Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KEGIATAN

PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG TUGAS


CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TAHUN 2021

OLEH:

RODHEARDO ISMAIL
NIP 200007312022011003

DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan
Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun
2022

Disahkan:
Jakarta, 27 Mei 2022
NIP. 19691225 199503 2 001
Disusun oleh
Pelaksana kegiatan
Disahkan oleh
Direktur Pengendalian Pencemaran
Air

Rodheardo Ismail
NIP. 20000731 202201 1 003

Dra. CH. Nety Widayati, MT

-i-
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah swt. atas limpahan karunia yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan
pelatihan “Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas Calon Pegawai
Negeri Sipil Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2021”.
Dalam proses penyelesaian laporan ini, penulis telah
mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, terima kasih disampaikan kepada para pihak yang telah
membantu hingga penyusunan laporan ini dapat diselesaikan.
Penulis percaya bahwa masih terdapat kekurangan di dalam
laporan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan.

Rodheardo Ismail

- ii -
DAFTAR ISI
halaman
LAPORAN KEGIATAN....................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
i KATA PENGANTAR ...........................................................................................
ii DAFTAR ISI .........................................................................................................
iii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
iv BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................... 1 A.
Latar Belakang........................................................................................... 1 B.
Maksud Dan Tujuan.................................................................................. 2 BAB
II PELAKSANAAN KEGIATAN PKTBT................................................. 3 A.
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 3 B.
Kegiatan Per Mata Pelatihan ................................................................ 4 1.
Teknis Administratif................................................................................... 4 a.
Pengelolaan Kepegawaian.......................................................................... 4 b.
Tata Naskah Kedinasan ............................................................................ 9 c.
Pengelolaan Keuangan ........................................................................... 18 d.
Pengelolaan BMN...................................................................................... 25 2.
Teknis Substantif...................................................................................... 28 a.
Tugas dan Fungsi Organisasi ................................................................... 28 b.
Tugas dan Fungsi Jabatan Pengelola Keuangan.................................. 32 C.
Hambatan Dan Tantangan..................................................................... 34 BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35 A.
Kesimpulan............................................................................................... 35 B.
Saran ......................................................................................................... 35
LAMPIRAN.......................................................................................................... 38

- iii -
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pelaksanaan Kegiatan ................................................................
38 Lampiran 2. Jurnal
Kegiatan............................................................................. 38
- iv -
-1-

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan
dalam mengelola kepemerintahan yang bersih, berdedikasi dan
berwibawa. Sejumlah keputusan strategis mulai dari merumuskan
kebijakan sampai pada implementasi kebijakan dalam berbagai sektor
pembangunan dilaksanakan oleh PNS. Untuk memainkan peranan
tersebut, diperlukan sosok PNS yang profesional yang mampu
memenuhi standar kompetensi jabatannya sehingga mampu
melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat
membentuk sosok PNS profesional perlu dilaksanakan pembinaan
melalui jalur pelatihan yang terintregasi sebagaimana amanat Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 63 ayat (3) dan (4).
Pelatihan yang terintregasi ini bertujuan untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab,
dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang yang
diselenggarakan dengan memadukan pembelajaran klasikal dan non
klasikal di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta mampu
menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta
membuat menjadi kebiasaan dan merasakan manfaatnya, sehingga
terpatri dalam dirinya sebagai karakter yang profesional.
Dengan pelatihan dasar diharapkan dapat menghasilkan PNS
profesional yang berkarakter dalam melaksanakan tugas dan
jabatannya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik, dan
perekat dan pemersatu bangsa.
Kompetensi yang ingin dicapai dalam Pelatihan Dasar Calon PNS
ini adalah kompetensi PNS sebagai pelayan masyarakat yang
profesional, yang salah satunya diindikasikan dengan kemampuan
menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai
bidang tugas.
Agar penguasaan kompetensi teknis sebagaimana tersebut di atas
dapat tercapai maka perlu diselenggarakan Pelatihan Penguatan
Kompetensi Teknis Bidang Tugas pada Pelatihan Dasar Calon PNS
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
-2-

B. Maksud Dan Tujuan


Maksud dari diselenggarakan pelatihan ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan penguatan kompetensi teknis bidang tugas bagi CPNS yang
merupakan bagian dari penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tujuan pelatihan ini adalah peserta memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang bersifat umum/administratif serta yang bersifat
spesifik/substantif/bidang yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya masing-masing.
-3-

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PKTBT

A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Tempat diselenggarakannya kegiatan PKTBT adalah di Direktorat Jenderal
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Pelatihan PKTBT ini
dilaksanakan dari 12 Mei - 23 Mei 2022, dengan gambaran jadwal pembelajaran
sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal pembelajaran PKTBT
No Tanggal Mata Pelatihan Waktu Kegiatan

1. 9 Mei 2022 Tugas dan 1 Hari 1. Penjelasan Tugas dan Fungsi


Fungsi (8 JP) Organisasi
Organisasi
2. Tugas Mandiri MP Tugas dan
Fungsi Organisasi

2. 10 – 11 Pengelolaan 1 Hari 1. Penjelasan Pengelolaan Kepegawaian


Mei 2022 Kepegawaian (8 JP)
2. Observasi/Praktik/Penugasan
MP Pengelolaan Kepegawaian

3. 12 – 20 Tata 1 Hari 1. Penjelasan Tata Naskah Kedinasan


Mei 2022 Naskah (8 JP) dan Observasi/Praktik/Penugasan MP
Kedinasan Tata Naskah Kedinasan

2. Observasi/Praktik/Penugasan MP
Tata Naskah Kedinasan

Pengelolaan 1. Penjelasan Pengelolaan BMN


BMN
2. Observasi/Praktik/Penugasan
MP Pengelolaan BMN

4. 23 – 24 Tugas dan 1 Hari 1. Penjelasan Tugas dan Fungsi


Mei 2022 Fungsi (8 JP) Jabatan Peserta dan
Jabatan Observasi/Praktik/Penugasan MP
Peserta Tugas dan Fungsi Jabatan Peserta

Pengelolaan 2. Penjelasan Pengelolaan Keuangan


Keuangan dan Observasi/Praktik/Penugasan MP
Pengelolaan Keuangan

5. 25 Mei 2022 IKLH 1 Hari 1. Penjelasan IKLH


(8 JP)

6. 27 – 30 Pelaporan 1 Hari Penyusunan Laporan dan Bahan


Mei 2022 (8 JP) Presentasi

7. 31 Mei 2022 Presentasi 1 Hari Presentasi Laporan PKTBT


Laporan (8 JP)
PKTBT

-4-

B. Kegiatan Per Mata Pelatihan

1. Teknis Administratif

a. Pengelolaan Kepegawaian
1) Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pengelolaan Kepegawaian
a) UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apartur Sipil Negara
b) PP Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil c)
PP Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
d) PP Nomor 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri Sipil
e) PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil f)
PP Nomor 15 Tahun 2019 Perubahan Kedelapan Belas Atas PP Nomor 7
Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
g) P. BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti PNS

2) Aparatur Sipil Negara (ASN)


Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah.
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
Pegawai ASN
a) Fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat
dan pemersatu bangsa.
b) Tugas melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c) Peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas
dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
-5-

3) Hak dan Kewajiban PNS


a) Hak
PNS berhak memperoleh: (1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; (2) cuti; (3)
jaminan pensiun dan jaminan hari tua; (4) perlindungan; dan (5)
pengembangan kompetensi.
b) Kewajiban
PNS berkewajiban: (1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; (2) menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa; (3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan
pejabat pemerintah yang berwenang; (4) menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan; (5) melaksanakan tugas kedinasan dengan
penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; (6)
menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan; (7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan (8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4) Tata Cara Pengajuan Cuti


Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu
tertentu.
a) Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti adalah PPK (Pejabat
Pembina Kepegawaian) yang terdiri atas:(1) menteri di kementerian,
termasuk Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia; (2) pimpinan lembaga di lembaga pemerintah non
kementerian, termasuk Kepala Badan Intelijen Negara dan pejabat lain
yang di tentukan oleh Presiden; (3) sekretaris jenderal di sekretariat
lembaga negara dan lembaga nonstruktural, termasuk Sekretaris
Mahkamah Agung; (4) gubernur di provinsi; dan (5) bupati/walikota di
kabupaten/kota. PPK dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya
kepada pejabat di lingkungannya untuk memberikan cuti.
b) Cuti terdiri atas:
(1) Cuti tahunan
Diberikan kepada PNS dan Calon PNS yang telah bekerja paling
kurang 1 (satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan.
Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
Permintaan cuti tahunan dapat diberikan untuk paling kurang 1 (satu)
hari kerja. Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan PNS atau Calon
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti. Berdasarkan
permintaan secara tertulis, pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti,
memberikan cuti tahunan kepada PNS atau Calon PNS yang
bersangkutan.
-6-

(2) Cuti besar


Diberikan kepada PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima)
tahun secara terus menerus berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga)
bulan. PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas
cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
(3) Cuti sakit
Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. (a) PNS
yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara
tertulis kepada atasan langsung dengan melampirkan surat
keterangan dokter.
(b) PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS
yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter.
(c) PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat
keterangan dokter pemerintah.
Surat Keterangan dokter paling sedikit memuat pernyataan tentang
perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain yang
diperlukan. Hak atas cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1
(satu) tahun.
(4) Cuti melahirkan
Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga
pada saat menjadi PNS berhak atas cuti melahirkan. Untuk kelahiran
anak keempat dan seterusnya kepada PNS diberikan cuti besar.
Cuti besar untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya berlaku
ketentuan sebagai berikut:
(a) permintaan cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan; (b)
mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 5 tahun
secara terus-menerus; dan
(c) lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti
melahirkan. Lamanya cuti melahirkan adalah 3 (tiga) bulan. (5) Cuti
karena alasan penting
PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila:
(a) ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia;
(b) salah seorang anggota keluarga meninggal dunia, dan menurut
peraturan perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal
dunia; atau
(c) melangsungkan perkawinan.
-7-

Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat Yang


Berwenang Memberikan Cuti paling lama 1 (satu) bulan.
(6) Cuti bersama;
Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama tidak
mengurangi hak cuti tahunan.
(7) Cuti di luar tanggungan negara.
PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di
luar tanggungan negara.
Alasan pribadi dan mendesak, antara lain sebagai berikut:
(a) mengikuti atau mendampingi suami/ isteri tugas negara/tugas
belajar di dalam/luar negeri;
(b) mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri;
(c) menjalani program untuk mendapatkan keturunan;
(d) mendampingi anak yang berkebutuhan khusus;
(e) mendampingi suami/isteri/anak yang memerlukan perawatan
khusus; dan atau
(f) mendampingi / merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur. Cuti di
luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga)
tahun.

5) Tata Cara Pengajuan Kenaikan Gaji Berkala


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang
Peraturan Gaji PNS sebagaimana telah diubah sebanyak delapan belas
kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2019, yang dimaksud
dengan Kenaikan Gaji Berkala adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada
PNS yang telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk
kenaikan gaji berkala dan mendapat penilaian pelaksanaan pekerjaan
dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya “cukup”.
Kenaikan gaji berkala untuk pertama kali bagi seorang PNS yang
diangkat dalam golongan I, II dan III diberikan setelah mempunyai masa
kerja 2 tahun sejak diangkat menjadi calon PNS dan selanjutnya 2 tahun
sekali, kecuali untuk PNS yang pertama kali diangkat dalam golongan II/a
diberikan kenaikan gaji berkala pertama kali setelah mempunyai masa
kerja 1 tahun dan selanjutnya setiap 2 tahun sekali.
Pemberian kenaikan gaji berkala tersebut dilakukan dengan surat
pemberitahuan oleh Kepala Kantor/satuan organisasi yang bersangkutan
atas nama pejabat yang berwenang dan diterbitkan 2 bulan sebelum
kenaikan gaji berkala itu berlaku.
-8-

Beberapa hal lain mengenai kenaikan gaji berkala adalah :


a) Apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum memenuhi
syarat, maka kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama untuk
waktu 1 tahun.
b) Apabila sehabis waktu penundaan tersebut Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan belum juga memenuhi syarat maka kenaikan
gaji berkalanya ditunda lagi tiap-tiap kali paling lama untuk 1 tahun.
c) Jika tidak ada alasan lagi untuk penundaan, maka kenaikan gaji
berkala tersebut diberikan mulai bulan berikutnya dari masa
penundaan itu.
d) Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat
keputusan pejabat yang berwenang.
e) Masa penundaan kenaikan gaji berkala dihitung penuh untuk
kenaikan gaji berkala berikutnya.

6) Tata Cara Pengajuan Kenaikan Pangkat dan Jabatan


Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan
kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi
kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap negara. Dengan
ketentuan, periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan pada
tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahun. Dengan masa kerja untuk
kenaikan pangkat pertama dihitung sejak pengangkatan sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil.
Kenaikan pangkat terdiri dari:
a) Kenaikan pangkat reguler adalah penghargaan yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan tanpa terikat pada jabatan.
Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang:
(1) melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu; dan
(2) dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi
induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
Kenaikan pangkat diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat
atasan langsungnya. Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan
setingkat lebih tinggi apabila:
(1) sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat
terakhir; dan
(2) setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
-9-

b) Kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan


yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil atas prestasi kerjanya
yang tinggi.
Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang:
(1) menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
(2) menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
dengan Keputusan Presiden;
(3) menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
(4) menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
(5) diangkat menjadi pejabat negara;
(6) memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah;
(7) melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
(8) telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan
(9) dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi
induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional
tertentu, dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih
tinggi, apabila:
(1) sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
(2) telah memenuhi angka kredit yang ditentukan; dan
(3) setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

b. Tata Naskah Kedinasan


1) Pengertian Naskah Dinas
Naskah dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi
kedinasan yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
di lingkungan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan.
Tata naskah dinas adalah penyelenggaraan komunikasi tulis yang
meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan,
distribusi dan penyimpanan naskah dinas, serta media yang digunakan
dalam komunikasi kedinasan.
- 10 -

2) Jenis-jenis Naskah Dinas


Jenis naskah dinas dibagi menjadi , yaitu:
a) Naskah Dinas Arahan
(1) Naskah Dinas Pengaturan (Peraturan, Pedoman, Petunjuk
Pelaksanaan, SOP, Surat Edaran)
(2) Naskah Dinas Penetapan (Keputusan, Penetapan angka Kredit)
(3) Naskah Dinas Penugasan (Instruksi, Surat Perintah, Surat Tugas) b)
Naskah Dinas Korespondensi
(1) Naskah Dinas Korespondensi Intern (Nota Dinas, Memorandum)
(2) Naskah Dinas Korespondensi Ekstern (Surat Dinas)
(3) Surat Undangan
c) Naskah Dinas Khusus
Surat Perjanjian, Surat Kuasa, Berita Acara, Surat Keterangan, Surat
Pengantar, Pengumuman, Surat Izin, Surat Panggilan, Surat
Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat
Pernyataan Menduduki Jabatan.
d) Laporan
Laporan adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang
pelaksanaan suatu kegiatan/kejadian.
e) Telaahan Staf
Telaahan Staf adalah bentuk uraian yang disampaikan oleh pejabat atau
staf yang memuat analisis singkat dan jelas mengenai suatu persoalan
dengan memberikan jalan keluar/pemecahan yang disarankan. f) Formulir
Formulir adalah bentuk pengaturan alokasi ruang atau lembar naskah
untuk mencatat berbagai data dan informasi. Formulir dibuat dalam
bentuk kartu atau lembaran tercetak dengan judul tertentu berisi
keterangan yang diperlukan.
g) Naskah Dinas Elektronik
Naskah Dinas Elektronik adalah naskah dinas berupa komunikasi
informasi yang dilakukan secara elektronis atau yang terekam dalam
multimedia elektronis. Ketentuan lebih lanjut tentang tata naskah dinas
elektronik diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
- 11 -

3) Format Naskah Dinas


Contoh format naskah dinas yang digunakan untuk menerangkan yaitu
surat tugas yang umumnya naskah dinas yang sering diterima pegawai
yang berisi penugasan untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh
atasan atau pejabat.
a) Pengertian
Surat tugas adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang
berwenang yang ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang
berisi penugasan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas
dan fungsi.
b) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Surat tugas dibuat dan ditandatangani oleh atasan atau pejabat yang
berwenang berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.
c) Susunan
(1) Kepala
Bagian kepala surat tugas terdiri dari :
(a) Kop naskah dinas, yang berisi lambang negara dan nama
jabatan (untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi
(untuk non pejabat negara), yang ditulis dengan huruf kapital
secara simetris;
(b) Kata “SURAT TUGAS”, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(c) Nomor, yang ditulis di bawah tulisan surat tugas.

Gambar 1. Kepala Surat

(2) Batang Tubuh


(a) Bagian batang tubuh surat tugas terdiri dari hal sebagai berikut
Konsiderans meliputi pertimbangan dan/atau dasar
pertimbangan memuat alasan ditetapkannya surat tugas, dasar
memuat ketentuan yang dijadikan landasan ditetapkannya surat
tugas tersebut.
(b) Diktum dimulai dengan frasa “Memberi Tugas”, yang ditulis
dengan huruf kapital dicantumkan secara simetris, diikuti kata
“Kepada” di tepi kiri serta nama dan jabatan pegawai yang
mendapat tugas. Di bawah kata kepada ditulis kata “Untuk”
disertai tugas-tugas yang yang harus dilaksanakan.
- 12 -

Gambar 2. Badan Surat


(3) Kaki
Bagian kaki surat tugas terdiri dari :
(a) Tempat dan tanggal surat tugas;
(b) Nama jabatan pejabat yang menandatangani, yang ditulis
dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya, dan
diakhiri dengan tanda baca koma;
(c) Tanda tangan pejabat yang menugasi;
(d) Nama lengkap pejabat yang menandatangani surat tugas, yang
ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya; (e) Cap
dinas.

Gambar 3. Kaki Surat

(4) Distribusi dan Tembusan


(a) Surat tugas disampaikan kepada yang mendapat tugas. (b)
Tembusan surat tugas disampaikan kepada pejabat/instansi yang
terkait.
(5) Hal yang perlu diperhatikan
(a) Bagian konsiderans memuat pertimbangan atau dasar. (b) Jika
tugas merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yang ditugasi
dimasukkan ke dalam lampiran yang terdiri dari kolom nomor urut,
nama, pangkat, NIP, jabatan, dan keterangan. (c) Surat tugas tidak
berlaku lagi setelah tugas yang termuat selesai dilaksanakan.
- 13 -

4) Penyusunan Naskah Dinas


a) Persyaratan Penyusunan
Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas,
padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam
penyusunannya perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut : (1)
Ketelitian
ketelitian dan kecermatan, dilihat dari bentuk, susunan pengetikan,
isi, struktur, kaidah bahasa, dan penerapan kaidah ejaan di dalam
pengetikan.
(2) Kejelasan
memperlihatkan kejelasan, aspek fisik, dan materi.
(3) Singkat dan Padat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
(4) Logis dan Meyakinkan
Struktur kalimat harus lengkap dan efektif sehingga memudahkan
pemahaman penalaran bagi penerima naskah dinas.
(5) Pembakuan
harus taat mengikuti aturan yang baku yang berlaku sesuai dengan
tujuan pembuatan
b) Nama Instansi/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas
Untuk memberikan identifikasi pada naskah dinas, pada halaman
pertama naskah dinas dicantumkan Kepala Naskah Dinas yaitu nama
jabatan atau nama instansi. Kepala nama jabatan digunakan untuk
mengidentifikasi bahwa naskah dinas ditetapkan oleh pejabat negara,
sedangkan kepala nama instansi digunakan untuk mengidentifikasi
bahwa naskah dinas ditetapkan oleh pejabat yang bukan pejabat
negara.
Pencantuman Kepala Naskah Dinas adalah sebagai berikut
: (1) Nama jabatan
Kertas dengan kepala nama jabatan dan lambang negara digunakan
untuk naskah dinas yang ditandatangani sendiri oleh pejabat negara.
Kepala nama jabatan berturut-turut terdiri dari gambar lambang negara
dan nama jabatan yang seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dicetak
di atas secara simetris. Perbandingan ukuran lambang negara dengan
huruf yang digunakan hendaknya serasi dan sesuai dengan ukuran
kertas.
(2) Nama instansi/Unit Organisasi
Kertas kepala nama instansi dan logo instansi serta alamat yang
digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani pejabat yang
berwenang. Kepala nama instansi ditulis dengan hutuf kapital. Bagi
instansi yang telah memiliki sertifikat ISO dapat mencantumkan di
sebelah kanan atas pada kepala naskah dinas.
- 14 -

c) Penomoran Naskah Dinas


Nomor pada naskah dinas merupakan segmen penting dalam
kearsipan. Oleh karena itu susunannya harus dapat memberikan
kemudahan penyimpanan, temu balik, dan penilaian arsip.
Susunan penomoran naskah dinas Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan secara umum terdiri dari :
(1) Kode jenis naskah dinas
Kode jenis naskah dinas Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
(2) Nomor naskah dinas
Nomor urut naskah dinas dipisahkan berdasarkan jenis naskah
dinas dan dibuat secara berurutan dalam satu tahun takwim.
(3) Kode jabatan penandatangan naskah dinas
Kode jabatan penandatangan naskah dinas Unit Eselon I dan
Eselon II (Pusat) lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. (4) Kode unit pengolah
Kode unit pengolah Unit Eselon I dan Eselon II (Pusat) lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kode unit pengolah
yang dicantumkan pada nomor naskah dinas adalah kode dari Unit
Pengolah satu jenjang di bawah jabatan penandatangan naskah
dinas.
(5) Kode Klasifikasi Arsip
Kode klasifikasi penyimpanan arsip tingkat sekunder/sub masalah
diatur sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(6) Kode pengamanan surat yang bersifat rahasia (jika ada)
(7) Bulan diterbitkan naskah dinas
(8) Tahun diterbitkan naskah dinas
Naskah Dinas Yang Ditandatangani Oleh Pimpinan
Instansi S. XXX/MENLHK/SETJEN/KKA/RHS/BLN/THN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Naskah Dinas Yang Ditandatangani Oleh Pejabat Di Bawah Pimpinan


Instansi (Atas Nama)
S. XXX/MENLHK-SETJEN/ROCAN/KKA/RHS/BLN/THN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

d) Nomor Halaman
Nomor halaman naskah ditulis dengan menggunakan nomor urut
angka dan dicantumkan secara simetris di tengah atas dengan
membubuhkan tanda hubung (-) sebelum dan setelah nomor, kecuali
halaman pertama naskah dinas yang menggunakan kop naskah dinas,
tidak perlu mencantumkan nomor halaman.
- 15 -

e) Penggunaan Huruf
Naskah dinas menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran 12,
sedangkan naskah dinas pengaturan diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
f) Ruang Tanda Tangan
(1) Ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelah
baris kalimat terakhir.
(2) Nama jabatan diletakkan pada baris pertama tidak disingkat. (3)
Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat paragraf. (4) Nama
pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifat
mengatur ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yang
menandatangani naskah dinas yang bersifat tidak mengatur ditulis
dengan huruf awal kapital.
(5) Jarak ruang antara tanda tangan dan tepi kanan kertas adalah ± 3
cm, sedangkan untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang. g)
Penentuan Batas/Ruang Tepi
(1) ruang tepi atas
apabila menggunakan kop naskah dinas 2 spasi di bawah kop dan
apabila tanpa kop naskah dinas sekurangkurangnya 2 cm dari tepi
atas kertas
(2) ruang tepi bawah
sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawah kertas
(3) ruang tepi kiri
sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri kertas
(4) ruang tepi kanan
sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas.
h) Kertas
(1) Naskah dinas menggunakan kertas jenis HVS 80 gram. (2) Naskah
dinas yang mempunyai nilai kegunaan dalam waktu lama
menggunakan kertas jenis HVS lebih dari 80 gram atau kertas jenis lain
yang memiliki nilai keasaman tertentu serendahrendahnya harus
menggunakan kertas dengan nilai keasaman (PH) 7.
(3) Naskah dinas perjanjian luar negeri menggunakan kertas yang
ditetapkan oleh Kementerian Luar Negeri.
(4) Surat Dinas yang asli menggunakan kertas berwarna putih dengan
kualitas terbaik white bond.
(5) Kertas yang digunakan untuk naskah dinas korespondensi adalah
A4 yang berukuran 297 x 210 mm (81/4 x 113/4 inci). Di samping
kertas A4, untuk kepentingan tertentu dapat digunakan kertas
dengan ukuran berikut : A3 kuarto ganda (297 x 420 mm); A5
setengah kuarto (210 x 148 mm); Folio (210 x 330 mm); Folio ganda
(420 x 330 mm).
- 16 -

i) Sampul/Amplop Surat
(1) Sampul/amplop naskah dinas lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan adalah empat persegi panjang dengan salah
satu ujungnya terbuka.
(2) Ukuran sampul/amlop naskah dinas dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam :
(a) Ukuran besar : 37,5 x 28 cm
(b) Ukuran sedang : 30,5 x 21 cm dan 25 x 19 cm
(c) Ukuran kecil : 24 x 10,5 cm
(3) Kertas untuk pembuatan sampul/amplop naskah dinas ukuran besar
dan ukuran sedang mempergunakan kertas tahan lama (bond)
dengan warna coklat muda. Sedang untuk sampul/amplop dinas
kecil dapat dipakai kertas manila atau kertas payung dengan warna
coklat muda. Khusus untuk naskah dinas Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dan pejabat Eselon I (atas nama Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan) digunakan kertas manila warna
putih.
j) Susunan Surat Dinas
(1) Kop Surat
Kop surat mengidentifikasi nama jabatan atau nama instansi
pembuat surat dan alamat
(2) Tanggal Surat
Tanggal surat ditulis dengan tata urut sebagai berikut :
(a) Tanggal ditulis dengan angka;
(b) Bulan ditulis lengkap;
(c) Tahun ditulis lengkap empat digit dengan angka.
(3) Hal Surat
Hal surat adalah materi pokok surat yang dinyatakan dengan
kelompok kata singkat tetapi jelas. Hal perlu dicantumkan dengan
alasan berikut :
(a) Menyampaikan penjelasan singkat tentang materi yang
dikomunikasikan dan menjadi rujukan dalam komunikasi; (b)
Memudahkan identifikasi;
(c) Memudahkan pemberkasan dan penyimpanan surat.
(4) Alamat Surat
(a) Surat dinas ditujukan kepada nama jabatan pimpinan dari
instansi pemerintah yang dituju. Surat dinas tidak dapat
ditujukan kepada identitas nama individu dan nama instansi.
(b) Surat dinas yang ditujukan kepada pejabat negara ditulis
dengan urutan sebagai berikut :
i. nama jabatan;
ii. jalan;
iii. kota;
iv. kode pos.
- 17 -

(5) Spasi Surat


Isi surat dinas diketik 1 spasi dan diberi jarak 1,5 - 2 spasi di
antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya. Surat
yang terdiri atas 1 paragraf jarak antar barisnya adalah 2 spasi.
Pemagrafan ditandai dengan ± 6 ketuk atau spasi.
(6) Warna Tinta
Tinta yang digunakan untuk surat-menyurat berwarna hitam,
sedangkan untuk penandatanganan surat berwarna hitam atau
biru tua.
(7) Salinan
Salinan surat dinas hanya diberikan kepada yang berhak dan
terdapat pada tembusan surat, yaitu salinan surat yang
disampaikan kepada pejabat yang terkait.
(8) Tingkat Keamanan
(a) Sangat Rahasia disingkat (SR)
(b) Rahasia disingkat (R)
(c) Biasa disingkat (B)
(d) Surat yang mengandung materi dengan tingkat keamanan
tertentu (Sangat Rahasia dan Rahasia) harus dijaga
keamanannya dalam rangka keamanan dan keselamatan
negara. Tanda tingkat keamanan ditulis dengan cap (tidak
diketik) berwarna merah pada bagian atas dan bawah setiap
halaman surat dinas. Jika Surat Dinas tersebut disalin, cap
tingkat keamanan pada salinan harus dengan warna yang
sama dengan warna cap pada surat asli.
(9) Kecepatan Penyampaian
(a) Amat segera/kilat adalah surat dinas yang harus diselesaikan/
disampaikan pada hari yang sama dengan batas waktu 24
jam.
(b) Segera adalah surat dinas yang harus diselesaikan/
disampaikan dalam batas waktu 2 x 24 jam.
(c) Biasa adalah surat dinas yang harus diselesaikan/
disampaikan menurut urutan yang diterima oleh bagian
pengiriman.

5) Kewenangan Pejabat Penandatangan Naskah Dinas


a) Pejabat Eselon III Daerah (Kepala UPT) atas wewenang jabatannya
menandatangani naskah dinas berupa :
(1) Surat Keputusan yang (6) Surat Perjanjian;
bersifat intern; (7) Berita Acara; (8)
(2) Surat Dinas; Surat Keterangan; (9)
(3) Memorandum; Surat Pengantar; (10)
(4) Nota dinas; Laporan;
(5) Surat Undangan; (11) Pengumuman.
- 18 -

b) Pejabat Eselon IV (Kepala Sub Bagian / Kepala Seksi / Kepala Sub


Bidang) atas wewenang jabatannya dapat menandatangani naskah
dinas berupa :
(1) Nota Dinas; (5) Surat Keterangan;
(2) Memorandum; (6) Surat Pengantar;
(3) Surat Undangan; (7) Laporan;
(4) Berita Acara; (8) Telaahan Staf.
c) Dalam hal Pejabat Eselon IV (Kepala Seksi) yang berkedudukan jauh
dari Pejabat Eselon III, selain menandatangani naskah dinas tersebut
angka 7, dapat menandatangani surat dinas dengan tembusan kepada
Pejabat Eselon III yang bersangkutan.

c. Pengelolaan Keuangan
1) Peraturan Perundangan Terkait Pengelolaan Keuangan
a) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b) PermenKeu Nomor 113 PMK 05 Tahun 2012 tentang Perjalanan Dinas
Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai
Tidak Tetap
c) PermenKeu Nomor 190 PMK 05 tahun 2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
d) PermenLHK Nomor P.37 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan
Pejabat Perbendaharaan Dan Mekanisme Pengujian Keuangan Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
e) Persetjen menLHK Nomor P.4 Tahun 2018 tentang Pedoman Standar
Biaya Kegiatan Tahun Anggaran 2019 Lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan

2) Struktur dan Mekanisme Pengelolaan Keuangan


Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada:
a) Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
b) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
c) Gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d) tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara
lain mengeluarkan dan mengedarkan uang.
- 19 -

a) Struktur Pejabat Perbendaharaan tingkat satker terdiri


dari: (1) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Pejabat yang memperoleh Kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab Penggunaan Anggaran
pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
(2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
pejabat yang melaksanakan kewenangan PA atau KPA untuk
mengambil dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran atas beban APBN.
(3) Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM);
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan
pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah
pembayaran.
(4) Bendahara Penerimaan; dan
(5) Bendahara Pengeluaran.
orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada Kantor
atau Satker lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
b) Ketentuan terkait Pejabat Perbendaharaan
(1) KPA dan Bendahara Pengeluaran termasuk Bendahara
Pengeluaran Pembantu ditetapkan dengan Keputusan Menteri; (2)
Keputusan Menteri selain menetapkan KPA dan Bendahara
Pengeluaran, juga memuat antara lain Pelimpahan kepada KPA untuk
menetapkan PPK dan PP-SPM;
(3) Penetapan PPK dan PP-SPM dengan Keputusan KPA. Penetapan
PPK dan PP-SPM tidak terikat periode tahun anggaran.
(4) Jika tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai PPK
dan/atau PP-SPM pada saat pergantian periode tahun anggaran,
penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun yang lalu masih tetap
berlaku.
(5) Jika PPK atau PP-SPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan
dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK
atau PP-SPM pengganti dengan Keputusan KPA dan berlaku sejak
ditetapkan.

c) Mekanisme Pengelolaan Keuangan


Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan atau Satuan Kerja (Satker) serta disahkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan yang berfungsi
sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran Negara dan pencairan dana atas beban APBN serta
dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
- 20 -

(1) Pembuatan Komitmen


Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA
yang mengakibatkan pengeluaran negara dilakukan melalui
pembuatan komitmen. Pembuatan komitmen sebagaimana
dilakukan dalam bentuk:
(a) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa
Pembuatan Komitmen dalam bentuk perjanjian/kontrak untuk
pengadaan barang/jasa sampai dengan batas nilai tertentu
harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan menyantumkan bukti-bukti pembelian/pembayaran.
Ketentuan mengenai batas nilai tertentu mengikuti ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah.
Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat
dibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan, apabila
pelaksanaan pekerjaannya melebihi dari 1 (satu) tahun
anggaran dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
pejabat yang berwenang.
(b) Penetapan keputusan
Pembuatan komitmen dalam bentuk penetapan keputusan
yang mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk: i.
Pelaksanaan belanja pegawai;
ii. Pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara
swakelola;
iii. Pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran
honorarium kegiatan; atau
iv. Belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang
kepada penerima bantuan sosial.
Penetapan keputusan dilakukan oleh pejabat yang berwenang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pencatatan Komitmen
(a) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa
Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan
melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak yang
telah ditandatangani ke dalam suatu sistem yang disediakan
oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Alokasi dana yang
sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat
digunakan lagi untuk kebutuhan lain.
Pencatatan perjanjian/kontrak paling kurang meliputi data
sebagai berikut:
i. Nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi,
program, kegiatan, output, dan akun yang digunakan;
ii. Nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
- 21 -

iii. Nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat


oleh Satker;
iv. Uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
v. Data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam
perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan, alamat rekanan,
NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening penerima
pembayaran;
vi. Jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta
masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
vii. Ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
viii. Addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan
data pada perjanjian/kontrak tersebut; dan
ix. Cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
x. Sekaligus (nilai ... rencana bulan ...); atau
xi. Secara bertahap (nilai ... rencana bulan ...).
Data perjanjian/kontrak yang memuat informasi tersebut
disampaikan kepada KPPN secara langsung atau melalui e-mail
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya
perjanjian/kontrak.
(b) Penetapan keputusan
Pencatatan terhadap penetapan keputusan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Khusus untuk
pencatatan keputusan belanja pegawai dilakukan dalam hal
terdapat perubahan data pegawai pada penetapan keputusan
yang mengakibatkan pengeluaran negara untuk pelaksanaan
belanja pegawai sebagaimana dimaksud, PPABP mencatat
perubahan data pegawai tersebut ke dalam suatu sistem yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Perubahan data pegawai meliputi dokumen yang terkait
dengan:
i. Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai
negeri;
ii. Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri;
iii. Kenaikan/penurunan pangkat;
iv. Kenaikan/penurunan gaji berkala;
v. Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan;
vi. Mutasi Pindah ke Satker lain;
vii. Pegawai baru karena mutasi pindah;
viii. Perubahan data keluarga;
ix. Data utang kepada negara; dan/atau
x. Pengenaan sanksi kepegawaian.
Daftar perubahan data pegawai disampaikan kepada KPPN
paling lambat bersamaan dengan pengajuan SPM Belanja
Pegawai ke KPPN.
- 22 -

(3) Mekanisme Pembayaran


(a) Uang Persedian (UP)
UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan
operasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran
yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran
LS.
UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada
Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan
penggantiannya (revolving).
Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran
honorarium dan perjalanan dinas.
Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP
yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak
sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
i. Belanja Barang;
ii. Belanja Modal; dan
iii. Belanja Lain-lain.
Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP
kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
(b) Uang Langsung (LS)
Pembayaran LS ditujukan kepada:
i. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
ii. Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan
belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium,
dan perjalanan dinas atas dasar penetapan keputusan.
Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa
dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi: i. Surat
Keputusan;
ii. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
iii. Daftar penerima pembayaran; dan/atau
iv. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan
kegiatan yang membebani APBN diajukan dengan surat tagihan
oleh penerima hak kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah timbulnya hak tagih kepada negara.
Jika dalam 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih
kepada negara penerima hak belum mengajukan surat tagihan,
- 23 -

PPK harus segera memberitahukan secara tertulis kepada


penerima hak untuk mengajukan tagihan.
Jika setelah 5 (lima) hari kerja penerima hak belum
mengajukan tagihan, penerima hak pada saat mengajukan
tagihan harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada
PPK atas keterlambatan pengajuan tagihan tersebut.

3) Tata Cara Pertanggungjawaban Keuangan Suatu Kegiatan


a) Prinsip Perjalanan Dinas
Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip sebagai
berikut:
(1) selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan
prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; (2)
ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja
Kementerian Negara/Lembaga;
(3) efisiensi penggunaan belanja negara; dan
(4) akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan Dinas
dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.
b) Tujuan Perjalanan Dinas
(1) pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan
(2) rapat, seminar, dan sejenisnya
(3) Pengumandahan (Detasering)
(4) menempuh ujian dinas/ujian jabatan
(5) menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau
menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk, untuk
mendapatkan surat keterangan dokter tentang kesehatannya guna
kepentingan jabatan
(6) memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan dokter
karena mendapat cedera pada waktu/karena melakukan tugas (7)
mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan Majelis Penguji
Kesehatan Pegawai Negeri
(8) mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3
(9) mengikuti pendidikan dan pelatihan
(10) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah
Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dalam
melakukan Perjalanan Dinas atau dari Tempat Kedudukan yang
terakhir ke Kota tempat pemakaman.
- 24 -

c) Tahapan Perjalanan Dinas


(1) Surat Tugas
Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan
sesuai perintah atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat
Tugas. (2) Surat Perjalanan Dinas
Dalam hal berdasarkan Surat Tugas, dilakukan:
(a) Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; atau (b)
Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota lebih
dari 8 (delapan) jam, Surat Tugas dimaksud menjadi dasar
penerbitan SPD.
(3) Pembayaran Biaya
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas diberikan dalam batas pagu
anggaran yang tersedia dalam DIPA satuan kerja berkenaan.
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana SPD paling
cepat 5 (lima) hari kerja sebelum Perjalanan Dinas dilaksanakan.
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan melalui
mekanisme UP dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung (LS).
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS
dilakukan melalui:
(a) Perikatan dengan penyedia jasa;
(b) Bendahara Pengeluaran; atau
(c) Pelaksana SPD.
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP
dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPD
oleh Bendahara Pengeluaran. Pemberian uang muka berdasarkan
persetujuan pemberian uang muka dari PPK dengan melampirkan
dokumen sebagai berikut:
(a) Surat Tugas atau surat keputusan pindah
(b) fotokopi SPD
(c) kuitansi tanda terima uang muka dan
(d) rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas.
(4) Pelaksanaan Perjalan Dinas
(5) Pertanggungjawaban
Pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan
Perjalanan Dinas kepada pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas
kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah Perjalanan
Dinas dilaksanakan.
Pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan
melampirkan dokumen berupa:
(a) Surat Tugas yang sah dari atasan Pelaksana SPD
(b) SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di tempat
pelaksanaan Perjalanan Dinas atau pihak terkait yang menjadi
Tempat Tujuan Perjalanan Dinas
- 25 -

(c) tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti
pembayaran moda transportasi lainnya
(d) Daftar Pengeluaran Riil
(e) bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan dalam Kota
berupa kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan
oleh badan usaha yang bergerak di bidang jasa penyewaan
kendaraan dan
(f) bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya.
Dalam hal bukti pengeluaran transportasi dan/atau penginapan tidak
diperoleh, pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan
dapat hanya menggunakan Daftar Pengeluaran Riil

d. Pengelolaan BMN
1) Peraturan Perundangan Terkait Pengelolaan BMN
a) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
BMN/D
b) Permen Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 Tentang Penatausahaan
Barang Milik Negara
c) Permen LHK Nomor P.50 Tahun 2017 tentang Penatausahaan Barang
Milik Negara Lingkup Kementerian Lingkup Hidup dan Kehutanan 2)
Pengelolaan Barang Milik Negara
Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengelolaan Barang Milik Negara
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Pengelolaan Barang Milik Negara meliputi:
(1) Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran;
(2) pengadaan;
(3) Penggunaan;
(4) Pemanfaatan;
(5) pengamanan dan pemeliharaan;
(6) Penilaian;
(7) Pemindahtanganan;
(8) Pemusnahan;
(9) Penghapusan;
(10) Penatausahaan; dan
(11) pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
- 26 -

a) Pejabat Pengelola BMN


(1) Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalah
Pengelola Barang Milik Negara.
(2) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pimpinan Kementerian/Lembaga
adalah Pengguna Barang Milik Negara.
(3) Kepala kantor dalam lingkungan Kementerian/Lembaga adalah
Kuasa Pengguna Barang Milik Negara dalam lingkungan kantor
yang dipimpinnya.
b) Kuasa Pengguna Barang Milik Negara berwenang dan bertanggung
jawab:
(1) mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Negara untuk
lingkungan kantor yang dipimpinnya kepada Pengguna Barang; (2)
mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
(3) melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Negara yang
berada dalam penguasaannya;
(4) menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan
fungsi kantor yang dipimpinnya;
(5) mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada
dalam penguasaannya;
(6) mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna
Barang;
(7) menyerahkan Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang
dipimpinnya dan sedang tidak dimanfaatkan Pihak Lain, kepada
Pengguna Barang;
(8) mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna
Barang;
(9) melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan
Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya; dan (10)
menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa pengguna
semesteran dan laporan barang kuasa pengguna tahunan yang berada
dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang. c) Penatausahaan BMN
(1) Ruang Lingkup Penatausahaan BMN meliputi:
(a) pembukuan, yang terdiri atas kegiatan pendaftaran dan
pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang;
(b) inventarisasi, yang terdiri atas kegiatan pendataan, pencatatan,
dan pelaporan hasil pendataan BMN; dan
- 27 -

(c) pelaporan, yang terdiri atas kegiatan penyusunan dan


penyampaian data dan informasi BMN secara semesteran dan
tahunan
(2) Objek Penatausahaan BMN meliputi:
(a) semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara; dan
(b) semua barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah,
meliputi:
i. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang
sejenisnya;
ii. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan
perjanjian/kontrak;
iii. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
iv. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(3) Objek Penatausahaan BMN diklasifikasikan menjadi:
(a) aset lancar berupa barang persediaan
(b) aset tetap, meliputi:
i. tanah
ii. peralatan dan mesin
iii. gedung dan bangunan
iv. jalan, irigasi, dan jaringan
v. aset tetap lainnya dan
vi. konstruksi dalam pengerjaan dan
(c) aset lainnya, meliputi:
i. Aset kemitraan dengan pihak ketiga
Aset yang digunakan pada pemanfaatan BMN dan/atau
dihasilkan dari perjanjian pemanfaatan BMN dalam bentuk
Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), Bangun Guna Serah (BGS),
Bangun Serah Guna (BSG) atau bentuk pemanfaatan yang
serupa, antara Pengguna Barang dengan pihak lain yang
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau
hak usaha.
ii. Aset tak berwujud dan
Aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang/jasa atau digunakan untuk tujuan
lainnya, termasuk tetapi tidak terbatas pada hasil
kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang,
perangkat lunak (software) komputer, lisensi dan waralaba
(franchise), hak cipta (copyright), paten, dan hak atas
kekayaan intelektual lainnya.
- 28 -

iii. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan.


Aset tetap yang tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi pemerintahan, termasuk tidak lagi memiliki
manfaat ekonomi masa depan.

2. Teknis Substantif
a. Tugas dan Fungsi Organisasi
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. 1) Struktur
Organisasi Unit Kerja
Susunan Organisasi Direktorat PPKL, terdiri dari:
a) Sekretariat Direktorat Jenderal PPKL
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.

- 29 -

b) Direktorat Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut Melaksanakan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian
kerusakan ekosistem gambut.

c) Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut


Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perlindungan dan pengelolaan mutu laut.

d) Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan


Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengendalian kerusakan lahan.

- 30 -

e) Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara


Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perlindungan dan pengelolaan mutu udara.

f) Direktorat Pengendalian Pencemaran Air.


Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan mutu air.
- 31 -

2) SDM Organisasi Unit Kerja


Keseluruhan sumberdaya manusia pada Direktorat Jenderal PPKL
berjumlah 341 orang, terdiri atas 274 ASN dan 67 tenaga kontrak. 3) Tugas
dan Fungsi Organisasi Unit Kerja
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23, Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan pengendalian
pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengendalian
kerusakan lahan, pengendalian kerusakan ekosistem gambut,
pengendalian pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir dan laut;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pengendalian
pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengendalian
kerusakan lahan, pengendalian kerusakan ekosistem gambut,
pengendalian pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir dan laut; c.
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan pengendalian pencemaran air, pengendalian
pencemaran udara, pengendalian kerusakan lahan, pengendalian
kerusakan ekosistem gambut, pengendalian pencemaran dan kerusakan
wilayah pesisir dan laut;
d. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penyelenggaraan pengendalian pencemaran air, pengendalian
pencemaran udara, pengendalian kerusakan lahan, pengendalian
kerusakan ekosistem gambut, pengendalian pencemaran dan kerusakan
wilayah pesisir dan laut;
e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara,
pengendalian kerusakan lahan, pengendalian kerusakan ekosistem
gambut, pengendalian pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir dan
laut; f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara,
pengendalian kerusakan lahan, pengendalian kerusakan ekosistem
gambut, pengendalian pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir dan
laut; g. pelaksanaan tugas administrasi Direktorat Jenderal Pengendaiian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
- 32 -

b. Tugas dan Fungsi Jabatan Pengelola Keuangan


1) Peraturan Perundangan Terkait Jabatan Pengelola Keuangan a)
PermenPANRB Nomor 54 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
Pranata Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara b)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.05/2019 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Pranata Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
c) Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 14 Tahun 2021
tentang Pedoman Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit
Jabatan Fungsional Analis Pengelola Keuangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Pranata Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
2) Tugas dan Fungsi Jabatan
Tugas dan Fungsi Jabatan Fungsional Pranata Keuangan APBN yaitu
melaksanakan kegiatan Pengelolaan Keuangan APBN yang meliputi: a.
perikatan dan penyelesaian tagihan;
b. pelaksanaan perintah pembayaran;
c. kebendaharaan;
d. pengelolaan administrasi belanja pegawai; dan
e. penyiapan analisis laporan keuangan instansi.
3) Standar Kompetensi Jabatan
Standar Kompetensi adalah standar kemampuan yang disyaratkan
untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu dalam bidang Pengelolaan
Keuangan APBN yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
dan/atau keahlian, serta perilaku kerja yang relevan dengan tugas dan
syarat jabatan. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Pranata
Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara meliputi:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. memiliki ijazah paling rendah D-3 (Diploma-Tiga) bidang ekonomi,
keuangan, akuntansi, manajemen, administrasi, hukum, atau kualifikasi
pendidikan lain yang relevan dan ditentukan oleh instansi pembina; e.
mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan
kompetensi sosial kultural sesuai Standar Kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina; dan
f. memiliki nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
- 33 -

4) Jenjang Karier dan Kepangkatan pada Jabatan


Untuk naik pangkat setingkat lebih tinggi perlu mengumpulkan angka kredit
sesuai yang dipersyaratkan. Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang
harus dipenuhi oleh setiap Jabatan Pranata Keuangan APBN untuk
kenaikan jabatan dan/atau kenaikan pangkat, terdiri atas: paling sedikit
80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama, tidak
termasuk unsur pendidikan sekolah dan paling banyak 20% (dua puluh
persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang.
Tabel 2. Jenjang Jabatan Pranata Keuangan APBN

Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap Pranata


Keuangan APBN wajib mencatat, menginventarisasi seluruh kegiatan yang
dilakukan dan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK). DUPAK
harus mengacu pada sasaran kerja pegawai yang mana dalam
penyusunannya didasarkan pada rencana kerja Pranata Keuangan APBN.
Rencana kerja Pranata Keuangan APBN harus mengacu pada rencana
kerja unit kerja.
- 34 -

C. Hambatan Dan Tantangan


Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pelatihan ini yaitu pelatihan PKTBT
merupakan inovasi baru yang dilaksanakan oleh kementerian untuk CPNS,
sehingga masih banyak kekurangannya antara lain yaitu Koordinasi atar
penyelenggara dengan satker, contohnya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
Sekretariat Direktorat Jenderal PPKL untuk mempersiapkan pelatihan PKTBT,
kemudian keterbatasan tempat untuk pelaksanaan PKTBT.o
Tantangan dalam menyelesaian pelatihan ini adalah peserta merupakan CPNS
yang pertama kali masuk sebagai ASN sehingga belum kompeten dalam bidang
tugas yang dibebankan, sehingga peserta harus memulai dari nol dari memahami
segala hal yang berkaitan dengan adminstratif maupun substantif. Pengetahun
yang harus dipelajari sangat banyak dari pengelolaan kepegawaian, tata naskah
dinas, pengelolaan keuangan, pengelolaan BMN, tupoksi oganisasi maupun
jabatan dengan waktu yang sempit sehingga peserta harus pintar-pintar memilih
bahan bacaan dan menggunakan waktu agar seluruh pengetahuan tersebut dapat
dikuasai.
- 35 -
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pelatihan ini peserta dapat mendapat pengetahuan dan
ketrampilan yang bersifat administratif meliputi pengelolaan
kepegawaian, tata naskah dinas, pengelolaan keuangan dan BMN serta
yang bersifat substantif yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
tugas di Direktorat Jenderal Pengenalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan.

B. Saran
1. Waktu yang diberikan kepada satker untuk mempersiapkan pelatihan
lebih panjang sehingga pelatihan PKTBT lebih berkualitas. 2.
Pengadaan modul pelatihan PKTBT untuk pembina ataupun peserta
sehingga memudahkan pemateri dan peserta.
- 38 -

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pelaksanaan Kegiatan


LAMPIRAN
2. Catatan Kegiatan (jurnal harian)
CATATAN KEGIATAN PKTBT

Nama : Rodheardo Ismail


NIP : 20000731 202201 1 003
Unit Kerja : Subagian Tata Usaha
Direktorat Pengendalian Pencemaran Air
Jabatan : Pengelola Keuangan
No. Tanggal Kegiatan PKTBT Output Paraf
(Hasil Pembimbing
Belajar)

1 9 Mei 1. Pembukaan dan arahan Laporan


2022 dari pimpinan instansi Kegiatan
2. Penjelasan kegiatan PKTBT dan
dan pelaporan PKTBT Presentasi
3. Penjelasan Tugas dan
Fungsi Organisasi
4. Tugas Mandiri MP Tugas
dan Fungsi Organisasi

2 10 Mei 1. Penjelasan Laporan


2022 pengelolaan Kegiatan
kepegawaian PKTBT dan
2. Presentasi
Observasi/Praktik/Penugas
an MP pengelolaan
kepegawaian

3 11 Mei 1. Laporan
2022 Observasi/Praktik/Penugas Kegiatan
an MP pengelolaan PKTBT dan
kepegawaian Presentasi

4 12 Mei 1. Penjelasan tata Laporan


2022 naskah kedinasan Kegiatan
2. PKTBT dan
Observasi/Praktik/Penugasan Presentasi
MP tata naskah kedinasan

5 13 Mei 1. Laporan
2022 Observasi/Praktik/Penugasan Kegiatan
MP tata naskah kedinasan PKTBT dan
Presentasi

6 17 Mei 1. Penjelasan Laporan


2022 pengelolaan Kegiatan
keuangan PKTBT dan
2. Presentasi
Observasi/Praktik/Penugasan
MP pengelolaan keuangan

7 18 Mei 1. Laporan
2022 Observasi/Praktik/Penugasan Kegiatan
MP pengelolaan keuangan PKTBT dan
Presentasi

No. Tanggal Kegiatan PKTBT Output Paraf


(Hasil Pembimbing
Belajar)

8 19 Mei 1. Penjelasan pengelolaan Laporan


2022 BMN 2. Kegiatan
Observasi/Praktik/Penugasan PKTBT dan
MP pengelolaan BMN Presentasi

9 20 Mei 1. Laporan
2022 Observasi/Praktik/Penugasan Kegiatan
MP pengelolaan BMN PKTBT dan
Presentasi
10 23 Mei 1. Penjelasan tugas dan Laporan
2022 fungsi jabatan peserta Kegiatan
2. PKTBT dan
Observasi/Praktik/Penugas Presentasi
an MP tugas dan fungsi
jabatan peserta

11 24 Mei 1. Laporan
2022 Observasi/Praktik/Penugas Kegiatan
an MP tugas dan fungsi PKTBT dan
jabatan peserta Presentasi

12 27 Mei Penyusunan Laporan Laporan


2022 Kegiatan
PKTBT dan
Presentasi

13 30 Mei Pembuatan bahan presentasi Laporan


2022 Kegiatan
PKTBT dan
Presentasi

14 31 Mei Presentasi Laporan PKTBT Laporan


2022 Kegiatan
PKTBT dan
Presentasi

Jakarta, 27 Mei 2022

Rodheardo Ismail
NIP. 20000731 202201 1 003

Anda mungkin juga menyukai