunan

Tata cara permintaan cuti tahunan yaitu:


1) PNS dan Calon PNS yang telah bekerja paling kurang I (satu)
tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan
2) Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka
1 adalah 12 (dua belas) hari kerja.

21
3) Permintaan cuti tahunan dapat diberikan untuk paling kurang I
(satu) hari kerja.
4) Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud
PNS atau Calon PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.
5) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud,
Pejabat Yang Berwenang memberikan cuti tahunan kepada PNS atau
Calon PNS yang bersangkutan.
6) Permintaan dan pemberian cuti dibuat menurut contoh dengan
menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran l.b
dalam Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
7) Dalam hal hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 yang akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya maka
jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lam a 12
(dua belas) hari kalender.
8) Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang
bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling
lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun
berjalan
Contoh: Sdr. Andi NIP. 196303121991021005 dalam tahun 2018 tidak
mengajukan permintaan cuti tahunan. Pada tahun 2O19 yang
bersangkutan mengajukan permintaan cuti tahunan, untuk tahun 2O18
dan tahun 2O19. Dalam hal demikian maka Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti hanya dapat memberikan cuti tahunan kepada PNS
yang bersangkutan paling lama 18 (delapan belas) hari kerja.
9) Sisa hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun
bersangkutan dapat digunakan pada tahun berikutnya paling banyak 6
(enam) hari kerja Contoh:
a. Sdri. Ani NIP. 198609222O14O22OO1, tahun 2018 menggunakan
hak cuti tahunan selama 3 (tiga) hari kerja, sisa hak cuti tahunan Sdri.Ani

22
Dia pada tahun 2018 sebanyak 9 (sembilan) hari kerja. Dalam hal
demikian hak cuti tahunan yang dapat diperhitungkan untuk tahun 2OI9
sebanyak 18 (delapan belas) hari kerja, termasuk cuti tahunan dalam
tahun 2O19.
b. Sdri. Anggun NIP 197805262010052009, tahun 2OI8
menggunakan hak cuti tahunan selama 7 (tujuh) hari kerja, sisa hak cuti
tahunan Sdri. Anggun pada tahun 2018 sebanyak 5 (lima) hari kerja.
Dalam hal demikian hak cuti tahunan yang dapat diperhitungkan untuk
tahun 2O19 sebanyak 17 (tujuh belas) hari kerja.
10) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang
tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut, dapat digunakan
dalam tahun berikutnya untuk paling Iama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan contoh:
a. Sdr. Adit NIP. 198009252004021004 dalam tahun 2018 dan tahun
2019 tidak mengajukan permintaan cuti tahunan. Pada tahun 2020 yang
bersangkutan mengajukan permintaan cuti tahunan untuk tahun 2018,
2019 dan 2020. Dalam hal demikian Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti dapat memberikan cuti tahunan kepada PNS
bersangkutan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja,
termasuk cuti tahunan dalam tahun 2020.
b. Sdr. Amir NIP. 198505I420I40 1 1001, tahun 20I7 menggunakan
hak cuti tahunan selama 5 (lima) hari kerja. Pada tahun 2018, cuti
tahunan tidak digunakan. Dalam hal demikian Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti dapat memberikan cuti tahunan kepada PNS
bersangkutan untuk paling lama 18 (delapan belas) hari keda, termasuk
cuti tahunan dalam tahun 20I9.
c. Sdri. Anggi NIP. 198708I20I4022001, tahun 2018 menggunakan
hak cuti tahunan selama 7 (tujuh) hari kerja. Pada tahun 2019, cuti
tahunan yang bersangkutan tidak digunakan. Dalam hal demikian Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan cuti tahunan

23
kepada PNS bersangkutan untuk paling lama 18 (delapan belas) hari
kerja, termasuk cuti tahunan dalam tahun 2020.
11) Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya oleh
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti untuk paling lama 1 (satu)
tahun, apabila terdapat kepentingan dinas mendesak.
12) Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud
pada angka 11 dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua
puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun
berjalan contoh. Sdri. Afia NIP. 1990092520I4022004 mengajukan
permintaan cuti tahunan untuk tahun 20I8 selama 12 (dua belas) hari
kerja. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti tidak memberikan cuti
karena kepentingan dinas mendesak. Dalam hal demikian maka hak atas
cuti tahunan Sdri. Afia pada tahun 20I9 menjadi selama 24 (dua puluh
empat) hari kerja, termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
13) Dalam hal terdapat PNS yang telah menggunakan Hak atas cuti
tahunan dan masih terdapat sisa Hak atas cuti tahunan untuk tahun
berjalan, dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti untuk tahun berikutnya, apabila terdapat
kepentingan dinas mendesak.
14) Hak atas sisa cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana
dimaksud pada angka 13 dihitung penuh dalam tahun berikutnya.
Contoh:
Sdr. Agus NIP. 199009252014021004 memiliki sisa cuti tahunan pada
tahun 2018 sebanyak 9 (sembilan) hari keda. Pada akhir tahun 2OI8 yang
bersangkutan mengajukan kembali permintaan cuti tahunan untuk tahun
2018 selama 9 (sembilan) hari kerja. Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti menangguhkan hak atas cuti tahunan untuk tahun 2018
karena kepentingan dinas mendesak. Dalam hal demikian maka hak atas
cuti tahunan Sdr. Agus pada tahun 20I9 menjadi selama 2t (dua puluh
satu) hari kerja, termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun 20I9.

24
15) PNS yang menduduki jabatan guru pada sekolah dan jabatan dosen
pada perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan
perundang-undangan, disamakan dengan PNS yang telah menggunakan
hak cuti tahunan.
16) Pemberian cuti tahunan harus memperhatikan kekuatan jumlah
pegawai pada unit kerja yang bersangkutan.

2. Cuti Besar
1) PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan.
2) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti
tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
Contoh: Sdr. Aldi NIP. 19800II22014011005 telah bekerja secara terus
menerus sejak Januari 20I4. Pada tanggal 10 Februari 20I9 mengajukan
permintaan cuti besar selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai I Maret 20I9
sampai dengan 31 Mei 2019. Kemudian pada tanggal 18 Februari 2019
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti, memberikan cuti besar
sesuai permintaan PNS yang bersangkutan. Dalam hal demikian maka
Sdr. Aldi tidak berhak atas cuti tahunan untuk tahun 20I9 dan cuti besar
berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1 Juni 2024.
3) PNS yang telah menggunakan hak atas cuti tahunan pada tahun
yang bersangkutan maka hak atas cuti besar yang bersangkutan diberikan
dengan memperhitungkan hak atas cuti tahunan yang telah digunakan.
Contoh: Sdr. Ahmad NIP. 19850122014011009 telah bekerja secara terus
menerus sejak 1 Januari 2014. Pada bulan Maret 2019 yang bersangkutan
telah menggunakan hak atas cuti tahunan tahun 2019 selama 12 (dua
belas) hari kerja. Pada tanggal 4 November 2019 mengajukan permintaan
cuti besar selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai 18 November 2019
sampai dengan 18 Februari 2020. Dalam hal Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti akan memberikan cuti selama 3 (tiga) bulan maka:
a. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti, saat menetapkan
pemberian cuti besar tetap mempertimbangkan cuti tahunan yang sudah

25
digunakan selama 12 (dua belas) hari kerja sebelum mengajukan
permintaan cuti besar.
b. Hak atas cuti besar Sdr. Ahmad diberikan paling lama terhitung
mulai 18 November 2019 sampai dengan 31 Januari 2020.
c. Sdr. Ahmad masih mempunyai hak atas cuti tahunan pada tahun
2020.
d. Cuti besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1 Februari
2025.
4) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar dan masih mempunyai
sisa hak atas cuti tahunan tahun sebelumnya maka dapat menggunakan
sisa hak atas cuti tahunan tersebut.
Contoh: Sdr. Abdul NIP. 198504032012021007 telah bekerja secara
terus menerus sejak I Februari 2012. Pada tahun 2017, yang
bersangkutan memiliki hak cuti tahunan 20I7 selama 11 (sebelas) hari
dan sisa hak cuti tahunan tahun 2016 selama 6 (enam) hari. Pada tanggal
28 Agustus 2017 mengajukan permintaan cuti besar selama 3 (tiga) bulan
terhitung mulai 1 September 2017 sampai dengan 30 November 2017.
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan cuti besar
secara penuh selama 3 (tiga) bulan. Dalam hal demikian, maka:
a. Sdr. Abdul tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun 2017.
b. Sdr. Abdul masih mempunyai hak atas sisa cuti tahunan tahun
2016 selama 6 (enam) hari.
c. Cuti besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1 Desember
2022.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, dikecualikan bagi
PNS yang masa kerjanya belum 5 (lima) tahun untuk kepentingan agama,
yaitu menunaikan ibadah haji pertama kali dengan melampirkan jadwal
keberangkatan/kelompok terbang (kloter) yang dikeluarkan oleh instansi
yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji.

26
6) Untuk menggunakan hak atas cuti besar sebagaimana dimaksud
pada angka 1, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.
7) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud
pada angka 6, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti memberikan
cuti besar kepada PNS yang bersangkutan.
8) Permintaan dan pemberian cuti besar sebagaimana dimaksud pada
angka 6 dan angka 7 dibuat menurut contoh menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran l.b dalam Peraturan BKN
No.24 Tahun 2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
9) Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti untuk paling lama I (satu) tahun
apabila terdapat kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk kepentingan
agama. Contoh: Sdr. Arman NIP 1980011220I40 I 1005 telah bekerja
secara terus-menerus sejak Januari tahun 20I4. Dalam bulan Maret 20I9
ia mengajukan cuti besar selama 3 (tiga) bulan, tetapi oleh karena
kepentingan dinas mendesak, pemberian cuti besar ditangguhkan selama
I (satu) tahun, sehingga yang bersangkutan diberikan cuti besar mulai 1
Maret sampai dengan 31 Mei 2020. Dalam hal demikian perhitungan hak
atas cuti besar berikutnya bukan terhitung mulai bulan Juni 2025, tetapi
terhitung mulai bulan Juni 2024.
10) PNS yang menggunakan cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan,
maka sisa cuti besar yang menjadi haknya hapus. Contoh: Sdr. Aman
Sinaga NIP 198101152010031005 telah bekerja secara terus menerus
sejak 1 Maret 20 10. Pada 10 Mei 20I7 yang bersangkutan mengajukan
cuti besar selama 2 (dua) bulan sampai dengan 10 Juli 20I7. Dalam hal
demikian maka sisa hak atas cuti besar selama 1 (satu) bulan menjadi
hapus. Sdr. Aman Sinaga baru dapat mengajukan cuti besar berikutnya
setelah 10 Juli 2022.

27
11) Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan PNS.
12) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 1 1, terdiri atas
gaji pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan pangan sampai dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur gaji, tunjangan, dan
fasilitas PNS.
3. Cuti Sakit
1) Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2) PNS yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit
secara tertulis kepada atasan langsung dengan melampirkan surat
keterangan dokter baik di dalam maupun di luar negeri yang memiliki
izin praktek yang dikeluarkan oleh pejabat/instansi yang berwenang.
3) PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari, harus mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan cuti sakit dengan melampirkan
surat keterangan dokter baik di dalam maupun di luar negeri yang
memiliki izin praktek yang dikeluarkan oleh pejabat/instansi yang
berwenang.
4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan
3 paling sedikit memuat pernyataan tentang perlunya diberikan cuti,
lamanya cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.
5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada angka 3 diberikan untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun.
6) Jangka waktu cuti sakit, sebagaimana dimaksud pada angka 5
dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan,
berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
7) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada angka 6, harus diuji kembali kesehatannya

28
oleh tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
8) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana
dimaksud pada angka 7 PNS belum sembuh dari penyakitnya, PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit
dengan mendapat uang tunggu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
9) PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit
untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan
10) Untuk menggunakan cuti sakit sebagaimana dimaksud pada angka
2 dan angka 3, PNS mengajukan permintaan secara tertulis.
11) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud
pada angka 10, atasan langsung atau Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti memberikan cuti sakit
12) Permintaan dan pemberian cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
angka 10 dan angka 11 dibuat menurut contoh dengan menggunakan
formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
13) PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu
mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan
sembuh dari penyakitnya
14) Selama menjalankan cuti sakit, PNS menerima penghasilan PNS.
15) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 14, terdiri atas gaji
pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan jabatan, dan
tunjangan lainnya sampai dengan ditetapkannya peraturan pemerintah
yang mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS.
4. Cuti Melahirkan
Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada
saat menjadi PNS berhak atas cuti melahirkan. Lamanya cuti melahirkan
sebagaimana adalah 3 (tiga) bulan. Untuk menggunakan hak atas cuti

29
melahirkan sebagaimana PNS yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti. Berdasarkan permintaan secara tertulis, Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti melahirkan kepada PNS yang bersangkutan.
Permintaan dan pemberian cuti melahirkan dibuat menurut contoh
dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran lb dalam Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Dalam hal tertentu
PNS dapat mengajukan permintaan cuti melahirkan kurang dari 3 (tiga)
bulan. Selama menggunakan hak cuti melahirkan, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS. Penghasilan terdiri atas gaji
pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan dan tunjangan jabatan
sampai dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur gaji,
tunjangan, dan fasilitas PNS. Untuk kelahiran anak keempat dan
seterusnya kepada PNS diberikan cuti besar. Cuti besar untuk kelahiran
anak keempat dan seterusnya berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Permintaan cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan;
2) Mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 5 tahun
secara terus-menerus
3) Lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti melahirkan.
5. Cuti Karena Alasan Penting
1) PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila ibu, bapak,
isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras
atau meninggal dunia.
a. Salah seorang anggota keluarga yang meninggal dunia, dan
menurut peraturan perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia.
b. Melangsungkan perkawinan.
2) Sakit keras dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat
inap dari Unit Pelavanan Kesehatan.

30
3) PNS laki-laki yang isterinya melahirkan operasi caesar dapat
diberikan cuti karena alasan penting dengan melampirkan surat
keterangan rawat inap dari Unit Pelayanan Kesehatan.
4) Dalam hal PNS mengalami musibah kebakaran rumah atau
bencana alam, dapat diberikan cuti karena alasan penting dengan
melampirkan surat keterangan paling rendah dari Ketua Rukun Tetangga.
5) PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yang
rawan dan atau berbahaya dapat mengajukan cuti karena alasan penting
guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan.
6) Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti paling lama 1 (satu) bulan.
7) Untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti.
8) Berdasarkan permintaan secara tertulis Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti memberikan cuti karena alasan penting kepada PNS
yang bersangkutan.
9) Permintaan dan pemberian cuti karena alasan penting dibuat
menurut contoh dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum
dalam Anak Lampiran l.b dalam Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
10) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang bersangkutan tidak
dapat menunggu keputusan dari Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti, pejabat yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja
dapat memberikan izin sementara secara tertulis untuk menggunakan hak
atas cuti karena alasan penting.
11) Pejabat sebagaimana yang dimaksud pada angka 10 dapat
memberikan izin sementara secara tertulis menurut contoh sebagaimana
tercantum dalam Anak Lampiran 1.c dalam Peraturan BKN No.24 Tahun
2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

31
12) Pemberian izin sementara harus segera diberitahukan kepada
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.
13) Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti setelah menerima
pemberitahuan memberikan hak atas cuti karena alasan penting kepada
PNS yang bersangkutan.
14) Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, PNS
yang bersangkutan menerima penghasilan PNS.
15) Penghasilan terdiri atas gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan
pangan, dan tunjangan jabatan sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah yang mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS.
6. Cuti Bersama
Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama sebagaimana
dimaksud tidak mengurangi hak cuti tahunan. Cuti bersama ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. PNS yang karena jabatannya tidak diberikan
hak atas cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan
jumlah cuti bersama yang tidak diberikan. Contoh: Sdri. Alda Rizma,
NIP. 198140042010122001 PNS yang menduduki jabatan fungsional
perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Brebes. Pada bulan Juni tahun
20I7 yang bersangkutan tidak diberikan hak cuti bersama dalam rangka
Hari Raya Idul Fitri selama 5 (lima) hari kerja karena harus tugas jaga
piket. Dalam hal demikian, maka hak atas cuti tahunan tahun 2017
ditambah 5 (lima) hari kerja. Penambahan hak atas cuti tahunan hanya
dapat digunakan dalam tahun berjalan. Ketentuan penggunaan hak atas
cuti tahunan tambahan dapat dikecualikan dalam hal tanggal cuti bersama
merupakan beberapa hari terakhir dalam tahun berjalan. Penambahan hak
atas cuti tahunan dapat digunakan pada tahun berikutnya.
7. Cuti di Luar Tanggungan Negara
PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus-
menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di luar
tanggungan negara. Alasan pribadi dan mendesak yaitu, mengikuti atau
mendampingi suami/ isteri tugas negara/tugas belajar di dalam/luar

32
negeri, mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri, menjalani
program untuk mendapatkan keturunan, mendampingi anak yang
berkebutuhan khusus, mendampingi suami/isteri/anak yang memerlukan
perawatan khusus, mendampingi/merawat orang tua/mertua yang
sakit/uzur. Untuk mengajukan cuti di luar tanggungan negara karena
alasan mengikuti atau mendampingi suami/ isteri tugas negara/tugas
belajar di dalam/luar negeri harus melampirkan surat penugasan atau
surat perintah tugas negara/tugas belajar dari pejabat yang berwenang.
Untuk mengajukan cuti di luar tanggungan negara karena alasan
mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri harus
melampirkan surat keputusan atau surat penugasan/pengangkatan dalam
jabatan. Untuk mengajukan cuti di luar tanggungan negara karena alasan
menjalani program untuk mendapatkan keturunan, mendampingi anak
yang berkebutuhan khusus, mendampingi suami/isteri/anak yang
memerlukan perawatan khusus harus melampirkan surat keterangan
dokter spesialis. Untuk mengajukan cuti di luar tanggungan negara
karena alasan mendampingi/merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur
harus melampirkan surat keterangan dokter. Cuti di luar tanggungan
negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun. jangka waktu
cuti di luar tanggungan negara sebagaimana dimaksud pada angka 7
dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan
yang penting untuk memperpanjangnya. Cuti di luar tanggungan negara
mengakibatkan PNS yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya.
Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di luar tanggungan
negara harus diisi. Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara,
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan permohonan secara
tertulis kepada PPK disertai dengan alasan yang dibuat. Berdasarkan
permintaan/ permohonan secara tertulis, PPK atau pejabat lain yang
ditunjuk mengajukan permintaan persetujuan kepada Kepala Badan
Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian
Negara yang dibuat rangkap 3 (tiga) menurut contoh sebagaimana

33
tercantum dalam Anak Lampiran l.d yang dimuat dalam Peraturan BKN
No.24 tahun 2017. Dalam hal permintaan/permohonan cuti disetujui,
Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan
Kepegawaian Negara menandatangani persetujuan. Dalam hal
permintaanf/permohonan cuti ditolak, Kepala Badan Kepegawaian
Negara/ Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara
mengembalikan secara tertulis usul persetujuan disertai alasan penolakan.

C. Tata Cara Pengajuan Kenaikan Gaji Berkala


Kenaikan Gaji Berkala (KGB) adalah kenaikan gaji yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah mencapai masa kerja golongan
yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu setiap 2 (dua) tahun
sekali dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengajuan gaji berkala dilakukan dengan
mempersiapkan dokumen berupa SK.CPNS/SK PNS, SK Kenaikan
Pangkat/Jabatan, Berkas Kenaikan Gaji Berkala sebelumnya. Pegawai yang
memproses kenaikan gaji berkala membuat daftar nominatif pegawai yang
sudah waktunya dibuatkan KGB dengan cara mengecek data, meminta SK
KP atau KGB terakhir ke petugas arsip. Komponen menghitung KGB
berdasarkan masa kerja di SK Kenaikan Pangkat terakhir dan TMT
(Terhitung Mulai Tanggal) berlakunya SK tersebut atau berdasarkan masa
kerja dan TMT pada SPT KGB yang terakhir. Golongan I dnan II Gaji
Berkala akan naik tiap masa kerja ganjil. Golongan III dan IV akan naik tiap
masa kerja genap.

D. Tata Cara Pengajuan Pangkat dan Jabatan


Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 1999 kemudian diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 dan Kep. Kepala BKN No.12 Tahun
2002. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat adalah penghargaan

34
yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil
terhadap negara. Kenaikan Pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem
kenaikan pangkat reguler dan sistem kenaikan pangkat pilihan.
Kenaikan Pangkat Reguler adalah penghargaan yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa
terikat pada jabatan. Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil termasuk Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas
belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan
fungsional tertentu dan dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di
luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu. Kenaikan
pangkat diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsungnya.
Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan setingkat lebih tinggi apabila
sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir dan setiap
unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir.
Kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil atas prestasi kerjanya yang tinggi.
Masa kerja untuk kenaikan pangkat pertama dihitung sejak pengangkatan
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil /Pegawai Negeri Sipil. Periode
kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan pada 1 April dan 1
Oktober setiap tahun. Pegawai Negeri Sipil yang kenaikan pangkatnya
mengakibatkan pindah golongan dari golongan II menjadi golongan III dan
golongan III menjadi golongan IV, harus telah mengikuti dan lulus ujian
dinas yang ditentukan, kecuali bagi kenaikan pangkat yang dibebaskan oleh
ujian dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kenaikan pangkat pilihan
diberikan kepada PNS beberapa kondisi yaitu :

a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.


b. Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
c. Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya.

35
d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara.
e. Diangkat menjadi pejabat negara.
f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah.
g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional tertentu.
h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar.
i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya
yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan
eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

No. PANGKAT GOLONGAN RUANG


1. Juru Muda I A
2. Juru Muda Tingkat I I B
3. Juru I C
4. Juru Tingkat I I D
5. Pengatur Muda II A
6. Pengatur Muda Tingkat I II B
7. Pengatur II C
8. Pengatur Tingkat I II D
9. Penata Muda III A
10. Penata Muda Tingkat I III B
11. Penata III C
12. Penata Tingkat I III D
13. Pembina IV A
14. Pembina Tingkat I IV B
15. Pembina Utama Muda IV C
16. Pembina Utama Madya IV D
17. Pembina Utama IV E
Tabel 1. Nama dan Susunan Pangkat dan Golongan

Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh:

36
a. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I,
golongan ruang I/b ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru,
golongan ruang I/c.
b. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
Diploma I atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I,
golongan ruang I/d ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
c. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, golongan ruang
II/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda
Tingkat I, golongan ruang II/b.
d. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Diploma III, dan
masih berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke
bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang
II/c.
e. Ijazah Sarjana (S1), atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat
Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a.
f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S2) atau Ijazah lain
yang setara, dan masih berpangkat Penata Muda, golongan ruang III/a ke
bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b.
g. Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Penata, golongan ruang III/c.

Dokumen/Berkas Kenaikan Pangkat:


1. Kenaikan Pangkat Otomatis (KPO)/KP Reguler
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy STLUD bagi Gol. II/d usul KP ke Gol. III/a (Legalisir)

37
c. Foto Copy SK Sanksi bagi yang pernah kena sanksi (Legalisir)
e. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
2. Kenaikan Pangkat Pilihan Struktural
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
c. Foto Copy Surat Pernyataan Menduduki Jabatan, Pernyataan
Pelantikan/BAB Pelantikan (Legalisir)
d. Foto Copy SK Jabatan Atasan yang baru apabila dimutasikan waktu
diusulkan KP nya (Legalisir)
e. Foto Copy SK Pemberhentian Sementara dari JFT bila sebelumnya
sebagai Pejabat Fungsional tertentu (Legalisir)
3. Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Tertentu
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
c. PAK Asli dan foto copy PAK berkesinambungan (dari PAK KP terakhir
s/d PAK akan diusulkan KP) (Legalisir)
d. Foto Copy Sertifikat Uji Kompetensi bagi yang alih jenjang jabatan
(Legalisir)
e. Foto Copy Pernyataan Pelantikan bagi yang alih jenjang jabatan
(Legalisir)
f. Foto Copy SK Pemberhentian Sementara sebagai JFT apabila pernah
diberhentikan sementara dari JFT (Legalisir)
g. Foto Copy SK Pengangkatan dan Pengaktifan kembali sebagi JFT apabila
pernah diberhentikan sementara dari JFT (Legalisir)
h. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir
4. Kenaikan Pangkat Penggunaan Ijazah
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Tugas Belajar/Izin Belajar (Legalisir)
c. Foto Copy Ijazah S1/S2/S3, Transkrip Nilai (Legalisir Dekan PT) dan
akreditasi prodi pada tahun lulus (Legalisir)
d. Foto Copy Surat Tanda Lulus Ujian Pencantuman Gelar (Legalisir)

38
e. Asli Uraian Tugas Jabatan yang baru, untuk penyesuaian ijazah S1 yang
ditandatangani Pejabat Pembina Kepegawaian (Pejabat Eselon II)
f. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
5. Kenaikan Pangkat Tugas Belajar
a. Foto Copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Tugas Belajar (Legalisir)
c. Foto Copy SK Pemberhentian Sementara sebagai JFT apabila sebelumnya
JFT (Legalisir)
d. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
6. Kenaikan Pangkat Golongan Ruang IV/c ke Atas
a. Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Tertentu Golongan Ruang IV/c ke
Atas
1) Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
2) Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
3) PAK Asli dan Foto Copy PAK berkesinambungan (dari PAK KP
Terakhir sampai dengan PAK akan diusulkan KP) (Legalisir)
4) Foto Copy Sertifikat Uji Kompetensi bagi yang alih jenjang jabatan
(Legalisir)
5) Foto Copy Pernyataan Pelantikan/BA Pelantikan (Legalisir)

6) Foto Copy SK Pemberhentian Sementara sebagai JFT apabila pernah


diberhentikan sementara dari JFT (Legalisir)
7) Foto Copy SK Pengangkatan dan Pengaktifan kembali sebagai JFT
apabila pernah diberhentikan sementara dari JFT (Legalisir)
8) Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir
b. Kenaikan Pangkat Pilihan Struktural Golongan Ruang IV/c ke Atas
1) Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
2) Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
3) Foto Copy Surat Pernyataan Menduduki Jabatan, Pernyataan
Pelantikan/BAP Pelantikan (Legalisir)
4) Foto Copy SK Jabatan Atasan yang baru apabila dimutasikan waktu
diusulkan KP nya (Legalisir)

39
5) Foto Copy SK Pemberhentian Sementara dari JFT jika sebelumnya
sebagai Pejabat Fungsional tertentu (Legalisir)
6) Foto Copy Sertifikat Pelatihan Kepemimpinan Nasional (Diklatpim)
sesuai dengan tingkat jabatan (Legalisir)
7) Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
8) Foto Copy Hasil Seleksi Jabatan 3 Besar (Legalisir)
9) Foto Copy Rekomendasi Komisi Aparatur Sipil Negara (Legalisir)

Dalam Pengeloaan Kepegawaian terdapat aplikasi Simpeg Online.


Adapun TATA CARA PENGGUNAAN SIMPEG ONLINE KLHK
 ALAMAT SIMPEG ONLINE Browser yang mendukung SIMPEG
online adalah Mozilla firefox dan Chrome. Untuk membuka
SIMPEG Online KLHK, ketikkan pada browser anda alamat
http://simpeg.menlhk.go.id/
 LOGIN dengan menggunakan Kombinasi USERID, PASSWORD,
dan Kode captcha yang tertera.
 Terdapat menu yang berupa : UPLOAD, INBOX, DRH, USULAN
KARTU, USULAN PENYESUAIN DATA, SYARAT
KEPEGAWAIAN

2. Tata Naskah Kedinasan


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Naskah Kedinasan,
Pengertian, Jenis-jenis, Format, Penyusunan, Kewenangan Pejabat
Penandatangan Naskah Dinas dan Tata Persuratan. Bimbingan Penguatan
Kompetensi Teknis dengan tentang Naskah Dinas dilakukan dengan Bapak
Muh. Safei.

A. DASAR HUKUM TERKAIT NASKAH KEDINASAN


 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan 
Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman  Tata
Naskah Dinas Instansi Pemerintah.

40
Adapun Maksud dan Tujuan dalam Peraturan ini yaitu
1. Maksud Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah dimaksudkan
sebagai acuan penyelenggaraan tata naskah dinas pada instansi pemerintah.
2. Tujuan Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah bertujuan
menciptakan kelancaran komunikasi tulis yang efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan pemerintahan. 
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 
P.63/Menlhk-Setjen/2015 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas 
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :
1. Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2. Tata Kearsipan adalah kegiatan pengelolaan arsip sejak dibuat, diterima,
diproses, disimpan, sampai dengan disusutkan.
3. Penyelenggaraan Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah keseluruhan kegiatan meliputi kebijakan, pembinaan
kearsipan, dan pengelolaan arsip dalam sistem kearsipan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang didukung oleh sumber daya
manusia, prasarana dan sarana, serta sumber daya lainnya.
4. Arsip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang selanjutnya
disebut arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk
dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang dibuat dan diterima oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
5. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam
kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan disimpan
selama jangka waktu tertentu.
6. Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar
bagi kelangsungan operasional Kementerian Lingkungan Hidup dan

41
Kehutanan, tidak dapat diperbaharui dan tidak tergantikan apabila rusak
atau hilang.
7. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau
terus menerus.
8. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun.
9. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis
retensinya dan berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik
secara langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik
Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.
10. Arsip terjaga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
selanjutnya disebut arsip terjaga adalah arsip yang berkaitan dengan
keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara yang harus dijaga
keutuhan, keamanan, dan keselamatannya. 11. Klasifikasi Arsip adalah
pengelompokan arsip yang disusun secara logis dan sistematis berdasarkan
kesamaan urusan kegiatan organisasi serta berfungsi sebagai pedoman
pemberkasan dan penemuan kembali.
12. Pola Klasifikasi adalah suatu pola atau bagan yang berupa daftar
pengelompokan subyek yang dibuat secara berjenjang/hierarki, yang
disusun berdasarkan kesamaan urusan kegiatan atau masalah dan dibuat
secara logis dan sistematis.
13. Kode Klasifikasi adalah tanda pengenal urusan suatu dokumen dari
klasifikasi yang telah ditetapkan.
14. Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat JRA adalah daftar yang
berisi sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis
arsip dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatu jenis
arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yang dipergunakan
sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
15. Klasifikasi keamanan arsip dinamis adalah
pengkategorian/penggolongan arsip dinamis berdasarkan pada tingkat

42
keseriusan dampak yang ditimbulkan terhadap kepentingan dan keamanan
negara, publik dan perorangan.
16. Klasifikasi akses arsip adalah pengkategorian pengaturan ketersediaan
arsip dinamis sebagai hasil kewenangan hukum dan otoritas legal pencipta
arsip untuk mempermudah pemanfaatan arsip.
17. Kartu Kendali/Buku Kendali adalah lembar isian atau formulir untuk
mencatat data/informasi suatu naskah dinas.
18. Lembar Disposisi adalah lembar isian/formulir untuk memberikan
petunjuk/instruksi dan berfungsi sebagai sarana pengendalian
perkembangan naskah dinas.
19. Lembar Penerus adalah lembar yang berfungsi sebagai alat pengendali
dan memonitor surat di lingkungan Unit Pengolah.
20. Lembar Pengantar Naskah Dinas Biasa/Rahasia adalah formulir yang
digunakan sebagai sarana pengiriman dan bukti penerimaan naskah dinas
biasa/rahasia.
21. Jaringan Informasi Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah sistem jaringan informasi dan sarana pelayanan arsip
yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
22. Unit Pengolah adalah satuan kerja pada Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengolah
semua arsip yang berkaitan dengan kegiatan penciptaan arsip di
lingkungannya .
23. Unit Kearsipan adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
24. Unit Kearsipan I adalah satuan kerja pada Eselon I yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
25. Unit Kearsipan II adalah satuan kerja pada Eselon II yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
26. Unit Kearsipan Daerah adalah satuan kerja lingkup Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di daerah yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.

43
27. Unit Pusat Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
adalah satuan kerja pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
yang mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dibidang kearsipan,
menerima, mengolah, menyimpan, menyusutkan arsip inaktif, melakukan
penataan sistem kearsipan, pelayanan jasa kearsipan dan penyuluhan,
perawatan koleksi dan pelacakan arsip serta pengembangan teknologi
kearsipan, menganalisis nilai guna, preservasi dan konservasi arsip,
penyelamatan dan pengamanan arsip vital dan arsip terjaga, serta melakukan
akuisisi arsip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
28. Lembaga Kearsipan adalah lembaga yang memiliki fungsi, tugas dan
tanggung jawab di bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan
nasional (ANRI).
29. Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan,
pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna dan penyerahan arsip
statis kepada lembaga kearsipan (Arsip Nasional Republik Indonesia).
30. Autentikasi adalah proses validasi untuk pengesahan suatu dokumen.
31. Arsiparis adalah seseorang yang memiliki kompetensi dibidang
kearsipan yang diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendidikan
dan pelatihan kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas, dan tanggung jawab
melaksanakan kegiatan kearsipan.
32. Pengelola Arsip adalah sumber daya manusia di bidang kearsipan.
33. Naskah Dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi
kedinasan yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di
lingkungan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan.
34. Naskah Dinas Penting adalah naskah dinas yang isinya mengandung
hal-hal yang bersifat strategis, kebijaksanaan dan operasional serta
memerlukan proses penyelesaian lebih lanjut.
35. Naskah Dinas Rahasia adalah naskah dinas yang isinya mengandung
hal-hal yang bersifat rahasia.

44
36. Naskah Dinas Biasa adalah naskah dinas yang isinya mengandung hal-
hal yang bersifat rutin.
37. Pengurusan dan Pengendalian Naskah Dinas adalah proses penanganan
naskah dinas masuk yang meliputi kegiatan penerimaan, pengarahan dan
pencatatan oleh Unit Kearsipan sampai diterima di Unit Pengolah, dan sejak
naskah dinas keluar selesai diproses/ ditandatangani Pimpinan Unit
Pengolah sampai dikirim oleh Unit Kearsipan. 38. Penerima adalah pegawai
di Unit Kearsipan/Tata Usaha yang bertugas menerima naskah dinas masuk.
39. Pengarah adalah Kepala Sub Bagian Persuratan/Tata Usaha/Umum di
Unit Kearsipan/Tata Usaha yang bertugas mengarahkan, menentukan kode
klasifikasi dan indeks naskah dinas masuk.
40. Pencatat adalah pegawai di Unit Kearsipan/Tata Usaha yang bertugas
mencatat data naskah dinas masuk dan naskah dinas keluar pada kartu
kendali/buku kendali/jaringan informasi kearsipan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan serta menyimpan kartu kendali lembar ke-2.
41. Tata Usaha Pengolah adalah unit ketatausahaan di Unit Pengolah.
42. Sekretaris Pimpinan adalah Petugas yang melaksanakan fungsi
kesekretariatan pimpinan.
43. Berkas adalah himpunan arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis
(seri), kesamaan masalah (rubrik) atau kesamaan urusan/kegiatan (dosir).
44. Penataan Berkas atau pemberkasan adalah suatu teknik atau cara
pengaturan dan penyimpanan arsip secara logis dan sistematis untuk
memudahkan penemuan kembali arsip secara mudah, cepat dan tepat yang
dilakukan berdasarkan sistem subjek dimana arsip-arsip ditata berdasarkan
kelompok masalah dengan menggunakan klasifikasi arsip Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai panduan pengelompokan.
45. Indeks adalah tanda pengenal utama suatu dokumen untuk membedakan
antara berkas satu dengan lainnya dalam suatu kode/masalah yang berfungsi
sebagai penemuan kembali arsip.

45
46. Kartu Tunjuk Silang adalah kartu pelengkap indeks yang berfungsi
untuk mempertemukan keterangan yang berbeda tetapi sama artinya dan
yang berbeda tetapi saling berkaitan.
47. Daftar Arsip Aktif adalah daftar yang berisi sekurangkurangnya memuat
unit pengolah, nomor berkas, kode klasifikasi, indeks, isi ringkas, tahun,
jumlah arsip, sifat, lokasi penyimpanan, dan keterangan.
48. Daftar Arsip Inaktif adalah daftar yang berisi sekurangkurangnya
memuat pencipta arsip/unit pengolah, nomor urut, nomor arsip, kode
klasifikasi, indeks, isi ringkas, tahun, jumlah arsip, sifat, lokasi
penyimpanan, nomor boks, dan keterangan.
49. Daftar Isi Berkas adalah daftar yang berisi sekurangkurangnya memuat
unit pengolah, nomor urut, kode, indeks, isi ringkas, isi berkas, tahun, jalan
masuk, lokasi penyimpanan, dan keterangan.
50. Penemuan Kembali adalah suatu cara untuk memudahkan menemukan
kembali arsip yang dibutuhkan secara lengkap dengan cepat, tepat, dan
akurat.
51. Penilaian Arsip adalah proses kegiatan evaluasi arsip dari aspek
substansi informasi, fungsi dan karakteristik fisik serta menentukan waktu
kapan suatu arsip harus disimpan/disusutkan berdasarkan nilai guna/Jadwal
Retensi Arsip.
52. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang lingkungan hidup dan kehutanan.

B. Pengertian Naskah Dinas


Naskah dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi kedinasan
yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di
lingkungan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan. Acuan dalam pengelolaan tata naskah dinas lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.63/Menlhk-

46
Setjen/2015 tentang Pedoman tata naskah dinas Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Tata Naskah Dinas adalah penyelenggaraan komunikasi tulis yang
meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan,
distribusi dan penyimpanan naskah dinas, serta media yang digunakan dalam
komunikasi kedinasan. Tata Naskah Dinas merupakan salah satu unsur
administrasi umum meliputi, pengaturan tentang jenis dan penyusunan
naskah dinas, penggunaan lambang Negara, lambang instansi dan cap dinas,
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tata surat, perubahan,
pencabutan, pembatalan produk hukum serta ralat.

C. Jenis Naskah Dinas


A. Naskah Dinas Arahan
Naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan
yang harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan tugas dan
kegiatan setiap instansi pemerintah yang berupa produk hukum yang
bersifat pengaturan, penetapan dan penugasan.

1. Naskah Dinas Pengaturan


Sesuai dengan tingkatannya, naskah dinas yang bersifat pengaturan
terdiri atas peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, Standar Operasional
Prosedur (SOP) dan surat edaran.
a. Peraturan
Peraturan adalah naskah dinas yang bersifat mengatur, memuat
kebijakan pokok, bersifat umum, berlaku untuk seluruh satuan
organisasi/unit kerja dalam sebuah instansi pemerintah dan dapat
merupakan dasar bagi penyusunan naskah dinas lainnya. Peraturan
bersama merupakan turunan dari peraturan.
b. Pedoman
Pedoman adalah naskah dinas yang memuat acuan yang bersifat umum
di lingkungan instansi pemerintah yang perlu dijabarkan ke dalam

47
petunjuk operasional dan penerapannya disesuaikan dengan karakteristik
instansi/organisasi yang bersangkutan
c. Petunjuk Pelaksanaa
Pelaksanaan Petunjuk pelaksanaan adalah naskah dinas pengaturan yang
memuat cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan pelaksanaannya.
d. Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah naskah dinas yang memuat
serangkaian petunjuk tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana, kapan harus dilakukan,
dimana dan oleh siapa dilakukan.
e. Surat Edaran
Surat Edaran adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang
hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak.

2. Naskah Dinas Penetapan


a. Keputusan
Keputusan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan yang bersifat
menetapkan, tidak bersifat mengatur dan merupakan pelaksanaan
kegiatan, yang digunakan untuk:
1. Menetapkan / mengubah status kepegawaian / personal /
keanggotaan / material / peristiwa.
2. Menetapkan/mengubah/membubarkan suatu kepanitiaan/tim
3. Menetapkan pelimpahan wewenang.
b. Penetapan Angka Kredit
Penetapan Angka Kredit adalah penetapan angka yang diberikan pejabat
yang berwenang sebagai hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas
prestasi yang dicapai oleh pejabat fungsional.

3. Naskah Dinas Penugasan


Yang termasuk naskah dinas penugasan ada tiga macam, yaitu :
a. instruksi

48
Instruksi adalah naskah dinas yang memuat perintah atau arahan untuk
melakukan pekerjaan atau melaksanakan tugas yang bersifat penting.
b. Surat perintah
Surat perintah adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang
berwenang yang ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang
berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
c. Surat Tugas
Surat tugas adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang berwenang
yang ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang berisi
penugasan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan
fungsi.
B. Naskah Dinas Korespondensi
1. Naskah Dinas Korespondensi Intern
a. Nota Dinas
Nota Dinas adalah naskah dinas intern lingkup unit eselon I atau eselon II
dan unit kerja berlokasi di daerah yang dibuat oleh pejabat dalam
melaksanakan tugas guna menyampaikan laporan, pemberitahuan,
pernyataan, permintaan atau penyampaian kepada pejabat lain. Nota
Dinas memuat hal yang bersifat rutin, berupa catatan ringkas,
disampaikan dari bawahan kepada atasan atau yang sejajar, dan dapat
langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang ditujui.
b. Memorandum
Memorandum adalah naskah dinas intern yang bersifat mengingatkan
suatu masalah, menyampaikan arahan, peringatan, saran, pendapat
kedinasan. Memorandum disampaikan dari atasan kepada bawahan.

2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern


Jenis naskah dinas korespondensi ekstern hanya ada satu macam yaitu
Surat Dinas. Surat Dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat
dalam menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan,
pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, atau hal

49
kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar instansi/organisasi yang
bersangkutan atau di dalam lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.

3. Surat Undangan
Surat Undangan adalah surat dinas yang memuat undangan kepada
pejabat/pegawai yang tersebut pada alamat tujuan untuk menghadiri
suatu acara kedinasan tertentu, seperti : rapat, upacara, dan pertemuan.

C. Naskah Dinas Khusus


a. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatan bersama
tentang objek yang mengikat antar kedua belah pihak atau lebih untuk
melaksanakan tindakan atau perbuatan hukum yang telah disepakati
bersama. Surat perjanjian terdiri dari dua macam, yaitu :
1) Perjanjian dalam negeri
Perjanjian dalam negeri adalah kerja sama perjanjian dalam negeri
antar instansi baik di pusat maupun daerah dibuat dalam bentuk
kesepahaman bersama atau perjanjian kerja sama.
2) Perjanjian internasional
Proses pembuatan perjanjian internasional telah diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Surat Kuasa
Surat Kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberian wewenang
kepada badan hukum/kelompok orang/perseorangan atau pihak lain
dengan atas namanya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam
rangka kedinasan.
c. Berita Acara

Berita Acara adalah naskah dinas yang berisi uraian tentang proses
pelaksanaan suatu kegiatan yang harus ditandatangani oleh para pihak
dan para saksi apabila diperlukan.

50
d. Surat Keterangan
Surat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi informasi hal atau
seseorang untuk kepentingan kedinasan.
e. Surat Pengantar Surat Pengantar adalah naskah dinas yang digunakan
untuk mengantar/ menyampaikan barang atau naskah.
f. Pengumuman
Pengumuman adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan yang
ditujukan kepada semua pejabat/pegawai dalam instansi atau
perseorangan dan golongan di dalam atau di luar instansi.
g. Surat Izin
Surat Izin adalah naskah dinas yang berisi persetujuan dari pejabat
yang berwenang kepada badan hukum/kelompok perorangan untuk
melakukan suatu tindakan dalam rangka kedinasan.
h. Surat Panggilan
Surat Panggilan adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang
kepada badan hukum/kelompok/perorangan atau pihak lain untuk
menghadap kepada pejabat yang terkait dalam kedinasan.
i. Surat Pernyataan Pelantikan
Surat Pernyataan Pelantikan adalah naskah dinas yang berisi
pernyataan dari seorang pejabat yang menyatakan bahwa seorang PNS
telah dilantik untuk menduduki suatu jabatan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
j. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas
Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas adalah naskah dinas yang
berisi pernyataan dari seorang pejabat yang berwenang bahwa seorang
PNS telah melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
k. Surat Pernyataan Menduduki Jabatan
Surat Pernyataan Menduduki Jabatan adalah naskah dinas yang berisi
suatu pernyataan dari seorang pejabat yang berwenang bahwa seorang
PNS telah menduduki suatu jabatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

51
l. Laporan
Laporan adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang
pelaksanaan suatu kegiatan/kejadian.
m. Telaahan Staf
Telaahan Staf adalah bentuk uraian yang disampaikan oleh pejabat
atau staf yang memuat analisis singkat dan jelas mengenai suatu
persoalan dengan memberikan jalan keluar/pemecahan yang
disarankan.
n. Formulir
Formulir adalah bentuk pengaturan alokasi ruang atau lembar naskah
untuk mencatat berbagai data dan informasi. Formulir dibuat dalam
bentuk kartu atau lembaran tercetak dengan judul tertentu berisi
keterangan yang diperlukan. 1
o. Naskah Dinas Elektronik
Naskah Dinas Elektronik adalah naskah dinas berupa komunikasi
informasi yang dilakukan secara elektronis atau yang terekam dalam
multimedia elektronis. Ketentuan lebih lanjut tentang tata naskah
dinas elektronik diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
D. Format dan Penyusunan Naskah Dinas
a. Persyaratan Penyusunan
Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas,
padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam
penyusunannya perlu memperhatikan syarat-syarat yaitu ketelitian,
kejelasan, singkat dan padat, logis dan menyakinkan, pembakuan.
b. Nama Instansi/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas
Untuk memberikan identifikasi pada naskah dinas, pada halaman
pertama naskah dinas dicantumkan Kepala Naskah Dinas, yaitu nama
jabatan atau nama instansi. Kepala nama jabatan digunakan untuk
mengidentifikasi bahwa naskah dinas ditetapkan oleh pejabat negara,
sedangkan kepala nama instansi digunakan untuk mengidentifikasi

52
bahwa naskah dinas ditetapkan oleh pejabat yang bukan pejabat
negara.

Naskah Dinas Yang Ditandatangani Oleh Pimpinan Instansi


S.XXX/MENLHK/SETJEN/KKA/RHS/BLN/THN

Jenis Naskah Dinas

Nomor Naskah Dinas

Kode Jabatan berwenang

Kode Jabatan penandatangan

Kode Unit Pengolah

Kode Klasifikasi Arsip

Kode Surat Rahasia

Bulan

Tahun Terbit

Naskah Dinas Yang Ditandatangani Oleh Pejabat dibawah Pimpinan


Instansi S.XXX/MENLHK-SETJEN/ROCAN/KKA/RHS/BLN/THN

Jenis Naskah Dinas

Nomor Naskah Dinas

Kode Jabatan berwenang

Kode Jabatan penandatangan

Kode Unit Pengolah

Kode Klasifikasi Arsip

Kode Surat Rahasia

53
Bulan

Tahun Terbit

c. Penomoran Naskah Dinas


Nomor pada naskah dinas merupakan segmen penting dalam
kearsipan. Oleh karena itu susunannya harus dapat memberikan
kemudahan penyimpanan, temu balik, dan penilaian arsip.
d. Nomor Halaman
Nomor halaman naskah ditulis dengan menggunakan nomor urut
angka dan dicantumkan secara simetris di tengah atas dengan
membubuhkan tanda hubung (-) sebelum dan setelah nomor, kecuali
halaman pertama naskah dinas yang menggunakan kop naskah dinas,
tidak perlu mencantumkan nomor halaman.
e. Penggunaan Huruf
Naskah dinas menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran 12,
sedangkan naskah dinas pengaturan diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
f. Ruang Tanda Tangan
Ruang tanda tangan merupakan tempat pada bagian kaki naskah dinas
yang memuat nama jabatan misalnya, Sekretaris Jenderal, Direktur
Jenderal, Kepala Badan, dan Kepala Biro, sedangkan untuk jabatan
Menteri dirangkaikan dengan nama instansi.
1. Ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelah
baris kalimat terakhir.
2. Nama jabatan diletakkan pada baris pertama tidak disingkat.
3. Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat paragraf.
4. Nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifat
mengatur, ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yang
menandatangani naskah dinas yang bersifat tidak mengatur ditulis
dengan huruf awal kapital.

54
5. Jarak ruang antara tanda tangan dan tepi kanan kertas adalah ± 3
cm, sedangkan untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang.
g. Penentuan Batas/Ruang Tepi
Penentuan ruang tepi dilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat
pada peralatan yang digunakan untuk membuat naskah dinas, yaitu
1. Ruang tepi atas: apabila menggunakan kop naskah dinas, 2 spasi di
bawah kop, dan apabila tanpa kop naskah dinas, sekurang-kurangnya
2 cm dari tepi atas kertas.
2. Ruang tepi bawah: sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawah
kertas.
3. Ruang tepi kiri: sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri kertas.
4. Ruang tepi kanan: sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas
h. Kertas
1. Naskah dinas menggunakan kertas jenis HVS 80 gram.
2. Naskah yang mempunyai nilai kegunaan dalam waktu lama
menggunakan kertas jenis HVS lebih dari 80 gram atau kertas jenis
lain yang memiliki nilai kesamaan tertentu serendah-rendahnya harus
menggunakan kertas dengan nilai kesamaan (PH) 7
3. Naskah dinas perjanjian luar negeri menggunakan kertas yang
ditetapkan oleh Kementerian Luar Negeri.
4. Surat Dinas yang asli menggunakan kertas berwarna putih dengan
kualitas terbaik white bond.
5. Kertas yang digunakan untuk naskah dinas korespondensi adalah
A4 yang berukuran 297 x 210 mm (81/4 x 113/4 inci). Di samping
kertas A4, untuk kepentingan tertentu dapat digunakan kertas dengan
ukuran berikut :
a. A3 kuarto ganda (297 x 420 mm);
b. A5 setengah kuarto (210 x 148 mm);
c. Folio (210 x 330 mm);
d. Folio ganda (420 x 330 mm).
i. Sampul/Amplop Surat

55
Sampul/amplop surat adalah sarana kelengkapan penyampaian surat,
terutama untuk surat keluar instansi. Ukuran, bentuk, dan warna
sampul yang digunakan untuk surat-menyurat di Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah sebagai berikut:
1. Sampul/amplop naskah dinas lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan adalah empat persegi panjang dengan salah
satu ujungnya terbuka.
2. Ukuran sampul/amlop naskah dinas dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam :
a. Ukuran besar = 37,5 x 28 cm
b. Ukuran sedang = 30,5 x 21 cm,25 x 19 cm
c. Ukuran kecil = 24 x 10,5 cm
Kertas untuk pembuatan sampul/amplop naskah dinas ukuran besar
dan ukuran sedang mempergunakan kertas tahan lama (bond)
dengan warna coklat muda. Sedang untuk sampul/amplop dinas
kecil dapat dipakai kertas manila atau kertas payung dengan warna
coklat muda. Khusus untuk naskah dinas Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dan pejabat Eselon I (atas nama Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan) digunakan kertas manila warna
putih.
j. Susunan Surat Dinas
1. Kop Surat
a. Kop Naskah Dinas Jabatan
1. Kop naskah dinas yang menunjukkan pejabat Negara
2. Kop naskah dinas jabatan ini memakai Lambang negara berwarna
emas dan nama jabatan (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
di bagian tengah atas naskah dinas.
3. Perbandingan ukuran lambing dan huruf yang digunakan
disesuaikan dengan ukuran kertas.
b. Kop Naskah Dinas Instansi

56
1. Kop naskah dinas instansi menunjukkan nama dan/atau alamat
instansi
lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2. Kop naskah dinas instansi digunakan untuk naskah dinas instansi
yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang.
2. Tanggal Surat
a. Tanggal ditulis dengan angka;
b. Bulan ditulis lengkap;
c. Tahun ditulis lengkap empat digit dengan angka.
3. Hal Surat
Hal perlu dicantumkan dengan alasan berikut:
a. Menyampaikan penjelasan singkat tentang materi yang
dikomunikasikan dan menjadi rujukan dalam komunikasi;
b. Memudahkan identifikasi;
c. Memudahkan pemberkasan dan penyimpanan surat.
4. Alamat Surat
a. Surat dinas ditujukan kepada nama jabatan pimpinan dari instansi
pemerintah yang dituju. Surat dinas tidak dapat ditujukan kepada
identitas nama individu dan nama instansi.
b. Surat dinas yang ditujukan kepada pejabat negara ditulis dengan
urutan nama jabatan, jalan, kota, kode pos.
5. Spasi Surat
Isi surat dinas diketik 1 spasi dan diberi jarak 1,5 - 2 spasi di
antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya. Surat yang
terdiri atas 1 paragraf jarak antar barisnya adalah 2 spasi. Pemagrafan
ditandai dengan ± 6 ketuk atau spasi.
6. Warna Tinta Tinta yang digunakan untuk surat-menyurat berwarna
hitam, sedangkan untuk penandatanganan surat berwarna hitam atau
biru tua.

57
7. Salinan Salinan surat dinas hanya diberikan kepada yang berhak
dan terdapat pada tembusan surat, yaitu salinan surat yang
disampaikan kepada pejabat yang terkait
8. Tingkat Keamanan
a. Sangat Rahasia disingkat (SR): tingkat keamanan isi surat dinas
yang tertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dan
keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke
tangan yang tidak berhak, surat ini akan membahayakan keamanan
dan keselamatan negara.
b. Rahasia disingkat (R): tingkat keamanan isi surat dinas yang
berhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika
disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak,
surat ini akan merugikan negara.
c. Biasa disingkat (B): tingkat keamanan isi suatu surat dinas yang
tidak termasuk dalam butir a dan b. Namun, itu tidak berarti bahwa isi
surat dinas tersebut dapat disampaikan kepada yang tidak berhak
mengetahuinya.
d. Surat yang mengandung materi dengan tingkat keamanan tertentu
(Sangat Rahasia dan Rahasia) harus dijaga keamanannya dalam
rangka keamanan dan keselamatan negara. Tanda tingkat keamanan
ditulis dengan cap (tidak diketik) berwarna merah pada bagian atas
dan bawah setiap halaman surat dinas. Jika Surat Dinas tersebut
disalin, cap tingkat keamanan pada salinan harus dengan warna yang
sama dengan warna cap pada surat asli
9. Kecepatan Penyampaian
Kecepatan penyampain terdiri dari Amat segera/kilat, segera dan
biasa. Jika penyampaian surat harus dilakukan amat segera maka
harus diselesaikan atau dilaksanakan dalam hari yang sama atau 24
jam. Segera adalah surat dinas yang harus diselesaikan/ disampaikan
dalam batas waktu 2 x 24 jam. Biasa adalah surat dinas yang harus

58
diselesaikan/disampaikan menurut urutan yang diterima oleh bagian
pengiriman

E. Kewenangan Pejabat Penandatangan Naskah Kedinasan


Kewenangan penandatanganan naskah dinas lingkup Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan diatur sebagai berikut:
1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menandatangani naskah
dinas yang berisi pelaksanaan kebijaksanaan berupa peraturan, peraturan
bersama, keputusan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, instruksi, standar
operasional prosedur (sop), surat edaran, surat perintah, surat tugas, surat
dinas, memorandum, surat undangan, surat perjanjian, surat kuasa,
berita acara, surat keterangan, surat pengantar, pengumuman, laporan.
2. Pejabat eselon I selain Staf Ahli/Staf Khusus "atas nama" Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat menandatangani naskah dinas
yang berisi pelaksanaan kebijakan teknis, berupa : keputusan, instruksi,
standar operasional prosedur (sop), surat edaran, surat perintah, surat
tugas, surat dinas, memorandum, nota dinas, surat undangan, surat
perjanjian, surat kuasa, berita acara, surat keterangan, surat pengantar,
pengumuman, laporan.
3. Pejabat eselon I selain Staf Ahli/Staf Khusus, atas wewenang
jabatannya dapat menandatangani naskah dinas yang berisi pelaksanaan
kebijakan teknis, berupa : peraturan, keputusan, instruksi, standar
operasional prosedur (sop), surat edaran, surat perintah, surat tugas, surat
dinas, memorandum, nota dinas, surat undangan, surat perjanjian, surat
kuasa, berita acara, surat keterangan, surat pengantar, pengumuman,
laporan.
4. Pejabat Eselon II baik atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan / Pejabat Eselon I dapat menandatangani naskah dinas berupa:
a. Keputusan Menteri/ Pejabat Eselon I berdasarkan pelimpahan/
pendelegasian wewenang secara tertulis.

59
b. Keputusan pejabat Eselon I yang bersifat intern di instansi Eselon II
berdasarkan Pelimpahan/pendelegasian wewenang secara tertulis.
c. Instruksi pejabat Eselon I yang bersifat intern di instansi Eselon II
berdasarkan Pelimpahan/pendelegasian wewenang secara tertulis
d. Pejabat Eselon II atas wewenang jabatannya juga dapat
menandatangani surat dinas berupa standar operasional prosedur (sop),
surat edaran, surat dinas, surat perintah, surat tugas, memorandum, nota
dinas, surat undangan, berita acara, surat keterangan, surat pengantar,
pengumuman, laporan.
5. Pejabat Eselon III Pusat atas wewenang jabatannya dapat
menandatangani naskah dinas intern instansi Eselon II yang bersangkutan
meliputi surat perintah, surat tugas, memorandum, nota dinas, surat
undangan, berita acara; surat keterangan; surat pengantar; laporan.
6. Pejabat Eselon III Daerah (Kepala UPT) atas wewenang jabatannya
menandatangani naskah dinas berupa surat keputusan yang bersifat
intern, surat dinas, memorandum, nota dinas, surat undangan, surat
perjanjian, berita acara, surat keterangan, surat pengantar, laporan,
pengumuman.
7. Pejabat Eselon IV (Kepala Sub Bagian / Kepala Seksi / Kepala Sub
Bidang) atas wewenang jabatannya dapat menandatangani naskah dinas
berupa nota dinas, memorandum, surat undangan, berita acara, surat
keterangan, surat pengantar, laporan, telaahan staf.
8. Dalam hal Pejabat Eselon IV (Kepala Seksi) yang berkedudukan jauh
dari Pejabat Eselon III, selain menandatangani naskah dinas tersebut
angka 7, dapat menandatangani surat dinas dengan tembusan kepada
Pejabat Eselon III yang bersangkutan.

3. Pengelolaan Keuangan
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Keuangan,

60
Struktur dan Mekanisme Pengelolaan Keuangan, serta Tata Cara
Pertanggungjawaban Keuangan Suatu Kegiatan. Pada kegiatan ini Bapak
Prayitno, A.Md. menerangkan bahwa sistem akuntansi yang digunakan
untuk pengelolaan keuangan di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru yaitu SAKTI. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat
Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang digunakan sebagai sarana bagi satker
dalam mendukung implementasi SPAN untuk melakukan pengelolaan
keuangan yang meliputi tahapan perencanaan hingga pertanggungjawaban
anggaran.

A. Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Keuangan


 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah
Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.
5. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

61
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan,
yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh
pengeluaran negara.
3. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan
uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.

62
4. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan
oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
5. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan
uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
6. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
Pemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang
sah.
7. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang
sah.
8. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah
Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan
uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
9. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah
Daerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan
uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
12. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja

63
perangkat daerah.
13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik negara/daerah.
14. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk
dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan
membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang
negara/daerah.
15. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum negara
16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum Daerah.
17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.
19. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab
atas pengelolaan keuangan kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan.
20. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga
pemerintah non kementerian negara/ lembaga negara.
21. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/dinas/biro
keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
22. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga,
dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan

64
melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
23. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan / atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.
24. Bank Sentral adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Dasar 1945 Pasal 23D.
 Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 Tentang
Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara
 Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor: P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang
Pedoman Standar Biaya Kegiatan Tahun Anggaran 2022
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Standar Biaya Kegiatan adalah pedoman bagi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyusun biaya komponen
masukan kegiatan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Berbasis Kinerja Tahun Anggaran
2020, selain itu juga dapat berfungsi sebagai batas tertinggi dan batas
estimasi dalam pelaksanaan anggaran.
b. Pengelola Keuangan adalah Pegawai yang ditunjuk untuk mengelola
keuangan yang karena jabatannya dalam struktur Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA), melaksanakan tugas-tugas pengelolaan
keuangan. Pengelola Keuangan antara lain Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara
Pengeluaran Pembantu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat
Penandatangan SPM dan Staf Pengelola Keuangan.

65
c. Staf Pengelola Keuangan (SPK) adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara
atau Non Pegawai Aparatur Sipil Negara yang ditunjuk atas nama
jabatannya untuk mengelola kegiatan dan melaksanakan tugas-tugas yang
ditetapkan oleh pimpinannya dan diangkat dengan Keputusan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA).
d. Honorarium Pengelola Keuangan yang selanjutnya disebut HPK
adalah uang yang dibayarkan kepada Pengelola Keuangan, yang karena
jabatannya dalam struktur DIPA, melaksanakan tugas-tugas Pengelola
Keuangan sesuai dengan jabatannya.
e. Pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah Pegawai
yang ditunjuk atas nama jabatannya untuk menatausahakan PNBP di
lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
f. Konsinyering adalah mengumpulkan pegawai disuatu tempat (hotel,
penginapan, ruang rapat lainnya) untuk menyelesaikan pekerjaan secara
intensif yang sifatnya mendesak, harus segera selesai dan tidak dapat
dikerjakan di kantor serta dilarang meninggalkan tempat kerja selama
kegiatan berlangsung.
g. Paket Fullboard adalah paket kegiatan rapat yang diselenggarakan di
luar kantor sehari penuh dan bermalam/menginap.
h. Paket Fullday adalah paket kegiatan rapat/pertemuan yang dilakukan
diluar kantor minimal 8 (delapan) jam tanpa menginap.
i. Paket Halfday adalah paket kegiatan rapat/pertemuan yang dilakukan
diluar kantor minimal 5 (lima) jam tanpa menginap.
j. Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan. k. Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

66
l. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
m. Pegawai Tidak Tetap (PTT) adalah seseorang yang diangkat untuk
jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas Pemerintahan dan
Pembangunan yang bersifat Teknis Profesional dan Administrasi sesuai
dengan Kerangka Sistem Kepegawaian, yang tidak berkedudukan
sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara.
n. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) adalah pegawai
tidak tetap, pegawai honorer, staf khusus dan pegawai lain yang
dibayarkan oleh APBN maupun APBD.
o. Tenaga Kerjantara adalah buruh/tenaga harian yang berasal dari daerah
setempat yang diikutsertakan pada kegiatan lapangan yang diberi upah
secara harian berdasarkan lamanya di lapangan.
p. Perjalanan Dinas Dalam Negeri adalah perjalanan keluar tempat
kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk
kepentingan Negara.
q. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas kota
dan/atau dalam kota dari tempat kedudukan ketempat yang dituju,
melaksanakan tugas, dan kembali ketempat kedudukan semula di dalam
negeri.
r. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan adalah biaya Perjalanan Dinas dari
tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat
kedudukan semula, dan diberikan biaya terdiri dari uang harian (meliputi
uang makan, uang saku, dan transport lokal), biaya transport, biaya
penginapan, uang representatif, dan sewa kendaraan dalam kota.
s. Upah Kerja adalah uang yang dibayarkan kepada seseorang baik
Pegawai Aparatur Sipil Negara/Honorer/Tenaga Kontrak/Pegawai Harian
yang melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang sifatnya mendesak

67
dan harus segera diselesaikan dan tidak dapat dilaksanakan oleh Pihak
Ketiga.
t. Gedung Pertemuan adalah gedung yang biasa digunakan untuk
pertemuan dengan kapasitas lebih dari 300 orang, sudah termasuk sewa
meja, kursi, sound system, dan fasilitas gedung pertemuan lainnya.
u. Peta Digital Tematik Kehutanan adalah gambaran informasi muka
bumi yang dituangkan pada bidang datar secara kartografis dengan skala
maupun proyeksi tertentu yang memuat tema atau informasi tentang
kehutanan (contoh: Peta Kawasan Hutan, Peta Izin Pemanfaatan
Kawasan Hutan, Peta Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Peta DAS, Peta
Lahan Kritis, dll).
v. Bakti Rimbawan dalam Pembangunan Kehutanan adalah Program
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja tingkat terampil dan ahli pada instansi kehutanan.
w. Angkatan dalam kegiatan diklat adalah penyebutan dalam kegiatan
diklat untuk 1 (satu) kelas dengan jumlah peserta maksimal 40 orang.
x. Diklat Non Aparatur adalah diklat yang pesertanya terdiri dari orang
yang ditugaskan oleh pemerintah atau lembaga non pemerintah untuk
menunjang atau melaksanakan tugas-tugas aparatur atau lembaga
pemerintah.
y. Online/daring adalah kegiatan dalam jaringan (daring) yaitu keadaan
atau kondisi dari "perangkat atau peralatan" atau dari "unit eksekusi"
perangkat elektronik yang terhubung ke jaringan internet.
z. Offline/luring adalah keadaan atau kondisi dari "perangkat atau
peralatan" atau dari "unit eksekusi" perangkat elektronik yang tidak
terhubung ke jaringan internet.
aa. Tapping adalah proses produksi program kegiatan yang tidak
disiarkan secara langsung namun melalui beberapa proses editing baik
video maupun audionya.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang
Perjalanan Dinas dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pengawai Negeri,

68
dan Pengawai tidak Tetap
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.37/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Penetapan Pejabat
Perbendaharaan dan Mekanisme Pengujian Keuangan Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

B. Struktur dan Mekanisme Pegelolaan Keuangan


Struktur dan mekanisme pengelolaan keuangan memiliki 4 tahapan yaitu:
Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Pelaporan, Tahap
Pengawasan. Setiap tahapan memiliki peranan yang saling berkaitan dan
apabila salah satu tahapan memiliki kendala akan mempengaruhi tahapan
yang lainnya.
 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yaitu tahapan awal dalam pengelolaan keuangan
suatu instansi. Tahapan perencanaan ini dilakukan pada awal tahun
dengan sumber dana yaitu Rupiah Murni (RM) dan Penerimaan Non
Pajak (PNP). Dokumen yang dihasilkan yaitu RKA-KLA dan DIPA.
Akun pengguna anggaran terdiri dari tiga yaitu 5.1 untuk belanja pegawai
(gaji dan tunjangan kinerja), 5.2 untuk belanja bahan dan jasa, dan 5.3
belanja modal. Dalam penggunaan standar biaya kegiatan teknis
mengunakan Peraturan Sekretaris Jenderal KLHK Nomor
:P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang pedoman standar biaya
kegiatan.
 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pengelolaan keuangan bendahara pengeluaran terdiri
dari mekanisme pengelolaan uang persediaan (UP) dan
pertanggungjawaban (SPJ meliputi : Kwitansi, Surat Perintah Bayar
(Spby), Nota-Nota, Faktur/SSP Bukti Lunas Pajak, Dokumen Pengadaan
Lainnya (jika ada, biasanya digunakan jika anggaran lebih dari 50 juta),
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM),
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

69
 Tahap Pelaporan yaitu kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan
kegiatan. Output dari tahapan pelaporan ini yaitu Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (LPJ), Laporan Tugas dan
Fungsi Anggaran, Laporan Rencana Kinerja, Laporan Statistik, Laporan
SAI (SAKTI dan SIMAK-BMN)
 Tahapan Pengawasan
Tahapan Pengawasan merupakan tahapan yang dilakukan oleh aparat
pengawas fungsional seperti inspektorat jenderal kemen LHK Badan
pemeriksa keuangan atau aparat pengawas fungsional. Output dari
tahapan ini yaitu laporan hasil pemeriksaan.
Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara menurut UUKN
sebagai berikut: a. Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil;
b. Asas proporsionalitas;
c. Asas profesionalitas;
d. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan; dan
e. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri.

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran berwenang


menunjuk kepala satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kementerian
Negara/lembaga sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). KPA
berwenang menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan dan anggaran seperti Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM), Bendahara Pengeluaran
(BP), Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP). KPA menetapkan PPK dan
PPSPM dengan surat keputusan. KPA menyampaikan surat keputusan
kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan
PPSPM dan cap/stempel Satker, PPSPM disertai dengan spesimen tanda
tangan PPK . Pejabat Pembuat Komitmen berwenang melakukan tindakan
yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. PPK dapat
ditetapkan lebih dari satu dan tidak terikat pada periode tahun anggaran.

70
PPSPM melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM. Bendahara
Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang persediaan.
Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dilakukan setelah memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Pengangkatan
Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.

Kuasa Pengguna Bendahara


Anggaran Pengeluaran

ppk

PP-SPM

Pelaksana

Gambar 3. Struktur Pengelola Keuangan

C. Tanggung Jawab Pejabat Perbendaharaan

 Kuasa Pengguna Anggaran


Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan wewenang:
a. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
b. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
c. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

71
d. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA
e. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan
f. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara, PPK memiliki tugas dan wewenang sebagai
berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan
dana berdasarkan DIPA
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
c. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa
d. Melaksanakan kegiatan swakelola
e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas kontrak yang dilakukannya
f. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak
g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara
h. Membuat dan menandatangani SPP
i. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
j. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan
k. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan dan
melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan

72
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM
memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung
b. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan
c. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan
d. Menerbitkan SPM
e. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
f. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada
KPA
g. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.
 Bendahara Pengeluaran
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:
a. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat
berharga dalam pengelolaannya
b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan
d. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran
yang dilakukannya;
e. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara
f. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP
g. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala
KPPN selaku kuasa BUN

D. Tahapan Pertanggungjawaban Suatu Kegiatan

73
Tahapan pertanggungjawaban suatu kegiatan contoh nya perjalanan
dinas. Biaya perjalanan dinas tahun 2022 di muat dalam Peraturan
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang Pedoman Standar Biaya
Kegiatan Tahun Anggaran 2022. Dalam pertanggungjawaban perjalanan
dinas wajib mencantumkan Surat Perintah Tugas, Surat perintah perjalanan
dinas, kwitansi, surat perintah bayar (SPBY), Daftar Rincian Biaya
Perjalanan Dinas, Daftar Pengeluaran Rill (Apabila tidak Memiliki bukti
kwitansi), Surat Pernyataan, bill, tiket dan dokumen pendukung lainnya.

4. Pengelolaan Barang Milik Negara


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan BMN,
Pengelolaan Barang Milik Negara, Pengelolaan Barang Persediaan dan
Daftar Inventaris Ruangan.
A. Undang-Undang Terkait Pengelolaan Barang Milik Negara
 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
2. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
3. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
4. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan
Barang Milik Negara/Daerah.

74
5. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang
ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada
dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
6. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independen
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
7. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas
suatu objek penilaian berupa Barang Milik Negara/Daerah pada saat
tertentu.
8. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan
Barang Milik Negara/Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang
yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam
melakukan tindakan yang akan datang.
9. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang
dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negara/Daerah yang
sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan.
10. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah yang
tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembagalsatuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi
Barang Milik Negara/Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.
11. Sewa adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
12. Pinjam Pakai adalah penyerahan Penggunaan barang antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam jangka
waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut
berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang Pengguna Barang.
13. Kerja Sama Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik
Negara/Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan negara bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber
pembiayaan lainnya.
14. Bangun Guna Serah adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau

75
sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan danf atau sarana
berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
15. Bangun Serah Guna adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau
sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan
untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang disepakati.
16. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara
Pemerintah dan Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
16a. Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur adalah
optimalisasi Barang Milik Negara untuk meningkatkan fungsi operasional
Barang Milik Negara guna mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan
penyediaan infrastruktur lainnya
17. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara/ Daerah.
18. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah
kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.
19. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara/Daerah yang dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah, antar Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian utama dalam
bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
20. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah
Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah kepada Pihak Lain, tanpa memperoleh penggantian.
21. Penyertaan Modal Pemerintah Pusatf Daerah adalah pengalihan
kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah yang semula merupakan

76
kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham/aset neto/kekayaan bersih milik
negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
22. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan
Barang Milik Negara/Daerah.
23. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah
dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang,
dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan
fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
24. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
25. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan,
dan pelaporan hasil pendataan Barang Milik Negara/ Daerah.
26. Daftar Barang Pengguna adalah daftar yang memuat data barang yang
digunakan oleh masing-masing Pengguna Barang.
27. Daftar Barang Kuasa Pengguna adalah daftar yang memuat data barang
yang dimiliki oleh masing-masing Kuasa Pengguna Barang.
28. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah
perangkat Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
29. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan instansi lain
pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau Peraturan Perundang-undangan lainnya.
30. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
Penggunaan Barang Milik Negara pada Kementerian/Lembaga yang
bersangkutan.

77
31. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181PMK.06/2016 Tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 Tentang
Pendelegasian Wewenang dan Tanggungjawab Tertentu dari Pengelola
Barang kepada Pengguna Barang
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2017 Tentang
Penilaian Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.48/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
Barang Milik Negara Lingkup Kementerian Kehutanan
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.50/MENHUT/SETJEN/KAP.210/2017 Tentang Penata Usahaan
Barang Milik Negara Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 229/KM.6/2016 Tentang
Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan yang Telah
dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat
Dilingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk dan Atas

78
Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan/atau Keputusan
Menteri Keuangan.
B. Mempelajari Aplikasi SIMAK BMM Untuk Pengelolaan BMN
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutana
Republik Indonesia Nomor: P.50/MENLHK/SETJEN/KAP.2/10/2017
Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Aplikasi yang
digunakan dalam mengelolah barang milik Negara yaitu SIMAK BMN.
SIMAK BMN merupakan aplikasi yang digunakan untuk mencatat dan
mengorganisir barang milik Negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-
keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik
Negara.
Barang Milik Negara meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban anggaran pendapatan dan belanja Negara. Barang yang dimaksud
terdiri atas barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis,
barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang
yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi: Perencanaan
Kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
Penghapusan, Penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
A. Menu Simak BMN
1. Menu Saldo Awal digunakan untuk menginput Barang Milik Negara
(BMN) yang diperoleh sebelum Tahun Anggaran Berjalan, yang belum
dibukukan pada Aplikasi SIMAK BMN baik diperoleh dengan

79
pembelian, hibah, transfer masuk, reklas masuk atau perolehan lainnya
yang sah. Pencatatan transaksi ini dibuktikan dengan dokumen sumber
Tahun Anggaran yang Lalu.
2. Menu Pembelian digunakan untuk menginput BMN yang diperoleh
dengan pembelian dari DIPA/APBN pada Tahun Anggaran Berjalan
yang tanpa melalui proses Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP).
Pencatatan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang dilengkapi
dengan faktur/nota pembelian barang dengan SPM/SP2D baik UP
maupun LS, SP3B-BLU/SP2B-BLU, SP3, termasuk dari SP2HL/SPHL
(Hibah Langsung berupa uang). Contoh transaksi yang menggunakan
menu ini adalah pembelian aset tetap menggunakan SPM/SP2D yang
hanya dengan sekali bayar.
3. Menu Transfer Masuk. Menu ini digunakan untuk merekam data BMN
dari hasil kiriman (transfer) satker lainnya dalam lingkup Pemerintah
Pusat. Pencatatan transaksi ini dilakukan berdasarkan BAST satker
pemberi dan satker penerima BMN, bila transfer dilakukan antar
Pengguna Barang (antar Kementerian Negara/ Lembaga) maka dokumen
persetujuan alih status dibutuhkan untuk melakukan transaksi ini.
4. Menu Hibah Masuk digunakan untuk mencatat perolehan aset yang
bersumber dari hibah dan diterima dari pihak ketiga di luar Pemerintah
Pusat, misalnya dari pemerintah daerah maupun dari swasta.
5. Menu Rampasan merupakan transaksi perolehan BMN hasil rampasan
berdasarkan putusan pengadilan.
6. Menu Penyelesaian Pembangunan Langsung Merupakan transaksi
perolehan BMN dari pengadaan pembangunan gedung/bangunan dan
BMN lainnya. Dokumen sumber pencatatan adalah BAST/BA
Penyelesaian Pekerjaan dengan rekanan/kontraktor. Pembangunan
tersebut pembayaran sekaligus (tidak ada termin pembayaran) dalam satu
dokumen pembayaran (misal SP2D).
7. Menu Pembatalan Penghapusan Menu ini digunakan untuk memunculkan
kembali aset tetap/aset lainnya yang sudah dihapuskan disebabkan antara

80
lain berupa temuan oleh APIP dan BPK, dengan dokumen sumber Berita
Acara Pembatalan Penghapusan oleh Kuasa Pengguna Barang.
8. Menu Reklasifikasi Masuk Untuk mencatat perubahan transaksi BMN
atas jenis penggolongan dan kodefikasi BMN yang sebelumnya telah
dicatat dengan penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain (Kode
Barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan sub-
sub kelompok), Untuk mencatat perubahan transaksi BMN yang
sebelumnya telah dicatat sebagai aset intrakompatabel menjadi aset
ekstrakompabel atau sebaliknya.
9. Menu Pertukaran Menu ini digunakan untuk mencatat pengalihan
kepemilikan BMN yang dilakukan antara satker pemerintah pusat dengan
selain pemerintah pusat, misalnya dengan pemerintah daerah atau pihak
lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang.
10.Menu Perolehan Lainnya Menu ini digunakan untuk merekam BMN
yang diperoleh pada tahun anggaran berjalan, yang berasal dari transaksi
selain Pembelian, Transfer Masuk, Hibah (Masuk), Rampasan,
Penyelesaian Pembangunan, Pembatalan Penghapusan, Reklasifikasi
Masuk, Pertukaran, dan Perolehan dari Reklasifikasi BPYBDS.
11.Menu Pengurangan Menu ini digunakan untuk menginput transaksi
pengurangan kuantitas volume Barang Milik Negara. Ketika ada koreksi
terhadap Nilai Fisik Barang Milik Negara bukan secara nilai asetnya.
12.Menu Perubahan Kondisi Digunakan untuk melakukan pencatatan
perubahan kondisi BMN. Perubahan kondisi BMN dilakukan agar
terdapat kesesuaian antara pencatatan pada aplikasi SIMAK BMN
dengan kondisi fisik BMN yang sebenarnya.
13.Menu Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas Menu ini digunakan untuk
mencatat perubahan-perubahan pada BMN, baik berupa nilai ataupun
kuantitas, yang disebabkan oleh kesalahan dalam penginputan dan/atau
penyesuaian. Perubahan dapat dicatat pada saat dasar perubahan/koreksi
telah ditetapkan.

81
14.Menu Penerimaan Asat dari Pengembangan Aset Renovasi Menu ini
digunakan untuk mencatat penambahan nilai aset yang berasal dari
penerimaan aset tetap renovasi.
15.Menu Pengembangan Langsung Menu ini digunakan untuk merekam
pengembangan atas suatu BMN yang sudah dimiliki (sudah tercatat)
sampai dengan tahun anggaran berjalan. Pengembangan BMN yang
dimaksud adalah pengembangan yang memenuhi syarat/ketentuan untuk
dapat dikapitalisasi dan langsung selesai (tanpa melalui tahapan
KDP/termin pembayaran).
16.Menu Pengembangan dengan KDP Menu ini digunakan untuk
mereklasifikasi KDP pengembangan Aset yang sudah dimiliki menjadi
aset definitifnya.
17.Menu Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban Aset Menu ini digunakan
untuk mencatat transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya
nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan
penilaian ulang BMN oleh Pengelola Barang sesuai dengan Berita Acara
Hasil Penertiban BMN yang dikeluarkan oleh pengelola BMN
(DJKN/KPKNL).
18.Menu Penghapusan Menu ini digunakan untuk merekam penghapusan
BMN dari pembukuan berdasarkan suatu surat keputusan penghapusan
oleh instansi yang berwenang.
19.Transfer Keluar Menu ini digunakan untuk mencatat penyerahan Aset
Tetap/Aset Tetap Lainnya ke UAKPB lain dimana UAKPB tersebut
masih dalam satu entitas pelaporan akuntansi Pemerintah Pusat. Bukti
penyerahan berupa Berita Acara Serah Terima atau dokumen yang dapat
dipersamakan.
20.Menu Hibah Keluar Menu ini disediakan untuk menginput Barang Milik
Negara yang berkurang di tahun berjalan karena dihibahkan ke pihak lain
di luar Instansi Pemerintah Pusat. Jenis Satuan Kerja yang memakai
menu ini adalah Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD).

82
21.Menu Reklasifikasi Keluar Menu ini digunakan untuk merekam
penghapusan BMN yang disebabkan oleh kesalahan klasifikasi BMN
pada perekaman sebelumnya.
22.Menu Koreksi Pencatatan Menu ini digunakan untuk merekam
penghapusan BMN yang disebabkan oleh kesalahan pencatatan kuantitas
BMN pada perekaman sebelumnya.
23.Menu Penghentian BMN dari Penggunaan Menu ini digunakan mencatat
transaksi penghentian BMN sebelum dilakukan proses/langkah
penghapusan BMN karena BMN tersebut tidak dipergunakan lagi dalam
operasi normal satker yang bersangkutan.
24.Menu Penggunaan BMN yang Dihentikan Menu ini digunakan untuk
mencatat BMN yang dipergunakan kembali setelah sebelumnya
dilakukan penghentian BMN dari penggunaan dikarenakan perubahan
kondisi. BMN tersebut dapat dipergunakan kembali setelah mendapat
perbaikan, baik dengan atau tanpa biaya tambahan.
25.Reklasifikasi BMN – BPYBDS (Kode Transaksi 307) Menu ini
digunakan untuk mereklasifikasi BMN yang berada dalam penguasaan
satker menjadi Bantuan Pemerintah yang Belum Ditetapkan Statusnya
(BPYBDS). Dengan direklas ke BPYBDS maka aset tersebut keluar dari
Neraca Satker dan masuk ke dalam Daftar Barang BPYBDS.
26.Penghapusan BPYBDS (Kode Transaksi 802) Menu ini digunakan untuk
menghapus BMN BPYBDS yang terdapat pada “Daftar Barang
BPYBDS” yang disebabkan karena sudah menjadi PMN dari BUMN
yang bersangkutan.
27.Perolehan dari Reklasifikasi BPYBDS (Kode Transaksi 114) Perolehan
dari Reklasifikasi BPYBDS adalah menu untuk mencatat perolehan aset
BPYBDS yang dikembalikan pengelolaannya kepada KL dari BUMN
yang sebelumnya mengoperasionalkan aset BPYBDS tersebut. Aset
BPYBDS tersebut dicatat kembali ke aset definitif yang seharusnya.
28.Menu Perolehan Atr (Menambah Masa Manfaat) menu ini terdiri atas
saldo awal, Pembelian, Penyelesaian Pembangunan (Penyelesaian

83
Pembangunan langsung, dan Penyelesaian Pembangunan dengan KDP)
dan Perolehan Lainnya.
29.Menu Pengusulan Barang Hilang ke Pengelola (Kode Transaksi 308)
Pengusulan barang hilang ke pengelola digunakan untuk merekam BMN
yang statusnya hilang guna diusulkan penghapusannya ke Pengelola
Barang. Pada saat dilakukan input pada menu ini, BMN yang hilang
(yang semula masih tercatat pada Buku Barang dan Laporan Posisi BMN
di Neraca) menjadi tidak ada lagi pada Buku Barang dan Neraca. BMN
hilang tersebut selanjutnya tercantum dalam Daftar Barang Hilang.
30.Menu Penghapusan Daftar Barang Hilang yang Sudah Diusulkan ke
Pengelola (Kode Transaksi 821 ) Menu ini digunakan untuk menghapus
(write-off) BMN yang sebelumnya sudah diinput dalam Usulan Barang
Hilang ke Pengelola (Menghapus Daftar Barang Hilang.
31.Menu Usulan Barang RB (Rusak Berat) ke Pengelola (Kode Transaksi
306 ) Usulan Barang RB ke Pengelola digunakan pada saat pengguna
barang sudah mengajukan surat permohonan persetujuan
pemindahtanganan/pemusnahan atas BMN rusak berat ke Pengelola
Barang.
32.Menu Penghapusan Daftar Barang RB (Rusak Berat) (Kode Transaksi
822 ) Menu ini digunakan untuk menginput transaksi pada saat sudah
diterbitkan Surat Keputusan Penghapusan oleh Pengguna Barang setelah
fisik BMN rusak berat telah selesai dipindahtangankan atau
dimusnahkan.
33.Menu Pengusulan Hibah DK/TP (Kode Transaksi 309) Menu ini
digunakan untuk mencatat BMN yang berada di bawah pengelolaan
satker dengan jenis kewenangan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan
(DK/TP) dan telah diusulkan untuk dihibahkan ke pemerintah daerah.
34.Menu Penghapusan Hibah DK/TP yang sudah diusulkan ( Kode
Transaksi 823 ) Menu ini digunakan untuk menginput transaksi pada saat
sudah diterbitkan Surat Persetujuan hibah DK/TP oleh Pengelola Barang.

84
Setelah terbit Surat diatas, maka dilakukan penginputan penghapusan
barang Hibah DK/TP yang sudah diusulkan dihapuskan.
35.Reklasifikasi BMN Operasional ke Kemitraan (Kode Transaksi 411 )
Menu ini digunakan untuk merekam transaksi BMN terkait Kemitraan
dengan Pihak Ke-3 yang dapat berupa Bangun Guna/Kelola Serah
(BGS/BKS), Bangun Serah Guna/Kelola (BSG/BSK), Sewa, Pinjam
pakai, Kerja sama pemanfaatan, kerja sama penyediaan infrastruktur, dll.
Kemitraan dengan Pihak Ketiga dimaksud berupa perjanjian antara dua
pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan
kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau
hak usaha yang dimiliki.
36.Penggunaan (Reklasifikasi) Kembali BMN Kemitraan (ke BMN) (Kode
Transaksi 412) Menu ini digunakan untuk menginput kembali Aset
Lainnya berupa Kemitraan dengan Pihak Ketiga, untuk kembali menjadi
BMN yang akan digunakan untuk operasional pemerintah dan berada di
bawah penguasaan satker.
37.BMN Bersejarah: Barang Bersejarah (heritage assets) dibukukan dan
dilaporkan dalam kuantitasnya dan tanpa nilai karena nilai kultural,
lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar maupun
harga perolehannya.
38.Perolehan BMN Pihak Ketiga (Kode Transaksi 701 ) Menu ini
digunakan untuk mencatat aset tetap/aset lainnya berupa Barang Pihak
Ketiga yang dititipkan kepada instansi atau barang pihak ketiga yang
digunakan sehari-hari. Barang tersebut tidak muncul di neraca hanya
muncul di daftar barang ruangan dan daftar barang pihak ketiga.
39.Transaksi Konstruksi Dalam Pengerjaan (Kdp) terdiri atas Saldo Awal
KDP yang digunakan umtuk merekam KDP yang diperoleh sebelum
tahun anggaran berjalan. KDP tidak disusutkan.
40.Perolehan KDP (Kode Transaksi 502 ) Menu ini digunakan untuk
mencatat perolehan transaksi KDP yang mencakup tanah, peralatan dan

85
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya
membutuhkan periode waktu tertentu dan belum selesai dan Perekaman
SPM/SP2D pertama kali untuk pembayaran pertama dalam rangka
memperoleh aset tetap yang pembayarannya dilakukan per termin dan
SPM/SP2D tersebut di tahun anggaran berjalan.
41.Pengembangan KDP (Kode Transaksi 503 ) Menu ini disediakan untuk
menginput penambahan KDP setelah perolehan awal sampai dengan
penambahan KDP terakhir dan siap dioperasikan untuk menjadi aset
tetap yang definitif.
42.Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP (Kode Transaksi 105) Menu
ini digunakan untuk merekam BMN yang diperoleh pada tahun anggaran
berjalan, berasal dari aset yang telah selesai proses pembangunan melalui
mekanisme KDP (telah selesai 100% pekerjaan fisiknya), dan dalam hal
ini biasanya pencairan dananya melalui beberapa termin pembayaran.
43. Transfer Masuk KDP (Kode Transaksi 506) Menu ini digunakan untuk
merekam transaksi perolehan KDP bersumber dari Satker lain pada
Pemerintah Pusat. Transaksi ini hanya satu kali saja pencatatannya
ketika menerima transfer masuk KDP, selanjutnya akan dicatat pada
menu pengembangan KDP sampai proses KDP selesai (jika proses KDP
tersebut akan dilanjutnya oleh unit penerima transfer KDP).
44.Hibah Masuk KDP (Kode Transaksi 508 ) Menu ini digunakan untuk
menginput KDP yang diperoleh dari pihak ketiga di luar Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Pusat. Transaksi ini hanya satu kali saja
pencatatannya ketika menerima hibah masuk KDP, selanjutnya akan
dicatat pada menu pengembangan KDP sampai proses KDP selesai (jika
proses KDP tersebut akan dilanjutnya oleh unit penerima transfer KDP).
45.Koreksi Perubahan Nilai KDP (Kode Transaksi 504 ) Menu ini
digunakan untuk menginput koreksi perubahan Nilai KDP yang sudah
terinput sebelumnya.

86
46.Transfer Keluar KDP (Kode Transaksi 507 ) Menu ini digunakan untuk
menginput KDP yang diserahkan ke Satker lain atau Kementerian Lain
dalam lingkup Pemerintah Pusat. Transfer Keluar diinput ke dalam
Aplikasi SIMAK BMN apabila Berita Acara Serah Terima dari kedua
belah pihak telah ditandatangani. Penginputan di Aplikasi SIMAK BMN
pada menu Transaksi KDP  Transfer Keluar KDP.
47.Hibah Keluar KDP (Kode Transaksi 509 ) Menu Hibah Keluar KDP
Digunakan untuk merekam Hibah Keluar KDP yang diberikan kepada
entitas di luar Pemerintah Pusat, pada tahun berjalan.
48. Penghapusan/Penghentian KDP (Kode Transaksi 505 ) Menu ini
digunakan untuk mencatat aset-aset KDP yang telah disetujui untuk
dilakukan penghapusan/penghentian pembangunannya. Dokumen
sumber yang digunakan adalah surat keputusan penghapusan/
penghentian atas KDP.
C. Pengelolaan Barang Persediaan
Persediaan merupakan barang habis pakai untuk diserahkan kepada
masayarakat /pemda asset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
(supplies) yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Barang Komsumsi,
Amunisi, Barang Pemeliharaan, Suku Cadang, Pita Cukai, Bahan Baku,
Barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda. Contoh: ATK,
Blangko, SATSDN, Karcis Masuk TWA ATK untuk pelaksanaan Kegiatan
(Bersifat Insidentil) bukan merupakan barang persediaan.
Persediaan diperoleh dari hasil pengadaan atau perolehan lainnya yang
sah dan disimpan di gudang/tempat penyimpanan. Persediaan harus
diketahui oleh Kuasa Pengguna Barang dan Pejabat Pengurus Persediaan
yang bertanggung jawab atas pengurusan persediaan. Setiap persediaan
yang akan didistribusikan kepada unit pemakai barang harus diketahui oleh
Kuasa Pengguna Barang dan Pejabat Pengurus Persediaan. Persediaan harus
ditatausahan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Setiap barang

87
hasil pengadaan maupun penerimaan lainnya yang sah akan diserahkan
kepada pejabat pengurus persediaan wajib dilakukan pemeriksaan dari segi
jumlah, mutu, spesifikasi, dan kondisi barang. Pemeriksaan barang
didasarkan atas persyaratan yang tercantum dalam surat pengantar
barang/SPK/Kontrak/Dokumen sumber perolehan lainnya.
Untuk penerimaan barang sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah), pemeriksaan barang dilakukan Pejabat Pengurus Persediaan
berdasarkan Surat Pernyataan Pemeriksaan Barang yang dibuat oleh pejabat
pengadaan dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima Barang. Untuk
penerimaan barang dengan nilai diatas Rp.50.000.000 (lima puluh juta),
pemeriksaan barang dilakukan oleh Panitia Pemeriksa Barang dan dibuatkan
berita acara pemeriksaan barang dan berita acara serah terima barang.
Dalam hal barang yang diperiksa tidak sesuia dengan persyataran yang
tercantum dalam surat pengantar barang/SPK/Kontrak/Dokumen perolehan
lainnya, maka pejabat pengurus persediaan atau panitia pemeriksa barang
harus menolak barang yang bersangkutan. Pendistribusian persediaan
dilakukan dengan ketentuan adanya permintaan tertulis dari unit pemakai
barang yang disetujui oleh Kuasa Pengguna Barang, adanya SPMB yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang dan Pejabat Pengurus
Persediaan. SPMB ditandatangani oleh unit pemakai barang sebagai bukti
penerimaan barang. Inventarisasi persediaan wajib dilaksanakan untuk
mengetahui jumlah, nilai, dan kondisi persediaan serta untuk mempermudah
pembukuan persediaan. Inventarisasi persediaan dilakukan paling sedikit 1
(satu) tahun sekali pada akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Penghapusan persediaan diusulkan oleh Kuasa Pengguna
Barang ababila barang telah rusak, susut, kadaluarsa, dan hilang berdasarkan
usul pejabat pengurus persediaan. Pelaksanaan penghapusan persediaan
dilakukan sesuia dengan peraturan perundang-undangan.

2.3.2. Materi Kegiatan Kompetensi Teknis Substantif

88
Kompetensi Teknis Substantif bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang bersifat spesifik (substantif dan/atau
bidang) yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas atau untuk
meningkatakan pengetahuan dan keterampilan pada pembentukan jabatan
fungsional tertentu sesuai dengan formasi jabatannya, yaitu :
1. Tugas dan Fungsi Organisasi/Instansi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.16 /Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memiliki tugas dan
fungsi sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu dan jumlah pelaksanaan Diklat Lingkungan Hidup
dan Kehutanan bagi aparatur KPH dan SDM lingkungan hidup dan
kehutanan lainnya;
2. Mengembangkan dan memantapkan kelembagaan Diklat lingkungan
hidup dan kehutanan;
3. Meningkatkan Kompetensi SDM Kediklatan;
4. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain yang saling
menguntungkan;
5. Mendukung terwujudnya kebijakan-kebijakan pengelolaan SDA ditingkat
regional dan kondusif;
6. Meningkatkan pengelolaan hutan diklat dan sarana dan prasarana diklat
lainnya;
7. Meningkatkan mutu rencana dan program serta pelayanan informasi
diklat;

Susunan Organisasi BDLHK Pekanbaru, terdiri dari:


 Kepala balai sebagai pimpinan
 Subbagian Tata Usaha
Melaksanakan kepengurusan administrasi persuratan, ketatalaksanaan,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerasipan dan rumah tangga.
 Seksi Penyelenggara dan Kerjasama Diklat

89
Melakukan penyiapan bahan rencana, kegiatan, anggaran, kerjasama,
pengumpulan dan analis data peserta diklat, statistik, pemantauan dan kerja
sama diklat, melakukan kerjasama diklat
 Seksi Sarana dan Evaluasi Diklat
Melakukan persiapan sarana dan prasarana diklat dan melakukan evaluasi
terhadap diklat yang sudah dilaksanakan dan melakukan pelaporan setelah
akhir diklat.
1. Peraturan Perundangan Terkait Penyuluh Kehutanan
 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya
disebut sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan
pelaku usaha melalui penyuluhan.
2. Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan
peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang
meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang
pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan
berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan
manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat.
4. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan,

90
mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran
yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
5. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
6. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu dan
berkelanjutan.
7. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
8. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang
selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan,
pengolah ikan, beserta keluarga intinya.
9. Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah penduduk yang
bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang memiliki kesatuan
komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada
hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.
10. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya
atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani,
minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di
sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran,
dan jasa penunjang.
11. Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha perkebunan.
12. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha peternakan.
13. Nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.
14. Pembudi daya ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha pembudidayaan ikan.

91
15. Pengolah ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi
yang melakukan usaha pengolahan ikan.
16. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi
yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian,
perikanan, dan kehutanan.
17. Kelembagaan petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan,
pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan
adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku
utama.
18. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik
penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut
penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan
kegiatan penyuluhan.
19. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi
lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan
penyuluhan.
20. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha
dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
21. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan
mampu menjadi penyuluh.
22. Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan
oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai
bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen,
ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.
23. Programa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang
selanjutnya disebut programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang
disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. 24. Rekomendasi adalah

92
pemberian persetujuan terhadap teknologi yang akan digunakan sebagai
materi penyuluhan.
25. Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau
masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
penyuluhan.
26. Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang
selanjutnya disebut Komisi Penyuluhan adalah kelembagaan independen
yang dibentuk pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang terdiri
atas para pakar dan/atau praktisi yang mempunyai keahlian dan kepedulian
dalam bidang penyuluhan atau pembangunan perdesaan.
27. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian,
menteri yang bertanggung jawab di bidang perikanan, atau menteri yang
bertanggung jawab di bidang kehutanan.
28. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
29. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
30. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 PermenLHK Nomor 4 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan yang
menggantikan PermenLHK Nomor P.36/Menlhk-Setjen/2015 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka
Kreditnya
 PermenPANRB Nomor 27 Tahun 2013 Jabatan Fungsional Penyuluh
Kehutanan dan Angka Kreditnya

93
 PermenPANRB no 73 tahun 2020 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Kehutanan
 PermenLHK Nomor O.62/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017 tentang
Perubahan Atas PermenLHK Nomor P.37/Setjen/Kum.i/4/2016 tentang
Standard an UJi Kompetensi Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan.
 Kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara
Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan ketentuaan peraturan perundang-undangan, seperti
Widyaiswara dengan peraturan Menteri PAN RB No. 42 Tahun 2021 dan
berada di bawah kepala balai langsung.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan.
3. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
PNS, dan pembinaan manajemen PNS di instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.
6. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural.
7. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah
kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan
perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.

94
8. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.
9. Jabatan Fungsional Widyaiswara adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, dan hak untuk melaksanakan kegiatan
pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan dalam
rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan di lembaga
penyelenggara pelatihan pada Instansi Pemerintah.
10. Pejabat Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya disebut Widyaiswara
adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan,
dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi
yang berkedudukan di lembaga penyelenggara pelatihan pada Instansi
Pemerintah. 11. Pelatihan adalah salah satu bentuk pengembangan
kompetensi sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah yang mengatur
mengenai manajemen PNS.
12. Pengembangan Pelatihan adalah upaya peningkatan kualitas Pelatihan
melalui pengembangan model pembelajaran dan evaluasi pengembangan
Pelatihan.
13. Penjaminan Mutu Pelatihan adalah upaya komprehensif dalam rangka
pengendalian kualitas mutu terhadap penyelenggaraan Pelatihan ASN.
14. Lembaga Penyelenggara Pelatihan adalah unit kerja pada Instansi
Pemerintah yang bertugas menyelenggarakan Pelatihan.
15. Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kinerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS yang harus
dicapai setiap tahun.
16. Angka Kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan dan/atau
akumulasi nilai dari uraian kegiatan yang harus dicapai oleh Widyaiswara
dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. 17. Angka Kredit
Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit minimal yang harus dicapai
oleh Widyaiswara sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dan jabatan.

95
18. Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disingkat PAK adalah hasil
penilaian yang diberikan berdasarkan Angka Kredit untuk pengangkatan
atau kenaikan pangkat dan/atau jabatan dalam Jabatan Fungsional
Widyaiswara.
19. Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan
pejabat yang memiliki kewenangan menetapkan Angka Kredit dan bertugas
mengevaluasi keselarasan hasil kerja dengan tugas yang disusun dalam SKP
serta menilai capaian kinerja Widyaiswara dalam bentuk Angka Kredit
Widyaiswara.
20. Standar Kompetensi Widyaiswara yang selanjutnya disebut Standar
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
diperlukan seorang ASN dalam melaksanakan tugas Jabatan Fungsional
Widyaiswara.
21. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap
kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural dari Widyaiswara dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam jabatan.
22. Hasil Kerja adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai oleh
Widyaiswara sebagai prasyarat menduduki setiap jenjang Jabatan
Fungsional Widyaiswara.
23. Hasil Kerja Minimal adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai
minimal oleh Widyaiswara sebagai prasyarat pencapaian Hasil Kerja.
24. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran,
pengembangan, dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh Widyaiswara
baik perorangan atau kelompok di bidang Pelatihan, Pengembangan
Pelatihan, dan Penjaminan Mutu Pelatihan.
25. Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia yang selanjutnya disingkat
APWI adalah organisasi profesi bagi Jabatan Fungsional Widyaiswara.
26. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya
disebut Instansi Pembina adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
diberi kewenangan melakukan pengkajian, dan pendidikan dan pelatihan

96
ASN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ASN.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Diklat Lingkungan Hidup


dan Kehutanan Pekanbaru di pimpin oleh Kepala Balai didukung oleh
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Penyelenggara dan Kerjasama
Diklat dan Kepala Seksi Sarana dan Evaluasi Diklat. Pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian dibantu oleh para
Koordinator Urusan dan personil perangkatnya yang ditetapkan oleh Kepala
Balai melalui Surat keputusan. Disamping itu juga terdapat kelompok
jabatan fungsional widyaiswara yang berada dan bertanggungjawab
langsung pada Kepala Balai.
A. Uraian Singkat Tentang Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru

Gambar 4. Lokasi Balai Diklat LHK Pekanbaru

Dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional


dan berkualitas perlu Dukungan ketersediaan Sumber daya manusia yang
berkualitas dan memadai menjadi persyaratan mutlak dalam Upaya
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) lingkungan hidup dan
kehutanan, dalam mendukung keberhasilan pembangunan harus dipahami
sebagai suatu proses pembelajaran yang panjang, dilakukan secara terus-

97
menerus dan berkesinambungan. Upaya tersebut diawali dengan adanya
perencanaan pengembangan Sumber Daya Manusia yang baik, pendidikan
dan pelatihan berbasis kompetensi, sertifikasi kompetensi kerja, pelatihan
masyarakat dan pengembangan generasi lingkungan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri lingkungan hidup dan kehutanan
Nomor P.18/Menlhk-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Diklat lingkungan
hidup dan kehutanan Pekanbaru memiliki tanggungjawab dalam
menyediakan Sumber Daya Manusia lingkungan hidup dan kehutanan yang
memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas sesuai dinamika dan
tantangan kekinian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan.

Gambar 5. Sebaran wilayah Pelayanan Balai Diklat LHK


Pekanbaru

a. Sasaran di Wilayah Pelayanan


Balai Diklat LHK Pekanbaru yang merupakan unit eselon III pada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang merupakan UPT
dibawah Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM. Wilayah
pelayanan BDLHK Pekanbaru terdiri dari 5 (lima) Provinsi yaitu Provinsi
Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Instansi asal
peserta diklat dari Wilayah Pelayanan BDLHK Pekanbaru antara lain
berasal dari UPT Kementerian LHK, Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan

98
Hidup Tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten, KPHP/KPHL, serta Pemegang
Izin IUPHHK-HA/HTI.
b. Sumberdaya Manusia
Hingga tahun 2022 jumlah pegawai di Balai Diklat Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Pekanbaru adalah sebanyak 93 orang yang terdiri dari
pejabat struktural (4 orang), fungsional umum (50 orang), widyaiswara (13
orang), tenaga upah (24 orang) dan tenaga bakti rimbawan (1 orang).

Tabel 2. SDM pada Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Pekanbaru Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Jumlah
(orang)

1 Struktural 4

2 Fungsional Widyaiswara 10

3 Fungsional Penyuluh 2

4 Fungsional Umum 1

5 Staff/Pelaksana 43

6 Honorer 29

7 CPNS 4

Jumlah 94

C.. Sarana dan Prasarana Diklat


Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru memiliki
fasilitas dan sarana penunjang untuk mendukung kegiatan diklat seperti
kantor, gedung serba guna perkantoran serta fasilitas diklat berupa asrama,
ruang kelas, perpustakaan, aula, ruang makan, gedung serbaguna serta
sarana penunjang lainnya seperti mesjid, sarana olahraga serta barang-

99
barang inventaris yang meliputi fasilitas diklat, alat peraga dan alat bantu
praktek

No Jenis Unit Kapasitas

1. Gedung Kantor Bertingkat 1 50 orang

Gedung Kantor Tidak Bertingkat 3 50 orang

2. Gedung Serbaguna/Aula 1 150 orang

3. Ruang Makan dan Dapur 1 200 orang

4. Asrama 6 120 orang

5. Mess 1 12 orang

6. Perpustakaan 1 20.000 buku

7. Kelas 4 120 orang

8. Ruang Generator 1 50.000 Watt

9. Sarana Olah Raga dan Hiburan 3 -

10. Pos Jaga dan Gapura 1 4 orang

11. Arboretum 2 -

12. Hutan Diklat 1 2.183 Hektar

13. Asrama Hutan Diklat 1 60 orang

14. Kendaraan Operasional 20 -

15. Koperasi 1 -

D.KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi

100
Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru juga memiliki
kawasan hutan pendidikan dan pelatihan seluah 2.183 Ha. Keberadaan
KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi secara kronologis dikukuhkan sejak
tahun 1993 melalui SK Menteri Kehutanan No. 101/Kpts-II/1983 tanggal 26
Desember 1983 sebagai Hutan Lindung Bukit Suligi ditunjuk menjadi
hutan Diklat Bukit Suligi dengan harapan menjadi prasarana pendukung
kegiatan pendidikan dan pelatihan kehutanan dan memfungsikannya untuk
kesejahteraan masyarakat serta mencegah degradasi lingkungan. Luas Hutan
Diklat saat itu adalah 1.950 ha wewenang pengelolaan hutan tersebut oleh
Balai Latihan Kehutanan Pekanbaru yang dilaksanakan oleh instalasi Hutan
Diklat.
Selanjutnya dengan rekomondasi dari Dinas Kehutanan Propinsi Dati I
Riau No.522.12/BP/8634 tanggal 22 Maret 1983, Gubernur Riau dengan
Suratnya No.522.5/PPD/7308 tanggal 29 Maret 1984 memberikan
persetujuan diadakannya daerah penyangga sekitar 0,5 s/d 1 Km di
sekeliling Hutan Lindung Bukit Suligi termasuk kawasan Hutan Diklat.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.
729/MENHUT-1/2009 ditetapkan menjadi Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus ( KHDTK ) Hutan Pendidikan Bukit Suligi dengan luas 2.183 ha
yang dikelola oleh Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pekanbaru.
Secara geografis kawasan KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi terletak
pada 0° 32° , 0° 37° Lintang Utaradan 100° 35° Bujur Timur, terletak pada
ketinggian 100 – 250 m dpl. Topografi di wilayah ini sebagian besar
bergelombang ringan sampai datar. Kemiringan berkisar antara 0 – 27 % ( 0
- 15° ). Sedangkan secara administrasi terletak di Kecamatan Tandun Kab.
Rokan Hulu merupakan bagian dari kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi.
KHDTK Hutan Pendidikan Bukit Suligi pada Bagian Utara berbatasan
dengan lahan dan perumahan Transmigrasi, Sebelah Barat berbatasan
dengan Hutan Lindung Bukit Suligi, sebelah Timur berbatasan dengan
Perkebunan Inti Rakyat Sei Tapung dan Hutan Lindung Bukit Suligi dan

101
sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan Inti Rakyat Sei Siasam.
Jarak dari Kampus Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pekanbaru sekitar ± 125 Km dengan jarak tempuh sekitar ± 3 jam
perjalanan darat.

Gambar 5. Peta KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi

Sarana prasarana yang ada di KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi


diantaranya adalah fasilitas kampus berupa asrama, ruang kelas, demplot-
demplot yang ditunjang sarana pendukung lainnya berupa kendaraan
lapangan termasuk pengembangan dan pemeliharaan aksesibilitas kawasan
berupa jalan dan jembatan.
Berdasarkan peta tanah ekplorasi tahun 1978 dengan Skala 1 : 100.000
pada KHDTK Hutan Pendidikan Bukit Suligi terdapat jenis tanah Podsolik
merah kuning dengan bahan induk batuan serta berfisiografi instrusi dan
podsolik merah kuning.

102
Jumlah curah Hujan rata-rata 2.280 mm/tahun. Suhu rata-rata maksimum
33° c dan minimum 21° c. Kelembaban udara relatif berkisar antara 83 – 86
%, sedangkan angin umumnya bertiup dari arah barat dengan kecepatan 20
– 30 km/jam. KHDTK Hutan Pendidikan Bukit Suligi sebagai hulu Sungai
Saiyus, Merpati dan Poimbaran yang mengalir ke arah Timur dan
merupakan hulu anak Sungai Tapung kiri serta hulu anak Sungai Sei Asam.
Persemain Hutan Pendidikan Bukit Suligi memiliki 28 bedeng semai
dengan kapasitas ±42.000 bibit. Selain bedeng semai Hutan Pendidikan
Bukit Suligi juga memiliki bedeng sungkup. Guna memenuhi kebutuhan
bibit tanaman hutan, persemaian yang ada di KHDTK Hutan Diklat Bukit
Suligi memanfaatkan beberapa tanaman induk yang dapat digunakan
sebagai sumber benih yang terdapat di Arboretum Hutan Pendidikan Bukit
Suligi maupun hutan sekunder yang masih terjaga keragaman jenis
pohonnya, antara lain; Keruing (Dipterocarpus Sp), Kapur (Dryobalanops
Sp), Meranti (Shorea Sp) Gaharu (Aqularia microcarpa) dan lainnya.
Arboretum Hutan Pendidikan Bukit Suligi berada di lokasi kantor Sarana
Hutan Pendidikan. Arboretum Hutan Pendidikan memiliki luas ± 3 ha
dengan jumlah tanaman sebanyak ± 120 jenis yang terdiri dari kelompok
meranti, kayu afrika, gaharu, kayu putih, kapur, medang, dan matoa.

Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru


Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi sebagai berikut:
Penyelenggaraan Diklat merupakan salah satu pendukung sasaran strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Oleh karena itu, Balai
Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru mengacu pada arah
dan strategi pembangunan LHK dalam peningkatan dan pengembangan
kompetensi yang telah ditetapkan sebagai sasaran utama Badan Penyuluhan
dan Pengembangan SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dalam upaya
mendukung program dan kegiatan yang telah ditetapkan Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru akan memanfaatkan sumber
daya yang ada dalam mencapai tujuan dan sasaran, Berangkat dari hal
tersebut juga, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui

103
Rencana Strategis Badan P2SDM mempunyai sasaran program yaitu
“Meningkatnya daya saing Sumber Daya Manusia Lingkungan Hidup
dan Kehutanan” dengan sasaran program sebagaimana berikut :

Bidang Perencanaan
Melaksanakan
Diklat Teknis Bidang Pemanfaatan Hutan
Kehutanan, dan
Bidang Rehabilitasi
Diklat Teknis
Administrasi Bidang Perlindungan Hutan dan
Kehutanan Konservasi Alam
Bidang Administrasi Kehutanan

Melaksanakan Diklat Pembentukan dan Penjenjangan


Diklat Fungsional Fungsional
Kehutanan

- Melaksanakan Diklat Teknis Kehutanan bagi Masyarakat (non aparatur)


- Peningkatan Kapasitas tenaga kediklatan
- Pelaksanaan Tata Kelola Administrasi Kepegawaian
- Pelaksanaan Administrasi Keuangan
- Pelaksanaan pengembangan organisasi dan Institusi Kediklatan
- Pelaksanaan penataan barang pendukung kediklatan

- LKJ

Pelaksanaan - Laporan Berkala (Bulanan, Triwulan semester


monitoring,
dan tahunan).
Evaluasi dan
pelaporan.
- Laporan Diklat dan statistik

- Laporan Evaluasi Diklat

104
- Pelaksanaan penataan arsip ketatausahaan, penyelenggaraan Diklat dan
Hutan Diklat
- Pelaksanaan pembayaran gaji/honor/tunjangan

Perencanaan Pengelolaan Hutan Diklat


Pengelolaan Pengadaan, Pemanfaatan, Pemeliharaan sarpras
kawasan
praktek diklat dan pendukungnya
hutan
Perlindungan dan Pengamanan hutan diklat

- Kerjasama dengan pihak lain

Peningkatan - Pengadaan Sarpras Kediklatan


pemeliharaan - Pengadaan Gedung/Bangunan Perkantoran
dan
pengadaan
- Pengadaan buku perpustakaan
fasilitas diklat - Kegiatan operasional dan pemeliharaan
kehutanan
perkantoran

Meningkatkan
-Penyusunan Renstra, Renja, RKAKL dan POK
Perencanaan
Diklat
-identifikasi kebutuhan diklat

Penerbitan majalah/buletin
Pelaksanaan
kegiatan publikasi
Penerbitan Leaflet/Booklet/

dan layanan Pembuatan poster/banner

informasi
kediklatan - Penyusunan Modul Diklat
Pelaksanaan - Pembuatan kurikulum dan silabus diklat
penyusunan - Penyempurnaan kurikulum dan silabus diklat
materi dan
teknologi - Pembuat alat bantu elektronik/panduan praktek
kediklatan - Pengembangan Kerjasama Diklat
- Pengembangan Tegulasi/Pedoman
Penyelenggaraan Diklat

105
Sesuai tugas dan fungsi organisasi Balai Diklat LHK Pekanbaru, maka
aktivitas kegiatan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang akan
dilaksanakan di UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
selama periode Tahun 2020 – 2024 ditampung dalam rancangan Program
dari Eselon I yang diimplementasikan dalam indikator kerja utama program.
Guna mendukung tercapainya sasaran Program tersebut di atas, Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru didukung 6 kegiatan, yang
masing-masing kegiatan menggambarkan tugas dan fungsi dari masing-
masing bidang Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru.
Adapun 6 (enam) kegiatan dimaksud sebagaimana Gambar 6.

Gambar 6. Kegiatan Lingkup Balai Diklat LHK Pekanbaru

B. Struktur Organisasi Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Pekanbaru

106
Gambar 7. Struktur Organisasi Balai Diklat LHK Pekanbaru

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan surat


menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga.
Seksi Penyelenggaraan dan Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan
mempunyai tugas melakukan identifikasi kebutuhan diklat (IKD),
penyusunan rencana, program dan anggaran pendidikan dan pelatihan,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan pelaksanaan kerjasama
pendidikan dan pelatihan. Seksi Sarana dan Evaluasi Pendidikan dan
Pelatihan mempunyai tugas melakukan pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pendidikan dan pelatihan serta pelaksanaan pelayanan data dan
informasi di bidang pendidikan dan pelatihan.

Didalam Upaya peningkatan disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN)


KLHK Lingkup Pekanbaru akan menerapkan sistem absensi dengan
menggunakan perangkat khusus dengan aplikasi Sikadir KLHK.

Cara penggunaan portal sikadir yaitu:


1. Login dengan menggunakan link http://sikadir.menlhk.go.id/
2. Pilih menu sesuai tempat ASN bekerja seperti SETJEN, BP2SDM,
PSKL, PHPL, GAKKUM, ITJEN, DLL

107
3. Setelah memilih menu tersebut, didalam form login masukkan NIP
dan Password serta kode captcha.
4. Setelah login, terdapat menu Presensi Online, History Presensi,
Tukin Individu, serta Laporan Harian.
5. Silahkan isi sesuai keperluan seperti mengabsen pada pagi hari
sebelum 07.30 WIB dan absen pulang sesudah jam 16.00 WIB, serta
mengisi laporan harian pegawai.

C. Sistem dan Prosedur Kerja serta Tata Nilai Organisasi


Secara kedinasan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pekanbaru adalah Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dimana Personil, Prasarana, Sarana dan Dokumen
merupakan tanggung jawab Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.18/MENLHK- II/2015). Sistem dan prosedur kerja Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru masih berpedoman kepada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor :
P.16/menlhk-II/setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.
9/menlhk /setjen/kum.1/3/2019 tanggal 18 Maret 2019 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Negara dan
Non Aparatur Sipil Negara di Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Peraturan Kepala Pusat Diklat Kehutanan tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Diklat, Petunjuk Teknis Identifikasi Kebutuhan Diklat dan
Petunjuk Teknis Evaluasi Pasca Diklat serta Petunjuk Teknis tentang
Pengelolaan Hutan Diklat.
Sedangkan Tata nilai yang merupakan seperangkat nilai yang harus
dijunjung tinggi oleh seluruh unsur organisasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya masing-masing, dimana Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru menganut nilai luhur yang diharapkan dapat

108
digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
organisasi. Nilai luhur dimaksud sebagaimana Permen
LHK No. P.64/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Kode Etik
Revolusi Mental Aparatur Sipil Negara Lingkup KLHK, yaitu integritas,
etos kerja dan gotong royong. Dengan nilai-nilai yaitu; Disiplin, Jujur,
Ikhlas, Profesional, Tanggung Jawab, dan Kerjasama.

D. Visi, Misi, Tujuan & Sasaran Strategis


Visi pembangunan dari Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”. Visi tersebut dijabarkan dalam tujuh agenda Prioritas
Nasional (PN) atau Agenda Pembangunan (AP) RPJMN 2020-2024 yang
terdiri dari:
 Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
Berkualitas.
 Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan
Menjamin Pemerataan.
 Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya
Saing.
 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan.
 Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi
dan Pelayanan Dasar.
 Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana,
dan Perubahan Iklim.
 Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan
Publik.

 Visi Presiden Republik Indonesia yang diagendakan melalui sembilan


program pembangunan dijabarkan dalam Sembilan Misi (NAWACITA
II) Presiden Republik Indonesia yang terdiri dari:
 Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia.

109
 Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri,dan Berdaya Saing.
 Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan.
 Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.
 Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa.
 Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan
Terpercaya.
 Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada
Seluruh Warga.
 Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya.
 Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Visi Kementerian LHK : ” Terwujudnya Keberlanjutan Sumberdaya
Hutan dan Lingkungan Hidup Untuk Kesejahteraan Masyarakat”
Misi Kementerian LHK :
 Mewujudkan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya hutan dan
lingkungan hidup yang berkelanjutan
 Mewujudkan masyarakat sejahtera, maju dan berdaya saing Tujuan
Kementerian LHK :
 Meningkatkan pengamanan dan kelestarian sumberdaya hutan beserta
keanekaragaman hayati untuk menjamin pertumbuhan dan
keberlanjutan usaha kehutanan
 Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pencemaran,
kerusakan lingkungan hidup serta dampak perubahan iklim
 Mengoptimalkan pengelolaan dan distribusi manfaat hutan yang
berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat

1. Tugas dan Fungsi Jabatan Peserta


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang peraturan perundang-undangan terkait jabatan peserta, tugas dan
fungsi, standar kompetensi, jenjang karier dan kepangkatan serta kegiatan

110
pada jabatan peserta. Bapak Prayitno, A.Md.. selaku Koordinator Bidang
Keuangan memberikan bimbingan dan penjelasan terkait tugas dan fungsi
peserta.
A. Tugas dan Fungsi Verifikator Keuangan
Ikhtisiar jabatan verifikator keuangan yaitu menerima dan
mencocokkan/Mengoreksi/menganalisa/mengamati ataupun memverifikasi
bukti-bukti/Dokumen yang terkait dengan laporan kegiatan ataupun hal-hal
pengeluaran untuk diperiksa/diteliti apakah telah sesuai dengan
peruntukkannya.
Pengujian SPP beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh PPK,
meliputi:
 Kelengkapan dokumen pendukung SPP
 Kesesuaian penandatangan SPP dengan specimen tanda tangan PPK;
 Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
 Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker;
 Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaan belanja pegawai;
 Kebenaran formal dokumen/surat/bukti-bukti sah yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa
 Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
 Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban dibidang perpajakan dari
pihak yang mempunyai hak tagih;
 Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada Negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada Negara;
 Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
Adapun uraian tugas verifikator keuangan adalah sebagai berikut:

111
 Menerima, menyortir dan memeriksa bukti pengeluaran dan penerimaan
untuk disusun sesuai dengan mata anggaran agar mempermudah dalam
pemeriksaan.
 Memeriksa usulan rincian kegiatan apakah telah sesuai dengan mata
anggaran
 Memeriksa kesesuaian administrasi pembayaran sesuai dengan prosedur
agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya.
 Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan verifikasi keuangan berdasarkan
prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas.

Fungsi Verifikator yaitu:


- Verifikator Keuangan bertanggung jawab atas Laporan SPJ agar tidak ada
terjadi kesalahan dalam melakukan pencairan anggaran.

Seorang verifikator keuangan dalam melaksanakan tugasnya harus


berpedoman pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Peraturan Sekretaris
Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang Pedoman Standar Biaya
Kegiatan Tahun Anggaran 2022, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
113/PMK.05/2012 Tentang Perjalanan Dinas dalam Negeri bagi Pejabat
Negara, Pengawai Negeri, dan Pengawai tidak Tetap. Dalam melaksanakan
tugasnya, verifikator keuangan harus memahami standar biaya kegiatan
yang berfungsi sebagai batas tertinggi, standar biaya kegiatan yang
berfungsi sebagai batas estimasi, standar biaya masukan kegiatan lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.

C. HAMBATAN DAN TANTANGAN

112
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan PKTBT ini adalah sudah terlalu
lamanya satuan kerja balai diklat lingkungan hidup dan kehutanan
Pekanbaru tidak menerima anggota CPNS baru, sehingga menyebabkan
para pegawai yang berwenang di kegiatan PKTBT ini mungkin sudah
sedikit lupa tentang apa apa yang harus disosialisasikan dan juga prosedur
pelaksanaan PKTBT.
Tantangan dalam menyelesaian pelatihan ini adalah peserta merupakan
CPNS yang pertama kali masuk sebagai ASN sehingga belum kompeten
dalam bidang tugas yang dibebankan, sehingga peserta harus memulai dari
nol dari memahami segala hal yang berkaitan dengan adminstratif maupun
substantif. Pengetahun yang harus dipelajari sangat banyak dari pengelolaan
kepegawaian, tata naskah dinas, pengelolaan keuangan, pengelolaan BMN,
tupoksi oganisasi maupun jabatan dengan waktu yang sempit sehingga
peserta harus pintar-pintar memilih bahan bacaan dan menggunakan waktu
agar seluruh pengetahuan tersebut dapat dikuasai.

113
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Dari pelatihan ini peserta dapat mendapat pengetahuan dan ketrampilan
yang bersifat administratif meliputi pengelolaan kepegawaian, tata naskah
dinas, pengelolaan keuangan dan BMN serta yang bersifat substantif yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas di Balai Diklat Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Pekanbaru.

3.2. Saran
1. Waktu yang diberikan kepada satker untuk mempersiapkan pelatihan lebih
panjang sehingga pelatihan PKTBT lebih berkualitas.

114
2. Pengadaan modul pelatihan PKTBT untuk pembina ataupun peserta
sehingga memudahkan pemateri dan peserta.

LAMPIRAN

115
LAMPIRAN 1. JURNAL KEGIATAN

116
117
LAMPIRAN 2. PKTBT DI PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN

LAMPIRAN 3. PKTBT DI TATA NASKAH DINAS

118
LAMPIRAN 4. PKTBT DI PENGELOLAAN KEUANGAN

119
LAMPIRAN 5. PKTBT DI PENGELOLAAN BMN

LAMPIRAN 6. PKTBT DI WIDYAISWARA

120
LAMPIRAN 7. PKTBT DI SEKSI PENYELENGGARAAN DAN KERJASAMA
DIKLAT

121
LAMPIRAN 8. PKTBT DI SEKSI SARANA EVALUASI DAN PELAPORAN
DIKLAT

122
LAMPIRAN 9. PEMAPARAN HASIL PKTBT DAN PENUTUPAN PKTBT

123
124

Anda mungkin juga menyukai