Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ETIKA DAN KEPEMIMPINAN

Nama Kelompok :

1. Aci Andika Rahmani 14.822.0034


2. Novia Ardila Siregar 14.822.0081
3. Najla Hanani Panjaitan 14.822.0084

I. PENDAHULUAN
Kepemimpinan tanpa etika adalah malapetaka karena dapat menimbulkan ketidakstabilan
dan kehancuran. Seorang pemimpin wajib untuk memimpin dengan berpondasikan etika yang
kuat dan santun. Sebab, tanpa etika kepemimpinan, maka pemimpin tidak akan pernah mampu
menyentuh hati terdalam dari para pengikut. Dan dia juga akan mnejadi yang gampang untuk di
olok-olok oleh lawan dan kawan. Bila lawan, kawan, dan bawahan sudah suka meperolok-
olokkan pemimpin, maka malapetaka akan menjadi sahabat kepemimpinan tersebut.
Seorang pemimpin yang memiliki etika akan mampu membawa organisasi yang dipimpinnya
sampai ke puncak keberhasilan dengan memanfaatkan semua potensi yang ada pada semua
anggota organisasi yang dipimpin. Seorang pemimpin menjadikan etika sebagai dasar
mengoptimalkan semua bakat dan potensi sumber daya manusia, dan meningkatkan nilai dari
semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi serta menghargai semua kualitas dan
kompetensi sumber daya manusia. Dan bukan seorang pemimpin yang menciptakan jarak antara
mimpi dan realitas. Tetapi dia seorang pemimpin beretika yang membantu semua mimpi
pengikutnya menjadi kenyataan dalam kebahagiaan.
Pemimpin yang beretika tidak akan pernah punya niat untuk menyingkirkan bakat-bakat
hebat yang menjanjikan masa depan cerah. Dia akan mengilhami semua orang dengan motivasi
dan keteladanan untuk mampu mencapai keunggulan, dan merangsang semua orang untuk
berfikir positif dan bekerja efektif.
Jendral Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng masuk pendidikan HIS pada usia enam tahun, kemudian melanjutkan
ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937). Setelah
itu, ia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940. Sewaktu
pendudukan Jepang, ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai
(1943). Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944),
Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah(1945-1946).
Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan
Kepolisian Negara.

Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian
Seniors. Selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele. Saat menjadi Kapolri Hoegeng Imam
Santoso melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut struktur organisasi di
tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif.
Pada masa jabatannya terjadi perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya.
Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak)
diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan
Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).

Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di
Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah
Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah
kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional,
International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan
dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.

Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada
Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala
DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse
Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan
Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960),
Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris
Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus
menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan
Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala
Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan
Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971,
dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan.

II. Alasan Memilih Jendral Hoegeng Imam Santoso


Beliau merupakan pribadi yang jujur dan bersih (anti disogok), Hoegeng memang seorang
yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran. Semua
keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri. Hoegeng
juga pernah membongkar kasus besar seperti Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus
menggemparkan masyarakat. Pertama kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual
telur, Sumarijem, yg diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya,
korban perkosaan malah dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu
merembet dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika
persidangan digelar tertutup. Wartawan yg menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim
096. Hoegeng kemudian bertindak.
Kasus lainnya yg menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai
miliaran rupiah oleh Robby Tjah jadi. Berkat jaminan, pengusaha ini hanya beberapa jam
mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkua sanya si penjamin sampai Ke jaksaan Jakarta
Raya pun memetieskan kasus ini. Siapakah si penjamin itu? Tapi, Hoegeng tak gentar. Di kasus
penyelundupan mobil mewah berikutnya, Robby tak berkutik. Pejabat yg terbukti menerima
sogokan ditahan. Rumor yg santer, gara-gara membongkar kasus ini pula yg menyebabkan
Hoegeng di pensiunkan, 2 Oktober 1971 dari jabatan kapolri.
Kasus ini ternyata melibatkan sejumlah pejabat dan perwira tinggi ABRI (hlm 118).
Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti
menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai. Semua
itu diperoleh dari sogokan para pengusaha. Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai
penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh
Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran
kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng
ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak.
Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.
III. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan yang dijalankan Jendral Hoegeng Imam Santoso yaitu Birokrasi. Dima
na Hoegeng hanya mematuhi dan menjalankan tugas yang diberikan oleh pemimpin nya untuk
dipelajari dan dikerjakan dengan bantuan para bawahan-bawahannya. Salah satu hal penting
yang dijalankan oleh Hoegeng selama menjabat sebagai Jendral Kapolri adalah melakukan
pembongkaran kasus-kasus besar seperti yang telah dijelaskan diatas, dengan kejujuran nya dan
dikenal dengan kedisplinan nya.

Pengalaman Kerja

Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada
Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala
DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse
Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan
Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960),
Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris
Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus
menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan
Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala
Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan
Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971,
dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan.

IV. Kelebihan Jendral Hoegeng Imam Santoso

1. Jendral Hoegeng Imam Santoso memiliki sikap berani, jujur, dan anti korupsi. Dan selalu
berpesan polisi jangan sampai dibeli.

2. Demi kebenaran tak gentar melawan siapapun, dan pak Hoegeng mantan jenderal kapolri
yang paling “miskin” karena mempertahankan kejujuran nya.

3. Berani bongkar korupsi di polri dan mendapat rekor MURI sebagai polisi paling jujur
sedunia.
V. Kekurangan Jendral Hoegeng Imam Santoso

Untuk kekurangan kami hampir tidak menemukan kekurangan tokoh pemimpin yang satu
ini di karenakan beliau memang sosok yang terkenal dengan kejujuran, professional, keberanian
dan anti korupsi nya sehingga beliau dikatakan layak dijadikan panutan bagi polri-polri diseluruh
dunia

Anda mungkin juga menyukai