Anda di halaman 1dari 3

SKRIP TUGAS VIDEO ROLE MODEL TOKOH BerAKHLAK

MAULANA YUUSF
Jenderal Polisi ( Purn ) Drs Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921. Nama lahirnya adalah Iman Santoso.
Nama Hoegeng diambil dari "bugel" (menjadi "bugeng" dan kemudian "hugeng"; yang berarti gemuk) karena
tubuhnya yang gemuk semasa kecil.

|
Ayahnya adalah Soekarjo Kario Hatmodjo dari Tegal, seorang jaksa di Pekalongan; ibunya adalah Oemi
Kalsoem
Hoegeng ingin menjadi polisi karena dipengaruhi oleh teman ayahnya yang menjadi kepala kepolisian di
kampung halamannya Ating Natadikusumah.
Hoegeng bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS; sekolah dasar) Pekalongan dan lulus pada tahun
1934. Ia kemudian mendaftar di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO; sekolah menengah pertama) di kota yang
sama dan lulus tiga tahun kemudian. Ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Algemene Middelbare
School (AMS; sekolah menengah atas) jurusan bahasa dan sastra Barat. Selama di AMS, Hoegeng berteman dengan
seniornya Burhanuddin Harahap, teman sekelasnya Soedarpo Sastrosatomo, dan juniornya Usmar Ismail dan Rosihan
Anwar. Pada tahun 1940, setelah lulus, ia pindah ke Batavia melanjutkan studinya di Rechtshoogeschool te Batavia
(RHS; perguruan tinggi hukum)
1942 ia mendaftar ke pembukaan kursus polisi di Pekalongan. Hoegeng kemudian melamar dan diterima
sebagai salah satu dari sebelas anggota kepolisian dari 130 pelamar. ------------
Hoegeng awalnya merasa kecewa ketika mengetahui bahwa output dari kursus tersebut bukan untuk perwira
tinggi (inspektur kedua), tetapi dua pangkat lebih rendah. Namun, dia masih melewatinya. Selama pelatihan, Hoegeng
menerima Rp32 per bulan, bersih Rp19,50. Setiap hari setelah pelatihan, para taruna ditugaskan sebagai petugas polisi
reguler di kota.
Setelah lulus dari kursus tersebut, Hoegeng sempat ragu apakah akan melanjutkan karirnya sebagai polisi atau
sedikit beralih sebagai hakim. Saat itu, Soemarto, pelatihnya, mendaftarkan Hoegeng ke kursus perwira polisi di
Sukabumi.
Di Sukabumi, Hoegeng mendaftar ke kursus Koto Kaisatsu Gakko, kursus bagi siapa saja yang sudah terlatih
di kepolisian. Sebelum lulus, Hoegeng dan kawan-kawan mengira akan naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi
bernama Junsabucho. Sebaliknya, peringkat mereka harus diturunkan menjadi Minarai Junsabucho. Mereka
memprotes keras keputusan itu sampai Jenderal Harada dari Angkatan Darat ke-16 mengunjungi tempat itu untuk
menenangkan mereka. Pada tahun 1944, Hoegeng lulus dan bersama ketiga temannya, Soetrisno, Noto Darsono, dan
Soenarto, ditugaskan ke Chiang Bu (bagian keamanan) Semarang. Hoegeng dan Soenarto menduduki jabatan Koto
Kei Satsuka (bagian intelijen), sedangkan Noto dan Soetrisno masing-masing diberi jabatan di Keimu Ka (urusan
umum) dan Keiza Ka (urusan ekonomi). Setelah beberapa minggu di Semarang, Hoegeng dipromosikan menjadi Kei
Bu Ho II. Dalam beberapa bulan berikutnya, Hoegeng kembali naik pangkat, kali ini menjadi Kei Bu Ho I. (divisi
perwalian) di bawah pimpinan R. Soekarno Djojonegoro dan dipromosikan lagi
Selama di Pekalongan, Hoegeng dikunjungi Komodor M. Nazir yang kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan
Laut pertama. Nazir tertarik pada Hoegeng karena dia ingin membentuk polisi militer angkatan laut dan menawarkan
yang terakhir untuk menjadi bagian dari angkatan laut. Hoegeng kemudian menerima tawaran itu terutama karena dia
ingin tantangan karena kepolisian sudah mapan. Sebagai perwira militer berpangkat Mayor,
ia diberi hak untuk tinggal di Hotel Merdeka, Yogyakarta, dan dibayar Rp 400 per
bulan. Di bawah pimpinan Letnan Kolonel Darwis, Komandan Pangkalan TNI Angkatan
Laut di Tegal, tugas pertamanya adalah merumuskan landasan dasar kepolisian militer
yang pada mulanya bernama satuan Penyelidik Militer Laut Chusus (PMLC). Selama
tinggal di hotel, Hoegeng dibujuk oleh Soekanto Tjokrodiatmodjo, kepala kepolisian,
untuk kembali menjadi polisi. Di Yogyakarta, Hoegeng memiliki aktivitas lain sebagai
pemeran utama sandiwara radio Saija dan Adinda yang disiarkan oleh radio Angkatan
Laoet, Darat, dan Oedara (ALDO) dan RRI Yogya. Ia kemudian menikah dengan lawan
mainnya dalam lakon, Merry, pada 31 Oktober 1946 di Jetis, Yogyakarta. Setelah mereka

MENUK UNTARI
menikah, Hoegeng mengundurkan diri sebagai perwira angkatan laut untuk mengejar
impian masa kecilnya menjadi seorang perwira polisi.
tahun 1947, Hoegeng dan istrinya yang sedang hamil mengunjungi keluarganya di Pekalongan. Namun, pada
tanggal 21 Juli militer Belanda melakukan operasi militer. Hoegeng dan keluarganya kemudian melarikan diri ke
selatan kota. Hoegeng diberitahu oleh Soekarno Djojonegoro, Kepala Kepolisian Pekalongan, bahwa Soekanto telah
memerintahkan semua mahasiswa akademi untuk membantu kepolisian setempat. Tugas Hoegeng saat itu adalah
mengumpulkan materi intelijen. Kemudian, dia ditangkap oleh petugas polisi yang bekerja untuk Netherlands Indies
Civil Administration (NICA). Saat ditangkap, Hoegeng diperlakukan dengan baik, tidak seperti yang lain. Dia
akhirnya mengetahui bahwa orang yang memberi perintah itu adalah de Bretonniere, temannya di RHS. Hoegeng
dibujuk untuk bekerja untuk NICA tetapi menolak.
Sewaktu pendudukan Jepang, ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai
(1943). Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi
Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946). Kemudian mengikuti pendidikan
Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara.
Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police
School Port Gordon, Georgia, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di
Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatra Utara (1956) di Medan. Tahun

DEWI
1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara
(1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti
tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Dari situ, dia menjabat
Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966.
Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya
kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya
pada tanggal 2 Oktober 1971
Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors, selain
ikut menyanyi juga memainkan ukulele. Kegiatan Hoegeng tersebut sempat ditampilkan di TVRI, namun kemudian
dicekal oleh Pangkopkamtib Laksamana Sudomo dengan alasan tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.
Setelah pencekalan itu, Hoegeng lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkebun di kebunnya yang kecil di
DWI KUNCORO

seputaran Jonggol, Bogor. Selain berkebun ia juga kerap menghabiskan waktunya untuk melukis, hobi yang sudah ia
lakukan sejak ia masih muda.
Beliau wafat di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2004 dalam usia 82 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman
Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Iman Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa baik di
dalam maupun luar negeri, diantaranya;

Nilai berakhlak yang bisa dipetik dari sosok jendral hoegeng imam santoso adalah perilaku jujur dan berani
membela pihak yang benar kemudian pantang menerima suap dan memanfaatkan jabatan, bersikap santun terhadap
masyarakat kecil dan giat berkarya

Bintang_Mahaputera_Utama (anumerta) (14 Agustus 2004) Bintang Dharma

Bintang Bintang Kartika


Bintang Gerilya Bhayangkara Eka Paksi
Utama Utama

Bintang Swa Satyalancana


Peringatan
Bintang Jalasena Utama Bhuwana Paksa
Perjuangan
Utama
Kemerdekaan

Satyalancana
Satyalancana Jana
Satyalancana Satya Dasawarsa Ksatriya
Utama
Tamtama

Satyalancana Satyalancana
Satyalancana Prasetya Pancawarsa Perang Perang
Kemerdekaan I Kemerdekaan II

Satyalancana Satyalancana
Satyalancana G.O.M I
Sapta Marga Penegak

Knight Grand
Cross of the
Knight Grand Most Noble
Honorary Commander of the Most Esteemed Order of Loyalty to the Cross of the Order
Order of the
Crown of Malaysia of Orange- Nassau
Crown of
(Belanda)
Thailand

Anda mungkin juga menyukai