Anda di halaman 1dari 8

KLIPING PAHLAWAN REVOLUSI PERISTIWA G30S PKI

Disusun oleh :
MUHAMAD HAIKAL BILAL

SDN CIPINANG MUARA 04


Gerakan 30 September tahun 1965 merupakan salah satu peristiwa kelam dalam sejarah
Bangsa Indonesia. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan G30S/PKI.
Dalam peristiwa ini, 6 orang jenderal dan 1 perwira militer menjadi korban penculikan dan
pembunuhan. Mereka diculik, disiksa dan jasadnya dibuang ke dalam Sumur Lubang Buaya.

Kini, 58 tahun setelah peristiwa tersebut, kejadian ini masih menjadi memori kelam bagi bangsa
Indonesia. Peristiwa ini juga membawa dampak yang sangat besar dalam perjalanan bangsa
ini.
Nah, tanggal 30 September ini menjadi momen tepat untuk mengenang sejarah G30S PKI.
Seperti apa motifnya? Siapa dalang di balik kejadian mengerikan itu?Serta siapa saja Pahlawan
Revolusi yang gugur dalam peristiwa tersebut?

Sejarah Singkat G30S PKI


Melansir dari Modul Pembelajaran SMA Kelas XII: Sejarah Indonesia, peristiwa G30S/PKI atau
biasa disebut dengan Gerakan 30 September merupakan salah satu peristiwa pemberontakan
komunis yang terjadi pada bulan September setelah beberapa tahun Indonesia merdeka.
Peristiwa G30S/PKI terjadi di malam hari, tepatnya pada tanggal 30 September tahun 1965.

Tepatnya tanggal 1 Oktober dini hari pasukan Cakrabirawa di bawah pimpinan Letnan Kolonel
Untung memulai aksinya dengan target melakukan aksi penculikan terhadap 7 jenderal.

Pasukan Cakrabirawa bergerak dari lapangan udara menuju Jakarta daerah selatan. Tujuh
jenderal tersebut adalah Ahmad Yani, MT Haryono, D.I Panjaitan yang langsung dibunuh di
rumah masing-masing, sementara Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup
kemudian disiksa dan dibunuh oleh PKI. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur
tua di daerah Lubang Buaya.

Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang berasal dari
Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S/PKI telah berhasil diambil alih di
beberapa lokasi strategis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa
gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno
dari posisinya.

Operasi penumpasan G30S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI
pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh
satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328
Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G30S/PKI berada di
sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.

Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah
komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pukul 12.00 siang,
seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI-AD.

Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I
Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian, perwira TNI-AD
dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G30S/PKI,
tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI-AD tersebut dibawa
ke Lubang Buaya.

Karena daerah tersebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965
ditemukan tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut. Mayat para perwira itu
dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira-kira
12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.

Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda
pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari). Penggalian diteruskan oleh
pasukan Para Amfibi KKO-AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI-AD Mayjen
Soeharto.

Setelah ditemukan, jenazah para perwira diangkat dari sumur tua tersebut. Terlihat adanya
kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa
Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.

Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI-AD tersebut dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Pada
tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet
Dwikora, para perwira TNI - AD tersebut ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

Daftar Pahlawan Revolusi G30S PKI


Nah, berikut daftar nama-nama korban peristiwa G30S PKI yang ditetapkan sebagai Pahlawan
Revolusi.

1. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean


Piere Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta. Selesai mengikuti pendidikan di Akademi
Militer Jurusan Teknik tahun 1962, ia menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2
Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Ia ikut bertugas menyusup ke daerah
Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

Pada bulan April 1965, perwira muda ini diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator
Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution. Ketika bertugas,
Pierre Tendean tertangkap oleh kelompok G30S.

Ia pun mengaku sebagai A. H. Nasution di mana sang jenderal berhasil melarikan diri. Namun,
dirinya harus mengorbankan nyawa untuk melindungi Jenderal Nasution.

2. Letjen (Anumerta) Suprapto


Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Ia sempat mengikuti pendidikan di Akademi
Militer Kerajaan Bandung, namun harus terhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Suprapto aktif dalam usaha merebut senjata pasukan
Jepang di Cilacap. Ia kemudian memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan
ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman.

Kariernya terus melejit di militer. Namun, ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan
perang kelima, Suprapto menolaknya. Ia pun menjadi korban pemberontakan G30S bersama
para petinggi TNI AD lainnya.

Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya. Suprapto pun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata Jakarta.

3. Letjen (Anumerta) S. Parman


Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan S. Parman adalah salah satu petinggi TNI
AD di masa Orde Lama. Ia dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918.

Pendidikannya lebih berkutat di bidang intelijen. Ia pernah dikirim ke Jepang untuk


memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia mengabdi kepada Indonesia untuk memperkuat militer


Tanah Air. Pengalamannya di bidang intelijen sangat berguna bagi TNI kala itu. Ia mengetahui
rencana-rencana PKI yang ingin membentuk angkatan kelima.

Namun, pada 1 Oktober 1965 ia pun diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya. S.
Parman harus gugur dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.
4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan M. T. Haryono lahir pada 20 Januari
1924 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum terjun ke dunia militer, M. T. Haryono pernah mengikuti
Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa pendudukan Jepang.

Barulah setelah kemerdekaan Indonesia, M. T. Haryono bergabung bersama TKR dengan


pangkat mayor. Kepiawaiannya dalam berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman berguna bagi
Indonesia ketika melakukan berbagai perundingan internasional.

Ia kemudian berkutat di Kementerian Pertahanan. M. T. Haryono juga sempat menjabat sebagai


Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri
Belanda (1950) dan sebagai Direktur Intendans dan Deputy Ill Menteri/Panglima Angkatan
Darat (1964). Nahas, di tahun 1965 M. T. Haryono gugur bersamaan dengan para petinggi TNI
AD lain akibat pemberontakan G30S.

5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan


Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada
masa pendudukan Jepang ia memasuki pendidikan militer Gyugun. Kemudian ia ditempatkan di
Pekanbaru, Riau sampai saat proklamasi kemerdekaan.

Setelah Indonesia merdeka, D. I. Panjaitan ikut membentuk TKR. Ia pun memiliki karier yang
cemerlang di bidang militer.

Menjelang akhir hayatnya, ia diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat dan
mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Jenderal dari Sumatra ini pun juga harus tewas
ketika terjadi pemberontakan PKI 1965 bersama dengan para jenderal lainnya.

6. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani


Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Ia lahir di Jenar, Purworejo
pada 19 Juni 1922.

Ketika muda, Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air
(PETA) di Bogor. Setelah itu, karier Ahmad Yani berkutat di militer. Ia turut ikut dalam
pemberantasan PKI Madiun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan juga penumpasan DI/TII di
Jawa Tengah.

Pada tahun 1958, ia diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang
Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI. la diangkat sebagai Kepala Staf
Angkatan Darat (KSAD) tahun 1962.

Namun, pada tahun 1965 Ahmad Yani mendapatkan fitnah ingin menjatuhkan Presiden
Soekarno. Ia harus tewas ketika pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965.

7. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo


Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa
pendudukan Jepang ia mendapat pendidikan pada Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta,
dan kemudian menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia memasuki TKR bagian Kepolisian, akhirnya menjadi


anggota Korps Polisi Militer. Ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian
menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo.

Kariernya terus melesat. Tahun 1961, ia diserahi tugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur
Jenderal Angkatan Darat. Akan tetapi, Sutoyo yang menentang pembentukan angkatan kelima
harus ikut gugur dalam peristiwa G30S.

8. Brigjen (Anumerta) Katamso


Katamso dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan
Jepang ia mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogor. Kemudian diangkat menjadi
Shodanco Peta di Solo.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia masuk TKR yang kemudian menjadi TNI. Ia terus
berkiprah bersama militer Indonesia. Tahun 1958, Katamso dikirim ke Sumatra Barat untuk
menumpas pemberontakan PRRl sebagai Komandan Batalion A Komando Operasi 17 Agustus.
Setelah itu, menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.

Katamso juga menjadi korban keganasan G30S. Ia harus gugur karena diculik dan dibunuh.
Mayatnya ditemukan 22 Oktober 1965. Katamso dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Semaki, Yogyakarta.

9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun


Karel Satsuit Tubun dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Tamat dari
Sekolah Polisi Negara di Ambon ia diangkat sebagai Agen Polisi Tingkat II dan mendapat tugas
dalam kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon.

Kemudian ia ditempatkan pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian Negara di Jakarta. Tahun
1955 dipindahkan ke Medan Sumatera Utara dan tahun 1958 dipindahkan ke Sulawesi.

Ketika meletus pemberontakan G30S, ia termasuk salah seorang korban keganasan


pemberontakan tersebut. K. S. Tubun waktu itu sedang bertugas sebagai pengawal di
kediaman Dr. Y. Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A. H. Nasution.

Satsuit Tubun melawan dan terjadi pergulatan dan akhirnya K. S. Tubun ditembak hingga gugur.
Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono


Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.
Pada masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat pendidikan militer pada Pembela Tanah
Air (PETA). Kemudian ia diangkat menjadi Budanco di Wonosari. Kariernya terus berkecimpung
di dunia militer, mengikuti beberapa penumpasan pemberontakan di Tanah Air.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Sugiyono yang baru saja kembali dari Pekalongan ditangkap di
Markas Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI. Ia telah dibunuh di Kentungan di
sebelah Utara Yogyakarta dan jenazahnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 kemudian
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Setelah kita mengenang kembali sejarah G30S PKI dan mengetahui daftar nama pahlawan
revolusi yang gugur pada saat tersebut, mari kita tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan
mereka. Semoga informasinya bermanfaat ya, detikers!
KLIPING PAHLAWAN REVOLUSI PERISTIWA G30S PKI

Disusun oleh :
MUHAMAD HAIKAL BILAL

SDN CIPINANG MUARA 04

Anda mungkin juga menyukai