Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PELATIHAN PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG


TUGAS (PKTBT) CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PEKANBARU

Disusun Oleh :

Nama : Reinhard Kennedy


NIP : 199406252022031007
Jabatan : Calon Verifikator Keuangan
Instansi : Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru

i
ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan kasih-Nya yang telah memberikan kesempatan, pengetahuan dan kelancaran
kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan Pelatihan Penguatan
Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) di Balai Diklat Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Pekanbaru sebagai Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Laporan
Pelaksanaan Penguatan Kompetensi Bidang Tugas ini tidak mungkin dapat
diselesaikan dengan baik. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis dengan
sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Kamaruddin, S.Hut.T selaku Kepala Balai Diklat Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Pekanbaru.
2. Bapak Budiono, S.H., M.H. selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
3. Seluruh Pengampu/Pembimbing di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru.
4. Seluruh Staff di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru.
5. Rekan-Rekan Peserta CPNS Tahun 2021 yang selalu meberikan semangat dan
motivasi
6. Teristimewa kepada keluarga terutama kepada orangtua penulis yang
senantiasa memberi dorongan semangat dari awal hingga selesainya laporan
pelaksanaan kegiatan PKTBT ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan Laporan


Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) ini. Dengan kerendahan
hati saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan PKTBT ini dapat memberikan
manfaat bagi penyelenggara Latsar CPNS, peserta dan pengampu/pendamping.

iii
Pekanbaru, 31 Mei 2022
Calon Pengawai Negeri Sipil

Reinhard Kennedy, A.Md.


NIP. 19940625 202203 1
007

DAFTAR ISI

LAPORAN KEGIATAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR
……………………………………………………………………………………………………………………..…… vii

BAB I
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
……. 1

1.1. LATAR BELAKANG


………………………………………………………………………………………………………… 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
……………………………………………………………………………………………….. 2

BAB II
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…… 3

2.1. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


…………………………………………………………………………. 3

2.2. MATERI KEGIATAN


………………………………………………………………………………………………….….. 3

iv
2.2.1. MATERI KEGIATAN KOMPETENSI TEKNIK ADMINISTRATIF
…………………………… 3

2.2.2. MATERI KEGIATAN KOMPETENSI TEKNIK SUBSTANTIF


………………………………… 4

2.3. KEGIATAN SETIAP MATERI


………………………………………………………………………………………….. 4

2.3.1. TEKNIS ADMINISTRATIF


………………………………………………………………………………. 4

2.3.2. TEKNIS SUBSTANTIF


…………………………………………………………………………………… 62

BAB III
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
… 82

3.1. KESIMPULAN
…………………………………………………………………………………………………………..… 82

3.2. SARAN
………………………………………………………………………………………………………………………. 82

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. JURNAL KEGIATAN ………………………………………….


83

v
LAMPIRAN 2. PKTBT DI PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN ………………
85
LAMPIRAN 3. PKTBT DI TATA NASKAH DINAS …………………………..
85
LAMPIRAN 4. PKTBT DI PENGELOALAAN KEUANGAN …………………
86
LAMPIRAN 5. PKTBT DI PENGELOAAN BMN ……………………………...
86
LAMPIRAN 6. PKTBT DI WIDYAISWARA …………………………………..
87
LAMPIRAN 7. PKTBT DI SPKD ………………………………………………..
87
LAMPIRAN 8. PKTBT DI SSED ………………………………………………...
88
LAMPIRAN 9. PEMAPARAN HASIL PKTBT DAN PENUTUPAN PKTBT ….
89

vi
DAFTAR TABEL

NO KETERANGAN HAL

1 TABEL 1 21

2 TABEL 2 70

3 TABEL 3 72

vii
DAFTAR GAMBAR

NO KETERANGAN HALAMAN

1 GAMBAR 1 8

2 GAMBAR 2 9

3 GAMBAR 3 49

4 GAMBAR 4 69

5 GAMBAR 5 70

6 GAMBAR 6 76

7 GAMBAR 7 77

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 3
menerangkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada nilai dasar, kode etik dan kode
perilaku, komitmen, integritas moral, tanggung jawab pada pelayanan public, memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, dan adanya profesionalitas jabatan.
Guna untuk meningkatkan kompetensi bidang tugas mengacu pada peraturan pemerintah
nomor 11 tahun 2017 tentang manajemen pengawai negeri sipil menerangkan bahwa Calon
Pegawai Negeri Sipil wajib menjalani masa percobaan. Masa percobaan ini merujuk pada
keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No.13/K.1/PDP.07/2022 Tentang Pedoman
Penyelenggaran Pelatihan Dasar Calon Pengawai Negeri Sipil. Salah satu pelatihan dasar
yang wajib diikuti oleh Calon Pengawai Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan adalah Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT).
PKTBT merupakan pelatihan dasar CPNS yang yang diikuti oleh setiap peserta di
instansi masing-masing peserta secara serentak dan diselenggarakan untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul serta bertanggungjawab dan memperkuat prefesionalisme serta
kompetensi bidang. Kegiatan penguatan kompetensi teknis bidang tugas terdiri dari
kompetensi teknis administrative dan kompetensi teknis substantive. Kompentesi teknis
administrative ini dibuat guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat
umum/administrative yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas peserta pelatihan
dasar . Sedangkan kompetensi teknis substantive bertujuan dalam meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan yang bersifat spesifik atau bidang.
Laporan PKTBT ini bertujuan untuk peningkatan kompetensi teknis administratif dan
kompetensi teknis substantif sehingga setiap Calon Pegawai Negeri Sipil Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat memahami dan mengerti apa yang
menjadi tugas serta fungsi baik secara organisasi maupun jabatan masing-masing.

1
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dilaksanakannya kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
ini adalah sebagi berikut :

1. Memahami tugas pokok dan fungsi jabatan dengan baik pada instansi yang ditetapkan
2. Mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik pada instansi yang telah
ditetapkan
3. Memahami Kompetensi Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas
4. Membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab di kalangan Calon
Pegawai Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PKTBT

2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) ini dilaksanakan selama 15 hari
kerja dimulai pada tanggal 09 Mei 2022 sampai dengan 31 Mei 2022 di Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru.

2.2. Materi Kegiatan


Materi Penguatan Komptensi Teknis Bidang Tugas terdiri dari materi teknis
administratif dan teknis substantif. Materi Teknis Administrative bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan yang bersifat umum. Materi administratif ini terdiri
atas Pengelolaan Kepegawain, Tata Naskah Kedinasan, Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan
Barang Milik Negara (BMN) serta Widyaiswara, Penyelenggaraan dan Kerjasama Diklat,
serta Sarana Evaluasi dan Pelaporan Diklat. Teknis substantive merupakan materi yang
bertujuan untuk penguatan kompetensi peserta dalam pengetahuan dan keterampilan yang
bersifat spesifik. Kompetensi teknis substantif ini terdiri atas tugas dan fungsi
organisasi/instansi serta tugas dan fungsi jabatan peserta.

2.2.1. Materi Kegiatan Kompetensi Teknis Administratif


Materi kompetensi teknis administrasi merupakan materi yang memfasilitasi
peserta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat
umum/administrative dan diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas peserta
dalam keseharian. Adapun bagian kompetensi teknis terdiri atas:
1. Pengelolaan Kepegawaian
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Kepegawaian, Hak dan Kewajiban
PNS, Tata Cara Pengajuan Cuti, Tata Cara Pengajuan Kenaikan Gaji Berkala dan Tata
Cara Pengajuan Kenaikan Pangkat dan Jabatan.

2. Tata Naskah Kedinasan


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Naskah Kedinasan, Pengertian, Jenis-jenis,
Format, Penyusunan, Kewenangan Pejabat Penandatangan Naskah Dinas dan Tata
Persuratan.

3. Pengelola Keuangan
3
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Keuangan, Struktur dan
Mekanisme Pengelolaan Keuangan, serta Tata Cara Pertanggungjawaban Keuangan
Suatu Kegiatan.

4. Pengelolaan Barang Milik Negara


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan BMN, Pengelolaan Barang Milik
Negara, Pengelolaan Barang Persediaan dan Daftar Inventaris Ruangan.

2.2.2 Materi Kegiatan Kompetensi Teknis Substantif


Kompetensi Teknis Subtantif mempelajari materi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat spesifik (substantif dan/atau
bidang) yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas atau memfasilitasi
peserta untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan pada pembentukan jabatan
fungsional tertentu sesuai dengan formasi jabatannya, yaitu :
1. Tugas dan Fungsi Organisasi/Instansi
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Struktur, SDM, Tugas dan Fungsi Kebijakan dan Program dan Organisasi Unit Kerja
serta Orientasi Lingkungan Kerja.
2. Tugas dan Fungsi Jabatan Peserta
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Jabatan Peserta, Tugas dan Fungsi, Standar
Kompetensi, Jenjang Karier dan Kepangkatan serta Kegiatan pada Jabatan Peserta.
2.2.2.1. Bagian atau seksi yang tergabung dalam Kompetensi Teknis Subtantif
yaitu:
1. Widyaiswara
2. Seksi Penyelenggaraan dan Kerjasama Diklat
3. Seksi Sarana Evaluasi dan Pelaporan Diklat

2.3. Kegiatan Setiap Materi


2.3.1. Teknis Administratif
1. Pengelolaan Kepegawaian
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Kepegawaian, Hak dan Kewajiban

4
PNS, Tata Cara Pengajuan Cuti, Tata Cara Pengajuan Kenaikan Gaji Berkala dan Tata
Cara Pengajuan Kenaikan Pangkat dan Jabatan.

A. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pengelolaan Kepegawaian


Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Kepegawaian yaitu:
a. Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
4. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
5. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
6. Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data mengenai
Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi
dengan berbasis teknologi.
7. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi
pemerintah.
8. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi. 9. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang
berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.

5
10. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan
Administrasi pada instansi pemerintah.
11. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan
keterampilan tertentu. 12. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang
menduduki Jabatan Fungsional pada instansi pemerintah.
13. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai
ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
14. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
15. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.
16. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural.
17. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah
kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan
rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara.
19. Komisi ASN yang selanjutnya disingkat KASN adalah lembaga
nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik.
20. Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah
lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan
pengkajian dan pendidikan dan pelatihan ASN sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
21. Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya disingkat BKN adalah
lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan
pembinaan dan menyelenggarakan Manajemen ASN secara nasional
sebagaimana diatur dalam undangundang ini.
22. Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

6
b. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2020 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil
c. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri
Sipil Menjadi Anggota Partai Politik
d. Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian Bagi Pegawai ASN
e. PerMENPANRB No. 22 Tahun 2021 tentang pola karir PNS
f. PerMENPANRB No. 38 Tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi Jabatan
Aparatur Sipil Negara
g. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.29/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 Pedoman Tugas Belajar Bagi Pegawai
Negeri Sipil Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
h. Per LAN No. 10 tahun 2018 Tentang Pengembangan Kompetensi PNS.
i. Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.

B. Hak dan Kewajiban PNS


Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara terdiri atas
Pegawai Negeri Sipil dan Pengawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak. Dalam
pasal 1 ayat 3 diterangkan bahwa Pegawai Negeri Sipil merupakan warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Adapun
yang menjadi hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam Undang-Undang No. 5
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Hak Pegawai Negeri Sipil
1. Gaji, Tunjangan dan Fasilitas
2. Cuti
3. Jaminan Pensiunan dan Jaminan Hari Tua
4. Perlindungan
5. Pengembangan Kompetensi
b. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
1. Setia dan taat pada pancasila, Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah yang sah
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang

7
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran
dan tanggungjawab
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam

Gambar 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014

C. Tata Cara Pengajuan Cuti


Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil
Negara yang selanjutnya disingkat pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Salah satu hak Pegawai Negeri
Sipil adalah mengajukan cuti. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan
dalam jangka waktu tertentu. sesuai ketentuan Pasal 310 Peraturan Pemerintah Nomor
11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dinyatakan bahwa cuti
Pegawai Negeri Sipil terdiri atas cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti melahirkan,
cuti karena alasan penting, cuti bersama, dan cuti di luar tanggungan negara. Untuk
menjamin keseragaman dan tertib administrasi dalam pemberian cuti Pegawai Negeri
Sipil dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34I Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, tata cara pemberian cuti bagi
Pegawai Negeri Sipil perlu ditetapkan dengan Peraturan Badan Kepegawaian Negara.
Bapak Amri, S.Kom. selaku Staf Kepegawaian menjelaskan tentang Tata cara
Pengajuan cuti, Pejabat yang berwenang meberikan cuti, jenis-jenis cuti, cara
permintaan dan pemberian cuti berdasarkan undang-undang

8
Gambar 2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2107

a. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti


1. Cuti diberikan oleh PPK.
2. PPK sebagaimana di maksud pada angka 1 terdiri atas:
a) Menteri di kementerian, termasuk Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia
b. Pimpinan Lembaga di lembaga pemerintah non kementerian, termasuk
Kepala Badan Inteligen Negara dan pejabat lain yang ditentukan oleh
Presiden
c. Sekretaris Jenderal di Sekretariat Lembaga Negara dan Lembaga
Nonstruktural, termasuk Sekretaris Mahkama Agung
d. Gubernur di Provinsi
e. Bupatu/Walikota di Kabupaten/Kota

3. PPK dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat di


lingkungannya untuk memberikan cuti, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan
Badan ini.
4. Keputusan pendelegasian wewenang pemberian cuti sebagaimana dimaksud pada
angka 3 dibuat menurut contoh sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran 1.a
dalam peraturan BKN No.24 tahun 2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini.
5. Cuti bagi PNS yang ditugaskan pada lembaga yang bukan bagian dari
kementerian atau lembaga diberikan oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan
kecuali cuti di luar tanggungan negara.

b. Jenis-Jenis dan Tata Cara Permintaan dan Pemberian Cuti

9
1. Cuti Tahunan

Tata cara permintaan cuti tahunan yaitu:


1) PNS dan Calon PNS yang telah bekerja paling kurang I (satu) tahun secara
terus menerus berhak atas cuti tahunan
2) Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah
12 (dua belas) hari kerja.
3) Permintaan cuti tahunan dapat diberikan untuk paling kurang I (satu) hari
kerja.
4) Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud PNS atau
Calon PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.
5) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud, Pejabat Yang
Berwenang memberikan cuti tahunan kepada PNS atau Calon PNS yang
bersangkutan.
6) Permintaan dan pemberian cuti dibuat menurut contoh dengan menggunakan
formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran l.b dalam Peraturan BKN
No.24 Tahun 2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan
ini.
7) Dalam hal hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang
akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya maka jangka waktu cuti
tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lam a 12 (dua belas) hari kalender.
8) Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan,
dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan
Contoh: Sdr. Andi NIP. 196303121991021005 dalam tahun 2018 tidak mengajukan
permintaan cuti tahunan. Pada tahun 2O19 yang bersangkutan mengajukan
permintaan cuti tahunan, untuk tahun 2O18 dan tahun 2O19. Dalam hal demikian
maka Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti hanya dapat memberikan cuti
tahunan kepada PNS yang bersangkutan paling lama 18 (delapan belas) hari kerja.
9) Sisa hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun bersangkutan
dapat digunakan pada tahun berikutnya paling banyak 6 (enam) hari kerja Contoh:
a. Sdri. Ani NIP. 198609222O14O22OO1, tahun 2018 menggunakan hak cuti
tahunan selama 3 (tiga) hari kerja, sisa hak cuti tahunan Sdri.Ani Dia pada tahun
2018 sebanyak 9 (sembilan) hari kerja. Dalam hal demikian hak cuti tahunan yang

10
dapat diperhitungkan untuk tahun 2OI9 sebanyak 18 (delapan belas) hari kerja,
termasuk cuti tahunan dalam tahun 2O19.
b. Sdri. Anggun NIP 197805262010052009, tahun 2OI8 menggunakan hak cuti
tahunan selama 7 (tujuh) hari kerja, sisa hak cuti tahunan Sdri. Anggun pada tahun
2018 sebanyak 5 (lima) hari kerja. Dalam hal demikian hak cuti tahunan yang dapat
diperhitungkan untuk tahun 2O19 sebanyak 17 (tujuh belas) hari kerja.
10) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang tidak
digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya untuk paling Iama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak atas
cuti tahunan dalam tahun berjalan contoh:
a. Sdr. Adit NIP. 198009252004021004 dalam tahun 2018 dan tahun 2019 tidak
mengajukan permintaan cuti tahunan. Pada tahun 2020 yang bersangkutan
mengajukan permintaan cuti tahunan untuk tahun 2018, 2019 dan 2020. Dalam hal
demikian Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan cuti
tahunan kepada PNS bersangkutan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari
kerja, termasuk cuti tahunan dalam tahun 2020.
b. Sdr. Amir NIP. 198505I420I40 1 1001, tahun 20I7 menggunakan hak cuti
tahunan selama 5 (lima) hari kerja. Pada tahun 2018, cuti tahunan tidak digunakan.
Dalam hal demikian Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan
cuti tahunan kepada PNS bersangkutan untuk paling lama 18 (delapan belas) hari
keda, termasuk cuti tahunan dalam tahun 20I9.
c. Sdri. Anggi NIP. 198708I20I4022001, tahun 2018 menggunakan hak cuti
tahunan selama 7 (tujuh) hari kerja. Pada tahun 2019, cuti tahunan yang
bersangkutan tidak digunakan. Dalam hal demikian Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti dapat memberikan cuti tahunan kepada PNS bersangkutan untuk
paling lama 18 (delapan belas) hari kerja, termasuk cuti tahunan dalam tahun 2020.
11) Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila terdapat
kepentingan dinas mendesak.
12) Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud pada angka
11 dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan contoh. Sdri. Afia NIP.
1990092520I4022004 mengajukan permintaan cuti tahunan untuk tahun 20I8
selama 12 (dua belas) hari kerja. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti tidak
memberikan cuti karena kepentingan dinas mendesak. Dalam hal demikian maka

11
hak atas cuti tahunan Sdri. Afia pada tahun 20I9 menjadi selama 24 (dua puluh
empat) hari kerja, termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
13) Dalam hal terdapat PNS yang telah menggunakan Hak atas cuti tahunan dan
masih terdapat sisa Hak atas cuti tahunan untuk tahun berjalan, dapat ditangguhkan
penggunaannya oleh Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti untuk tahun
berikutnya, apabila terdapat kepentingan dinas mendesak.
14) Hak atas sisa cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud pada
angka 13 dihitung penuh dalam tahun berikutnya. Contoh:
Sdr. Agus NIP. 199009252014021004 memiliki sisa cuti tahunan pada tahun 2018
sebanyak 9 (sembilan) hari keda. Pada akhir tahun 2OI8 yang bersangkutan
mengajukan kembali permintaan cuti tahunan untuk tahun 2018 selama 9 (sembilan)
hari kerja. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menangguhkan hak atas cuti
tahunan untuk tahun 2018 karena kepentingan dinas mendesak. Dalam hal demikian
maka hak atas cuti tahunan Sdr. Agus pada tahun 20I9 menjadi selama 2t (dua puluh
satu) hari kerja, termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun 20I9.
15) PNS yang menduduki jabatan guru pada sekolah dan jabatan dosen pada
perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-undangan,
disamakan dengan PNS yang telah menggunakan hak cuti tahunan.
16) Pemberian cuti tahunan harus memperhatikan kekuatan jumlah pegawai pada
unit kerja yang bersangkutan.

2. Cuti Besar
1) PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus
berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan.
2) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti tahunan
dalam tahun yang bersangkutan.
Contoh: Sdr. Aldi NIP. 19800II22014011005 telah bekerja secara terus menerus
sejak Januari 20I4. Pada tanggal 10 Februari 20I9 mengajukan permintaan cuti besar
selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai I Maret 20I9 sampai dengan 31 Mei 2019.
Kemudian pada tanggal 18 Februari 2019 Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti, memberikan cuti besar sesuai permintaan PNS yang bersangkutan. Dalam hal
demikian maka Sdr. Aldi tidak berhak atas cuti tahunan untuk tahun 20I9 dan cuti
besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1 Juni 2024.
3) PNS yang telah menggunakan hak atas cuti tahunan pada tahun yang
bersangkutan maka hak atas cuti besar yang bersangkutan diberikan dengan
memperhitungkan hak atas cuti tahunan yang telah digunakan.
12
Contoh: Sdr. Ahmad NIP. 19850122014011009 telah bekerja secara terus menerus
sejak 1 Januari 2014. Pada bulan Maret 2019 yang bersangkutan telah menggunakan
hak atas cuti tahunan tahun 2019 selama 12 (dua belas) hari kerja. Pada tanggal 4
November 2019 mengajukan permintaan cuti besar selama 3 (tiga) bulan terhitung
mulai 18 November 2019 sampai dengan 18 Februari 2020. Dalam hal Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti akan memberikan cuti selama 3 (tiga) bulan maka:
a. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti, saat menetapkan pemberian cuti
besar tetap mempertimbangkan cuti tahunan yang sudah digunakan selama 12 (dua
belas) hari kerja sebelum mengajukan permintaan cuti besar.
b. Hak atas cuti besar Sdr. Ahmad diberikan paling lama terhitung mulai 18
November 2019 sampai dengan 31 Januari 2020.
c. Sdr. Ahmad masih mempunyai hak atas cuti tahunan pada tahun 2020.
d. Cuti besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1 Februari 2025.
4) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar dan masih mempunyai sisa hak
atas cuti tahunan tahun sebelumnya maka dapat menggunakan sisa hak atas cuti
tahunan tersebut.
Contoh: Sdr. Abdul NIP. 198504032012021007 telah bekerja secara terus menerus
sejak I Februari 2012. Pada tahun 2017, yang bersangkutan memiliki hak cuti
tahunan 20I7 selama 11 (sebelas) hari dan sisa hak cuti tahunan tahun 2016 selama
6 (enam) hari. Pada tanggal 28 Agustus 2017 mengajukan permintaan cuti besar
selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai 1 September 2017 sampai dengan 30
November 2017. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan cuti
besar secara penuh selama 3 (tiga) bulan. Dalam hal demikian, maka:
a. Sdr. Abdul tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun 2017.
b. Sdr. Abdul masih mempunyai hak atas sisa cuti tahunan tahun 2016 selama 6
(enam) hari.
c. Cuti besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1 Desember 2022.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, dikecualikan bagi PNS yang
masa kerjanya belum 5 (lima) tahun untuk kepentingan agama, yaitu menunaikan
ibadah haji pertama kali dengan melampirkan jadwal keberangkatan/kelompok
terbang (kloter) yang dikeluarkan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan haji.
6) Untuk menggunakan hak atas cuti besar sebagaimana dimaksud pada angka 1,
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti.

13
7) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 6,
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti memberikan cuti besar kepada PNS
yang bersangkutan.
8) Permintaan dan pemberian cuti besar sebagaimana dimaksud pada angka 6
dan angka 7 dibuat menurut contoh menggunakan formulir sebagaimana tercantum
dalam Anak Lampiran l.b dalam Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
9) Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti untuk paling lama I (satu) tahun apabila terdapat
kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk kepentingan agama. Contoh: Sdr.
Arman NIP 1980011220I40 I 1005 telah bekerja secara terus-menerus sejak Januari
tahun 20I4. Dalam bulan Maret 20I9 ia mengajukan cuti besar selama 3 (tiga) bulan,
tetapi oleh karena kepentingan dinas mendesak, pemberian cuti besar ditangguhkan
selama I (satu) tahun, sehingga yang bersangkutan diberikan cuti besar mulai 1
Maret sampai dengan 31 Mei 2020. Dalam hal demikian perhitungan hak atas cuti
besar berikutnya bukan terhitung mulai bulan Juni 2025, tetapi terhitung mulai
bulan Juni 2024.
10) PNS yang menggunakan cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti
besar yang menjadi haknya hapus. Contoh: Sdr. Aman Sinaga NIP
198101152010031005 telah bekerja secara terus menerus sejak 1 Maret 20 10. Pada
10 Mei 20I7 yang bersangkutan mengajukan cuti besar selama 2 (dua) bulan sampai
dengan 10 Juli 20I7. Dalam hal demikian maka sisa hak atas cuti besar selama 1
(satu) bulan menjadi hapus. Sdr. Aman Sinaga baru dapat mengajukan cuti besar
berikutnya setelah 10 Juli 2022.
11) Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan menerima
penghasilan PNS.
12) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 1 1, terdiri atas gaji pokok,
tunjangan keluarga, dan tunjangan pangan sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah yang mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS.
3. Cuti Sakit
1) Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2) PNS yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara
tertulis kepada atasan langsung dengan melampirkan surat keterangan dokter baik di
dalam maupun di luar negeri yang memiliki izin praktek yang dikeluarkan oleh
pejabat/instansi yang berwenang.

14
3) PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari, harus mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan cuti sakit dengan melampirkan surat keterangan dokter baik di dalam
maupun di luar negeri yang memiliki izin praktek yang dikeluarkan oleh
pejabat/instansi yang berwenang.
4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan 3 paling
sedikit memuat pernyataan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti, dan
keterangan lain yang diperlukan.
5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada angka 3 diberikan untuk waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
6) Jangka waktu cuti sakit, sebagaimana dimaksud pada angka 5 dapat ditambah
untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan
tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
7) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada angka 6, harus diuji kembali kesehatannya oleh tim penguji
kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
8) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud pada
angka 7 PNS belum sembuh dari penyakitnya, PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang
tunggu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9) PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling
lama 1 1/2 (satu setengah) bulan
10) Untuk menggunakan cuti sakit sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan
angka 3, PNS mengajukan permintaan secara tertulis.
11) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 10,
atasan langsung atau Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti memberikan cuti
sakit
12) Permintaan dan pemberian cuti sakit sebagaimana dimaksud pada angka 10
dan angka 11 dibuat menurut contoh dengan menggunakan formulir sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.

15
13) PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas
kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu mendapat perawatan berhak atas
cuti sakit sampai yang bersangkutan sembuh dari penyakitnya
14) Selama menjalankan cuti sakit, PNS menerima penghasilan PNS.
15) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 14, terdiri atas gaji pokok,
tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan jabatan, dan tunjangan lainnya
sampai dengan ditetapkannya peraturan pemerintah yang mengatur gaji, tunjangan,
dan fasilitas PNS.
4. Cuti Melahirkan
Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat
menjadi PNS berhak atas cuti melahirkan. Lamanya cuti melahirkan sebagaimana
adalah 3 (tiga) bulan. Untuk menggunakan hak atas cuti melahirkan sebagaimana
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti. Berdasarkan permintaan secara tertulis, Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti melahirkan kepada PNS yang bersangkutan.
Permintaan dan pemberian cuti melahirkan dibuat menurut contoh dengan
menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran lb dalam
Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini. Dalam hal tertentu PNS dapat mengajukan permintaan cuti
melahirkan kurang dari 3 (tiga) bulan. Selama menggunakan hak cuti melahirkan,
PNS yang bersangkutan menerima penghasilan PNS. Penghasilan terdiri atas gaji
pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan dan tunjangan jabatan sampai dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas
PNS. Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya kepada PNS diberikan cuti
besar. Cuti besar untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya berlaku ketentuan
sebagai berikut:
1) Permintaan cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan;
2) Mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 5 tahun secara
terus-menerus
3) Lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti melahirkan.
5. Cuti Karena Alasan Penting
1) PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila ibu, bapak, isteri atau
suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau meninggal dunia.

16
a. Salah seorang anggota keluarga yang meninggal dunia, dan menurut peraturan
perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota
keluarganya yang meninggal dunia.
b. Melangsungkan perkawinan.
2) Sakit keras dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari
Unit Pelavanan Kesehatan.
3) PNS laki-laki yang isterinya melahirkan operasi caesar dapat diberikan cuti
karena alasan penting dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari Unit
Pelayanan Kesehatan.
4) Dalam hal PNS mengalami musibah kebakaran rumah atau bencana alam,
dapat diberikan cuti karena alasan penting dengan melampirkan surat keterangan
paling rendah dari Ketua Rukun Tetangga.
5) PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yang rawan dan
atau berbahaya dapat mengajukan cuti karena alasan penting guna memulihkan
kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan.
6) Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti paling lama 1 (satu) bulan.
7) Untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti.
8) Berdasarkan permintaan secara tertulis Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti memberikan cuti karena alasan penting kepada PNS yang bersangkutan.
9) Permintaan dan pemberian cuti karena alasan penting dibuat menurut contoh
dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran l.b
dalam Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini.
10) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang bersangkutan tidak dapat
menunggu keputusan dari Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti, pejabat yang
tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin
sementara secara tertulis untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan penting.
11) Pejabat sebagaimana yang dimaksud pada angka 10 dapat memberikan izin
sementara secara tertulis menurut contoh sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran 1.c dalam Peraturan BKN No.24 Tahun 2017 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

17
12) Pemberian izin sementara harus segera diberitahukan kepada Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti.
13) Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti setelah menerima pemberitahuan
memberikan hak atas cuti karena alasan penting kepada PNS yang bersangkutan.
14) Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS.
15) Penghasilan terdiri atas gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan,
dan tunjangan jabatan sampai dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang
mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS.
6. Cuti Bersama
Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama sebagaimana dimaksud
tidak mengurangi hak cuti tahunan. Cuti bersama ditetapkan dengan Keputusan
Presiden. PNS yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, hak
cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan.
Contoh: Sdri. Alda Rizma, NIP. 198140042010122001 PNS yang menduduki
jabatan fungsional perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Brebes. Pada bulan
Juni tahun 20I7 yang bersangkutan tidak diberikan hak cuti bersama dalam rangka
Hari Raya Idul Fitri selama 5 (lima) hari kerja karena harus tugas jaga piket. Dalam
hal demikian, maka hak atas cuti tahunan tahun 2017 ditambah 5 (lima) hari kerja.
Penambahan hak atas cuti tahunan hanya dapat digunakan dalam tahun berjalan.
Ketentuan penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan dapat dikecualikan dalam
hal tanggal cuti bersama merupakan beberapa hari terakhir dalam tahun berjalan.
Penambahan hak atas cuti tahunan dapat digunakan pada tahun berikutnya.
7. Cuti di Luar Tanggungan Negara
PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus karena
alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara. Alasan
pribadi dan mendesak yaitu, mengikuti atau mendampingi suami/ isteri tugas
negara/tugas belajar di dalam/luar negeri, mendampingi suami/isteri bekerja di
dalam/luar negeri, menjalani program untuk mendapatkan keturunan, mendampingi
anak yang berkebutuhan khusus, mendampingi suami/isteri/anak yang memerlukan
perawatan khusus, mendampingi/merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur. Untuk
mengajukan cuti di luar tanggungan negara karena alasan mengikuti atau
mendampingi suami/ isteri tugas negara/tugas belajar di dalam/luar negeri harus
melampirkan surat penugasan atau surat perintah tugas negara/tugas belajar dari
pejabat yang berwenang. Untuk mengajukan cuti di luar tanggungan negara karena

18
alasan mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri harus melampirkan
surat keputusan atau surat penugasan/pengangkatan dalam jabatan. Untuk
mengajukan cuti di luar tanggungan negara karena alasan menjalani program untuk
mendapatkan keturunan, mendampingi anak yang berkebutuhan khusus,
mendampingi suami/isteri/anak yang memerlukan perawatan khusus harus
melampirkan surat keterangan dokter spesialis. Untuk mengajukan cuti di luar
tanggungan negara karena alasan mendampingi/merawat orang tua/mertua yang
sakit/uzur harus melampirkan surat keterangan dokter. Cuti di luar tanggungan
negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun. jangka waktu cuti di luar
tanggungan negara sebagaimana dimaksud pada angka 7 dapat diperpanjang paling
lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk
memperpanjangnya. Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang
bersangkutan diberhentikan dari jabatannya. Jabatan yang menjadi lowong karena
pemberian cuti di luar tanggungan negara harus diisi. Untuk mendapatkan cuti di
luar tanggungan negara, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan
permohonan secara tertulis kepada PPK disertai dengan alasan yang dibuat.
Berdasarkan permintaan/ permohonan secara tertulis, PPK atau pejabat lain yang
ditunjuk mengajukan permintaan persetujuan kepada Kepala Badan Kepegawaian
Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang dibuat rangkap 3
(tiga) menurut contoh sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran l.d yang
dimuat dalam Peraturan BKN No.24 tahun 2017. Dalam hal
permintaan/permohonan cuti disetujui, Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala
Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara menandatangani persetujuan. Dalam
hal permintaanf/permohonan cuti ditolak, Kepala Badan Kepegawaian Negara/
Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara mengembalikan secara tertulis
usul persetujuan disertai alasan penolakan.

C. Tata Cara Pengajuan Kenaikan Gaji Berkala


Kenaikan Gaji Berkala (KGB) adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan
gaji berkala yaitu setiap 2 (dua) tahun sekali dan telah memenuhi persyaratan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengajuan gaji berkala
dilakukan dengan mempersiapkan dokumen berupa SK.CPNS/SK PNS, SK Kenaikan
Pangkat/Jabatan, Berkas Kenaikan Gaji Berkala sebelumnya. Pegawai yang
memproses kenaikan gaji berkala membuat daftar nominatif pegawai yang sudah
waktunya dibuatkan KGB dengan cara mengecek data, meminta SK KP atau KGB
19
terakhir ke petugas arsip. Komponen menghitung KGB berdasarkan masa kerja di SK
Kenaikan Pangkat terakhir dan TMT (Terhitung Mulai Tanggal) berlakunya SK
tersebut atau berdasarkan masa kerja dan TMT pada SPT KGB yang terakhir.
Golongan I dnan II Gaji Berkala akan naik tiap masa kerja ganjil. Golongan III dan IV
akan naik tiap masa kerja genap.

D. Tata Cara Pengajuan Pangkat dan Jabatan


Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 1999 kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
dan Kep. Kepala BKN No.12 Tahun 2002. Pangkat adalah kedudukan yang
menunjukkan tingkat seseorang berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan
kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat adalah
penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil
terhadap negara. Kenaikan Pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat
reguler dan sistem kenaikan pangkat pilihan.
Kenaikan Pangkat Reguler adalah penghargaan yang diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada jabatan.
Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil termasuk Pegawai
Negeri Sipil yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu dan dipekerjakan atau diperbantukan
secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu. Kenaikan pangkat
diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsungnya. Kenaikan pangkat
reguler dapat diberikan setingkat lebih tinggi apabila sekurang-kurangnya telah 4
(empat) tahun dalam pangkat terakhir dan setiap unsur penilaian prestasi kerja
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil atas prestasi kerjanya yang tinggi. Masa kerja untuk
kenaikan pangkat pertama dihitung sejak pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri
Sipil /Pegawai Negeri Sipil. Periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan
pada 1 April dan 1 Oktober setiap tahun. Pegawai Negeri Sipil yang kenaikan
pangkatnya mengakibatkan pindah golongan dari golongan II menjadi golongan III dan
golongan III menjadi golongan IV, harus telah mengikuti dan lulus ujian dinas yang
ditentukan, kecuali bagi kenaikan pangkat yang dibebaskan oleh ujian dinas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS
beberapa kondisi yaitu :
20
a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.
b. Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
c. Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya.
d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara.
e. Diangkat menjadi pejabat negara.
f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah.
g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau
jabatan fungsional tertentu.
h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar.
i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya yang
diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau
jabatan fungsional tertentu.

No. PANGKAT GOLONGAN RUANG


1. Juru Muda I A
2. Juru Muda Tingkat I I B
3. Juru I C
4. Juru Tingkat I I D
5. Pengatur Muda II A
6. Pengatur Muda Tingkat I II B
7. Pengatur II C
8. Pengatur Tingkat I II D
9. Penata Muda III A
10. Penata Muda Tingkat I III B
11. Penata III C
12. Penata Tingkat I III D
13. Pembina IV A
14. Pembina Tingkat I IV B
15. Pembina Utama Muda IV C
16. Pembina Utama Madya IV D
17. Pembina Utama IV E
Tabel 1. Nama dan Susunan Pangkat dan Golongan

Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh:


21
a. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang
setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I, golongan ruang I/b ke bawah
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru, golongan ruang I/c.
b. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I atau
yang setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I, golongan ruang I/d ke bawah
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
c. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau
Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a ke bawah,
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang
II/b.
d. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Diploma III, dan masih
berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c.
e. Ijazah Sarjana (S1), atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur
Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Penata Muda, golongan ruang III/a.
f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S2) atau Ijazah lain yang
setara, dan masih berpangkat Penata Muda, golongan ruang III/a ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
g. Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata, golongan ruang III/c.

Dokumen/Berkas Kenaikan Pangkat:


1. Kenaikan Pangkat Otomatis (KPO)/KP Reguler
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy STLUD bagi Gol. II/d usul KP ke Gol. III/a (Legalisir)
c. Foto Copy SK Sanksi bagi yang pernah kena sanksi (Legalisir)
e. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
2. Kenaikan Pangkat Pilihan Struktural
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
c. Foto Copy Surat Pernyataan Menduduki Jabatan, Pernyataan Pelantikan/BAB
Pelantikan (Legalisir)
d. Foto Copy SK Jabatan Atasan yang baru apabila dimutasikan waktu diusulkan KP
nya (Legalisir)

22
e. Foto Copy SK Pemberhentian Sementara dari JFT bila sebelumnya sebagai Pejabat
Fungsional tertentu (Legalisir)
3. Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Tertentu
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
c. PAK Asli dan foto copy PAK berkesinambungan (dari PAK KP terakhir s/d PAK
akan diusulkan KP) (Legalisir)
d. Foto Copy Sertifikat Uji Kompetensi bagi yang alih jenjang jabatan (Legalisir)
e. Foto Copy Pernyataan Pelantikan bagi yang alih jenjang jabatan (Legalisir)
f. Foto Copy SK Pemberhentian Sementara sebagai JFT apabila pernah diberhentikan
sementara dari JFT (Legalisir)
g. Foto Copy SK Pengangkatan dan Pengaktifan kembali sebagi JFT apabila pernah
diberhentikan sementara dari JFT (Legalisir)
h. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir
4. Kenaikan Pangkat Penggunaan Ijazah
a. Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Tugas Belajar/Izin Belajar (Legalisir)
c. Foto Copy Ijazah S1/S2/S3, Transkrip Nilai (Legalisir Dekan PT) dan akreditasi
prodi pada tahun lulus (Legalisir)
d. Foto Copy Surat Tanda Lulus Ujian Pencantuman Gelar (Legalisir)
e. Asli Uraian Tugas Jabatan yang baru, untuk penyesuaian ijazah S1 yang
ditandatangani Pejabat Pembina Kepegawaian (Pejabat Eselon II)
f. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
5. Kenaikan Pangkat Tugas Belajar
a. Foto Copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir (Legalisir)
b. Foto Copy SK Tugas Belajar (Legalisir)
c. Foto Copy SK Pemberhentian Sementara sebagai JFT apabila sebelumnya JFT
(Legalisir)
d. Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
6. Kenaikan Pangkat Golongan Ruang IV/c ke Atas
a. Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Tertentu Golongan Ruang IV/c ke Atas
1) Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
2) Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
3) PAK Asli dan Foto Copy PAK berkesinambungan (dari PAK KP Terakhir sampai
dengan PAK akan diusulkan KP) (Legalisir)

23
4) Foto Copy Sertifikat Uji Kompetensi bagi yang alih jenjang jabatan (Legalisir)
5) Foto Copy Pernyataan Pelantikan/BA Pelantikan (Legalisir)

6) Foto Copy SK Pemberhentian Sementara sebagai JFT apabila pernah diberhentikan


sementara dari JFT (Legalisir)
7) Foto Copy SK Pengangkatan dan Pengaktifan kembali sebagai JFT apabila pernah
diberhentikan sementara dari JFT (Legalisir)
8) Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir
b. Kenaikan Pangkat Pilihan Struktural Golongan Ruang IV/c ke Atas
1) Foto Copy SK Pangkat Terakhir (Legalisir)
2) Foto Copy SK Jabatan Terakhir (Legalisir)
3) Foto Copy Surat Pernyataan Menduduki Jabatan, Pernyataan Pelantikan/BAP
Pelantikan (Legalisir)
4) Foto Copy SK Jabatan Atasan yang baru apabila dimutasikan waktu diusulkan KP
nya (Legalisir)
5) Foto Copy SK Pemberhentian Sementara dari JFT jika sebelumnya sebagai Pejabat
Fungsional tertentu (Legalisir)
6) Foto Copy Sertifikat Pelatihan Kepemimpinan Nasional (Diklatpim) sesuai dengan
tingkat jabatan (Legalisir)
7) Foto Copy SKP dan P2K dua tahun terakhir (Legalisir)
8) Foto Copy Hasil Seleksi Jabatan 3 Besar (Legalisir)
9) Foto Copy Rekomendasi Komisi Aparatur Sipil Negara (Legalisir)

Dalam Pengeloaan Kepegawaian terdapat aplikasi Simpeg Online.


Adapun TATA CARA PENGGUNAAN SIMPEG ONLINE KLHK
 ALAMAT SIMPEG ONLINE Browser yang mendukung SIMPEG online
adalah Mozilla firefox dan Chrome. Untuk membuka SIMPEG Online KLHK,
ketikkan pada browser anda alamat http://simpeg.menlhk.go.id/
 LOGIN dengan menggunakan Kombinasi USERID, PASSWORD, dan Kode
captcha yang tertera.
 Terdapat menu yang berupa : UPLOAD, INBOX, DRH, USULAN KARTU,
USULAN PENYESUAIN DATA, SYARAT KEPEGAWAIAN

2. Tata Naskah Kedinasan


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Naskah Kedinasan, Pengertian, Jenis-jenis,

24
Format, Penyusunan, Kewenangan Pejabat Penandatangan Naskah Dinas dan Tata
Persuratan. Bimbingan Penguatan Kompetensi Teknis dengan tentang Naskah Dinas
dilakukan dengan Bapak Muh. Safei.

A. DASAR HUKUM TERKAIT NASKAH KEDINASAN


 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan  Reformasi
Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman  Tata Naskah Dinas Instansi
Pemerintah.
Adapun Maksud dan Tujuan dalam Peraturan ini yaitu
1. Maksud Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah dimaksudkan sebagai
acuan penyelenggaraan tata naskah dinas pada instansi pemerintah.
2. Tujuan Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah bertujuan menciptakan
kelancaran komunikasi tulis yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan
pemerintahan. 
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:  P.63/Menlhk-
Setjen/2015 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas  Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. 
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :
1. Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
2. Tata Kearsipan adalah kegiatan pengelolaan arsip sejak dibuat, diterima, diproses,
disimpan, sampai dengan disusutkan.
3. Penyelenggaraan Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah
keseluruhan kegiatan meliputi kebijakan, pembinaan kearsipan, dan pengelolaan arsip
dalam sistem kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang
didukung oleh sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta sumber daya lainnya.
4. Arsip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang selanjutnya disebut
arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan disimpan selama jangka waktu
tertentu.

25
6. Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi
kelangsungan operasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tidak dapat
diperbaharui dan tidak tergantikan apabila rusak atau hilang.
7. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus
menerus.
8. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun.
9. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya dan
berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun
tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.
10. Arsip terjaga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang selanjutnya
disebut arsip terjaga adalah arsip yang berkaitan dengan keberadaan dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang harus dijaga keutuhan, keamanan, dan keselamatannya.
11. Klasifikasi Arsip adalah pengelompokan arsip yang disusun secara logis dan
sistematis berdasarkan kesamaan urusan kegiatan organisasi serta berfungsi sebagai
pedoman pemberkasan dan penemuan kembali.
12. Pola Klasifikasi adalah suatu pola atau bagan yang berupa daftar pengelompokan
subyek yang dibuat secara berjenjang/hierarki, yang disusun berdasarkan kesamaan
urusan kegiatan atau masalah dan dibuat secara logis dan sistematis.
13. Kode Klasifikasi adalah tanda pengenal urusan suatu dokumen dari klasifikasi yang
telah ditetapkan.
14. Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat JRA adalah daftar yang berisi
sekurang-kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip dan
keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan,
dinilai kembali, atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan
dan penyelamatan arsip.
15. Klasifikasi keamanan arsip dinamis adalah pengkategorian/penggolongan arsip
dinamis berdasarkan pada tingkat keseriusan dampak yang ditimbulkan terhadap
kepentingan dan keamanan negara, publik dan perorangan.
16. Klasifikasi akses arsip adalah pengkategorian pengaturan ketersediaan arsip
dinamis sebagai hasil kewenangan hukum dan otoritas legal pencipta arsip untuk
mempermudah pemanfaatan arsip.
17. Kartu Kendali/Buku Kendali adalah lembar isian atau formulir untuk mencatat
data/informasi suatu naskah dinas.

26
18. Lembar Disposisi adalah lembar isian/formulir untuk memberikan
petunjuk/instruksi dan berfungsi sebagai sarana pengendalian perkembangan naskah
dinas.
19. Lembar Penerus adalah lembar yang berfungsi sebagai alat pengendali dan
memonitor surat di lingkungan Unit Pengolah.
20. Lembar Pengantar Naskah Dinas Biasa/Rahasia adalah formulir yang digunakan
sebagai sarana pengiriman dan bukti penerimaan naskah dinas biasa/rahasia.
21. Jaringan Informasi Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
adalah sistem jaringan informasi dan sarana pelayanan arsip yang dikelola oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
22. Unit Pengolah adalah satuan kerja pada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengolah semua arsip yang
berkaitan dengan kegiatan penciptaan arsip di lingkungannya .
23. Unit Kearsipan adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
24. Unit Kearsipan I adalah satuan kerja pada Eselon I yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
25. Unit Kearsipan II adalah satuan kerja pada Eselon II yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan.
26. Unit Kearsipan Daerah adalah satuan kerja lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan di daerah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan kearsipan.
27. Unit Pusat Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah
satuan kerja pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mempunyai
tugas pokok menyusun kebijakan dibidang kearsipan, menerima, mengolah,
menyimpan, menyusutkan arsip inaktif, melakukan penataan sistem kearsipan,
pelayanan jasa kearsipan dan penyuluhan, perawatan koleksi dan pelacakan arsip serta
pengembangan teknologi kearsipan, menganalisis nilai guna, preservasi dan konservasi
arsip, penyelamatan dan pengamanan arsip vital dan arsip terjaga, serta melakukan
akuisisi arsip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
28. Lembaga Kearsipan adalah lembaga yang memiliki fungsi, tugas dan tanggung
jawab di bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan nasional (ANRI).
29. Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan, pemusnahan arsip

27
yang tidak memiliki nilai guna dan penyerahan arsip statis kepada lembaga kearsipan
(Arsip Nasional Republik Indonesia).
30. Autentikasi adalah proses validasi untuk pengesahan suatu dokumen.
31. Arsiparis adalah seseorang yang memiliki kompetensi dibidang kearsipan yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendidikan dan pelatihan kearsipan serta
mempunyai fungsi, tugas, dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan kearsipan.
32. Pengelola Arsip adalah sumber daya manusia di bidang kearsipan.
33. Naskah Dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang
dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan instansi
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan.
34. Naskah Dinas Penting adalah naskah dinas yang isinya mengandung hal-hal yang
bersifat strategis, kebijaksanaan dan operasional serta memerlukan proses penyelesaian
lebih lanjut.
35. Naskah Dinas Rahasia adalah naskah dinas yang isinya mengandung hal-hal yang
bersifat rahasia.
36. Naskah Dinas Biasa adalah naskah dinas yang isinya mengandung hal-hal yang
bersifat rutin.
37. Pengurusan dan Pengendalian Naskah Dinas adalah proses penanganan naskah
dinas masuk yang meliputi kegiatan penerimaan, pengarahan dan pencatatan oleh Unit
Kearsipan sampai diterima di Unit Pengolah, dan sejak naskah dinas keluar selesai
diproses/ ditandatangani Pimpinan Unit Pengolah sampai dikirim oleh Unit Kearsipan.
38. Penerima adalah pegawai di Unit Kearsipan/Tata Usaha yang bertugas menerima
naskah dinas masuk.
39. Pengarah adalah Kepala Sub Bagian Persuratan/Tata Usaha/Umum di Unit
Kearsipan/Tata Usaha yang bertugas mengarahkan, menentukan kode klasifikasi dan
indeks naskah dinas masuk.
40. Pencatat adalah pegawai di Unit Kearsipan/Tata Usaha yang bertugas mencatat
data naskah dinas masuk dan naskah dinas keluar pada kartu kendali/buku
kendali/jaringan informasi kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
serta menyimpan kartu kendali lembar ke-2.
41. Tata Usaha Pengolah adalah unit ketatausahaan di Unit Pengolah.
42. Sekretaris Pimpinan adalah Petugas yang melaksanakan fungsi kesekretariatan
pimpinan.
43. Berkas adalah himpunan arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis (seri),
kesamaan masalah (rubrik) atau kesamaan urusan/kegiatan (dosir).

28
44. Penataan Berkas atau pemberkasan adalah suatu teknik atau cara pengaturan dan
penyimpanan arsip secara logis dan sistematis untuk memudahkan penemuan kembali
arsip secara mudah, cepat dan tepat yang dilakukan berdasarkan sistem subjek dimana
arsip-arsip ditata berdasarkan kelompok masalah dengan menggunakan klasifikasi
arsip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai panduan
pengelompokan.
45. Indeks adalah tanda pengenal utama suatu dokumen untuk membedakan antara
berkas satu dengan lainnya dalam suatu kode/masalah yang berfungsi sebagai
penemuan kembali arsip.
46. Kartu Tunjuk Silang adalah kartu pelengkap indeks yang berfungsi untuk
mempertemukan keterangan yang berbeda tetapi sama artinya dan yang berbeda tetapi
saling berkaitan.
47. Daftar Arsip Aktif adalah daftar yang berisi sekurangkurangnya memuat unit
pengolah, nomor berkas, kode klasifikasi, indeks, isi ringkas, tahun, jumlah arsip, sifat,
lokasi penyimpanan, dan keterangan.
48. Daftar Arsip Inaktif adalah daftar yang berisi sekurangkurangnya memuat pencipta
arsip/unit pengolah, nomor urut, nomor arsip, kode klasifikasi, indeks, isi ringkas,
tahun, jumlah arsip, sifat, lokasi penyimpanan, nomor boks, dan keterangan.
49. Daftar Isi Berkas adalah daftar yang berisi sekurangkurangnya memuat unit
pengolah, nomor urut, kode, indeks, isi ringkas, isi berkas, tahun, jalan masuk, lokasi
penyimpanan, dan keterangan.
50. Penemuan Kembali adalah suatu cara untuk memudahkan menemukan kembali
arsip yang dibutuhkan secara lengkap dengan cepat, tepat, dan akurat.
51. Penilaian Arsip adalah proses kegiatan evaluasi arsip dari aspek substansi
informasi, fungsi dan karakteristik fisik serta menentukan waktu kapan suatu arsip
harus disimpan/disusutkan berdasarkan nilai guna/Jadwal Retensi Arsip.
52. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup dan kehutanan.

B. Pengertian Naskah Dinas


Naskah dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang
dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan instansi
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan. Acuan dalam
pengelolaan tata naskah dinas lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

29
Nomor P.63/Menlhk-Setjen/2015 tentang Pedoman tata naskah dinas Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tata Naskah Dinas adalah penyelenggaraan komunikasi tulis yang meliputi
pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan
penyimpanan naskah dinas, serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan.
Tata Naskah Dinas merupakan salah satu unsur administrasi umum meliputi,
pengaturan tentang jenis dan penyusunan naskah dinas, penggunaan lambang Negara,
lambang instansi dan cap dinas, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tata
surat, perubahan, pencabutan, pembatalan produk hukum serta ralat.

C. Jenis Naskah Dinas


A. Naskah Dinas Arahan
Naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang
harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan tugas dan kegiatan setiap
instansi pemerintah yang berupa produk hukum yang bersifat pengaturan, penetapan
dan penugasan.

1. Naskah Dinas Pengaturan


Sesuai dengan tingkatannya, naskah dinas yang bersifat pengaturan terdiri atas
peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
surat edaran.
a. Peraturan
Peraturan adalah naskah dinas yang bersifat mengatur, memuat kebijakan pokok,
bersifat umum, berlaku untuk seluruh satuan organisasi/unit kerja dalam sebuah
instansi pemerintah dan dapat merupakan dasar bagi penyusunan naskah dinas
lainnya. Peraturan bersama merupakan turunan dari peraturan.
b. Pedoman
Pedoman adalah naskah dinas yang memuat acuan yang bersifat umum di
lingkungan instansi pemerintah yang perlu dijabarkan ke dalam petunjuk
operasional dan penerapannya disesuaikan dengan karakteristik instansi/organisasi
yang bersangkutan
c. Petunjuk Pelaksanaa
Pelaksanaan Petunjuk pelaksanaan adalah naskah dinas pengaturan yang memuat
cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan pelaksanaannya.
d. Standar Operasional Prosedur

30
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah naskah dinas yang memuat serangkaian
petunjuk tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
aktivitas organisasi, bagaimana, kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan.
e. Surat Edaran
Surat Edaran adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu
yang dianggap penting dan mendesak.

2. Naskah Dinas Penetapan


a. Keputusan
Keputusan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan yang bersifat
menetapkan, tidak bersifat mengatur dan merupakan pelaksanaan kegiatan, yang
digunakan untuk:
1. Menetapkan / mengubah status kepegawaian / personal / keanggotaan /
material / peristiwa.
2. Menetapkan/mengubah/membubarkan suatu kepanitiaan/tim
3. Menetapkan pelimpahan wewenang.
b. Penetapan Angka Kredit
Penetapan Angka Kredit adalah penetapan angka yang diberikan pejabat yang
berwenang sebagai hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas prestasi yang
dicapai oleh pejabat fungsional.

3. Naskah Dinas Penugasan


Yang termasuk naskah dinas penugasan ada tiga macam, yaitu :
a. instruksi
Instruksi adalah naskah dinas yang memuat perintah atau arahan untuk melakukan
pekerjaan atau melaksanakan tugas yang bersifat penting.
b. Surat perintah
Surat perintah adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang berwenang yang
ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang berisi perintah untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu.
c. Surat Tugas
Surat tugas adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang berwenang yang
ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang berisi penugasan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi.
B. Naskah Dinas Korespondensi

31
1. Naskah Dinas Korespondensi Intern
a. Nota Dinas
Nota Dinas adalah naskah dinas intern lingkup unit eselon I atau eselon II dan unit
kerja berlokasi di daerah yang dibuat oleh pejabat dalam melaksanakan tugas guna
menyampaikan laporan, pemberitahuan, pernyataan, permintaan atau penyampaian
kepada pejabat lain. Nota Dinas memuat hal yang bersifat rutin, berupa catatan
ringkas, disampaikan dari bawahan kepada atasan atau yang sejajar, dan dapat
langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang ditujui.
b. Memorandum
Memorandum adalah naskah dinas intern yang bersifat mengingatkan suatu
masalah, menyampaikan arahan, peringatan, saran, pendapat kedinasan.
Memorandum disampaikan dari atasan kepada bawahan.

2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern


Jenis naskah dinas korespondensi ekstern hanya ada satu macam yaitu Surat Dinas.
Surat Dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam menyampaikan
informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian
naskah dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar
instansi/organisasi yang bersangkutan atau di dalam lingkup Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

3. Surat Undangan
Surat Undangan adalah surat dinas yang memuat undangan kepada pejabat/pegawai
yang tersebut pada alamat tujuan untuk menghadiri suatu acara kedinasan tertentu,
seperti : rapat, upacara, dan pertemuan.

C. Naskah Dinas Khusus


a. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatan bersama tentang
objek yang mengikat antar kedua belah pihak atau lebih untuk melaksanakan
tindakan atau perbuatan hukum yang telah disepakati bersama. Surat perjanjian
terdiri dari dua macam, yaitu :
1) Perjanjian dalam negeri
Perjanjian dalam negeri adalah kerja sama perjanjian dalam negeri antar
instansi baik di pusat maupun daerah dibuat dalam bentuk kesepahaman
bersama atau perjanjian kerja sama.
2) Perjanjian internasional
32
Proses pembuatan perjanjian internasional telah diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Surat Kuasa
Surat Kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberian wewenang kepada badan
hukum/kelompok orang/perseorangan atau pihak lain dengan atas namanya untuk
melakukan suatu tindakan tertentu dalam rangka kedinasan.
c. Berita Acara

Berita Acara adalah naskah dinas yang berisi uraian tentang proses pelaksanaan
suatu kegiatan yang harus ditandatangani oleh para pihak dan para saksi apabila
diperlukan.
d. Surat Keterangan
Surat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi informasi hal atau seseorang
untuk kepentingan kedinasan.
e. Surat Pengantar Surat Pengantar adalah naskah dinas yang digunakan untuk
mengantar/ menyampaikan barang atau naskah.
f. Pengumuman
Pengumuman adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan yang ditujukan
kepada semua pejabat/pegawai dalam instansi atau perseorangan dan golongan di
dalam atau di luar instansi.
g. Surat Izin
Surat Izin adalah naskah dinas yang berisi persetujuan dari pejabat yang
berwenang kepada badan hukum/kelompok perorangan untuk melakukan suatu
tindakan dalam rangka kedinasan.
h. Surat Panggilan
Surat Panggilan adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang kepada badan
hukum/kelompok/perorangan atau pihak lain untuk menghadap kepada pejabat
yang terkait dalam kedinasan.
i. Surat Pernyataan Pelantikan
Surat Pernyataan Pelantikan adalah naskah dinas yang berisi pernyataan dari
seorang pejabat yang menyatakan bahwa seorang PNS telah dilantik untuk
menduduki suatu jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
j. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas

33
Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas adalah naskah dinas yang berisi
pernyataan dari seorang pejabat yang berwenang bahwa seorang PNS telah
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
k. Surat Pernyataan Menduduki Jabatan
Surat Pernyataan Menduduki Jabatan adalah naskah dinas yang berisi suatu
pernyataan dari seorang pejabat yang berwenang bahwa seorang PNS telah
menduduki suatu jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
l. Laporan
Laporan adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang pelaksanaan
suatu kegiatan/kejadian.
m. Telaahan Staf
Telaahan Staf adalah bentuk uraian yang disampaikan oleh pejabat atau staf yang
memuat analisis singkat dan jelas mengenai suatu persoalan dengan memberikan
jalan keluar/pemecahan yang disarankan.
n. Formulir
Formulir adalah bentuk pengaturan alokasi ruang atau lembar naskah untuk
mencatat berbagai data dan informasi. Formulir dibuat dalam bentuk kartu atau
lembaran tercetak dengan judul tertentu berisi keterangan yang diperlukan. 1
o. Naskah Dinas Elektronik
Naskah Dinas Elektronik adalah naskah dinas berupa komunikasi informasi yang
dilakukan secara elektronis atau yang terekam dalam multimedia elektronis.
Ketentuan lebih lanjut tentang tata naskah dinas elektronik diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
D. Format dan Penyusunan Naskah Dinas
a. Persyaratan Penyusunan
Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan
meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam penyusunannya perlu
memperhatikan syarat-syarat yaitu ketelitian, kejelasan, singkat dan padat, logis
dan menyakinkan, pembakuan.
b. Nama Instansi/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas
Untuk memberikan identifikasi pada naskah dinas, pada halaman pertama naskah
dinas dicantumkan Kepala Naskah Dinas, yaitu nama jabatan atau nama instansi.
Kepala nama jabatan digunakan untuk mengidentifikasi bahwa naskah dinas
ditetapkan oleh pejabat negara, sedangkan kepala nama instansi digunakan untuk

34
mengidentifikasi bahwa naskah dinas ditetapkan oleh pejabat yang bukan pejabat
negara.

Naskah Dinas Yang Ditandatangani Oleh Pimpinan Instansi


S.XXX/MENLHK/SETJEN/KKA/RHS/BLN/THN

Jenis Naskah Dinas

Nomor Naskah Dinas

Kode Jabatan berwenang

Kode Jabatan penandatangan

Kode Unit Pengolah

Kode Klasifikasi Arsip

Kode Surat Rahasia

Bulan

Tahun Terbit

Naskah Dinas Yang Ditandatangani Oleh Pejabat dibawah Pimpinan Instansi


S.XXX/MENLHK-SETJEN/ROCAN/KKA/RHS/BLN/THN

Jenis Naskah Dinas

Nomor Naskah Dinas

Kode Jabatan berwenang

Kode Jabatan penandatangan

Kode Unit Pengolah

Kode Klasifikasi Arsip

Kode Surat Rahasia

Bulan

Tahun Terbit

35
c. Penomoran Naskah Dinas
Nomor pada naskah dinas merupakan segmen penting dalam kearsipan. Oleh
karena itu susunannya harus dapat memberikan kemudahan penyimpanan, temu
balik, dan penilaian arsip.
d. Nomor Halaman
Nomor halaman naskah ditulis dengan menggunakan nomor urut angka dan
dicantumkan secara simetris di tengah atas dengan membubuhkan tanda hubung
(-) sebelum dan setelah nomor, kecuali halaman pertama naskah dinas yang
menggunakan kop naskah dinas, tidak perlu mencantumkan nomor halaman.
e. Penggunaan Huruf
Naskah dinas menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran 12, sedangkan
naskah dinas pengaturan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
f. Ruang Tanda Tangan
Ruang tanda tangan merupakan tempat pada bagian kaki naskah dinas yang
memuat nama jabatan misalnya, Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala
Badan, dan Kepala Biro, sedangkan untuk jabatan Menteri dirangkaikan dengan
nama instansi.
1. Ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelah baris kalimat
terakhir.
2. Nama jabatan diletakkan pada baris pertama tidak disingkat.
3. Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat paragraf.
4. Nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifat mengatur,
ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yang menandatangani naskah
dinas yang bersifat tidak mengatur ditulis dengan huruf awal kapital.
5. Jarak ruang antara tanda tangan dan tepi kanan kertas adalah ± 3 cm,
sedangkan untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang.
g. Penentuan Batas/Ruang Tepi
Penentuan ruang tepi dilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada peralatan
yang digunakan untuk membuat naskah dinas, yaitu
1. Ruang tepi atas: apabila menggunakan kop naskah dinas, 2 spasi di bawah
kop, dan apabila tanpa kop naskah dinas, sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi atas
kertas.
2. Ruang tepi bawah: sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawah kertas.
3. Ruang tepi kiri: sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri kertas.

36
4. Ruang tepi kanan: sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas
h. Kertas
1. Naskah dinas menggunakan kertas jenis HVS 80 gram.
2. Naskah yang mempunyai nilai kegunaan dalam waktu lama menggunakan
kertas jenis HVS lebih dari 80 gram atau kertas jenis lain yang memiliki nilai
kesamaan tertentu serendah-rendahnya harus menggunakan kertas dengan nilai
kesamaan (PH) 7
3. Naskah dinas perjanjian luar negeri menggunakan kertas yang ditetapkan oleh
Kementerian Luar Negeri.
4. Surat Dinas yang asli menggunakan kertas berwarna putih dengan kualitas
terbaik white bond.
5. Kertas yang digunakan untuk naskah dinas korespondensi adalah A4 yang
berukuran 297 x 210 mm (81/4 x 113/4 inci). Di samping kertas A4, untuk
kepentingan tertentu dapat digunakan kertas dengan ukuran berikut :
a. A3 kuarto ganda (297 x 420 mm);
b. A5 setengah kuarto (210 x 148 mm);
c. Folio (210 x 330 mm);
d. Folio ganda (420 x 330 mm).
i. Sampul/Amplop Surat
Sampul/amplop surat adalah sarana kelengkapan penyampaian surat, terutama
untuk surat keluar instansi. Ukuran, bentuk, dan warna sampul yang digunakan
untuk surat-menyurat di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah
sebagai berikut:
1. Sampul/amplop naskah dinas lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah empat persegi panjang dengan salah satu ujungnya terbuka.
2. Ukuran sampul/amlop naskah dinas dibedakan menjadi 3 (tiga) macam :
a. Ukuran besar = 37,5 x 28 cm
b. Ukuran sedang = 30,5 x 21 cm,25 x 19 cm
c. Ukuran kecil = 24 x 10,5 cm
Kertas untuk pembuatan sampul/amplop naskah dinas ukuran besar dan
ukuran sedang mempergunakan kertas tahan lama (bond) dengan warna coklat
muda. Sedang untuk sampul/amplop dinas kecil dapat dipakai kertas manila
atau kertas payung dengan warna coklat muda. Khusus untuk naskah dinas
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pejabat Eselon I (atas nama

37
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) digunakan kertas manila warna
putih.
j. Susunan Surat Dinas
1. Kop Surat
a. Kop Naskah Dinas Jabatan
1. Kop naskah dinas yang menunjukkan pejabat Negara
2. Kop naskah dinas jabatan ini memakai Lambang negara berwarna emas dan
nama jabatan (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) di bagian tengah atas
naskah dinas.
3. Perbandingan ukuran lambing dan huruf yang digunakan disesuaikan dengan
ukuran kertas.
b. Kop Naskah Dinas Instansi
1. Kop naskah dinas instansi menunjukkan nama dan/atau alamat instansi
lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2. Kop naskah dinas instansi digunakan untuk naskah dinas instansi yang
bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
2. Tanggal Surat
a. Tanggal ditulis dengan angka;
b. Bulan ditulis lengkap;
c. Tahun ditulis lengkap empat digit dengan angka.
3. Hal Surat
Hal perlu dicantumkan dengan alasan berikut:
a. Menyampaikan penjelasan singkat tentang materi yang dikomunikasikan dan
menjadi rujukan dalam komunikasi;
b. Memudahkan identifikasi;
c. Memudahkan pemberkasan dan penyimpanan surat.
4. Alamat Surat
a. Surat dinas ditujukan kepada nama jabatan pimpinan dari instansi pemerintah
yang dituju. Surat dinas tidak dapat ditujukan kepada identitas nama individu dan
nama instansi.
b. Surat dinas yang ditujukan kepada pejabat negara ditulis dengan urutan nama
jabatan, jalan, kota, kode pos.
5. Spasi Surat

38
Isi surat dinas diketik 1 spasi dan diberi jarak 1,5 - 2 spasi di antara paragraf
yang satu dengan paragraf yang lainnya. Surat yang terdiri atas 1 paragraf jarak
antar barisnya adalah 2 spasi. Pemagrafan ditandai dengan ± 6 ketuk atau spasi.
6. Warna Tinta Tinta yang digunakan untuk surat-menyurat berwarna hitam,
sedangkan untuk penandatanganan surat berwarna hitam atau biru tua.
7. Salinan Salinan surat dinas hanya diberikan kepada yang berhak dan terdapat
pada tembusan surat, yaitu salinan surat yang disampaikan kepada pejabat yang
terkait
8. Tingkat Keamanan
a. Sangat Rahasia disingkat (SR): tingkat keamanan isi surat dinas yang
tertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dan keselamatan negara.
Jika disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak, surat ini
akan membahayakan keamanan dan keselamatan negara.
b. Rahasia disingkat (R): tingkat keamanan isi surat dinas yang berhubungan erat
dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak sah atau
jatuh ke tangan yang tidak berhak, surat ini akan merugikan negara.
c. Biasa disingkat (B): tingkat keamanan isi suatu surat dinas yang tidak
termasuk dalam butir a dan b. Namun, itu tidak berarti bahwa isi surat dinas
tersebut dapat disampaikan kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
d. Surat yang mengandung materi dengan tingkat keamanan tertentu (Sangat
Rahasia dan Rahasia) harus dijaga keamanannya dalam rangka keamanan dan
keselamatan negara. Tanda tingkat keamanan ditulis dengan cap (tidak diketik)
berwarna merah pada bagian atas dan bawah setiap halaman surat dinas. Jika
Surat Dinas tersebut disalin, cap tingkat keamanan pada salinan harus dengan
warna yang sama dengan warna cap pada surat asli
9. Kecepatan Penyampaian
Kecepatan penyampain terdiri dari Amat segera/kilat, segera dan biasa. Jika
penyampaian surat harus dilakukan amat segera maka harus diselesaikan atau
dilaksanakan dalam hari yang sama atau 24 jam. Segera adalah surat dinas yang
harus diselesaikan/ disampaikan dalam batas waktu 2 x 24 jam. Biasa adalah
surat dinas yang harus diselesaikan/disampaikan menurut urutan yang diterima
oleh bagian pengiriman

E. Kewenangan Pejabat Penandatangan Naskah Kedinasan


Kewenangan penandatanganan naskah dinas lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan diatur sebagai berikut:
39
1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menandatangani naskah dinas yang
berisi pelaksanaan kebijaksanaan berupa peraturan, peraturan bersama, keputusan,
pedoman, petunjuk pelaksanaan, instruksi, standar operasional prosedur (sop), surat
edaran, surat perintah, surat tugas, surat dinas, memorandum, surat undangan, surat
perjanjian, surat kuasa, berita acara, surat keterangan, surat pengantar,
pengumuman, laporan.
2. Pejabat eselon I selain Staf Ahli/Staf Khusus "atas nama" Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dapat menandatangani naskah dinas yang berisi pelaksanaan
kebijakan teknis, berupa : keputusan, instruksi, standar operasional prosedur (sop),
surat edaran, surat perintah, surat tugas, surat dinas, memorandum, nota dinas,
surat undangan, surat perjanjian, surat kuasa, berita acara, surat keterangan, surat
pengantar, pengumuman, laporan.
3. Pejabat eselon I selain Staf Ahli/Staf Khusus, atas wewenang jabatannya dapat
menandatangani naskah dinas yang berisi pelaksanaan kebijakan teknis, berupa :
peraturan, keputusan, instruksi, standar operasional prosedur (sop), surat edaran,
surat perintah, surat tugas, surat dinas, memorandum, nota dinas, surat undangan,
surat perjanjian, surat kuasa, berita acara, surat keterangan, surat pengantar,
pengumuman, laporan.
4. Pejabat Eselon II baik atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan /
Pejabat Eselon I dapat menandatangani naskah dinas berupa:
a. Keputusan Menteri/ Pejabat Eselon I berdasarkan pelimpahan/ pendelegasian
wewenang secara tertulis.
b. Keputusan pejabat Eselon I yang bersifat intern di instansi Eselon II berdasarkan
Pelimpahan/pendelegasian wewenang secara tertulis.
c. Instruksi pejabat Eselon I yang bersifat intern di instansi Eselon II berdasarkan
Pelimpahan/pendelegasian wewenang secara tertulis
d. Pejabat Eselon II atas wewenang jabatannya juga dapat menandatangani surat
dinas berupa standar operasional prosedur (sop), surat edaran, surat dinas, surat
perintah, surat tugas, memorandum, nota dinas, surat undangan, berita acara, surat
keterangan, surat pengantar, pengumuman, laporan.
5. Pejabat Eselon III Pusat atas wewenang jabatannya dapat menandatangani
naskah dinas intern instansi Eselon II yang bersangkutan meliputi surat perintah,
surat tugas, memorandum, nota dinas, surat undangan, berita acara; surat
keterangan; surat pengantar; laporan.

40
6. Pejabat Eselon III Daerah (Kepala UPT) atas wewenang jabatannya
menandatangani naskah dinas berupa surat keputusan yang bersifat intern, surat
dinas, memorandum, nota dinas, surat undangan, surat perjanjian, berita acara, surat
keterangan, surat pengantar, laporan, pengumuman.
7. Pejabat Eselon IV (Kepala Sub Bagian / Kepala Seksi / Kepala Sub Bidang) atas
wewenang jabatannya dapat menandatangani naskah dinas berupa nota dinas,
memorandum, surat undangan, berita acara, surat keterangan, surat pengantar,
laporan, telaahan staf.
8. Dalam hal Pejabat Eselon IV (Kepala Seksi) yang berkedudukan jauh dari
Pejabat Eselon III, selain menandatangani naskah dinas tersebut angka 7, dapat
menandatangani surat dinas dengan tembusan kepada Pejabat Eselon III yang
bersangkutan.

3. Pengelolaan Keuangan
Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan Keuangan, Struktur dan
Mekanisme Pengelolaan Keuangan, serta Tata Cara Pertanggungjawaban Keuangan
Suatu Kegiatan. Pada kegiatan ini Bapak Prayitno, A.Md. menerangkan bahwa sistem
akuntansi yang digunakan untuk pengelolaan keuangan di Balai Diklat Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Pekanbaru yaitu SAKTI. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat
Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang digunakan sebagai sarana bagi satker dalam
mendukung implementasi SPAN untuk melakukan pengelolaan keuangan yang
meliputi tahapan perencanaan hingga pertanggungjawaban anggaran.

A. Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Keuangan


 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
2. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

41
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
5. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD.

42
2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
3. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara
pada bank sentral.
4. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah.
5. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah
yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang
ditetapkan.
6. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat
dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah.
7. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah
Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai
akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
8. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau
kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang
sah.
9. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerah
dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab
lainnya yang sah.
10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

43
12. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.
13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang
milik negara/daerah.
14. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat
berharga atau barang-barang negara/daerah.
15. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum negara
16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum Daerah.
17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.
18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD
pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.
19. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.
20. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga pemerintah
non kementerian negara/ lembaga negara.
21. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/dinas/biro
keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
22. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang,
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai.
23. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan /
atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
24. Bank Sentral adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945
Pasal 23D.

44
 Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 Tentang Tata Cara
Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang Pedoman Standar Biaya
Kegiatan Tahun Anggaran 2022
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Standar Biaya Kegiatan adalah pedoman bagi Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan untuk menyusun biaya komponen masukan kegiatan dalam Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Berbasis Kinerja
Tahun Anggaran 2020, selain itu juga dapat berfungsi sebagai batas tertinggi dan
batas estimasi dalam pelaksanaan anggaran.
b. Pengelola Keuangan adalah Pegawai yang ditunjuk untuk mengelola keuangan
yang karena jabatannya dalam struktur Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA),
melaksanakan tugas-tugas pengelolaan keuangan. Pengelola Keuangan antara lain
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,
Bendahara Pengeluaran Pembantu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat
Penandatangan SPM dan Staf Pengelola Keuangan.
c. Staf Pengelola Keuangan (SPK) adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara atau Non
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang ditunjuk atas nama jabatannya untuk
mengelola kegiatan dan melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan oleh
pimpinannya dan diangkat dengan Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
d. Honorarium Pengelola Keuangan yang selanjutnya disebut HPK adalah uang
yang dibayarkan kepada Pengelola Keuangan, yang karena jabatannya dalam
struktur DIPA, melaksanakan tugas-tugas Pengelola Keuangan sesuai dengan
jabatannya.
e. Pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah Pegawai yang
ditunjuk atas nama jabatannya untuk menatausahakan PNBP di lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
f. Konsinyering adalah mengumpulkan pegawai disuatu tempat (hotel, penginapan,
ruang rapat lainnya) untuk menyelesaikan pekerjaan secara intensif yang sifatnya
mendesak, harus segera selesai dan tidak dapat dikerjakan di kantor serta dilarang
meninggalkan tempat kerja selama kegiatan berlangsung.

45
g. Paket Fullboard adalah paket kegiatan rapat yang diselenggarakan di luar kantor
sehari penuh dan bermalam/menginap.
h. Paket Fullday adalah paket kegiatan rapat/pertemuan yang dilakukan diluar
kantor minimal 8 (delapan) jam tanpa menginap.
i. Paket Halfday adalah paket kegiatan rapat/pertemuan yang dilakukan diluar
kantor minimal 5 (lima) jam tanpa menginap.
j. Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan. k. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
l. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian
kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
m. Pegawai Tidak Tetap (PTT) adalah seseorang yang diangkat untuk jangka waktu
tertentu guna melaksanakan tugas Pemerintahan dan Pembangunan yang bersifat
Teknis Profesional dan Administrasi sesuai dengan Kerangka Sistem Kepegawaian,
yang tidak berkedudukan sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara.
n. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) adalah pegawai tidak tetap,
pegawai honorer, staf khusus dan pegawai lain yang dibayarkan oleh APBN
maupun APBD.
o. Tenaga Kerjantara adalah buruh/tenaga harian yang berasal dari daerah setempat
yang diikutsertakan pada kegiatan lapangan yang diberi upah secara harian
berdasarkan lamanya di lapangan.
p. Perjalanan Dinas Dalam Negeri adalah perjalanan keluar tempat kedudukan yang
dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara.
q. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas kota dan/atau
dalam kota dari tempat kedudukan ketempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan
kembali ketempat kedudukan semula di dalam negeri.
r. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan adalah biaya Perjalanan Dinas dari tempat
kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula, dan
diberikan biaya terdiri dari uang harian (meliputi uang makan, uang saku, dan

46
transport lokal), biaya transport, biaya penginapan, uang representatif, dan sewa
kendaraan dalam kota.
s. Upah Kerja adalah uang yang dibayarkan kepada seseorang baik Pegawai
Aparatur Sipil Negara/Honorer/Tenaga Kontrak/Pegawai Harian yang melakukan
pekerjaan-pekerjaan tertentu yang sifatnya mendesak dan harus segera diselesaikan
dan tidak dapat dilaksanakan oleh Pihak Ketiga.
t. Gedung Pertemuan adalah gedung yang biasa digunakan untuk pertemuan dengan
kapasitas lebih dari 300 orang, sudah termasuk sewa meja, kursi, sound system, dan
fasilitas gedung pertemuan lainnya.
u. Peta Digital Tematik Kehutanan adalah gambaran informasi muka bumi yang
dituangkan pada bidang datar secara kartografis dengan skala maupun proyeksi
tertentu yang memuat tema atau informasi tentang kehutanan (contoh: Peta
Kawasan Hutan, Peta Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan, Peta Ijin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan, Peta DAS, Peta Lahan Kritis, dll).
v. Bakti Rimbawan dalam Pembangunan Kehutanan adalah Program Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat
terampil dan ahli pada instansi kehutanan.
w. Angkatan dalam kegiatan diklat adalah penyebutan dalam kegiatan diklat untuk 1
(satu) kelas dengan jumlah peserta maksimal 40 orang.
x. Diklat Non Aparatur adalah diklat yang pesertanya terdiri dari orang yang
ditugaskan oleh pemerintah atau lembaga non pemerintah untuk menunjang atau
melaksanakan tugas-tugas aparatur atau lembaga pemerintah.
y. Online/daring adalah kegiatan dalam jaringan (daring) yaitu keadaan atau kondisi
dari "perangkat atau peralatan" atau dari "unit eksekusi" perangkat elektronik yang
terhubung ke jaringan internet.
z. Offline/luring adalah keadaan atau kondisi dari "perangkat atau peralatan" atau
dari "unit eksekusi" perangkat elektronik yang tidak terhubung ke jaringan internet.
aa. Tapping adalah proses produksi program kegiatan yang tidak disiarkan secara
langsung namun melalui beberapa proses editing baik video maupun audionya.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang Perjalanan Dinas
dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pengawai Negeri, dan Pengawai tidak Tetap
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.37/Menlhk-
Setjen/2015 Tentang Tata Cara Penetapan Pejabat Perbendaharaan dan
Mekanisme Pengujian Keuangan Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan

47
B. Struktur dan Mekanisme Pegelolaan Keuangan
Struktur dan mekanisme pengelolaan keuangan memiliki 4 tahapan yaitu: Tahap
Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Pelaporan, Tahap Pengawasan. Setiap tahapan
memiliki peranan yang saling berkaitan dan apabila salah satu tahapan memiliki
kendala akan mempengaruhi tahapan yang lainnya.
 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yaitu tahapan awal dalam pengelolaan keuangan suatu instansi.
Tahapan perencanaan ini dilakukan pada awal tahun dengan sumber dana yaitu
Rupiah Murni (RM) dan Penerimaan Non Pajak (PNP). Dokumen yang dihasilkan
yaitu RKA-KLA dan DIPA. Akun pengguna anggaran terdiri dari tiga yaitu 5.1
untuk belanja pegawai (gaji dan tunjangan kinerja), 5.2 untuk belanja bahan dan
jasa, dan 5.3 belanja modal. Dalam penggunaan standar biaya kegiatan teknis
mengunakan Peraturan Sekretaris Jenderal KLHK Nomor
:P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang pedoman standar biaya kegiatan.
 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pengelolaan keuangan bendahara pengeluaran terdiri dari
mekanisme pengelolaan uang persediaan (UP) dan pertanggungjawaban (SPJ
meliputi : Kwitansi, Surat Perintah Bayar (Spby), Nota-Nota, Faktur/SSP Bukti
Lunas Pajak, Dokumen Pengadaan Lainnya (jika ada, biasanya digunakan jika
anggaran lebih dari 50 juta), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah
Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
 Tahap Pelaporan yaitu kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan.
Output dari tahapan pelaporan ini yaitu Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Pengeluaran (LPJ), Laporan Tugas dan Fungsi Anggaran, Laporan Rencana Kinerja,
Laporan Statistik, Laporan SAI (SAKTI dan SIMAK-BMN)
 Tahapan Pengawasan
Tahapan Pengawasan merupakan tahapan yang dilakukan oleh aparat pengawas
fungsional seperti inspektorat jenderal kemen LHK Badan pemeriksa keuangan atau
aparat pengawas fungsional. Output dari tahapan ini yaitu laporan hasil
pemeriksaan.
Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara menurut UUKN sebagai berikut:
a. Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil;
b. Asas proporsionalitas;
c. Asas profesionalitas;
d. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan; dan
48
e. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran berwenang menunjuk kepala


satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kementerian Negara/lembaga sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA). KPA berwenang menetapkan panitia/pejabat yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran seperti Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM), Bendahara Pengeluaran
(BP), Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP). KPA menetapkan PPK dan PPSPM
dengan surat keputusan. KPA menyampaikan surat keputusan kepada Kepala KPPN
selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker,
PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK . Pejabat Pembuat Komitmen
berwenang melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara. PPK dapat ditetapkan lebih dari satu dan tidak terikat pada periode
tahun anggaran. PPSPM melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM.
Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang persediaan.
Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dilakukan setelah memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Pengangkatan Bendahara Pengeluaran
tidak terikat periode tahun anggaran.

Kuasa Pengguna Bendahara


Anggaran Pengeluaran

ppk

PP-SPM

Pelaksana

Gambar 3. Struktur Pengelola Keuangan

C. Tanggung Jawab Pejabat Perbendaharaan

49
 Kuasa Pengguna Anggaran
Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan wewenang:
a. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
b. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai
dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
c. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan
atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA
e. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan
barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang
ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan
f. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran
(output) yang ditetapkan dalam DIPA
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
negara, PPK memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
c. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia
Barang/Jasa
d. Melaksanakan kegiatan swakelola
e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas kontrak yang dilakukannya
f. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak
g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara
h. Membuat dan menandatangani SPP
i. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
j. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan
k. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan dan
melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang

50
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM memiliki tugas
dan wewenang sebagai berikut:
a. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung
b. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan
c. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan
d. Menerbitkan SPM
e. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
f. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA
g. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengujian dan perintah pembayaran.
 Bendahara Pengeluaran
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:
a. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga
dalam pengelolaannya
b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan
d. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang
dilakukannya;
e. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
f. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP
g. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku
kuasa BUN

D. Tahapan Pertanggungjawaban Suatu Kegiatan


Tahapan pertanggungjawaban suatu kegiatan contoh nya perjalanan dinas. Biaya
perjalanan dinas tahun 2022 di muat dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021
Tentang Pedoman Standar Biaya Kegiatan Tahun Anggaran 2022. Dalam
pertanggungjawaban perjalanan dinas wajib mencantumkan Surat Perintah Tugas,
Surat perintah perjalanan dinas, kwitansi, surat perintah bayar (SPBY), Daftar Rincian

51
Biaya Perjalanan Dinas, Daftar Pengeluaran Rill (Apabila tidak Memiliki bukti
kwitansi), Surat Pernyataan, bill, tiket dan dokumen pendukung lainnya.

4. Pengelolaan Barang Milik Negara


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
Peraturan Perundang-Undangan terkait Pengelolaan BMN, Pengelolaan Barang Milik
Negara, Pengelolaan Barang Persediaan dan Daftar Inventaris Ruangan.
A. Undang-Undang Terkait Pengelolaan Barang Milik Negara
 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
2. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
3. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
4. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan Barang Milik
Negara/Daerah.
5. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh
Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya
dengan sebaik-baiknya.
6. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya.
7. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu
objek penilaian berupa Barang Milik Negara/Daerah pada saat tertentu.
8. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Barang
Milik Negara/Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan
datang.

52
9. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam
mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negara/Daerah yang sesuai dengan tugas
dan fungsi instansi yang bersangkutan.
10. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah yang tidak
digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembagalsatuan kerja
perangkat daerah dan/atau optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah dengan tidak
mengubah status kepemilikan.
11. Sewa adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
12. Pinjam Pakai adalah penyerahan Penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali
kepada Pengelola Barang Pengguna Barang.
13. Kerja Sama Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah oleh
pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara
bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.
14. Bangun Guna Serah adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa
tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan danf atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
15. Bangun Serah Guna adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa
tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
16. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara Pemerintah dan
Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
16a. Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur adalah optimalisasi Barang
Milik Negara untuk meningkatkan fungsi operasional Barang Milik Negara guna
mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur lainnya
17. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/ Daerah.
18. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah kepada
pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

53
19. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah yang
dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah
Daerah, atau antara Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dengan pihak lain, dengan
menerima penggantian utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai
seimbang.
20. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar
Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain,
tanpa memperoleh penggantian.
21. Penyertaan Modal Pemerintah Pusatf Daerah adalah pengalihan kepemilikan
Barang Milik Negara/Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham/aset
neto/kekayaan bersih milik negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
22. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik
Negara/Daerah.
23. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang
dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
24. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,
dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
25. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan Barang Milik Negara/ Daerah.
26. Daftar Barang Pengguna adalah daftar yang memuat data barang yang digunakan
oleh masing-masing Pengguna Barang.
27. Daftar Barang Kuasa Pengguna adalah daftar yang memuat data barang yang
dimiliki oleh masing-masing Kuasa Pengguna Barang.
28. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah perangkat
Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
29. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan instansi lain pengguna
anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-

54
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Peraturan Perundang-
undangan lainnya.
30. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
Penggunaan Barang Milik Negara pada Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
31. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181PMK.06/2016 Tentang Penatausahaan
Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 Tentang Pendelegasian
Wewenang dan Tanggungjawab Tertentu dari Pengelola Barang kepada Pengguna
Barang
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2017 Tentang Penilaian Barang
Milik Negara.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.48/Menlhk-
Setjen/2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara
Lingkup Kementerian Kehutanan
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.50/MENHUT/SETJEN/KAP.210/2017 Tentang Penata Usahaan Barang Milik
Negara Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 229/KM.6/2016 Tentang Pelimpahan
Sebagian Wewenang Menteri Keuangan yang Telah dilimpahkan Kepada Direktur
Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat Dilingkungan Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara Untuk dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat
dan/atau Keputusan Menteri Keuangan.
B. Mempelajari Aplikasi SIMAK BMM Untuk Pengelolaan BMN
55
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutana Republik
Indonesia Nomor: P.50/MENLHK/SETJEN/KAP.2/10/2017 Barang Milik Negara
yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah. Aplikasi yang digunakan dalam mengelolah barang milik Negara yaitu
SIMAK BMN. SIMAK BMN merupakan aplikasi yang digunakan untuk mencatat dan
mengorganisir barang milik Negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar
instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik Negara.
Barang Milik Negara meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
anggaran pendapatan dan belanja Negara. Barang yang dimaksud terdiri atas barang
yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi: Perencanaan Kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan, Penghapusan, Penatausahaan, dan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
A. Menu Simak BMN
1. Menu Saldo Awal digunakan untuk menginput Barang Milik Negara (BMN) yang
diperoleh sebelum Tahun Anggaran Berjalan, yang belum dibukukan pada Aplikasi
SIMAK BMN baik diperoleh dengan pembelian, hibah, transfer masuk, reklas
masuk atau perolehan lainnya yang sah. Pencatatan transaksi ini dibuktikan dengan
dokumen sumber Tahun Anggaran yang Lalu.
2. Menu Pembelian digunakan untuk menginput BMN yang diperoleh dengan
pembelian dari DIPA/APBN pada Tahun Anggaran Berjalan yang tanpa melalui
proses Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP). Pencatatan berdasarkan Berita Acara
Serah Terima Barang dilengkapi dengan faktur/nota pembelian barang dengan
SPM/SP2D baik UP maupun LS, SP3B-BLU/SP2B-BLU, SP3, termasuk dari
SP2HL/SPHL (Hibah Langsung berupa uang). Contoh transaksi yang menggunakan
menu ini adalah pembelian aset tetap menggunakan SPM/SP2D yang hanya dengan
sekali bayar.

56
3. Menu Transfer Masuk. Menu ini digunakan untuk merekam data BMN dari hasil
kiriman (transfer) satker lainnya dalam lingkup Pemerintah Pusat. Pencatatan
transaksi ini dilakukan berdasarkan BAST satker pemberi dan satker penerima
BMN, bila transfer dilakukan antar Pengguna Barang (antar Kementerian Negara/
Lembaga) maka dokumen persetujuan alih status dibutuhkan untuk melakukan
transaksi ini.
4. Menu Hibah Masuk digunakan untuk mencatat perolehan aset yang bersumber dari
hibah dan diterima dari pihak ketiga di luar Pemerintah Pusat, misalnya dari
pemerintah daerah maupun dari swasta.
5. Menu Rampasan merupakan transaksi perolehan BMN hasil rampasan berdasarkan
putusan pengadilan.
6. Menu Penyelesaian Pembangunan Langsung Merupakan transaksi perolehan BMN
dari pengadaan pembangunan gedung/bangunan dan BMN lainnya. Dokumen
sumber pencatatan adalah BAST/BA Penyelesaian Pekerjaan dengan
rekanan/kontraktor. Pembangunan tersebut pembayaran sekaligus (tidak ada termin
pembayaran) dalam satu dokumen pembayaran (misal SP2D).
7. Menu Pembatalan Penghapusan Menu ini digunakan untuk memunculkan kembali
aset tetap/aset lainnya yang sudah dihapuskan disebabkan antara lain berupa temuan
oleh APIP dan BPK, dengan dokumen sumber Berita Acara Pembatalan
Penghapusan oleh Kuasa Pengguna Barang.
8. Menu Reklasifikasi Masuk Untuk mencatat perubahan transaksi BMN atas jenis
penggolongan dan kodefikasi BMN yang sebelumnya telah dicatat dengan
penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain (Kode Barang terdiri dari golongan,
bidang, kelompok, sub kelompok dan sub-sub kelompok), Untuk mencatat
perubahan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat sebagai aset
intrakompatabel menjadi aset ekstrakompabel atau sebaliknya.
9. Menu Pertukaran Menu ini digunakan untuk mencatat pengalihan kepemilikan
BMN yang dilakukan antara satker pemerintah pusat dengan selain pemerintah
pusat, misalnya dengan pemerintah daerah atau pihak lain, dengan menerima
penggantian dalam bentuk barang.
10.Menu Perolehan Lainnya Menu ini digunakan untuk merekam BMN yang diperoleh
pada tahun anggaran berjalan, yang berasal dari transaksi selain Pembelian, Transfer
Masuk, Hibah (Masuk), Rampasan, Penyelesaian Pembangunan, Pembatalan
Penghapusan, Reklasifikasi Masuk, Pertukaran, dan Perolehan dari Reklasifikasi
BPYBDS.

57
11.Menu Pengurangan Menu ini digunakan untuk menginput transaksi pengurangan
kuantitas volume Barang Milik Negara. Ketika ada koreksi terhadap Nilai Fisik
Barang Milik Negara bukan secara nilai asetnya.
12.Menu Perubahan Kondisi Digunakan untuk melakukan pencatatan perubahan
kondisi BMN. Perubahan kondisi BMN dilakukan agar terdapat kesesuaian antara
pencatatan pada aplikasi SIMAK BMN dengan kondisi fisik BMN yang sebenarnya.
13.Menu Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas Menu ini digunakan untuk mencatat
perubahan-perubahan pada BMN, baik berupa nilai ataupun kuantitas, yang
disebabkan oleh kesalahan dalam penginputan dan/atau penyesuaian. Perubahan
dapat dicatat pada saat dasar perubahan/koreksi telah ditetapkan.
14.Menu Penerimaan Asat dari Pengembangan Aset Renovasi Menu ini digunakan
untuk mencatat penambahan nilai aset yang berasal dari penerimaan aset tetap
renovasi.
15.Menu Pengembangan Langsung Menu ini digunakan untuk merekam
pengembangan atas suatu BMN yang sudah dimiliki (sudah tercatat) sampai dengan
tahun anggaran berjalan. Pengembangan BMN yang dimaksud adalah
pengembangan yang memenuhi syarat/ketentuan untuk dapat dikapitalisasi dan
langsung selesai (tanpa melalui tahapan KDP/termin pembayaran).
16.Menu Pengembangan dengan KDP Menu ini digunakan untuk mereklasifikasi KDP
pengembangan Aset yang sudah dimiliki menjadi aset definitifnya.
17.Menu Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban Aset Menu ini digunakan untuk
mencatat transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya nilai baru dari
BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan penilaian ulang BMN oleh
Pengelola Barang sesuai dengan Berita Acara Hasil Penertiban BMN yang
dikeluarkan oleh pengelola BMN (DJKN/KPKNL).
18.Menu Penghapusan Menu ini digunakan untuk merekam penghapusan BMN dari
pembukuan berdasarkan suatu surat keputusan penghapusan oleh instansi yang
berwenang.
19.Transfer Keluar Menu ini digunakan untuk mencatat penyerahan Aset Tetap/Aset
Tetap Lainnya ke UAKPB lain dimana UAKPB tersebut masih dalam satu entitas
pelaporan akuntansi Pemerintah Pusat. Bukti penyerahan berupa Berita Acara Serah
Terima atau dokumen yang dapat dipersamakan.
20.Menu Hibah Keluar Menu ini disediakan untuk menginput Barang Milik Negara
yang berkurang di tahun berjalan karena dihibahkan ke pihak lain di luar Instansi

58
Pemerintah Pusat. Jenis Satuan Kerja yang memakai menu ini adalah Kantor Pusat
(KP) dan Kantor Daerah (KD).
21.Menu Reklasifikasi Keluar Menu ini digunakan untuk merekam penghapusan BMN
yang disebabkan oleh kesalahan klasifikasi BMN pada perekaman sebelumnya.
22.Menu Koreksi Pencatatan Menu ini digunakan untuk merekam penghapusan BMN
yang disebabkan oleh kesalahan pencatatan kuantitas BMN pada perekaman
sebelumnya.
23.Menu Penghentian BMN dari Penggunaan Menu ini digunakan mencatat transaksi
penghentian BMN sebelum dilakukan proses/langkah penghapusan BMN karena
BMN tersebut tidak dipergunakan lagi dalam operasi normal satker yang
bersangkutan.
24.Menu Penggunaan BMN yang Dihentikan Menu ini digunakan untuk mencatat
BMN yang dipergunakan kembali setelah sebelumnya dilakukan penghentian BMN
dari penggunaan dikarenakan perubahan kondisi. BMN tersebut dapat dipergunakan
kembali setelah mendapat perbaikan, baik dengan atau tanpa biaya tambahan.
25.Reklasifikasi BMN – BPYBDS (Kode Transaksi 307) Menu ini digunakan untuk
mereklasifikasi BMN yang berada dalam penguasaan satker menjadi Bantuan
Pemerintah yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS). Dengan direklas ke
BPYBDS maka aset tersebut keluar dari Neraca Satker dan masuk ke dalam Daftar
Barang BPYBDS.
26.Penghapusan BPYBDS (Kode Transaksi 802) Menu ini digunakan untuk
menghapus BMN BPYBDS yang terdapat pada “Daftar Barang BPYBDS” yang
disebabkan karena sudah menjadi PMN dari BUMN yang bersangkutan.
27.Perolehan dari Reklasifikasi BPYBDS (Kode Transaksi 114) Perolehan dari
Reklasifikasi BPYBDS adalah menu untuk mencatat perolehan aset BPYBDS yang
dikembalikan pengelolaannya kepada KL dari BUMN yang sebelumnya
mengoperasionalkan aset BPYBDS tersebut. Aset BPYBDS tersebut dicatat
kembali ke aset definitif yang seharusnya.
28.Menu Perolehan Atr (Menambah Masa Manfaat) menu ini terdiri atas saldo awal,
Pembelian, Penyelesaian Pembangunan (Penyelesaian Pembangunan langsung, dan
Penyelesaian Pembangunan dengan KDP) dan Perolehan Lainnya.
29.Menu Pengusulan Barang Hilang ke Pengelola (Kode Transaksi 308) Pengusulan
barang hilang ke pengelola digunakan untuk merekam BMN yang statusnya hilang
guna diusulkan penghapusannya ke Pengelola Barang. Pada saat dilakukan input
pada menu ini, BMN yang hilang (yang semula masih tercatat pada Buku Barang

59
dan Laporan Posisi BMN di Neraca) menjadi tidak ada lagi pada Buku Barang dan
Neraca. BMN hilang tersebut selanjutnya tercantum dalam Daftar Barang Hilang.
30.Menu Penghapusan Daftar Barang Hilang yang Sudah Diusulkan ke Pengelola
(Kode Transaksi 821 ) Menu ini digunakan untuk menghapus (write-off) BMN yang
sebelumnya sudah diinput dalam Usulan Barang Hilang ke Pengelola (Menghapus
Daftar Barang Hilang.
31.Menu Usulan Barang RB (Rusak Berat) ke Pengelola (Kode Transaksi 306 ) Usulan
Barang RB ke Pengelola digunakan pada saat pengguna barang sudah mengajukan
surat permohonan persetujuan pemindahtanganan/pemusnahan atas BMN rusak
berat ke Pengelola Barang.
32.Menu Penghapusan Daftar Barang RB (Rusak Berat) (Kode Transaksi 822 ) Menu
ini digunakan untuk menginput transaksi pada saat sudah diterbitkan Surat
Keputusan Penghapusan oleh Pengguna Barang setelah fisik BMN rusak berat telah
selesai dipindahtangankan atau dimusnahkan.
33.Menu Pengusulan Hibah DK/TP (Kode Transaksi 309) Menu ini digunakan untuk
mencatat BMN yang berada di bawah pengelolaan satker dengan jenis kewenangan
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan (DK/TP) dan telah diusulkan untuk dihibahkan ke
pemerintah daerah.
34.Menu Penghapusan Hibah DK/TP yang sudah diusulkan ( Kode Transaksi 823 )
Menu ini digunakan untuk menginput transaksi pada saat sudah diterbitkan Surat
Persetujuan hibah DK/TP oleh Pengelola Barang. Setelah terbit Surat diatas, maka
dilakukan penginputan penghapusan barang Hibah DK/TP yang sudah diusulkan
dihapuskan.
35.Reklasifikasi BMN Operasional ke Kemitraan (Kode Transaksi 411 ) Menu ini
digunakan untuk merekam transaksi BMN terkait Kemitraan dengan Pihak Ke-3
yang dapat berupa Bangun Guna/Kelola Serah (BGS/BKS), Bangun Serah
Guna/Kelola (BSG/BSK), Sewa, Pinjam pakai, Kerja sama pemanfaatan, kerja sama
penyediaan infrastruktur, dll. Kemitraan dengan Pihak Ketiga dimaksud berupa
perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk
melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset
dan/atau hak usaha yang dimiliki.
36.Penggunaan (Reklasifikasi) Kembali BMN Kemitraan (ke BMN) (Kode Transaksi
412) Menu ini digunakan untuk menginput kembali Aset Lainnya berupa Kemitraan
dengan Pihak Ketiga, untuk kembali menjadi BMN yang akan digunakan untuk
operasional pemerintah dan berada di bawah penguasaan satker.

60
37.BMN Bersejarah: Barang Bersejarah (heritage assets) dibukukan dan dilaporkan
dalam kuantitasnya dan tanpa nilai karena nilai kultural, lingkungan, pendidikan,
dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan
berdasarkan harga pasar maupun harga perolehannya.
38.Perolehan BMN Pihak Ketiga (Kode Transaksi 701 ) Menu ini digunakan untuk
mencatat aset tetap/aset lainnya berupa Barang Pihak Ketiga yang dititipkan kepada
instansi atau barang pihak ketiga yang digunakan sehari-hari. Barang tersebut tidak
muncul di neraca hanya muncul di daftar barang ruangan dan daftar barang pihak
ketiga.
39.Transaksi Konstruksi Dalam Pengerjaan (Kdp) terdiri atas Saldo Awal KDP yang
digunakan umtuk merekam KDP yang diperoleh sebelum tahun anggaran berjalan.
KDP tidak disusutkan.
40.Perolehan KDP (Kode Transaksi 502 ) Menu ini digunakan untuk mencatat
perolehan transaksi KDP yang mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses
perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan periode waktu tertentu dan
belum selesai dan Perekaman SPM/SP2D pertama kali untuk pembayaran pertama
dalam rangka memperoleh aset tetap yang pembayarannya dilakukan per termin dan
SPM/SP2D tersebut di tahun anggaran berjalan.
41.Pengembangan KDP (Kode Transaksi 503 ) Menu ini disediakan untuk menginput
penambahan KDP setelah perolehan awal sampai dengan penambahan KDP terakhir
dan siap dioperasikan untuk menjadi aset tetap yang definitif.
42.Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP (Kode Transaksi 105) Menu ini
digunakan untuk merekam BMN yang diperoleh pada tahun anggaran berjalan,
berasal dari aset yang telah selesai proses pembangunan melalui mekanisme KDP
(telah selesai 100% pekerjaan fisiknya), dan dalam hal ini biasanya pencairan
dananya melalui beberapa termin pembayaran.
43. Transfer Masuk KDP (Kode Transaksi 506) Menu ini digunakan untuk merekam
transaksi perolehan KDP bersumber dari Satker lain pada Pemerintah Pusat.
Transaksi ini hanya satu kali saja pencatatannya ketika menerima transfer masuk
KDP, selanjutnya akan dicatat pada menu pengembangan KDP sampai proses KDP
selesai (jika proses KDP tersebut akan dilanjutnya oleh unit penerima transfer
KDP).
44.Hibah Masuk KDP (Kode Transaksi 508 ) Menu ini digunakan untuk menginput
KDP yang diperoleh dari pihak ketiga di luar Kementerian Negara/Lembaga

61
Pemerintah Pusat. Transaksi ini hanya satu kali saja pencatatannya ketika menerima
hibah masuk KDP, selanjutnya akan dicatat pada menu pengembangan KDP sampai
proses KDP selesai (jika proses KDP tersebut akan dilanjutnya oleh unit penerima
transfer KDP).
45.Koreksi Perubahan Nilai KDP (Kode Transaksi 504 ) Menu ini digunakan untuk
menginput koreksi perubahan Nilai KDP yang sudah terinput sebelumnya.
46.Transfer Keluar KDP (Kode Transaksi 507 ) Menu ini digunakan untuk menginput
KDP yang diserahkan ke Satker lain atau Kementerian Lain dalam lingkup
Pemerintah Pusat. Transfer Keluar diinput ke dalam Aplikasi SIMAK BMN apabila
Berita Acara Serah Terima dari kedua belah pihak telah ditandatangani.
Penginputan di Aplikasi SIMAK BMN pada menu Transaksi KDP  Transfer
Keluar KDP.
47.Hibah Keluar KDP (Kode Transaksi 509 ) Menu Hibah Keluar KDP Digunakan
untuk merekam Hibah Keluar KDP yang diberikan kepada entitas di luar
Pemerintah Pusat, pada tahun berjalan.
48. Penghapusan/Penghentian KDP (Kode Transaksi 505 ) Menu ini digunakan untuk
mencatat aset-aset KDP yang telah disetujui untuk dilakukan
penghapusan/penghentian pembangunannya. Dokumen sumber yang digunakan
adalah surat keputusan penghapusan/ penghentian atas KDP.
C. Pengelolaan Barang Persediaan
Persediaan merupakan barang habis pakai untuk diserahkan kepada masayarakat
/pemda asset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Barang Komsumsi, Amunisi, Barang Pemeliharaan, Suku Cadang, Pita
Cukai, Bahan Baku, Barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda. Contoh:
ATK, Blangko, SATSDN, Karcis Masuk TWA ATK untuk pelaksanaan Kegiatan
(Bersifat Insidentil) bukan merupakan barang persediaan.
Persediaan diperoleh dari hasil pengadaan atau perolehan lainnya yang sah dan
disimpan di gudang/tempat penyimpanan. Persediaan harus diketahui oleh Kuasa
Pengguna Barang dan Pejabat Pengurus Persediaan yang bertanggung jawab atas
pengurusan persediaan. Setiap persediaan yang akan didistribusikan kepada unit
pemakai barang harus diketahui oleh Kuasa Pengguna Barang dan Pejabat Pengurus
Persediaan. Persediaan harus ditatausahan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas. Setiap barang hasil pengadaan maupun penerimaan lainnya yang sah akan

62
diserahkan kepada pejabat pengurus persediaan wajib dilakukan pemeriksaan dari segi
jumlah, mutu, spesifikasi, dan kondisi barang. Pemeriksaan barang didasarkan atas
persyaratan yang tercantum dalam surat pengantar barang/SPK/Kontrak/Dokumen
sumber perolehan lainnya.
Untuk penerimaan barang sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah),
pemeriksaan barang dilakukan Pejabat Pengurus Persediaan berdasarkan Surat
Pernyataan Pemeriksaan Barang yang dibuat oleh pejabat pengadaan dan dibuatkan
Berita Acara Serah Terima Barang. Untuk penerimaan barang dengan nilai diatas
Rp.50.000.000 (lima puluh juta), pemeriksaan barang dilakukan oleh Panitia Pemeriksa
Barang dan dibuatkan berita acara pemeriksaan barang dan berita acara serah terima
barang. Dalam hal barang yang diperiksa tidak sesuia dengan persyataran yang
tercantum dalam surat pengantar barang/SPK/Kontrak/Dokumen perolehan lainnya,
maka pejabat pengurus persediaan atau panitia pemeriksa barang harus menolak barang
yang bersangkutan. Pendistribusian persediaan dilakukan dengan ketentuan adanya
permintaan tertulis dari unit pemakai barang yang disetujui oleh Kuasa Pengguna
Barang, adanya SPMB yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang dan Pejabat
Pengurus Persediaan. SPMB ditandatangani oleh unit pemakai barang sebagai bukti
penerimaan barang. Inventarisasi persediaan wajib dilaksanakan untuk mengetahui
jumlah, nilai, dan kondisi persediaan serta untuk mempermudah pembukuan
persediaan. Inventarisasi persediaan dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali pada
akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Penghapusan persediaan
diusulkan oleh Kuasa Pengguna Barang ababila barang telah rusak, susut, kadaluarsa,
dan hilang berdasarkan usul pejabat pengurus persediaan. Pelaksanaan penghapusan
persediaan dilakukan sesuia dengan peraturan perundang-undangan.

2.3.2. Materi Kegiatan Kompetensi Teknis Substantif

Kompetensi Teknis Substantif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan yang bersifat spesifik (substantif dan/atau bidang) yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan tugas atau untuk meningkatakan pengetahuan dan
keterampilan pada pembentukan jabatan fungsional tertentu sesuai dengan formasi
jabatannya, yaitu :
1. Tugas dan Fungsi Organisasi/Instansi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.16 /Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
63
1. Meningkatkan mutu dan jumlah pelaksanaan Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan bagi aparatur KPH dan SDM lingkungan hidup dan kehutanan lainnya;
2. Mengembangkan dan memantapkan kelembagaan Diklat lingkungan hidup dan
kehutanan;
3. Meningkatkan Kompetensi SDM Kediklatan;
4. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain yang saling
menguntungkan;
5. Mendukung terwujudnya kebijakan-kebijakan pengelolaan SDA ditingkat regional
dan kondusif;
6. Meningkatkan pengelolaan hutan diklat dan sarana dan prasarana diklat lainnya;
7. Meningkatkan mutu rencana dan program serta pelayanan informasi diklat;

Susunan Organisasi BDLHK Pekanbaru, terdiri dari:


 Kepala balai sebagai pimpinan
 Subbagian Tata Usaha
Melaksanakan kepengurusan administrasi persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, kerasipan dan rumah tangga.
 Seksi Penyelenggara dan Kerjasama Diklat
Melakukan penyiapan bahan rencana, kegiatan, anggaran, kerjasama, pengumpulan
dan analis data peserta diklat, statistik, pemantauan dan kerja sama diklat, melakukan
kerjasama diklat
 Seksi Sarana dan Evaluasi Diklat
Melakukan persiapan sarana dan prasarana diklat dan melakukan evaluasi terhadap
diklat yang sudah dilaksanakan dan melakukan pelaporan setelah akhir diklat.
1. Peraturan Perundangan Terkait Penyuluh Kehutanan
 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut
sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.
2. Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

64
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu,
usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam
hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi,
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan masyarakat.
4. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan.
5. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya
berada di dalam lingkungan perairan.
6. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan
hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan.
7. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
8. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut
pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani,
pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga
intinya.
9. Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah penduduk yang bermukim
di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang memiliki kesatuan komunitas sosial
dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan aktivitasnya
dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.
10. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture,
penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha
hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.
11. Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan
usaha perkebunan.
12. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha peternakan.

65
13. Nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata
pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.
14. Pembudi daya ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha pembudidayaan ikan.
15. Pengolah ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha pengolahan ikan.
16. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan
kehutanan.
17. Kelembagaan petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah
ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah lembaga yang
ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama.
18. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh
PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan
warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.
19. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah
pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian,
perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
20. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga
yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
21. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga
masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi
penyuluh.
22. Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi
informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian
lingkungan.
23. Programa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya
disebut programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis
untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan
penyuluhan. 24. Rekomendasi adalah pemberian persetujuan terhadap teknologi yang
akan digunakan sebagai materi penyuluhan.
25. Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang
mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan.

66
26. Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang selanjutnya disebut
Komisi Penyuluhan adalah kelembagaan independen yang dibentuk pada tingkat pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota yang terdiri atas para pakar dan/atau praktisi yang
mempunyai keahlian dan kepedulian dalam bidang penyuluhan atau pembangunan
perdesaan.
27. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, menteri yang
bertanggung jawab di bidang perikanan, atau menteri yang bertanggung jawab di
bidang kehutanan.
28. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
29. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
30. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
 PermenLHK Nomor 4 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan yang menggantikan PermenLHK
Nomor P.36/Menlhk-Setjen/2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya
 PermenPANRB Nomor 27 Tahun 2013 Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan
dan Angka Kreditnya
 PermenPANRB no 73 tahun 2020 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan
 PermenLHK Nomor O.62/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017 tentang Perubahan Atas
PermenLHK Nomor P.37/Setjen/Kum.i/4/2016 tentang Standard an UJi Kompetensi
Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan.
 Kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara
Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
ketentuaan peraturan perundang-undangan, seperti Widyaiswara dengan peraturan
Menteri PAN RB No. 42 Tahun 2021 dan berada di bawah kepala balai langsung.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

67
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
3. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian PNS, dan pembinaan
manajemen PNS di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.
6. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural.
7. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah
kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat
daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
8. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan
keterampilan tertentu.
9. Jabatan Fungsional Widyaiswara adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup
tugas, tanggung jawab, dan hak untuk melaksanakan kegiatan pelatihan,
pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan dalam rangka pengembangan
kompetensi yang berkedudukan di lembaga penyelenggara pelatihan pada Instansi
Pemerintah.
10. Pejabat Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya disebut Widyaiswara adalah
PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu
pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan di lembaga
penyelenggara pelatihan pada Instansi Pemerintah. 11. Pelatihan adalah salah satu
bentuk pengembangan kompetensi sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah
yang mengatur mengenai manajemen PNS.

68
12. Pengembangan Pelatihan adalah upaya peningkatan kualitas Pelatihan melalui
pengembangan model pembelajaran dan evaluasi pengembangan Pelatihan.
13. Penjaminan Mutu Pelatihan adalah upaya komprehensif dalam rangka
pengendalian kualitas mutu terhadap penyelenggaraan Pelatihan ASN.
14. Lembaga Penyelenggara Pelatihan adalah unit kerja pada Instansi Pemerintah yang
bertugas menyelenggarakan Pelatihan.
15. Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana kinerja
dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS yang harus dicapai setiap tahun.
16. Angka Kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan dan/atau akumulasi nilai dari
uraian kegiatan yang harus dicapai oleh Widyaiswara dalam rangka pembinaan karier
yang bersangkutan. 17. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit
minimal yang harus dicapai oleh Widyaiswara sebagai salah satu syarat kenaikan
pangkat dan jabatan.
18. Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disingkat PAK adalah hasil penilaian
yang diberikan berdasarkan Angka Kredit untuk pengangkatan atau kenaikan pangkat
dan/atau jabatan dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara.
19. Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya
disebut Tim Penilai adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan pejabat yang memiliki
kewenangan menetapkan Angka Kredit dan bertugas mengevaluasi keselarasan hasil
kerja dengan tugas yang disusun dalam SKP serta menilai capaian kinerja Widyaiswara
dalam bentuk Angka Kredit Widyaiswara.
20. Standar Kompetensi Widyaiswara yang selanjutnya disebut Standar Kompetensi
adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang diperlukan seorang
ASN dalam melaksanakan tugas Jabatan Fungsional Widyaiswara.
21. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap kompetensi
teknis, manajerial, dan sosial kultural dari Widyaiswara dalam melaksanakan tugas dan
fungsi dalam jabatan.
22. Hasil Kerja adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai oleh Widyaiswara
sebagai prasyarat menduduki setiap jenjang Jabatan Fungsional Widyaiswara.
23. Hasil Kerja Minimal adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai minimal oleh
Widyaiswara sebagai prasyarat pencapaian Hasil Kerja.
24. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan, dan
hasil kajian/penelitian yang disusun oleh Widyaiswara baik perorangan atau kelompok
di bidang Pelatihan, Pengembangan Pelatihan, dan Penjaminan Mutu Pelatihan.

69
25. Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia yang selanjutnya disingkat APWI adalah
organisasi profesi bagi Jabatan Fungsional Widyaiswara.
26. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Widyaiswara yang selanjutnya disebut
Instansi Pembina adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pengkajian, dan pendidikan dan pelatihan ASN sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai ASN.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru di pimpin oleh Kepala Balai didukung oleh Kepala Sub Bagian
Tata Usaha, Kepala Seksi Penyelenggara dan Kerjasama Diklat dan Kepala Seksi
Sarana dan Evaluasi Diklat. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi dan
Kepala Sub Bagian dibantu oleh para Koordinator Urusan dan personil perangkatnya
yang ditetapkan oleh Kepala Balai melalui Surat keputusan. Disamping itu juga
terdapat kelompok jabatan fungsional widyaiswara yang berada dan bertanggungjawab
langsung pada Kepala Balai.
A. Uraian Singkat Tentang Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pekanbaru

Gambar 4. Lokasi Balai Diklat LHK Pekanbaru

Dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan


berkualitas perlu Dukungan ketersediaan Sumber daya manusia yang berkualitas dan
memadai menjadi persyaratan mutlak dalam Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) lingkungan hidup dan kehutanan, dalam mendukung keberhasilan
pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses pembelajaran yang panjang,
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Upaya tersebut diawali dengan
adanya perencanaan pengembangan Sumber Daya Manusia yang baik, pendidikan dan
70
pelatihan berbasis kompetensi, sertifikasi kompetensi kerja, pelatihan masyarakat dan
pengembangan generasi lingkungan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri lingkungan hidup dan kehutanan Nomor
P.18/Menlhk-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Balai Diklat lingkungan hidup dan kehutanan Pekanbaru
memiliki tanggungjawab dalam menyediakan Sumber Daya Manusia lingkungan hidup
dan kehutanan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas sesuai dinamika
dan tantangan kekinian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan.

Gambar 5. Sebaran wilayah Pelayanan Balai Diklat LHK Pekanbaru

a. Sasaran di Wilayah Pelayanan


Balai Diklat LHK Pekanbaru yang merupakan unit eselon III pada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang merupakan UPT dibawah Sekretaris Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM. Wilayah pelayanan BDLHK Pekanbaru terdiri
dari 5 (lima) Provinsi yaitu Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan
dan Bengkulu. Instansi asal peserta diklat dari Wilayah Pelayanan BDLHK Pekanbaru
antara lain berasal dari UPT Kementerian LHK, Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan
Hidup Tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten, KPHP/KPHL, serta Pemegang Izin
IUPHHK-HA/HTI.
b. Sumberdaya Manusia
Hingga tahun 2022 jumlah pegawai di Balai Diklat Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Pekanbaru adalah sebanyak 93 orang yang terdiri dari pejabat struktural (4
orang), fungsional umum (50 orang), widyaiswara (13 orang), tenaga upah (24 orang)
dan tenaga bakti rimbawan (1 orang).

71
Tabel 2. SDM pada Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru
Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Jumlah
(orang)

1 Struktural 4

2 Fungsional Widyaiswara 10

3 Fungsional Penyuluh 2

4 Fungsional Umum 1

5 Staff/Pelaksana 43

6 Honorer 29

7 CPNS 4

Jumlah 94

C.. Sarana dan Prasarana Diklat


Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru memiliki fasilitas dan
sarana penunjang untuk mendukung kegiatan diklat seperti kantor, gedung serba guna
perkantoran serta fasilitas diklat berupa asrama, ruang kelas, perpustakaan, aula, ruang
makan, gedung serbaguna serta sarana penunjang lainnya seperti mesjid, sarana
olahraga serta barang-barang inventaris yang meliputi fasilitas diklat, alat peraga dan
alat bantu praktek

No Jenis Unit Kapasitas

1. Gedung Kantor Bertingkat 1 50 orang

Gedung Kantor Tidak Bertingkat 3 50 orang

2. Gedung Serbaguna/Aula 1 150 orang

3. Ruang Makan dan Dapur 1 200 orang

4. Asrama 6 120 orang

5. Mess 1 12 orang

6. Perpustakaan 1 20.000 buku

72
7. Kelas 4 120 orang

8. Ruang Generator 1 50.000 Watt

9. Sarana Olah Raga dan Hiburan 3 -

10. Pos Jaga dan Gapura 1 4 orang

11. Arboretum 2 -

12. Hutan Diklat 1 2.183 Hektar

13. Asrama Hutan Diklat 1 60 orang

14. Kendaraan Operasional 20 -

15. Koperasi 1 -

Tabel 3. Sarana prasarana yang dimiliki Balai Diklat LHK Pekanbaru

D.KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi


Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru juga memiliki kawasan
hutan pendidikan dan pelatihan seluah 2.183 Ha. Keberadaan KHDTK Hutan Diklat
Bukit Suligi secara kronologis dikukuhkan sejak tahun 1993 melalui SK Menteri
Kehutanan No. 101/Kpts-II/1983 tanggal 26 Desember 1983 sebagai Hutan Lindung
Bukit Suligi ditunjuk menjadi hutan Diklat Bukit Suligi dengan harapan menjadi
prasarana pendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan kehutanan dan
memfungsikannya untuk kesejahteraan masyarakat serta mencegah degradasi
lingkungan. Luas Hutan Diklat saat itu adalah 1.950 ha wewenang pengelolaan hutan
tersebut oleh Balai Latihan Kehutanan Pekanbaru yang dilaksanakan oleh instalasi
Hutan Diklat.
Selanjutnya dengan rekomondasi dari Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Riau
No.522.12/BP/8634 tanggal 22 Maret 1983, Gubernur Riau dengan Suratnya
No.522.5/PPD/7308 tanggal 29 Maret 1984 memberikan persetujuan diadakannya
daerah penyangga sekitar 0,5 s/d 1 Km di sekeliling Hutan Lindung Bukit Suligi
termasuk kawasan Hutan Diklat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK. 729/MENHUT-1/2009 ditetapkan menjadi Kawasan Hutan Dengan Tujuan

73
Khusus ( KHDTK ) Hutan Pendidikan Bukit Suligi dengan luas 2.183 ha yang dikelola
oleh Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru.
Secara geografis kawasan KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi terletak pada 0° 32° ,
0° 37° Lintang Utaradan 100° 35° Bujur Timur, terletak pada ketinggian 100 – 250 m
dpl. Topografi di wilayah ini sebagian besar bergelombang ringan sampai datar.
Kemiringan berkisar antara 0 – 27 % ( 0 - 15° ). Sedangkan secara administrasi terletak
di Kecamatan Tandun Kab. Rokan Hulu merupakan bagian dari kawasan Hutan
Lindung Bukit Suligi. KHDTK Hutan Pendidikan Bukit Suligi pada Bagian Utara
berbatasan dengan lahan dan perumahan Transmigrasi, Sebelah Barat berbatasan
dengan Hutan Lindung Bukit Suligi, sebelah Timur berbatasan dengan Perkebunan Inti
Rakyat Sei Tapung dan Hutan Lindung Bukit Suligi dan sebelah Selatan berbatasan
dengan Perkebunan Inti Rakyat Sei Siasam. Jarak dari Kampus Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru sekitar ± 125 Km dengan jarak tempuh
sekitar ± 3 jam perjalanan darat.

Gambar 5. Peta KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi

Sarana prasarana yang ada di KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi diantaranya adalah
fasilitas kampus berupa asrama, ruang kelas, demplot-demplot yang ditunjang sarana
pendukung lainnya berupa kendaraan lapangan termasuk pengembangan dan
pemeliharaan aksesibilitas kawasan berupa jalan dan jembatan.

74
Berdasarkan peta tanah ekplorasi tahun 1978 dengan Skala 1 : 100.000 pada
KHDTK Hutan Pendidikan Bukit Suligi terdapat jenis tanah Podsolik merah kuning
dengan bahan induk batuan serta berfisiografi instrusi dan podsolik merah kuning.
Jumlah curah Hujan rata-rata 2.280 mm/tahun. Suhu rata-rata maksimum 33° c dan
minimum 21° c. Kelembaban udara relatif berkisar antara 83 – 86 %, sedangkan angin
umumnya bertiup dari arah barat dengan kecepatan 20 – 30 km/jam. KHDTK Hutan
Pendidikan Bukit Suligi sebagai hulu Sungai Saiyus, Merpati dan Poimbaran yang
mengalir ke arah Timur dan merupakan hulu anak Sungai Tapung kiri serta hulu anak
Sungai Sei Asam.
Persemain Hutan Pendidikan Bukit Suligi memiliki 28 bedeng semai dengan
kapasitas ±42.000 bibit. Selain bedeng semai Hutan Pendidikan Bukit Suligi juga
memiliki bedeng sungkup. Guna memenuhi kebutuhan bibit tanaman hutan,
persemaian yang ada di KHDTK Hutan Diklat Bukit Suligi memanfaatkan beberapa
tanaman induk yang dapat digunakan sebagai sumber benih yang terdapat di
Arboretum Hutan Pendidikan Bukit Suligi maupun hutan sekunder yang masih terjaga
keragaman jenis pohonnya, antara lain; Keruing (Dipterocarpus Sp), Kapur
(Dryobalanops Sp), Meranti (Shorea Sp) Gaharu (Aqularia microcarpa) dan lainnya.
Arboretum Hutan Pendidikan Bukit Suligi berada di lokasi kantor Sarana Hutan
Pendidikan. Arboretum Hutan Pendidikan memiliki luas ± 3 ha dengan jumlah
tanaman sebanyak ± 120 jenis yang terdiri dari kelompok meranti, kayu afrika, gaharu,
kayu putih, kapur, medang, dan matoa.

Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru Menyelenggarakan


Tugas dan Fungsi sebagai berikut:
Penyelenggaraan Diklat merupakan salah satu pendukung sasaran strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Oleh karena itu, Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru mengacu pada arah dan strategi
pembangunan LHK dalam peningkatan dan pengembangan kompetensi yang telah
ditetapkan sebagai sasaran utama Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dalam upaya mendukung program dan kegiatan
yang telah ditetapkan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru akan
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan dan sasaran, Berangkat
dari hal tersebut juga, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Rencana
Strategis Badan P2SDM mempunyai sasaran program yaitu “Meningkatnya daya
saing Sumber Daya Manusia Lingkungan Hidup dan Kehutanan” dengan sasaran
program sebagaimana berikut :
75
Bidang Perencanaan
Melaksanakan
Diklat Teknis Bidang Pemanfaatan Hutan
Kehutanan, dan
Bidang Rehabilitasi
Diklat Teknis
Administrasi Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Kehutanan Bidang Administrasi Kehutanan

Melaksanakan Diklat Pembentukan dan Penjenjangan Fungsional


Diklat Fungsional
Kehutanan

- Melaksanakan Diklat Teknis Kehutanan bagi Masyarakat (non aparatur)


- Peningkatan Kapasitas tenaga kediklatan
- Pelaksanaan Tata Kelola Administrasi Kepegawaian
- Pelaksanaan Administrasi Keuangan
- Pelaksanaan pengembangan organisasi dan Institusi Kediklatan
- Pelaksanaan penataan barang pendukung kediklatan

- LKJ

Pelaksanaan - Laporan Berkala (Bulanan, Triwulan semester dan


monitoring,
tahunan). Evaluasi dan
pelaporan.
- Laporan Diklat dan statistik

- Laporan Evaluasi Diklat

- Pelaksanaan penataan arsip ketatausahaan, penyelenggaraan Diklat dan Hutan Diklat


- Pelaksanaan pembayaran gaji/honor/tunjangan

Perencanaan Pengelolaan Hutan Diklat


Pengelolaan Pengadaan, Pemanfaatan, Pemeliharaan sarpras praktek
kawasan
diklat dan pendukungnya
hutan
Perlindungan dan Pengamanan hutan diklat

- Kerjasama dengan pihak lain


76
Peningkatan - Pengadaan Sarpras Kediklatan
pemeliharaan - Pengadaan Gedung/Bangunan Perkantoran
dan
pengadaan
- Pengadaan buku perpustakaan
fasilitas diklat - Kegiatan operasional dan pemeliharaan perkantoran
kehutanan

Meningkatkan
-Penyusunan Renstra, Renja, RKAKL dan POK
Perencanaan
Diklat
-identifikasi kebutuhan diklat

Penerbitan majalah/buletin
Pelaksanaan
kegiatan publikasi
Penerbitan Leaflet/Booklet/

dan layanan Pembuatan poster/banner

informasi
kediklatan - Penyusunan Modul Diklat
Pelaksanaan - Pembuatan kurikulum dan silabus diklat
penyusunan - Penyempurnaan kurikulum dan silabus diklat
materi dan
teknologi - Pembuat alat bantu elektronik/panduan praktek
kediklatan - Pengembangan Kerjasama Diklat
- Pengembangan Tegulasi/Pedoman Penyelenggaraan Diklat

Sesuai tugas dan fungsi organisasi Balai Diklat LHK Pekanbaru, maka aktivitas
kegiatan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang akan dilaksanakan di
UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama periode Tahun 2020 –
2024 ditampung dalam rancangan Program dari Eselon I yang diimplementasikan
dalam indikator kerja utama program. Guna mendukung tercapainya sasaran Program
tersebut di atas, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru didukung 6
kegiatan, yang masing-masing kegiatan menggambarkan tugas dan fungsi dari masing-
masing bidang Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru. Adapun 6
(enam) kegiatan dimaksud sebagaimana Gambar 6.

77
Gambar 6. Kegiatan Lingkup Balai Diklat LHK Pekanbaru

B. Struktur Organisasi Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Pekanbaru

Gambar 7. Struktur Organisasi Balai Diklat LHK Pekanbaru

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat,


kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga. Seksi Penyelenggaraan
dan Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melakukan identifikasi
kebutuhan diklat (IKD), penyusunan rencana, program dan anggaran pendidikan dan
pelatihan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan pelaksanaan kerjasama

78
pendidikan dan pelatihan. Seksi Sarana dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan
mempunyai tugas melakukan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dan
pelatihan, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pendidikan dan pelatihan
serta pelaksanaan pelayanan data dan informasi di bidang pendidikan dan pelatihan.

Didalam Upaya peningkatan disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) KLHK


Lingkup Pekanbaru akan menerapkan sistem absensi dengan menggunakan
perangkat khusus dengan aplikasi Sikadir KLHK.

Cara penggunaan portal sikadir yaitu:


1. Login dengan menggunakan link http://sikadir.menlhk.go.id/
2. Pilih menu sesuai tempat ASN bekerja seperti SETJEN, BP2SDM, PSKL,
PHPL, GAKKUM, ITJEN, DLL
3. Setelah memilih menu tersebut, didalam form login masukkan NIP dan
Password serta kode captcha.
4. Setelah login, terdapat menu Presensi Online, History Presensi, Tukin Individu,
serta Laporan Harian.
5. Silahkan isi sesuai keperluan seperti mengabsen pada pagi hari sebelum 07.30
WIB dan absen pulang sesudah jam 16.00 WIB, serta mengisi laporan harian
pegawai.

C. Sistem dan Prosedur Kerja serta Tata Nilai Organisasi


Secara kedinasan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru
adalah Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dimana Personil, Prasarana, Sarana dan Dokumen merupakan tanggung jawab
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.18/MENLHK- II/2015). Sistem dan prosedur kerja Balai
Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru masih berpedoman kepada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor :
P.16/menlhk-II/setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P. 9/menlhk /setjen/kum.1/3/2019 tanggal 18
Maret 2019 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil
Negara dan Non Aparatur Sipil Negara di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Peraturan Kepala Pusat Diklat Kehutanan tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Diklat, Petunjuk Teknis Identifikasi Kebutuhan Diklat dan Petunjuk

79
Teknis Evaluasi Pasca Diklat serta Petunjuk Teknis tentang Pengelolaan Hutan
Diklat.
Sedangkan Tata nilai yang merupakan seperangkat nilai yang harus dijunjung tinggi
oleh seluruh unsur organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing,
dimana Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru menganut nilai
luhur yang diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan tugas
dan fungsi organisasi. Nilai luhur dimaksud sebagaimana Permen
LHK No. P.64/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Kode Etik Revolusi
Mental Aparatur Sipil Negara Lingkup KLHK, yaitu integritas, etos kerja dan gotong
royong. Dengan nilai-nilai yaitu; Disiplin, Jujur, Ikhlas, Profesional, Tanggung Jawab,
dan Kerjasama.

D. Visi, Misi, Tujuan & Sasaran Strategis


Visi pembangunan dari Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi
tersebut dijabarkan dalam tujuh agenda Prioritas Nasional (PN) atau Agenda
Pembangunan (AP) RPJMN 2020-2024 yang terdiri dari:
 Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas.
 Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pemerataan.
 Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing.
 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan.
 Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar.
 Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan
Perubahan Iklim.
 Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik.

 Visi Presiden Republik Indonesia yang diagendakan melalui sembilan program


pembangunan dijabarkan dalam Sembilan Misi (NAWACITA II) Presiden
Republik Indonesia yang terdiri dari:
 Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia.
 Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri,dan Berdaya Saing.
 Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan.
 Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.
 Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa.
80
 Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya.
 Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga.
 Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya.
 Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Visi Kementerian LHK : ” Terwujudnya Keberlanjutan Sumberdaya Hutan dan
Lingkungan Hidup Untuk Kesejahteraan Masyarakat”
Misi Kementerian LHK :
 Mewujudkan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya hutan dan lingkungan
hidup yang berkelanjutan
 Mewujudkan masyarakat sejahtera, maju dan berdaya saing Tujuan Kementerian
LHK :
 Meningkatkan pengamanan dan kelestarian sumberdaya hutan beserta
keanekaragaman hayati untuk menjamin pertumbuhan dan keberlanjutan usaha
kehutanan
 Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pencemaran, kerusakan
lingkungan hidup serta dampak perubahan iklim
 Mengoptimalkan pengelolaan dan distribusi manfaat hutan yang berkeadilan
untuk kesejahteraan masyarakat

1. Tugas dan Fungsi Jabatan Peserta


Materi ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
peraturan perundang-undangan terkait jabatan peserta, tugas dan fungsi, standar
kompetensi, jenjang karier dan kepangkatan serta kegiatan pada jabatan peserta. Bapak
Prayitno, A.Md.. selaku Koordinator Bidang Keuangan memberikan bimbingan dan
penjelasan terkait tugas dan fungsi peserta.
A. Tugas dan Fungsi Verifikator Keuangan
Ikhtisiar jabatan verifikator keuangan yaitu menerima dan
mencocokkan/Mengoreksi/menganalisa/mengamati ataupun memverifikasi bukti-
bukti/Dokumen yang terkait dengan laporan kegiatan ataupun hal-hal pengeluaran
untuk diperiksa/diteliti apakah telah sesuai dengan peruntukkannya.
Pengujian SPP beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh PPK, meliputi:
 Kelengkapan dokumen pendukung SPP
 Kesesuaian penandatangan SPP dengan specimen tanda tangan PPK;
81
 Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran
Satker;
 Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
 Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan
pembayaan belanja pegawai;
 Kebenaran formal dokumen/surat/bukti-bukti sah yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa
 Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan dengan
perjanjian/kontrak/surat keputusan;
 Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban dibidang perpajakan dari pihak
yang mempunyai hak tagih;
 Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada Negara oleh pihak
yang mempunyai hak tagih kepada Negara;
 Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
Adapun uraian tugas verifikator keuangan adalah sebagai berikut:
 Menerima, menyortir dan memeriksa bukti pengeluaran dan penerimaan untuk
disusun sesuai dengan mata anggaran agar mempermudah dalam pemeriksaan.
 Memeriksa usulan rincian kegiatan apakah telah sesuai dengan mata anggaran
 Memeriksa kesesuaian administrasi pembayaran sesuai dengan prosedur agar tidak
terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya.
 Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan verifikasi keuangan berdasarkan prosedur
dan ketentuan yang berlaku sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

Fungsi Verifikator yaitu:


- Verifikator Keuangan bertanggung jawab atas Laporan SPJ agar tidak ada terjadi
kesalahan dalam melakukan pencairan anggaran.

Seorang verifikator keuangan dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada


Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No.
1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Peraturan
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.1/SETJEN/ROKEU/KEU.1/10/2021 Tentang Pedoman Standar Biaya Kegiatan

82
Tahun Anggaran 2022, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012
Tentang Perjalanan Dinas dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pengawai Negeri, dan
Pengawai tidak Tetap. Dalam melaksanakan tugasnya, verifikator keuangan harus
memahami standar biaya kegiatan yang berfungsi sebagai batas tertinggi, standar biaya
kegiatan yang berfungsi sebagai batas estimasi, standar biaya masukan kegiatan
lingkup Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.

C. HAMBATAN DAN TANTANGAN


Hambatan dan tantangan yang pada yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan
penguatan kompetensi teknis bidang tugas adalah penyesuaian jadwal kegiatan dengan
pembimbing/pengampu berhubung pembimbing/pengampu ada yang melaksanakan
dinas luar. Tangtangan yang dihadapi peserta harus aktif dalam menyesuaikan jadwal
sehingga materi PKTBT dapat tersalurkan dengan baik dan lancar.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Dari pelatihan ini peserta dapat mendapat pengetahuan dan ketrampilan yang
bersifat administratif meliputi pengelolaan kepegawaian, tata naskah dinas, pengelolaan
keuangan dan BMN serta yang bersifat substantif yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan tugas di Balai Diklat Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Pekanbaru.

3.2. Saran
1. Waktu yang diberikan kepada satker untuk mempersiapkan pelatihan lebih panjang
sehingga pelatihan PKTBT lebih berkualitas.
2. Pengadaan modul pelatihan PKTBT untuk pembina ataupun peserta sehingga
memudahkan pemateri dan peserta.

83
LAMPIRAN

84
LAMPIRAN 1. JURNAL KEGIATAN

85
LAMPIRAN 2. PKTBT DI PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN

86
LAMPIRAN 3. PKTBT DI TATA NASKAH DINAS

LAMPIRAN 4. PKTBT DI PENGELOLAAN KEUANGAN

87
LAMPIRAN 5. PKTBT DI PENGELOLAAN BMN

LAMPIRAN 6. PKTBT DI WIDYAISWARA

88
LAMPIRAN 7. PKTBT DI SEKSI PENYELENGGARAAN DAN KERJASAMA DIKLAT

LAMPIRAN 8. PKTBT DI SEKSI SARANA EVALUASI DAN PELAPORAN DIKLAT

89
LAMPIRAN 9. PEMAPARAN HASIL PKTBT DAN PENUTUPAN PKTBT

90
91

Anda mungkin juga menyukai