Anda di halaman 1dari 3

UTS Komunikasi Politik

Nama : Muhammad Afif M

NIM/Kelas : 43010200192/5E

Biografi Tokoh Politik Indonesia : Chaerul Saleh

Dikutip dari karya Perlawanan Rakyat Sumatra Barat terhadap Kolonialisme Belanda,
1962. Chaerul Saleh gelar Datuk Paduko Rajo adalah seorang  yang pernah menjabat sebagai
wakil perdana menteri, menteri, dan ketua MPRS antara tahun 1957 sampai 1966. Ia juga
menelurkan ide negara kepulauan dengan batas teritorial 12 mil laut yang disahkan pada 13
Desember 1957. Atas jasa-jasanya Chaerul dianugerahi pangkat Jenderal TNI Kehormatan.

Latar belakang Beliau

Chaerul Saleh seorang putra Minangkabau yang lahir dari pasangan Achmad Saleh
dan Zubaidah binti Ahmad Marzuki. Ayahnya adalah seorang dokter yang sempat menjadi
calon anggota Volksraad. Pada usia dua tahun, orang tuanya bercerai dan ia dibawa pulang
oleh ibunya ke Lubuk Jantan, Lintau, Tanah Datar. Di usia empat tahun, ayahnya membawa
Chaerul ke Medan dan menyekolahkannya disana. Setelah ayahnya berpindah tugas, ia
bersekolah di Europeesche Lagere School, Bukittinggi. Lulus dari ELS ia pindah ke
Hogereburgerschool (HBS) di Medan.

Ketika sekolah di Medan ia sering pulang ke Bukittinggi. Dan disinilah ia bertemu


dengan Yohana Siti Menara Saidah, putri Lanjumin Dt. Tumangguang yang kelak menjadi
istrinya. Karena dialah Chaerul pindah sekolah ke Batavia. Di Batavia dia bersekolah di
Koning Willemdrie atau HBS 5 tahun di Jalan Salemba. Kemudian dia melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Hukum, Jakarta (1937-1942).

Perjuangan

Pada masa Hindia-Belanda, Chaerul menjabat sebagai Ketua Persatuan Pemuda


Pelajar Indonesia (1940-1942). Setelah Jepang masuk Indonesia, dia menjadi anggota panitia
Seinendan dan anggota Angkatan Muda Indonesia. Kemudian ia berbalik arah menjadi anti-
Jepang dan ikut membentuk Barisan Banteng serta menjadi anggota Putera pimpinan
Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan Kyai Haji Mas Mansyur.

Chaerul merupakan salah satu tokoh penting dibalik Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia. Bersama Sukarni, Wikana, dan pemuda lainnya dari Menteng 31, ia menculik
Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok. Mereka menuntut agar kedua tokoh ini
segera membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1946, Chaerul
bergabung dengan Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Kelompok ini menuntut
kemerdekaan 100% dan berdiri sebagai pihak oposisi pemerintah. Oleh karenanya pada
tanggal 17 Maret 1946, beberapa tokoh kelompok ini ditangkap termasuk diantaranya
Chaerul. Pada tanggal 6 Juli 1948, Tan Malaka mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner dan
menunjuk Chaerul Saleh sebagai sekretaris pergerakan.

Setelah kematian Tan Malaka, Chaerul bersama Adam Malik dan Sukarni berhimpun
di dalam Partai Murba. Tahun 1950, Chaerul memimpin Laskar Rakyat di Jawa Barat untuk
menentang hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Ia kemudian ditangkap oleh Abdul Haris
Nasution dan dibuang ke Jerman. Disana ia kemudian melanjutkan studinya ke Fakultas
Hukum Universitas Bonn dan mendirikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

Pemerintahan

Pada bulan Desember 1956 sepulangnya dari Jerman, Chaerul ditunjuk oleh
pemerintah untuk menjadi Wakil Ketua Umum Legiun Veteran RI. Satu tahun kemudian, ia
masuk Kabinet Djuanda dan menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Veteran. Chaerul
dikenal sebagai tokoh sosialis yang cemerlang. Karena kepandaiannya itu ia beberapa kali
menjadi orang kepercayaan Presiden Soekarno, dan sebagai penyeimbang tokoh-tokoh PKI di
kabinet. Pada tahun 1959, ia ditunjuk sebagai Menteri Muda Perindustrian Dasar dan
Pertambangan pada Kabinet Kerja I. Di kabinet berikutnya, Kabinet Kerja II dan Kabinet
Kerja III Chaerul menjadi Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Pada tahun 1960
hingga 1966, ia juga menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

Sebagai orang kepercayaan Soekarno, Chaerul memiliki keberanian untuk menantang


lawan-lawan politiknya. Tanggal 3 April 1961, Chaerul berkeliling Sumatera Barat dan
berpidato di muka umum. Ia menentang para pemimpin Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia seperti Natsir dan Syafruddin Prawiranegara, yang dianggapnya menyetujui hasil
KMB.

Tahun 1963 kariernya menanjak dan ia dipercaya sebagai Wakil Perdana Menteri III.
Pada bulan April 1964, Chaerul terlibat dalam intrik kekuasaan. Ia mencoba untuk
menduduki posisi Wakil Perdana Menteri I yang saat itu dijabat oleh Soebandrio.
Perhitungannya adalah jika Soekarno lengser maka ia yang akan naik menjadi Perdana
Menteri. Untuk menyingkirkan Soebandrio dari kedudukannya sebagai Menteri Luar Negeri,
ia juga akan menyodorkan Adam Malik. Selain berusaha menggeser Soebandrio, ia juga
membendung Hatta yang sewaktu-waktu bisa saja naik menjadi Wakil Perdana Menteri I.
Untuk itu ia menginstruksikan Selo Soemardjan untuk membentuk organisasi intelijen yang
mengkonsolidasi kedudukannya. Pada masa itu selain orang-orang Murba, Angkatan Darat
dan PKI juga memposisikan dirinya sebagai pengganti Soekarno.

Untuk menjatuhkan wibawa PKI di mata Soekarno, pada sidang kabinet di akhir
tahun 1964 Chaerul mengeluarkan sebuah dokumen yang menyatakan PKI akan melakukan
kudeta terhadap Presiden. Dokumen yang berjudul "Resume Program dan Kegiatan PKI
Dewasa Ini" itu, menyatakan bahwa revolusi Agustus 1945 telah gagal. Dan PKI harus
mengambil tindakan untuk merebut pimpinan revolusi. Pembahasan dokumen itu terus
berlanjut ke pertemuan partai politik di Bogor tanggal 12 Desember 1964. Disitu pimpinan
PKI DN Aidit menuduh Chaerul telah membuat berita bohong dan sebagai antek-Nekolim.
Dari pertemuan itu kemudian terbit Deklarasi Bogor yang meminta partai-partai politik untuk
tetap setia kepada pimpinan besar revolusi, Soekarno.

Dalam Gerakan 30 September, semula nama Chaerul termasuk salah seorang tokoh
yang akan diculik. Namun Aidit mencoret namanya karena pada tanggal 30 September
Chaerul sedang berada di Peking, China. Tanggal 18 Maret 1966, Chaerul Saleh ditahan oleh
Soeharto tanpa melalui proses peradilan. Ia dianggap sebagai menteri yang mendukung
kebijakan Soekarno yang pro-komunis. Ia meninggal pada tanggal 8 Februari 1967 dengan
status tahanan politik. Hingga sekarang tidak pernah ada penjelasan resmi dari pemerintah
mengenai alasan penahanannya.

Anda mungkin juga menyukai