Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran,
Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan
resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel. Pada tahun
1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah
Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga
pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.
Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh
Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari
Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan
ajaran-ajaran Pemimpin besar revolusi Bung Karno.
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS,
Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua,
Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia
mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
Namun, akhirnya dia harus meletakkan jabatan secara tragis, bukan semata-mata karena desakan
demonstrasi mahasiswa pada 1998, melainkan lebih akibat pengkhianatan para pembantu dekatnya
yang sebelumnya ABS dan Ambisius tanpa fatsoen politik. Ayah lima anak ini pun menunjukkan
ketabahan dan keteguhannya. Dia akhirnya sempat diadili dengan tuduhan korupsi, penyalahgunaan
dana yayasan-yayasan yang didirikannya. Soeharto menyatakan bersedia
mempertanggungjawabkan dana yayasan itu. Tapi, ia pun jatuh sakit yang menyebabkan proses
peradilannya dihentikan. Tapi tidak semua mantan menterinya tega mengkhianati, tidak mempunyai
moral politik. Ada beberapa yang justru makin dekat dengannya secara pribadi setelah bukan lagi
berkuasa.
Selama masa jabatannya, dia menggerakkan pembangunan dengan strategi Trilogi Pembangunan
(stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan). Bahkan sempat mendapat penghargaan dari FAO atas
keberhasilan menggapai swasembada pangan pada 1985. Maka, dia mendapat penghargaan sebagai
Bapak Pembangunan Nasional.
Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Dia meninggal dalam usia 87
tahun setelah dirawat selama 24 hari, sejak 4 sampai 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Soeharto pertama kali diinformasikan Kapolsek
Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta. Kemudian secara resmi Tim Dokter
Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB
Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
PENDIDIKAN
SD Pedes Yogyakarta
SMP Muhammadiyah di Yogyakarta
Sekolah militer di Gombong
KARIR
Anggota TNI
Komandan Brigade Garuda Mataram
Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel
Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD)
Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad)
Panglima Kopkamtib
Mayor Jendral
1966 - 1998 Presiden Kedua RI
PENGHARGAAN