Anda di halaman 1dari 10

Biografi J.

E Sahetapy – Pakar Hukum Pidana Indonesia

Jika anda biasa menonton acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TVOne anda mungkin biasa
melihat sosok dari Profesor J.E Sahetapy yang biasa tampil memberikan pendapat dan juga
kritikannya terhadap berbagai kasus atau isu-isu hukum dan politik di acara tersebut. Kali ini
kita akan membahas tentang biografi J.E Sahetapy seorang pakar hukum pidana Indonesia.

Beliau bernama lengkap Jacob Elfinus Sahetapy atau yang lebih dikenal sebagai J.E Sahetapy
adalah guru besar ilmu hukum Universitas Airlangga, Surabaya. Sahetapy lahir pada 6 Juni
1932 di Saparua, Maluku. Ia lahir dari pasangan guru, ia menyelesaikan SMA di Surabaya.

Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada, Fakultas Hukum di
Surabaya yang selanjutnya berubah menjadi Universitas Airlangga.

Pandai Berbahasa Belanda

Saat menjadi mahasiswa, ia termasuk mahasiswa yang cerdas dan pandai berbicara
menggunakan bahasa Belanda yang menjadi modal utama mempelajari ilmu hukum di
Indonesia. Selanjutnya ia di angkat menjadi asisten dosen mata kuliah Hukum Perdata,
setelah lulus kuliah ia mendapatkan tawaran melanjutkan studinya di Amerika Serikat.
Tawaran tersebut ia terima, dalam dua tahun ia berhasil menyelesaikan program studi
Magister di bidang Hubungan Bisnis dan Industri dari Universitas Utah di Salt Lake City, dan
kembali ke Indonesia.

Pada tahun 1979, ia terpilih menjadi dekan Fakultas Hukum di Universitas Airlangga,
selanjutnya ia melanjtkan pendidikan untuk mengambil gelar doktor dan menulis sebuah
buku berjudul “Ancaman Pidana Mati Terhadap Pembunuh Berencana”.
Selain sebagai pengajar ilmu hukum di Universitas Airlangga, ia juga mengajar di Program
Pasca Sarjana Hukum Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro. Selai itu ia
menjabat sebagai Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Petra.

Jabatan J.E Sahetapy


Jabatan lain yang sempat ia duduki antara lain asisten Gubernur Jawa Timur, Ketua Komisi
Hukum RI, Ketua Forum Pengkajian HAM dan Demokrasi Indonesia, Surabaya, Anggota BP
MPR RI, Anggota Komisi II DPR RI, Anggota Panitia Ad Hoc I MPR RI, Anggota Sub Komisi
Bidang Hukum DPR RI, Anggota Badan Legeslatif DPR RI dan terjun dalam dunia politik serta
menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI P.

Sahetapy menikah dengan gadis yang berasal dari Jawa, bernama Lestari Rahayu Lahenda
yang bekerja sebagai dosen dan seorang sarjana hukum. Mereka dikaruniai tiga orang putri
yang bernama Elfina Lebrine yang lahir pada tahun 1969 dan merupakan lulusan S2 di
Fakultas Hukum, Universitas Leiden di kota Belanda.

Kemudian Athilda Henriete yang lahir pada 1971 dan lulusan S2 Ilmu Hukum Universitas
Diponegoro, di kota Semarang dan Wilma Laura yang lahir pada tahun 1979, ia lulusan
Fakultas Sastra Universitas Kristen Petra dan S2 Fakultas Hukum Universitas Surabaya.

Selain memiliki 3 anak kandung, ia juga memiliki satu orang anak angkat yang bernama
Kezia, lahir pada tahun 1992. Kezia kini masih menempuh studi di Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Petra, Surabaya. Sahetapy merupakan sosok yang sederhana, tegas, jujur
dan menjadi teladan keluarga dan para anak didiknya serta setiap kata-katanya selalu
berbobot , benar dan nyata.

Biografi Chaerul Saleh - Pejuang dan Tokoh Politik Indonesia


Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ke-1
Masa jabatan: 1960 – 1966

Menteri Perindustrian Dasar Indonesia ke-6


Masa jabatan: 28 Februari 1960 – 27 Agustus 1964

Menteri Pertambangan dan Perindustrian Dasar Indonesia ke-1


Masa jabatan: 10 Juli 1959 – 27 Agustus 1964

Lahir: 13 September 1916, Sawahlunto, Sumatera Barat, Hindia Belanda


Meninggal: 8 Februari 1967 (umur 50) Jakarta, Indonesia

Chaerul Saleh gelar Datuk Paduko Rajo adalah seorang yang pernah menjabat sebagai wakil
perdana menteri, menteri, dan ketua MPRS antara tahun 1957 sampai 1966. Ia juga
menelurkan ide negara kepulauan dengan batas teritorial 12 mil laut yang disahkan pada 13
Desember 1957. Atas jasa-jasanya Chaerul dianugerahi pangkat Jenderal TNI Kehormatan.
Latar belakang

Chaerul Saleh seorang putra Minangkabau yang lahir dari pasangan Achmad Saleh dan
Zubaidah binti Ahmad Marzuki. Ayahnya adalah seorang dokter yang sempat menjadi calon
anggota Volksraad. Pada usia dua tahun, orang tuanya bercerai dan ia dibawa pulang oleh
ibunya ke Lubuk Jantan, Lintau, Tanah Datar. Di usia empat tahun, ayahnya membawa
Chaerul ke Medan dan menyekolahkannya disana. Setelah ayahnya berpindah tugas, ia
bersekolah di Europeesche Lagere School, Bukittinggi. Lulus dari ELS ia pindah ke
Hogereburgerschool (HBS) di Medan.

Ketika sekolah di Medan ia sering pulang ke Bukittinggi. Dan disinilah ia bertemu dengan
Yohana Siti Menara Saidah, putri Lanjumin Dt. Tumangguang yang kelak menjadi istrinya.
Karena dialah Chaerul pindah sekolah ke Batavia. Di Batavia dia bersekolah di Koning
Willemdrie atau HBS 5 tahun di Jalan Salemba. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di
Fakultas Hukum, Jakarta (1937-1942).
Perjuangan

Pada masa Hindia-Belanda, Chaerul menjabat sebagai Ketua Persatuan Pemuda Pelajar
Indonesia (1940-1942). Setelah Jepang masuk Indonesia, dia menjadi anggota panitia
Seinendan dan anggota Angkatan Muda Indonesia. Kemudian ia berbalik arah menjadi anti-
Jepang dan ikut membentuk Barisan Banteng serta menjadi anggota Putera
pimpinan Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan Kyai Haji Mas Mansyur.

Chaerul merupakan salah satu tokoh penting dibalik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Bersama Sukarni, Wikana, dan pemuda lainnya dari Menteng 31, ia
menculik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok. Mereka menuntut agar
kedua tokoh ini segera membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1946,
Chaerul bergabung dengan Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Kelompok ini
menuntut kemerdekaan 100% dan berdiri sebagai pihak oposisi pemerintah. Oleh
karenanya pada tanggal 17 Maret 1946, beberapa tokoh kelompok ini ditangkap termasuk
diantaranya Chaerul. Pada tanggal 6 Juli 1948, Tan Malaka mendirikan Gerakan Rakyat
Revolusioner dan menunjuk Chaerul Saleh sebagai sekretaris pergerakan.

Setelah kematian Tan Malaka, Chaerul bersama Adam Malik dan Sukarni berhimpun di
dalam Partai Murba. Tahun 1950, Chaerul memimpin Laskar Rakyat di Jawa Barat untuk
menentang hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Ia kemudian ditangkap oleh Abdul Haris
Nasution dan dibuang ke Jerman. Disana ia kemudian melanjutkan studinya ke Fakultas
Hukum Universitas Bonn dan mendirikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).
Pemerintahan
Pada bulan Desember 1956 sepulangnya dari Jerman, Chaerul ditunjuk oleh pemerintah
untuk menjadi Wakil Ketua Umum Legiun Veteran RI. Satu tahun kemudian, ia masuk
Kabinet Djuanda dan menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Veteran. Chaerul dikenal
sebagai tokoh sosialis yang cemerlang. Karena kepandaiannya itu ia beberapa kali menjadi
orang kepercayaan Presiden Soekarno, dan sebagai penyeimbang tokoh-tokoh PKI di
kabinet. Pada tahun 1959, ia ditunjuk sebagai Menteri Muda Perindustrian Dasar dan
Pertambangan pada Kabinet Kerja I. Di kabinet berikutnya, Kabinet Kerja II dan Kabinet Kerja
III Chaerul menjadi Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Pada tahun 1960
hingga 1966, ia juga menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

Sebagai orang kepercayaan Soekarno, Chaerul memiliki keberanian untuk menantang


lawan-lawan politiknya. Tanggal 3 April 1961, Chaerul berkeliling Sumatera Barat dan
berpidato di muka umum. Ia menentang para pemimpin Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia seperti Natsir dan Syafruddin Prawiranegara, yang dianggapnya
menyetujui hasil KMB.

Tahun 1963 kariernya menanjak dan ia dipercaya sebagai Wakil Perdana Menteri III. Pada
bulan April 1964, Chaerul terlibat dalam intrik kekuasaan. Ia mencoba untuk menduduki
posisi Wakil Perdana Menteri I yang saat itu dijabat oleh Soebandrio. Perhitungannya adalah
jika Soekarno lengser maka ia yang akan naik menjadi Perdana Menteri. Untuk
menyingkirkan Soebandrio dari kedudukannya sebagai Menteri Luar Negeri, ia juga akan
menyodorkan Adam Malik. Selain berusaha menggeser Soebandrio, ia juga
membendung Hatta yang sewaktu-waktu bisa saja naik menjadi Wakil Perdana Menteri I.
Untuk itu ia menginstruksikan Selo Soemardjan untuk membentuk organisasi intelijen yang
mengkonsolidasi kedudukannya. Pada masa itu selain orang-orang Murba, Angkatan Darat
dan PKI juga memposisikan dirinya sebagai pengganti Soekarno.

Untuk menjatuhkan wibawa PKI di mata Soekarno, pada sidang kabinet di akhir tahun 1964
Chaerul mengeluarkan sebuah dokumen yang menyatakan PKI akan melakukan kudeta
terhadap Presiden. Dokumen yang berjudul "Resume Program dan Kegiatan PKI Dewasa
Ini" itu, menyatakan bahwa revolusi Agustus 1945 telah gagal. Dan PKI harus mengambil
tindakan untuk merebut pimpinan revolusi. Pembahasan dokumen itu terus berlanjut ke
pertemuan partai politik di Bogor tanggal 12 Desember 1964. Disitu pimpinan PKI DN Aidit
menuduh Chaerul telah membuat berita bohong dan sebagai antek-Nekolim. Dari
pertemuan itu kemudian terbit Deklarasi Bogor yang meminta partai-partai politik untuk
tetap setia kepada pimpinan besar revolusi, Soekarno.
Dalam Gerakan 30 September, semula nama Chaerul termasuk salah seorang tokoh yang
akan diculik. Namun Aidit mencoret namanya karena pada tanggal 30 September Chaerul
sedang berada di Peking, China. Tanggal 18 Maret 1966, Chaerul Saleh ditahan
oleh Soeharto tanpa melalui proses peradilan. Ia dianggap sebagai menteri yang mendukung
kebijakan Soekarno yang pro-komunis. Ia meninggal pada tanggal 8 Februari 1967 dengan
status tahanan politik. Hingga sekarang tidak pernah ada penjelasan resmi dari pemerintah
mengenai alasan penahanannya.

Biografi Ahmad Heryawan (Kang Aher)

Ahmad Heryawan adalah Gubernur Jawa Barat untuk periode 2008-2013 dan merupakan
politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kang Aher adalah nama panggilan akrabnya.
Dalam menjalankan jabatan Gubernur periode tersebut, ia ditemani oleh Dede
Yusuf sebagai Wakil Gubernurnya. Kang Aher lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada 19 Juni
1966. Untuk periode jabatan 2013-2018, Ahmad Heryawan mencalonkan diri kembali
sebagai Gubernur Jabar dengan wakil Deddy Mizwar.

Biografi Ahmad Heryawan (Kang Aher)


Sebelum menjabat sebagai gubernur Jawa Barat, Kang Aher menjabat sebagai Wakil Ketua
DPRD Provinsi DKI Jakarta periode 2004-2009. Sebagai seorang pemimpin daerah, misi yang
ia bawa adalah menciptakan masyarakat yang memiliki dasar pengetahuan (knowledge)
untuk melahirkan dunia dengan wajah baru. Selain itu, Ahmad Heryawan juga memberikan
prioritas pada pendidikan murah, sejuta lapangan kerja, kesehatan masyarakat, perbaikan
ekonomi masyarakat, dan pembenahan infrastruktur di seluruh wilayah Jawa Barat.
Selain menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar
Persatuan Umat Islam (PUI) sejak tahun 2004 hingga sekarang. Ahmad Heryawan adalah
politikus yang juga aktif sebagai pendakwah atau mubaligh. Sebelum terjun ke dunia politik,
ia sempat aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi, antara lain Ma’had Al Hikmah,
Dirosah Isla miyyah Al Hikmah, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas
Ekonomi Universitas IndonesiaJakarta, dan Pusat Studi Islam Al Manar.

Gubernur Ahmad Heryawan pada tahun 2011 dinobatkan sebagai tokoh perubahan 2011
oleh sebuah media cetak nasional. Pada tahun 2012, Ahmad Heryawan mencalonkan
kembali sebagai Gubernur Jabar dengan didampingi Deddy Mizwar. Pasangan Cagub dan
Cawagub Aher-Deddy ini bersaing dengan calon Gubernur lainnya.
Sejak kepemimpinannya tahun 2008, Kang Aher meraih banyak penghargaan. Total 75
penghargaan diraih kang Aher untuk daerah jawa barat dan meningkatkan popularitas
Ahmad Heryawan sebagai figur Gubernur berprestasi. hal ini menjadi modal kuat beliau
untuk maju kembali ke pilkada Jawa barat. Daftar 75 penghargaan Ahmad Heryawan bisa
dilihat pada list panjang di bawah.
Biodata Ahmad Heryawan
Nama Lengkap : H. Ahmad Heryawan
Tempat Lahir : Sukabumi
Tanggal Lahir : 19 Juni 1966
Alamat Rumah : Jln. Dipenogoro No. 22 Bandung
Istri : Netty Prasetiyani
Jabatan : Gubernur Jawa Barat
Awal Jabatan : 13 Juni 2008
Selesai Menjabat : 13 Juni 2013
Pendidikan
 SD Negeri Salaawai 1 (1980)
 SMP Negeri Sukaraja (1983)
 SMA Negeri 3, Sukabumi (1986)
 Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) (1992)
Karir
 Dosen Lembaga Dakwah Islam Al Hikmah
 Dosen Universitas Ibnu Khaldun
 Dosen Tidak Tetap FE Extention UI
 Ketua Fraksi PK DPRD DKI 1999-2004
 Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 2004-2009
 Gubernur Jawa Barat

Biografiku.com – Biografi Adam Smith. Dikenal sebagai Tokoh Ekonomi Dunia dan juga
disebut sebagai ‘Bapak Ilmu Ekonomi’ dan juga pencetus ekonomi kapitalis. Bukunya yang
paling terkenal mengenai ekonomi berjudul ‘An Inquiry Into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations‘.

Biodata Adam Smith

Nama : Adam Smith


Lahir : Skotlandia, 16 June 1723
Wafat : Skotlandia, 17 July 1790
Orang Tua : Adam Smith Sr (ayah), Margaret Douglas (ibu)
Dikenal : Bapak Ilmu Ekonomi

Biografi Adam Smith


Nama lengkapnya adalah John Adam Smith dilahirkan di Kirkcaldy, Skotlandia tanggal 5 Juni
1723 dan wafat di Edinburgh, Skotlandia tanggal 17 Juli 1790 diumur 67 tahun. Orang
tuanya bernama Adam Smith Sr (ayah) dan ibunya bernama Margaret Douglas (ibu).

Masa Muda
Adam Smith memasuki kampus Universitas Glasgow saat umurnya berusia 13 tahun. Ia
belajar filosofi moral dibawah bimbingan Francis Hutcheson atau yang biasa Smith panggil
sebagai “si orang yang tidak boleh dilupakan”
Dibawah bimbingan Francis Hutcheson, Adam Smith mengembangkan keinginan kuatnya
mengenai kebebasan, akal sehat, dan kebebasan berpendapat. Kemudian pada tahun 1740
Adam Smith dianugrahi Snell Exhibition.
Kuliah di University of Edinburgh
Ia kemudian memasuki Kampus Balliol, Oxford, namun ia meninggalkan universitas tersebut
pada tahun 1746. Empat tahun kemudian yakni 1748, Adam Smith mulai melanjutkan
kuliahnya di Universitas Edinburgh dibawah bimbingan Lord Kames.
Dibeberapa perkuliahannya banyak menyinggung mengenai retorika dan belles-letters,
tetapi nantinya Adam Smith mengambil studi mengenai “kemajuan dari kesejahteraan,”.

Kemudian diakhir abad ke 20, Adam Smith untuk pertamakalinya mengemukakan filosofi
ekonomi dari “sistem yang jelas dan sederhana dari kebebasan alamiah”.
Dia menyatakan hal tersebut kepada masyarakat dalam buku karangannya yang berjudul
‘The Wealth of Nations.‘ Di tahun 1750, Adam Smith bertemu dengan David Hume seorang
filsuf kenamaan yang merupakan seniornya terpaut sepuluh tahun.
Hubungan dan kesamaan opini mereka berdua dapat ditemukan dalam detil dari tulisan
mereka yang mencakup mengenai sejarah, politik, filosofi, ekonomi, dan agama.

Mengajar di Universitas Glasgow


Dalam Biografi Adam Smith diketahui pada Tahun 1751 Smith ditunjuk sebagai ketua dewan
logika di Universitas Glasgow. Adam Smith kemudian dipindahkan ke Dewan filosofi moral
Glasgow pada tahun 1752.
Kuliah yang dibawakan oleh Adam Smith mencakup etika, retorika, jurispundens, politik
ekonomi, dan “kebijakan dan keuntungan”.

Tokoh Sosial Budaya


1.Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi

Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan
pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir
hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia (UI). Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan
yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di
Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengan
semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yang tinggi
dan sulit untuk diam. Ia orang yang tidak suka memerintah, tetapi memberi teladan.
Hidupnya lurus, bersih, dan sederhana. Ia tokoh yang memerintah dengan teladan,
sebagaimana diungkapkan pengusaha sukses Soedarpo Sastrosatomo.
Menurut Soedarpo, integritas itu pula yang membuat mendiang Sultan Hamengku
Buwono IX berpesan kepada putranya, Sultan Hamengku Buwono X agar selalu
mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalau menyangkut persoalan sosial
kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak. Ia seorang dari
sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak
maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa
menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan
kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat. Selama
hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf
Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap
Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan
Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat
(1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto.
Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 -- seusai meraih gelar
doktornya di Cornell University, AS -- mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Dialah
pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan
(sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra
Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama
sosiologi. Pendiri FISIP UI ini, memperoleh gelar profesor dari Fakultas Ekonomi UI dan
sampai akhir hayatnya justeru mengajar di Fakultas Hukum UI. Ia dibesarkan di lingkungan
abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya, Kanjeng Raden Tumenggung
Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor Kasultanan Yogyakarta.
Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan Belanda.
Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang cara
khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing.
Saat menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog. "Saya adalah
camat yang mengalami penjajahan Belanda, masuknya Jepang, dilanjutkan dengan zaman
revolusi. Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimana ditulis Kompas.
Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampu menyodorkan
alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yang membedakan Selo
dengan peneliti lain. Mendiang Baharuddin Lopa dalam salah satu tulisannya di Kompas
(1993) menulis, "Pak Selo menggali ilmu langsung dari kehidupan nyata. Setelah diolah, dia
menyampaikan kembali kepada masyarakat untuk dimanfaatkan guna kesejahteraan
bersama." Lopa menilai Selo sebagai dosen yang mampu mendorong mahasiswanya berpikir
realistis dan mengerti serta menghayati apa yang diajarkannya. "Pendekatan realistis dan
turun ke bawah untuk mengetahui keadaan sosial yang sesungguhnya inilah yang
dicontohkan juga oleh para nabi dan kalifah," tulis Lopa. Meski lebih dikenal sebagai guru
besar, Selo jauh dari kesan orang yang suka "mengerutkan kening". Di lingkungan keluarga
dan kampus, dia justru dikenal sebagai orang yang suka melucu dan kaya imajinasi,
terutama untuk mengantar mahasiswanya pada istilah-istilah ilmu yang diajarkannya. "Kalau
menjelaskan ilmu ekonomi mudah dimengerti karena selalu disertai contoh-contoh yang
diambil dari kehidupan nyata masyarakat," kenang Baharuddin Lopa.
Dalam tulisan Lopa, Selo juga digambarkan sebagai orang yang bicaranya kocak, tetapi
mudah dimengerti karena memakai bahasa rakyat. Meski kata-katanya mengandung
kritikan, karena disertai humor, orang menjadi tidak tegang mendengarnya. Menurut putra
sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. "Setiap hari selalu memainkan tubuhnya berolahraga
senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan
tubuhnya," tambahnya. Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah
Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963).
Penelitian terakhir Selo erjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima
Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak
peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk
piagam, lencana, dan sejumlah uang.

Anda mungkin juga menyukai