Anda di halaman 1dari 4

Nama : Naela Khaeraani (9F/20)

BIODATA SOETAN SJAHRIR

Sjahrir lahir dari pasangan Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Leman gelar Soetan
Palindih Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat dan Puti Siti Rabiah yang berasal dari negeri
Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Ayahnya menjabat sebagai penasehat Sultan Deli
dan kepala jaksa (landraad) di Medan. Sjahrir bersaudara seayah dengan Rohana Kudus,
aktivis serta wartawan wanita yang terkemuka. Sjahrir bersaudara kandung dengan Soetan
Sjahsam, seorang makelar saham pribumi paling berpengalaman pada masanya dan Soetan
Noeralamsjah, seorang jaksa dan politikus Partai Indonesia Raya (Parindra).

Karena lahir di keluarga yang kondisi ekonominya berkecukupan, Soetan Sjahrir masuk di
sekolah terbaik pada zaman kolonal Belanda ketika itu. Ia memulai pendidikannya di ELS
(Europeesche Lagere School) atau setingkat sekolah dasar. Setelah menyelesaikan pendidikan
di ELS, ia kemudian masuk di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setingkat
dengan sekolah menengah pertama atau SMP. Disini ia kemudian banyak membaca buku-
buku asing terbitan eropa dan juga karya-karya sastra dari luar. Tamat dari MULO pada
tahun 1926, ia kemudian pindah ke Bandung dan bersekolah di AMS (Algemeene
Middelbare School) yang merupakan sekolah termahal dan terbaik di Bandung.

Di AMS, ia menjadi siswa terbaik disana, Soetan Sjahrir banyak menghabiskan waktunya
dengan membaca buku-buku terbitan Eropa dan juga mengikuti klub kesenian di sekolahnya.
Ia juga aktif dalam klub debat di AMS.

Soetan Sjahrir kemudian dikenal sebagai penggagas dalam berdirinya Jong Indonesië
(himpunan pemuda nasionalis) pada tanggal 20 februari 1927 yang kemudian mengubah
nama menjadi Pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia kemudian menjadi penggerak
dimulainya Kongres Pemuda Indonesia yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda pada
tanggal 1928. Soetan Sjahrir juga merupakan pemimpin redaksi dari Himpunan Pemuda
Nasional yang kerap berurusan dengan kepolisian Bandung kerena kerap mengkritik
pemerintahan kolonial ketika itu. Selain itu, ia juga mendirikan sekolah bernama Tjahja
Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat) yang ditujukan untuk anak-anak buta huruf
dan dari keluarga yang kurang mampu.

Ia kemudian berangkat ke Belanda dan melanjutkan kuliahnya disana. Ia kemudian masuk


fakultas hukum di Universitas Amsterdam, di Belanda.  Di Belanda, beliau bekerja di
Sekretariat Federasi Buruh Transportasi Internasional.

Disana juga ia kemudian berkenal dengan Salomon Tas yang merupakan Ketua Klub
Mahasiswa Sosial Demokrat, dan juga wanita bernama Maria Duchateau yang kelak menjadi
istrinya yang ia nikahi pada tahun 1932. Di Belanda juga, Sutan Syahrir bergabung dalam
Perhimpunan Indonesia (PI) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Melihat menurunnya semangat pergerakan di Indonesia akibat pengawasan pemerintah


kolonial Belanda yang ketat membuat Soetan Sjahrir pada 1931 memilih berhenti kuliah dan
kemudian kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pergerakan nasional menuju kemerdekaan
Indonesia.

Pada masa kependudukan Jepang, Soetan Sjahrir melakukan pergerakan ‘bawah tanah’
membangun jaringan untuk mempersiapkan diri merebut kemerdekaan tanpa bekerja sama
dengan Jepang seperti yang dilakukan oleh Ir. Soekarno. Sjahrir percaya bahwa
kependudukan Jepang sudah tidak lama lagi dan Jepang tak mungkin menang dalam perang
melawan sekutu sehingga Indonesia harus cepat merebut kemerdekaan dari tangan Jepang.

Soetan Sjahrir kemudian mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mendeklarasikan
kemerdekaaan Indonesia pada tangga 15 Agustus 1945, desakan itu juga didukung oleh para
pemuda ketika itu. Namun Soekarno dan Hatta menolak dan tetap sesuai dengan rencana
yakni tanggal 24 September 1945 yang ditetapkan oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk oleh jepang.

Hal tersebut kemudian mengundang kekecewaan dari para pemuda Indonesia terlebih lagi
jepang diketahui telah menyerah dan kalah perang oleh sekutu. Hal inilah yang kemudian
membuat kaum muda ketika itu menculik Soekarno dan Mohammad Hatta dan membawanya
ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 guna menjauhkan dari pengaruh Jepang
dan mendesak agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Akhirnya pada tanggal 17 agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan Indonesia, Soetan Sjahrir kemudian ditunjuk
oleh Presiden Soekarno sebagai Perdana Menteri pertama Republik Indonesia dan menjadi
perdana menteri termuda di dunia yakni berusia 36 tahun, beliau juga menjabat sebagai
Menteri Luar Negerin dan Menteri Dalam Negeri ketika Republik Indonesia baru saja
merdeka, meskipun begitu banyak tulisan-tulisan Sjahrir yang cenderung mengkritik dan
menyerang Soekarno. Tulisannya yang terkenal yaitu Perjuangan Kita.

Soetan Sjahrir juga dikenal sebagai ketua BP KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat), beliau juga merupakan perangcang dari perubahan kabinet presidensil
menjadi kabinet parlementer di Indonesia. Sebagai perdana menteri Soetan Sjahrir telah
melakukan perombakan kabinet sebanyak tiga kali yaitu kabinet Syahrir I, Syahrir II dan
Syahrir III. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang konsisten dalam memperjuangkan
kedaulatan Indonesia di kancah Internasional melalui jalur diplomasi.

“Penyelesaian nasib bangsa kita hanya akan ditentukan oleh orang-orang yang berhati
besar,kuat dan jujur serta bercita-cita tinggi dan murni” – Soetan Sjahrir

Meskipun tidak lagi menjadi perdana menteri Indonesia pada tahun 1947, Soetan Sjahrir tetap
akhif memperjuangkan kedaulatan Indonesia di forum Internasional. Hal itu ia lakukan ketika
ia ditunjuk sebagai perwakilan Indonesia di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) bersama
dengan Haji Agus Salim. Ketika Indonesia terus digempur oleh aksi agresi militer Belanda
tahun 1947, Soetan Sjahrir berpidato mengenai kedaulatan Indonesia dan perjuangan bangsa
merebut kemerdekaan di tanah mereka sendiri. Argumen-argumen yang dikeluarkan oleh
Soetan Sjahrir tentang kedaulatan dan perjuangan Indonesia kemudian mematahkan argumen
perwakilan Belanda yaitu Eelco van Kleffens. Diplomasi Republik Indonesia yang diwakili
oleh Soetan Sjahrir kemudian membuat PBB ikut campur dalam masalah Indonesia-Belanda
yang kemudian mendesak Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.

Soetan Sjahrir kemudian dikenal sebagai diplomat muda yang ulung berkat pidatonya ketika
ia mewakili Indonesia di sidang umum PBB. Bahkan beberapa wartawan kemudian menyebut
Soetan Sjahrir dengan julukan The Smiling Diplomat. Setelah tidak lagi menjabat sebagai
Perdana Menteri, Soetan Sjahrir kemudian menjadi penasihat Presiden Soekarno dan juga
sebagai Duta Besar untuk Indonesia. Tahun 1948, Soetan Sjahrir kemudian mendirikan Partai
PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang berhaluan kiri dan berdasar atas ajaran Marx-Engels
yang menjunjung tinggi persamaan derajat manusia.

Kemudian pada tahun 1955, setelah Partainya gagal dalam pemilihan umum, hubungannya
dengan Presiden Soekarno mulai renggang dan memburuk. Hingga kemudian pada 1960,
Partai Sosialis Indonesia yang didirikan oleh Soetan Sjahrir akhirnya dibubarkan. Kemudian
pada tahun 1962 Soetan Sjahrir kemudian ditangkap karena dituduh sebagai dalang
percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno di Makassar. kemudian beliau dipenjara
tanpa pernah diadili hingga tahun 1965, ia kemudian menderita penyakit stroke.

Akhirnya pemerintah ketika itu mengizinkan Soetan Sjahrir untuk berobat di Zurich, Swiss.
Hingga akhirnya pada tanggal 9 April 1966, Soetan Sjahrir akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya, jenazahnya kemudian dimakamkan di taman makan pahlwan kalibata, Jakarta.
Sebagai balas jasa ditanggal yang sama tepat ketika Soetan Sjahrir meninggal dunia,
pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Sutan
Syahrir atas jasa-jasanya sebagai salah satu pendiri Republik Indonesia melalui melalui
Keppres nomor 76 tahun 1966.

Anda mungkin juga menyukai