Hoegeng menikah dengan seorang perempuan bernama Meriyati Roeslani, lawan mainnya di
“Sandiwara Radio Saija dan Adinda” yang disiarkan oleh radio Angkatan Laut, Udara, Darat serta RRI
Yogyakarta. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua anak perempuan dan satu anak laki-
laki. Hoegeng memiliki cita-cita menjadi seorang polisi sejak kecil, setelah melihat teman ayahnya yang juga
seorang polisi, yaitu R. Soeprapto. Di usia 6 tahun, Hoegeng masuk pendidikan HIS, dan pada tahun 1934
melanjutkan ke MULO. Tahun 1937, Hoegeng melanjutkan sekolah menengah di AMS Westers Klassiek.
Tahun 1940, Hoegeng menempuh Pendidikan di bidang ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia.
Pendidikan militernya dimulai ketika masa pendudukan Jepang. Hoegeng mengikuti Latihan
Kemiliteran Nippon dan Koto Keisatsu Ka I-Kai pada tahun 1942-1943. Setelah itu, Hoegeng mendapat
amanah menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang tahun 1944, sebelum akhirnya menjabat
sebagai Kepala Polisi Jomblang pada tahun 1945. Pada tahun 1945 hingga 1946, Hoegeng menjadi Komandan
Tentara Laut Jawa Tengah. Kemudian, Hoegeng menempuh pendidikan militer di Akademi Polisi dan bekerja
di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara. Pada 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost
Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, AS. Setelah dari sana, Hoegeng
mendapat amanah menjadi Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1952. Dan pada
tahun 1956, Hoegeng menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi di Medan, Sumatera Utara.
Hoegeng kemudian mengikuti pendidikan Brimob pada tahun 1956 dan kemudian diangkat menjadi Staf
Direktorat II Mabes Kepolisian Negara pada tahun 1960. Setelah itu, Hoegeng diangkat menjadi Kepala
Jawatan Imigrasi pada tahun 1960.
Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, Hoegeng menjadi Menteri luran Negara pada tahun 1965
dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti pada tahun 1966. Walaupun tidak mendapat jabatan di
lingkungan kepolisian, Hoegeng selalu siap menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah dipercaya
kepadanya. Pada tahun 1966, Hoegeng Kembali ke markas kepolisian negara dengan jabatan Deputi Operasi
Panglima Angkatan Kepolisian dan Deputi Menteri Angkatan Kepolisian Urusan Operasi. Hoegeng mencapai
puncak karir ketika diangkat menjadi Kepala Polisi Negara (Kapolri) pada 5 Mei 1968, yang merupakan cita-
cita Hoegeng sebagai perwira polisi sejati.
Dua cerita tersebut menggambarkan betapa kuat rasa bakti dan cintanya kepada Lembaga Kepolisian
yang selalu ia banggakan. Sampai akhir hayatnya. Pada 14 Juli 2004, Hoegeng wafat dalam usia 82 tahun di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat karena stroke yang dideritanya. Panglima Polri Jenderal
Hoegeng Iman Santoso merupakan sosok yang begitu disegani oleh banyak orang walaupun masih banyak
juga anak muda yang belum mengenal sosoknya, bahkan beberapa perwira polisi pun juga tak mengenalnya.
Sekian biografi polisi Hoegeng Iman Santoso, seorang polisi yang terkenal akan integritas dan kejujurannya.
Semoga bermanfaat.