Anda di halaman 1dari 4

Profil tujuh korban G30S PKI

Jenderal Ahmad Yani

Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Ia lahir di
Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922. Semasa muda, Ahmad Yani mengikuti
pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Setelah itu, kariernya berkutat di militer. Ia turut ikut dalam pemberantasan PKI
Madiun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan juga penumpasan DI/TII di Jawa
Tengah. Pada 1958, Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan Komando Operasi
17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI.
Kemudian, pada 1962 ia diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD)

Mayjen R Soeprapto
Soeprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Ia pernah mengikuti
pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung, namun harus terhenti karena
pendaratan Jepang di Indonesia. Dia kemudian masuk ke Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) di Purwokerto setelah beberapa kali ikut merebut senjata pasukan
Jepang di Cilacap pada awal kemerdekaan Indonesia.

Mayjen MT Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan MT Haryono lahir di
Surabaya, Jawa Timur pada 20 Januari 1924. Sebelum terjun ke dunia militer,
MT Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta
pada masa pendudukan Jepang. Dia kemudian bergabung bersama TKR dengan
pangkat mayor. MT Haryono sempat menjabat sebagai Sekretaris Delegasi
Militer Indonesia. Ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda
(1950) dan sebagai Direktur Intendans dan Deputy Ill Menteri/Panglima
Angkatan Darat (1964).

Mayjen S Parman

S Parman atau Siswondo Parman adalah salah satu petinggi TNI AD di masa
Orde Lama. Ia lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918. S
Parman pernah dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada
Kenpei Kasya Butai. Setelah Proklamasi, dia mengabdi kepada Indonesia untuk
memperkuat militer Tanah Air.

Brigjen DI Panjaitan

Donald Ignatius Panjaitan atau DI Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige,
Tapanuli. Dia pernah mengikuti pendidikan militer Gyugun pada masa
pendudukan Jepang di tanah air. Setelah Indonesia merdeka, DI Panjaitan ikut
membentuk TKR. Ia pun memiliki karier yang cemerlang di bidang militer.
Menjelang akhir hayatnya, DI Panjaitan diangkat sebagai Asisten IV
Menteri/Panglima Angkatan Darat dan mendapat tugas belajar ke Amerika
Serikat.

Brigjen Sutoyo

Sutoyo Siswomiharjo lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah.


Pada masa pendudukan Jepang ia mendapat pendidikan pada Balai Pendidikan
Pegawai Tinggi di Jakarta. Kemudian menjadi pegawai negeri pada Kantor
Kabupaten di Purworejo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sutoyo memasuki
TKR bagian Kepolisian dan menjadi anggota Korps Polisi Militer.

Lettu Pierre A Tendean

Piere Tendean lahir di Jakarta, 21 Februari 1939. Dia merupakan lulusan


pendidikan Akademi Militer Jurusan Teknik pada 1962. Piere Tendean pernah
menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah
Militer II/Bukit Barisan di Medan. Pada April 1965, perwira muda ini diangkat
sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf
Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution. Ketika bertugas, Pierre Tendean
tertangkap oleh kelompok G30S. Dia mengaku sebagai AH Nasution sehingga
ikut tewas dalam pemberontakanG30S/PKI.

Anda mungkin juga menyukai