Kenapa setiap tanggal 1 Oktober warga diseluruh Indonesia memperingati Hari Kesaktian
Pancasila?
Karna pada zaman itu terjadi peristiwa yg besar & bersejarah yakni G30S/PKI yg membunuh
7 Jendral RI tujuanya ialah ingin mengganti Lambang Negara kita Garuda Pancasila menjadi
Negara Komunis dan juga ingin membangun Angkatan Perang ke 5 setelah TNI AD, AU, AL
dan POLRI, tentu saja para Jendral ini menolak mentah-mentah dan tidak akan pernah bisa
merubah lambang tersebut
Berbagai cara sudah PKI lakukan namun Gagal tapi ada satu cara yg belum Gagal yakni para
Jendral ini diculik dan dibunuh disuatu tempat di Jakarta yakni daerah Lubang Buaya
merekapun berhasil melakukanya pada tanggal 30 September PKI menculik satu jendral
yakni Ahmad Yani karna ia target pertama yg harus dibunuh dengn cara ditembak berkali-
kali diruang tamunya lalu para pasukan cakrabirawa membawanya dan setelah itu barulah
para Jendral-jendral lainnya yang diculik dan dibunuh ditempat yang sama sampai tanggal 1
Oktober, tapi ada 1 Jendral yang lolos tidak berhasil PKI culik yakni Jendral Abdul Haris
Nasution dia berhasil meloloskan diri ketika para PKI masuk kedalam rumah namun naas
anaknya tertembak dalam kejadian tersebut yakni Ade Irma Suryani
Memang sungguh biadab para PKI itu,bukan hanya menculik dan membunuh saja bahkan ada
beberapa jendral yg mereka siksa dengan sadis dan kejam disana. Akhirnya taktik PKI pun
terbongkar dan kembali Gagal Total dengan ditemukan 7 Jendral ini disebuah sumur tua
tersebut pada tanggal 4 Oktober dan ditanggal 5 Oktober warga Indonesia menyaksikan 7
Jendral tersebut dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta dengan upacara kebesaran Militer.
Untuk mengenang jasa-jasa mereka pemerintah RI memutuskan untuk membangun suatu
monumen di Jakarta yakni Monumen Pancasila sakti yg terletak di kawasan Lubang Buaya,
Jakarta Timur. Mereka juga diberi gelar Pahlawan Revolusi.
Pahlawan Revolusi adalah gelar kepahlawanan yang diberikan kepada sejumlah perwira
militer (10 orang pahlawan) yang gugur dalam peristiwa G 30 S PKI yang terjadi pada
tanggal 30 September 1965.
Adapun para Pahlawan Revolusi tersebut ialah:
Anak :
R. Erry Guthomo,
R. Agung Pramuji,
R. Agung Pramuji, R. Danny Nugroho,
R. Budi Winoto, R. Ganis Priyono,
Rr. Sugiarti Takarina
Karir:
Komandan 1 Kompi 2 Batalyon 10 Resimen 3 di Yogyakarta. Pangkat Letnan Dua.
Ajudan Komandan Batalyon 30 Resimen 22
Ajudan Komandan Brigade 10 Divisi III, Letnan Kolonel Suharto
Perwira Operasi Brigade C di Yogyakarta
Komandan Kompi 4 Batalyon 411 Brigade C di Purworejo
Wakil Komandan Batalyon 441 di Semarang. Saat ini pangkatnya sudah Kapten.
Komandan Batalyon 441/Banteng Raiders III. Pangkatnya sudah Mayor.
Komandan Komandi Distrik Militer (Kodim) 0718 di Pati.
Komandan Kodim di Yogyakarta sekaligus Pejabat Sementara Kepala Staf Korem 072.
Pangkatnya sudah Letnan Kolonel.
Penghargaan
Bintang RI II
Bintang Gerilya
Bintang Sewindu ABRI
Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun
Satya Lencana Perang Kemerdekaan I
Satya Lencana Perang Kemerdekaan II
Satya Lencana Gerakan Operasi Militer I
Satya Lencana Gerakan Operasi Militer II
Satya Lencana Gerakan Operasi Militer IV
Satya Lencana Sapta Marga
Satya Lencana Satya Dharma
Pahlawan Revolusi - Keppres No. 118/KOTI/1965
2. Brigjen Anumerta Katamso Darmokusumo
Pendidikan:
Sekolah Menengah Pendidikan Militer: PETA, Bogor
Karir:
Shodanco Peta di Solo
Komandan Kompi di klaten
Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV
Komandan Batalyon "A" Komando Operasi 17 Agustus
Kepala Staff Resimen Team Pertempuran (RTP) IIDiponegoro
Kepala Staff Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus
Komando Pendidikan dan Latihan (Koplat) merangkap Komandan Pusat
Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung
Komandan Resort Militer korem 072, Komando Daerah Militer (Kodam)
VII Diponegorodi Yogyakarta.
Pengghargaan
Gelar Pahlawan Revolusi (SK Presiden RI No. 118/KOTI/Tahun 1965, tanggal 19
Oktober 1965)
Karir
Anggota Polri
Polisi Brimob Pangkat Agen Polisi Kelas Dua
Polisi Brimob Pangkat Agen Polisi Kelas Satu
Polisi Brimob Brigadir Polisi
Polisi Pangkat Ajun Inspektur Dua Polisi.
Penghargaan
Pahlawan Revolusi pada tanggal 5 Oktober 1965 - Keppres No. 114/KOTI/1965
4. Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean
Pendidikan
Sekolah Menengah Atas Bagian B di Semarang
Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad)
Penghargaan
Gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965, tgl 5
Oktober 1965
Kapten Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution yang lahir
pada tanggal 21 Februari 1939. Tendean mengawali karir militernya menjadi intelijen.
Ditugaskan sebagai mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara
Indonesia dengan Malaysia.
Pada peristiwa G30S, Pierre yang disangka Jenderal A. H. Nasution ditangkap dan
dibawa oleh PKI ke Lubang Buaya. Disana Pierre dibunuh dan dimasukan ke sumur tak
terpakai bersama 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat lainnya. Pierre pun dianugerahi
Pahlawan Revolusi.
Pendidikan:
Balai Pendidikan Pegawai Negeri Jakarta
AMS
HIS
Karir:
Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo, 1946
Kepala Staf CPMD Yogyakarta, 1948-1949
Komandan Batalyon I CPM, 1950
Danyon V CPM, 1951
Kepala Staf MBPM, 1954
Pamen diperbantukan SUAD I, 1955-1956
Asisten ATMIL di London, 1956
Berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD, 1961
Berpangkat Brigjen, 1964
Penghargaan
Pahlawan Revolusi - Keppres No. 111/KOTI/1965
Sutoyo gabung militer sebagai Polisi Tentara Keamanan Rakyat yang merupakan
cikal bakal Polisi Militer. Awal karir Sutoyo di Polisi Militer yaitu sebagai ajudan
Kolonel Gatot Soebroto, Komandan Polisi Militer. Karirnya terus naik hingga dipercaya
menjadi inspektur kehakiman/jaksa militer utama.
Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Sutoyo diculik oleh PKI dan dibawa ke markas
mereka di Lubang Buaya. Di sana Sutoyo dibunuh dan tubuhnya dibuang ke sumur tak
terpakai.
Pendidikan
SD, SMP, dan SMA di Indonesia
Associated Command and General Staff COllege, Amerika Serikat
Karir
Komandan batalyon di TKR
Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948
Kepala Staff Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatra.
Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan
Kepala Staf T&T II/Sriwijaya di Palembang
Penghargaan
Pahlawan Revolusi Indonesia - Keppres No. 111/KOTI/1965
Ketika Jepang tiba di Indonesia, Pandjaitan mengikuti latihan Gyugun dan ditugaskan
menjadi anggota Gyugun di Pekanbaru. Setelah kemerdekaan, Pandjaitan bersama
pemuda lainnya membentuk TKR. Karirnya di TKR terus naik, mulai dari komandan
batalyon, kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi,
menjadi Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera dan menjadi
Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan
yang terakhir adalah Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (sebelumnya masih
banyak jabatan yang diembannya). Sebagai Perwira Tinggi, Pandjaitan menjadi target
penculikan dan pembunuhan oleh PKI.
Siswondo Parman ditetapkan menjadi Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 dengan
Keppres No. 111/KOTI/1965.
Pendidikan
HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Wonosobo
MULO (Meer Uitgebried Lager Onderwijs) di Yogyakarta
AMS (Algemeene Middelbare School)
Sekolah Tinggi Kedokteran (STOVIA) di Jakarta
Sekolah Tinggi Hukum
Penghargaan
Siswondo Parman alias S. Parman mendapatkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan
Revolusi dengan Keppres No. 111/KOTI/1965
Letnan Jenderal Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan Letjen S. Parman
merupakan salah satu Pahlawan Revolusi. Parman yang lahir pada tanggal 4 Agustus
1918 di Wonosobo mendapatkan pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama
dan Sekolah Menengah Atas. Parman pun masuk ke Sekolah Tinggi Kedokteran, namun
tidak sampai mendapatkan gelar dokter akibat Jepang telah menduduki wilayah
Indonesia.
Parman diculik dan dibunuh PKI karena menolak usul D. N. Aidit tentang
dipersenjatainya buruh dan tani atau disebut Angkatan Kelima. Terlebih lagi bahwa
Parman merupakan tentara intelijen yang tahu tentang gerak-gerik PKI.
Pendidikan
Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran)
HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)
ELS (setingkat Sekolah Dasar)
Karir
Mayor TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
Pendidikan:
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setara SLTP di Yogyakarta
AMS (Algemeene Middlebare School) yang setara SLTA di Yogykarta
Koninklijke Militaire Akademie di Bandung
Penghargaan:
Gelar Pahlawan Revolusi - Keppres No. 111/KOTI/1965
Kebangsaan: Indonesia
istri: Yayu Rulia Sutowiryo
Anak: 8
Profesi: Tentara
Pendidikan
HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
Pendidikan Heiho di Magelang
PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat,
tahun 1955
Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Bintang Kehormatan
Bintang RI Kelas II
Bintang Sakti
Bintang Gerilya
Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
Satyalancana G: O.M. I dan VI
Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
Satyalancana Irian Barat (Trikora)
Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain
Ahmad Yani mengawali karir militernya dengan mengikuti wajib militer oleh
pemerintahan Belanda di Malang. Ketika pendudukan Jepang, Ahmad Yani gabung
bersama PETA.
Prestasi Ahmad Yani di bidang militer cukup mengagumkan. Diawali dengan
menahan Agresi Militer pertama dan kedua Belanda, dilanjutkan dengan mengalahkan
pemberontak DI/TII, Operasi Trikora di Papua Barat dan Operasi Dwikora
menghadapi konfrontasi dengan Malaysia. Ketika menjabat sebagai Menteri/Panglima
Angkatan Darat, Ahmad Yani menolak usul PKI yang menginginkan pembentukan
Angkatan Kelima yaitu dipersenjatainya buruh dan tani. Sehingga Ahmad Yani menjadi
target penculikan dan pembunuhan PKI dalam Gerakan 30 September. Tubuhnya yang
penuh luka tembak, dibawa dan dibuang ke sumur di Lubang Buaya.