Anda di halaman 1dari 4

TOKOH G30S PKI

Peristiwa 30 September adalah penculikan dan pembunuhan para jenderal dan perwira Angkatan
Darat yang terjadi pada 30 September 1965. Peristiwa ini diduga didalangi Biro Khusus PKI, dan
melibatkan oknum prajurit dari Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Sukarno dan oknum AURI
(Angkatan Udara Republik Indonesia) yang bermarkas di Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma.
Tokoh yang diduga terlibat adalah:

1. DN Aidit

Achmad Aidit atau yang biasa disebut Dipa Nusantara Aidit adalah ketua ketua Partai Komunis
Indonesia (PKI). Aidit lahir pada tanggal 30 juli 1923 di kepulauan bangka belitung. Aidit juga diduga
sebagai penggagas rencana ini melalui Biro Khusus PKI. Setelah peristiwa 30 September, Aidit pergi
ke Semarang dan Yogyakarta. Aidit ditangkap pada 25 November 1965 di Boyolali dan dieksekusi
tanpa melalui persidangan.

2. Sjam Kamaruzzaman

Sjam Kamaruzzaman adalah ketua Biro Khusus PKI. Sjam kamaruzzaman lahir pada tanggal 30 April
1924 di Tuban Jawa Timur, yang diduga ikut merencanakan penculikan para jenderal. Setelah
peristiwa 30 September Syam ditangkap pada Maret 1967. Dalam kesaksiaksian saat
persidangananya Syam menyatakan bahwa dia dan Aidit adalah perancang utama peristiwa ini.
Setelah diadili dan dihukum mati, Syam dieksekusi pada September 1986.

3. Letkol Untung Syamsuri

Letkol Untung Syamsuri (Prajurit) adalah pemimpin pasukan Cakrabirawa. Lahir pada tanggal 3 juli
1926 di Sruni. Dia diduga sebagai penggerak pasukan yang berasal dari Cakrabirawa yang melakukan
penculikan para Jenderal ke Lubang Buaya. Setelah peristiwa 30 September, Untung kabur ke Tegal
dan ditangkap pada Oktober 1965. Untung diadili dan kemudian dihubum mati. Dia ditembak mati
pada September 1967.

4. Marsekal Umar Dhani

Marsekal Umar Dhani (Menteri Panglima) adalah kepala staf TNI angkatan udara ke 2 yang menjabat
pada periode 1962 – 1965. Lahir pada tanggal 23 januari 1924 Surakarta. Setelah sempat menjadi
utusan Indonesia di Kamboja, Umar Dhani kembali ke Indonesia pada tahun 1966. Dia diadili dan
dihukum penjara hingga diampuni oleh Presiden Suharto pada tahun 1995. Umar Dhani meninggal
pada tahun 2009 setelah lama sakit.

5. Jenderal Ahmad Yani


Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Awalnya Jenderal Ahmad
Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan PETA (Pembela Tanah Air) di Bogor.

Ahmad Yani mengikuti militer sampai ikut dalam pemberantasan PKI Madiun tahun 1948, Agresi
Militer Belanda II, dan penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.

Tahun 1958 dia diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera
Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI. Sampai tahun 1965, Ahmad Yani tewas ketika
pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965.

6. Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto

R. Suprapto (Letnan Jendral) Lahir di Purwokerto 20 Juni 1920, ia merupakan salah seorang yang
turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Selepas itu, ia
kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Kemudian dia masuk
menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal R. Suprapto menjadi anggota
militer. Tetapi ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Suprapto menolaknya.
Akibatnya dia menjadi korban G30S bersama petinggi TNI AD lainnya. Suprapto dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

7. Letjen S.Parman

Dikenal dengan nama Siswondo Parman (Letnan Jendral) merupakan petinggi TNI Ada ketika orde
lama. Dia lahir di Wonosobo, Jawa Tengah 4 Agustus 1918.

S. Parman pernah mengikuti pendidikan SD, SMP, sampai sekolah tinggi kedokteran. Tetapi ketika itu
tentara Jepang menduduki Republik sehingga S. Parman gagal meraih gelar dokter.

S. Parman lalu memulai pendidikan di bidang intelijen. Dia pernah dikirim ke Jepang untuk
memperdalam intelijen. Setelah proklamasi kemerdekaan dia mengabdi pada Indonesia.

Pengalamannya di bidang intelijen bermanfaat bagi TNI terutama mengetahui rencana PKI. Namun
pada 1 Oktober 1965, dia diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya.

8. Letjen M.T. Haryono

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1924.
Termasuk salah satu dari 7 pahlawan revolusi. Sebelumnya dia menempuh pendidikan di ELS
(setingkat Sekolah Dasar) dan ELS (setingkat Sekolah Dasar). Kemudian M.T. Haryono, menempuh
pendidikan sekolah kedokteran selama pendudukan Jepang tetapi tidak tamat.

M.T. Haryono lalu bergabung menjadi perwira yang fasih berbicara dalam 3 bahasa Belanda, Inggris,
dan Jerman. Kemampuannya berbahasa ini menjadi penghubung perundingan dan komunikasi.

M.T. Haryono pernah menjadi Sekretaris Delegasi Militer

Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan Deputi III
Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).

Tahun 1965, M.T. Haryono bersama petinggi lain gugur akibat pemberontakan G30S.
9. Mayor Jenderal D. I. Panjaitan

Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac panjaitan, lahir di balige Sumatera Utara 19 Juni 1925.
Dia meninggal di umur 40 tahun pada 1 Oktober 1965.

D. I. Panjaitan mengikuti pendidikan militer Gyugun ketika masa pendudukan Jepang. Kemudian dia
ditempatkan di Pekanbaru, Riau ketika proklamasi kemerdekaan. Kemudian D. I. Panjaitan mengikuti
TKR dan memiliki karir di bidang militer.

Sebelum meninggal dunia, dia diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat. D. I.
Panjaitan juga mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat.

10. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir di di Kebumen, Jawa Tengah, 28 Agustus 1922. Dia adalah seorang
perwira tinggi di TNI-AD. Brigjen Sutoyo pernah menjadi atase militer di Inggris pada 1956-1959.

Sutoyo Siswomiharjo menempuh pendidikan di balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta. Setelah
itu melanjutkan menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo. Ketika proklamasi
kemerdekaan, dia masuk menjadi TKR bagian Kepolisian.

Setelah itu Sutoyo Siswomiharjo menjadi anggota Korps Polisi Militer dan diangkat menjadi ajudan
Kolonel Gatot Subroto. Sutoyo Siswomiharjo kemudian menjadi kepala bagian Organisasi Resimen II
Polisi Tentara di Purworejo.

Sutoyo ditemukan meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965.

11. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean lahir pada 21 Februari 1939. DIa adalah seorang
perwira militer di Indonesia, yang meninggal akibat G30S di usia 26 tahun.

Pierre Andreas Tendean adalah pahlawan revolusi yang dipromosikan menjadi kapten Anumerta
setelah dirinya meninggal. Sebelumnya, Pierre Tendean sekolah dari SD sampai tamat SMA di
Semarang.

Lalu dia melanjutkan pendidikan di akademi teknik angkatan darat atau

ATEKAD di Bandung sampai lulus. Dia mengikuti pendidikan Jurusan Teknik tahun 1962, lalu
menjabat komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Militer II/Bukit Barisan di Medan.

Tahun 1965, perwira muda ini kemudian diangkat menjadi ajudan Menteri Koordinator Pertahanan
Keamanan/ Kepala Staf Angkata.

12. S. Parman

S. Parman disergap pada 1 Oktober 1965 sekira pukul 04.00 WIB di rumahnya. S. Parman disebutkan
tidak menyadari kedatangan rombongan penculik karena menggunakan seragam Cakrabirawa.
Rombongan itu mengatakan suasana di luar genting, bahkan mereka ikut masuk ke kamar tidur saat
S. Parman berganti pakaian. Dia pun dibawa pergi saat rumahnya tanpa penjaga

Anda mungkin juga menyukai