Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

GENERASI PENTOL

DISUSUN OLEH:

1. WILDAHTUN MUGHOFAH (1651010038)


2. DE VITA SIROJUL U. S. (1651010039)
3. FANDI ARMANTO (1651010040)
4. SUKMA DHANU F. (1651010041)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UPN VETERAN JAWA TIMUR
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
pengkajian dengan judul Generasi Pentol sebagai tugas mata kuliah
Kewarganegaraan.
Selama pengkajian, banyak sekali bimbingan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua dan keluaga besar
2. Bapak Sigit, sebagai Dosen Mata Kewarganegaraan Arsitektur UPN
Veteran Jatim.
3. Seluruh rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
4. Semua pihak yang sudah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Segala saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Surabaya, 29 April 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Permasalahan dewasa ini, perubahan zaman membawa dampak yang
besar. Dengan adanya perubahan zaman, pola pikir manusiapun ikut berubah.
Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini
terjadi karena adanya pola pikir masyarakat yang semakin maju dan
menyukai segala hal yang berbau instan atau cepat. Oleh karena itu manusia
menciptakan inovasi inovasi baru yang dapat memudahkan kehidupan
mereka, seperti pada bidang teknologi, pendidikan, sampai makanan. Dewasa
ini, makanan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan. Karena
makanan yang menentukan gizi yang juga dapat mempengaruhi pola pikir
manusia. Tetapi manusia masa kini cenderung lebih menyukai makanan
ringan atau makanan cepat saji yang justru memiliki nilai gizi yang kurang
dan terkadang justru memiliki kandugan bahan berbahaya seperti pengawet,
pewarna, dsb. Contohnya seperti Pentol, Cireng, Chiki dan lainnya.
Semakin menjamurnya penikmat pentol atau cireng membuat banyak
orang berlomba lomba untuk membuat atau menjual makanan tersebut
dengan berbagai bahan yang tak layak dan dicampur dengan boraks ataupun
MSG (monosodium glutamate). Akibat hal ini muncullah istilah istilah baru
seperti Generasi Pentol maupun Generasi Cireng. Istilah ini muncul
sebagai sindiran atas keadaan generasi muda masa kini yang sangat
memprihatinkan.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini kami membuat beberapa rumusan masalah
yang menjadi pokok pembahasan. Adapun Rumusan masalah yang kami
tetapkan adalah:
1. Apa itu Generasi pentol?
2. Siapa saja yang tergolong dalam generasi tersebut?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pentol


Pentol (Bakso tusuk) adalah sebutan untuk jajanan tradisional serupa
seperti bakso namun kandungan dagingnya lebih sedikit, terkadang pentol
hanya terbuat dari tepung kanji, pentol banyak digemari masyarakat semua
usia dan semua kalangan karena harganya yang relatif murah dan rasanya
yang enak. Pentol banyak dijual oleh pedagang kaki lima atau pedagang
keliling lainnya, para pedagang pentol banyak dijumpai di kawasan sekolah,
pasar, pabrik, Universitas, dan tempat tempat keramaian. Pentol bervariasi
macamnya, mulai dari pentol kanji, pentol isi telur puyuh, pentol tahu, pentol
siomay, dan pentol goreng.
Para pedangang pentol biasa menjualnya dengan menggunakan gerobak,
dengan motor, ataupun dengan sepeda, bahkan dengan jalan kaki dengan
berpindah pindah tergantung keberadaan pembelinya. Harganya yang murah
dan rasanya yang enak dan mengenyangkan menjadi salah satu alasan bisnis
jualan pentol digemari dimasyarakat.

2.2 Dampak Pentol

Selain memiliki rasa enak dan mengenyangkan pentol juga dapat


memiliki bahaya yang buruk bagi kesehatan. Pentol yang di produksi oleh
pedagang yang tak bertanggung jawab biasanya menggunakan bahan-bahan
yang tak layak makan atau berbahaya demi mengambil untung sebesar-
besarnya namun merugikan konsumennya. Pedagang nakal tersebut biasanya
mengganti daging sapi atau ayam dengan daging babi ataupun tikus, selain itu
mereka juga memambahkan boraks dan msg alias micin. Bahan-bahan tersebut
tentu dapat membahayakan kesehatan bila dikonsumsi jangka panjang,. Akibat
terlalu banyak mengkonsumsi boraks dan micin dapat menimbulkan penyakit
seperti kanker dan juga dapat mempengaruhi pola pikir manusia.
2.3 Generasi Pentol

Pada dasarnya pentol merupakan jajanan yang sehat dan bernilai gizi
karena mengandung banyak protein dari daging sapi maupun daging ayam.
Namun akibat ulah pedagang yang tak bertanggung jawab, pentol sering kali
dicampur dengan bahan yang berbahaya seperti boraks dan msg, bahan
berbahaya inilah yang dapat merusak pola pikir anak bangsa.

Micin (monosodium glutamat alias MSG) merupakan senjata utama bagi


kebanyakan pedagang pentol, cireng, dan banyak makanan lainnya. Micin
memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembuatan pentol. Karena
micin dapat menambah rasa sedap atau gurih pada pentol. Rasa sedap dan
gurih inilah yang sekarang banyak disukai oleh generasi modern. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa micin adalah salah satu aspek yang sangat penting
termasuk dalam membuat jajanan pentol yang saat ini banayak di sukai oleh
masyarakat.

Namun nahasnya, micin dalam pentol ataupun dalam makanan lainnya


memiliki self-concept yang rendah. Mengapa demikian? Dilihat dari harganya
yang hanya dijual sekian rupiah di pasaran. Hal tersebut akan mempermudah
masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkannya. Selain itu, ternyata
micin tidak mempunyai rasa sendiri. Micin hanya bertugas untuk memperkuat
cita rasa suatu makanan dan memberi stimulus dari rasa yang dapat diterima
oleh lidah (manis, pahit, asin, dan asam).

Lantas, siapa sih yang disebut generasi pentol? Akhir-akhir ini,


berbagai postingan yang bersifat memamerkan kemesraan, provokatif, bully-
ing, dan sebagainya sedang marak di berbagai media sosial. Oknum-oknum
yang mem-posting simbol kebobrokan moral tersebut pada dasarnya memiliki
tujuan yang sama, yakni hanya untuk mencari sensasi semata. Nah, sebagian
orang menghubungkan fenomena tersebut dengan penggunaan micin yang
juga sehari-harinya menuntut untuk semakin banyak dipakai dalam berbagai
hasil makanan agar diminati konsumernya, terumata pada pedagang jajanan
pentol yang jelas banyak mengunakan micin dalam membuat produknya.
Sebutan generasi pentol atau juga bisa disebut dengan generasi micin
biasa dialamatkan pada remaja tanggung maupun anak-anak usia sekolah yang
yang menuntut perhatian lebih sehingga mereka berlagak dewasa dan
melakukan hal-hal di luar batas wajar mereka. Generasi inilah yang terkadang
sangat meresahkan khalayak karena perbuatan mereka sedikit-banyak
bertentangan dengan nilai moral yang berlaku di Indonesia. Di samping itu,
istilah pentol atau micin bisa jadi merupakan gambaran sebagian besar
manusia yang notabene berperan sebagai pengguna daripada pencipta.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Ibarat micin pada pentol yang memperkuat rasa pentol, manusia masa
kini terutama pemuda tidak lebih hanya memanfaatkan dan mengembangkan
teknologi yang sudah ada. Sedikit sekali pemuda kekinian yang ber-inovasi
untuk membuat gagasan baru. Padahal ilmuwan-ilmuwan terdahulu
kebanyakan sukses di usia muda dengan berbagai penemuan maupun sesuatu
yang mereka ciptakan sendiri. Namun bukan berarti hal tersebut sepenuhnya
buruk, hanya saja ada perbedaan kontras antara pemuda masa kini dan di masa
lalu.

3.2 Saran

Mengingat bahwa orang-orang terdahulu melakukan segala riset dengan


berbagai keterbatasan, maka harusnya kita lebih banyak bersyukur dan bijak
dalam menggunakan teknologi yang sudah ada. Generasi pentol atau
Generasi micin akan terus berkembang seiring dengan bumi yang senantiasa
berputar. Walau bagaimanapun, micin akan tetap menjadi senjata utama
pedagang pentol dan lainnya. Intinya, mari jadi insan produktif yang anti alay
dan cari perhatian.

Anda mungkin juga menyukai