Anda di halaman 1dari 9

TAKIYA GENJI

Nama asli : Shun Oguri


Nama Jepang: 小栗旬
Tanggal Lahir: 26 Desember 1982
Tempat lahir: Tokyo, Jepang
Tinggi: 184cm
Golongan darah: O
Profesi: Aktor aksi (petarung)

Bahasa inggris

Real name: Shun Oguri


Japanese name: 小栗旬
Date of Birth: December 26, 1982
Place of birth: Tokyo, Japan
Height: 184cm
Blood type: O
Profession: Action actor (fighter)
Biografi
Ayah Shun Oguri bernama Tetsuya Oguri yang bekerja sebagai sutradara, dan ibunya seorang
guru balet. Shun Bergabung dengan kelas teater anak-anak sejak ia SD. Sejak itu ia memiliki
cita-cita untuk menjadi Figuran. Dari profesi aktingnya menmbuat Shun jarang masuk
sekolah. Pada waktu SMP, disekolah Shun dimusuhi teman-teman nya dan sering dijaili, hal
yang itu lah yang membuat ayahnya mengusulkan agar Shun tidak usah pergi bersekolah.

Shun Oguri memiliai debut aktingnya pada tahun 1995, tapi hanya sebagai peran pembantu
saja. didrama jepang yang populer berjudul "Great Teacher Onizuka". Sejak itu ia telah
membintangi mendukung peran dalam berbagai drama, termasuk drama populer seperti
"Summer Snow", " Gokusen "," Kyumei Byoto 24 Ji 3 "dan" densha Otoko "dll

Shun mulai melabarkan karirnya sebagai pemeran utama pada tahun 2005 di film Hana Yori
dango. Dan Drama lainya seperti Detective Conan.Selain itu ada banyak sekali film yang ia
bintangi, simak dibawah ini.

Film Yang di bintangi Shun Oguri :


bsp; Shiawase Kazoku Keiga (1999)
 Lament of the Lamb (2001)
 [[ Hitsuji no Uta]] (2002)
 Azumi (2003)
 Robokon (2003)
 Sping Story (2003)
 Hakenkreuz no Tsubasa (2004)
 Is.A (2004)
 The Neighbour No. 13 (2005)
 Azumi 2: Death or Love (2005)
 Life on the Longboard (2005)
 Reincarnation (2005)
 Waters (2006)
 Otoshimono (2006)
 Sakuran (2007)
 Kisaragi (2007)
 Crows Zero (2007)
 Surf's Up (2007)
 Sukiyaki Western: Django (2007)
 Hana Yori Dango ~Final~ (2008)
 Habi Ni Pisau (2008)
 Crows Zero 2 (2009)
 Gokusen: The Movie (2009)
 Tajomaru (2009)
 Surely Someday (2010)
Biography
Ogun Shun's father was Tetsuya Oguri who worked as a director, and his mother was a
ballet teacher. Shun Joined a children's theater class since she was elementary. Since then
he has the ideal of becoming a Figuran. From his acting professions Shun rarely went to
school. At the time of junior high school, Shun's school was enemies of his friends and often
jailed, which is what made his father suggest that Shun should not go to school.

Shun Oguri memiliai debut acting in 1995, but only as a helper role only. popular Japanese
dormitory titled "Great Teacher Onizuka". Since then he has starred in supporting roles in
various dramas, including popular dramas such as "Summer Snow", "Gokusen", "Kyumei
Byoto 24 Ji 3" and "Densha Otoko" etc.

Shun began his career as the lead actor in 2005 in the movie Hana Yori dango. And other
dramas such as Detective Conan.Selain there are many films that he starred, see below.

The movie starring Shun Oguri:


bsp; Shiawase Kazoku Keiga (1999)
Lament of the Lamb (2001)
[[Hitsuji no Uta]] (2002)
Azumi (2003)
Robokon (2003)
Sping Story (2003)
Hakenkreuz no Tsubasa (2004)
Is.A (2004)
The No Neighborhood. 13 (2005)
Azumi 2: Death or Love (2005)
Life on the Longboard (2005)
Reincarnation (2005)
Waters (2006)
Otoshimono (2006)
Sakuran (2007)
Kisaragi (2007)
Crows Zero (2007)
Surf's Up (2007)
Sukiyaki Western: Django (2007)
Hana Yori Dango ~ Final ~ (2008)
Habi Ni Knives (2008)
Crows Zero 2 (2009)
Gokusen: The Movie (2009)
Tajomaru (2009)
Surely Someday (2010)
Jendral sudriman
Nama Lengkap : Soedirman
Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Desa Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 24 Januari 1916
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
BAHASA INGGRIS
Full Name: Soedirman
Profession: National Hero
Religion: Islam
Place of Birth: Village of Bodas Karangjati, Purbalingga, Central Java
Date of Birth: Monday, January 24, 1916
Zodiac: Aquarius
citizens : Indonesian
Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin
dan berorganisasi, dan dihormati oleh masyarakat karena ketaatannya pada Islam. Setelah
berhenti kuliah keguruan, pada 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian
menjadi kepala sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam kegiatan
Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada
tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap
mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang
disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Selama menjabat,
Soedirman bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan, namun kemudian
diasingkan ke Bogor.

Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi


Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal
2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan
padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui
Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena
prestasinya.

Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan
pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai
Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat
pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945,
Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa.
Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya
pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945. Setelah
kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia
dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal
tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena
prestasinya.

Jendral Soedirman tetap terjun ke medan perang saat terjadi agresi militer Belanda II di
Ibukota Yogyakarta. Saat itu Ibukota RI dipindahkan ke Yogya karena Jakarta sudah dikuasai
Belanda.Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan
Belanda tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Kondisi kesehatan
Jenderal Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang
dideritanya sejak lama. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat
dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden
Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara
Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama
pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya.

Sepanjang delapan bulan berada di dalam pedalaman. Meskipun dalam keadaan sakit, beliau
tetap memimpin dengan ditandu secara berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat
lain,diantaranya: Jogjakarta, Surakarta, Madiun hingga Kediri dan pada tanggal 10 Juli 1949
Sudirman kembali ke Jogja.
Karena kesehatannya yang semakin memburuk karena TBC, maka Sudirman tinggal di
pesanggrahan Tentara di Magelang.Akhirnya beliau wafat pada tanggal 29 Januari 1950.
Jenasahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Jogjakarta.
While in high school, Soedirman began to demonstrate his ability to lead and organize, and
was respected by society because of his obedience to Islam. After quitting college, in 1936
he began working as a teacher, and later became headmaster, in Muhammadiyah
elementary school; he was also active in other Muhammadiyah activities and became leader
of the Muhammadiyah Youth Group in 1937. After Japan occupied the Dutch East Indies in
1942, Soedirman continued to teach. In 1944 he joined the Japanese-sponsored Defense
Army (PETA), serving as battalion commander in Banyumas. During his tenure, Soedirman
and his fellow soldiers rebelled, but were later exiled to Bogor.

After the People's Security Army (TKR) was formed, he was later appointed Commander of
the V / Banyumas Division with the rank of Colonel. And through the TKR Conference dated
2 November 1945, he was elected Commander-in-Chief of TKR / Commander of the Armed
Forces of the Republic of Indonesia. Subsequently on December 18, 1945, the rank of
General was granted to him through the inauguration of the President. So he gained the
rank of General not through the Military Academy or other higher education as usual, but
because of his achievements.

The first major war led by Soedirman was the Palagan Ambarawa war against the British and
Dutch NICA troops which lasted from November to December 1945. In December 1945, TKR
troops led by Soedirman were involved in fighting against British troops in Ambarawa. And
on December 12, 1945, Soedirman launched a simultaneous attack on all British positions in
Ambarawa. The famous five-day battle ended with the resignation of British troops to
Semarang. The war ended on December 16, 1945. After Soedirman's victory in Palagan
Ambarawa, on 18 December 1945 he was sworn in as General by President Sukarno.
Soedirman acquired the rank of General not through the Military Academy system or other
higher education, but because of his achievements.

General Soedirman remained in the battlefield during the Dutch military aggression II in the
capital of Yogyakarta. At that time the capital of the Republic of Indonesia was moved to
Yogya because Jakarta was controlled by the Dutch. Saedirman led his troops to defend
Yogyakarta from the Dutch attack on 19 December 1948. In the opposition, General
Soedirman’s health condition was in very weak condition because of tuberculosis disease
that he suffered for a long time. Yogyakarta was then controlled by the Dutch, although it
was controlled by the Indonesian army after the General Offensive of March 1, 1949. At that
time, President Soekarno and Mohammad Hatta and several members of the cabinet were
also arrested by the Dutch army. Because of the precarious situation, Soedirman with a
guided departure with his troops and return to guerrilla warfare.

All eight months in the interior. Despite his illness, he continued to lead by being moved
from place to place, such as: Jogjakarta, Surakarta, Madiun to Kediri and on July 10, 1949
Sudirman returned to Jogja.
Due to his worsening health due to tuberculosis, Sudirman lived in a pesanggrahan Army in
Magelang.Akhirnya he died on January 29, 1950. His body was buried in Semaki Jogjakarta
Hero Cemetery Park.
Legenda kerajaan pajajaran

Di akhir tahun 1400-an Kerajaan Majapahit mulai menyurut. Pemberontakan dan kegegeran
terjadi dimana – mana, masing-masing antar saudara sedarah saling berebutan kekuasaan
kerajaan.

Masa kejatuhan atau kerobohan kepemimpinan Brawijaya V ini yang kemudian


mengakibatkan kerabat-kerabat Kerajaan Majapahit berlindung atau menyelamatkan diri ke
ibukota Kerajaan Galuh di daerah Kawali, Kuningan, Jawa Barat.

Raden Baribin ialah merupakan seorang keluarga dari Prabu Kertabumi yang ikut serta
dalam pemindahan atau pengungsian tersebut. Kemudian Kerajaan Galuh pun menerima
dan menyambut kedatangan Kerajaan Majapahit dengan baik dan damai.

Sampai-sampai Raja Dewa Niskala menikahkan Ratna Ayu Kirana putri yang berasal dari
Kerajaan Galuh dengan Raden Barin yang mana Raden Barin ini ialah masih termasuk sanak
famili dari Prabu Kertabumi. Pernikahan-pernikahan yang diadakan oleh Raja Galuh tidak
berhenti disitu saja.

Raja Galuh selain dari menikahkan Ratna Ayu Kirana putri dari raja Kerajaan Galuh dengan
Raden baribin, Raja Galuh juga menikahkan kembali salah satu sanak keluarg pengungsi dari
rombongan Kerajaan Majapahit.

Setelah pernikahan ini berlanjut, ternyata adanya penyelanggaraan pernikahan ini


mengakibatkan terjadinya kemarahan dari Kerajaan Sunda. Kemudian Kerajaan Sunda ini
menanggapi bahwa Dewa Niskala dan Raja Galuh sudah menyalah gunakan aturan-aturan
yang memang telah disetujui dari kedua kerajaan tersebut.

Peraturan ini ialah peraturan yang keluar semenjak terjadinya peristiwa-peristiwa Bubat
yang mengatakan bahwa dari Kerajaan Sunda dilarang untuk menikah dengan Kerajaan
Majapahit, nah akibat dari adanya pernikahan dari Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit
hampirnya saja terjadinya peperangan antar kedua kerajaan tersebut.

sebenarnya kedua kerajaan tersebut adalah besan. Pengucapan kata besan itu dikarenakan
Jayadewata anak dari Dewa Niskala menikah dengan putri dari anak raja Kerajaan Sunda,
Raja Susuktunggal.

Untungnya ketika akan terjadinya peperangan antara kedua kerajaan tersebut, dewa
penasehat bisa meredam semua amarah dari kedua pihak sehingga diputuskan dua raja dari
kedua kerajaan tersebut turun jabatan, Kedua raja tersebut harus menaruh posisi mereka
kepada putera-putera mahkota yang akan ditunjuk oleh masing-masing kerajaan.

Kemudian Dewa Niskala menunjuk anak dari Jayadewata, tidak hanya Dewa Niskala saja
yang memilih anak dari Jayadewata Prabu Susuktunggal pun menunjuk dengan tunjukan
yang sama persis dengan tunjukkan Dewa Niskala yaitu anak dari Jayadewata.
Lalu Jayadewata menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut dan membawa nama Sri
Baduga Maharaja yang memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482. Kemudian nama
Pakuan Pajajaran pun menjadi terkenal sebagai nama kerajaan
The legend of the pajajaran kingdom

In the late 1400s the Majapahit Kingdom began to recede. Rebellion and craziness were
everywhere, each among blood relatives fighting over royal power.
The period of fall or brunt of the leadership of Brawijaya V, which then resulted in the
relatives of the Majapahit Kingdom took refuge or save themselves to the capital of Galuh
Kingdom in Kawali, Kuningan, West Java.
Raden Baribin is a family of King Kertabumi who participated in the displacement or refuge.
Then the Galuh Kingdom also received and welcomed the coming of the Kingdom of
Majapahit well and peacefully.
To the extent that King Dewa Niskala married Ratna Ayu Kirana daughter who came from
Galuh Kingdom with Raden Barin which is Raden Barin is still including relatives of King
Kertabumi. The marriages held by King Galuh do not stop there alone.
King Galuh apart from marrying Ratna Ayu Kirana daughter of the king of Galuh Kingdom
with Raden baribin, King Galuh also married again one of the relatives of refugees from the
Majapahit Kingdom.
After this marriage continues, it turns out the existence of marriage this marriage resulted in
anger of the Kingdom of Sunda. Then the Sunda Kingdom responded that the God of Niskala
and King Galuh had abused the rules that had been approved from both kingdoms.
This rule is the rule that came out since the occurrence of Bubat events that say that from
the Sunda Kingdom is forbidden to marry Majapahit Kingdom, now the result of marriage
from the Kingdom of Sunda and Majapahit Kingdom almost just a war between the two
kingdoms.
in fact both kingdoms are besan. The pronunciation of the word besan was because
Jayadewata son of the god Niskala married the daughter of the king of the king of Sunda,
Raja Susuktunggal.
Fortunately when there will be a war between the two kingdoms, the god of advisor can
muffle all anger from both sides so it is decided that the two kings of the two kingdoms
descend the office, the two kings must put their position to the crown prince who will be
appointed by each kingdom .
Then God Niskala appointed the son of Jayadewata, not only the God of Niskala who chose
the child from Jayadewata Prabu Susuktunggal was pointed with the exact same show with
the show god Niskala that is the son of Jayadewata.
Then Jayadewata reunite the two kingdoms and carry the name of Sri Baduga Maharaja who
ruled in Pakuan Pajajaran in 1482. Then the name Pakuan Pajajaran also became famous as
the name of the kingdom

Anda mungkin juga menyukai