Anda di halaman 1dari 122

PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG TUGAS

(PKTBT)

MODUL 1
PROSES BISNIS, ORGANISASI TATA KERJA, URAIAN JABATAN,
DAN REFORMASI BIROKRASI INTERNAL

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
2022
Hak Cipta © Pusdiklat Pegawai Kemendikbudristek

MODUL PROSES BISNIS, ORGANISASI TATA KERJA, URAIAN JABATAN,


DAN REFORMASI BIROKRASI INTERNAL
PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG TUGAS (PKTBT)

TIM PENGARAH SUBSTANSI:


1. Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos., M.Hum.
2. Dewi Andayani, S.E.Ak., M.AB.
2. Kokom Komala, S.Pd, M.Pd.

PENULIS MODUL:
Dr. Ir. Mustangimah, M.Si

EDITOR : Akhmad Hadi, S.Pd., M.Pd

Depok – Pusdiklat Pegawai Kemendikbudristek – 2022


118 + iv hlm: 21 x 29,7 cm

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
Jalan Raya Ciputat-Parung Km 19, Bojongsari, Depok 16517 Telepon (021) 7490411 Faks (021) 7491174
Website: http://pusdiklat.kemdikbud.go.id Email: pusdiklat@kemdikbud.go.id
Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

KATA PENGANTAR

Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai bagian aparatur birokrasi harus dibentuk
untuk memiliki sikap profesional dan berkarakter. Pembentukan sosok PNS yang
profesional dan berkarakter tersebut dilaksanakan melalui pelatihan dasar yang
diselenggarakan dengan mengacu pada Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor
1 Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas 2 (dua) kurikulum yaitu (1) Kurikulum Pembentukan
karakter PNS; dan (2) Kurikulum Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT).

Kurikulum PKTBT menekankan pada praktik pengembangan kompetensi dalam rangka


mendukung pelaksanaan tugas dan jabatan yang terdiri atas Kompetensi Teknis
Administratif/Umum (KTU dan Kompetensi Teknis Substantif (KTS). Kompetensi teknis
umum yang harus dimiliki oleh para CPNS di lingkungan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) meliputi: (1) Proses Bisnis (Probis),
Organisasi Tata Kerja (OTK), Uraian Jabatan (UJ), dan Reformasi Birokrasi Internal (RBI);
(2) Rencana Strategis (Renstra) dan Program Prioritas Kemdikbudristek; (3) Tata Kelola
Sumber Daya Manusia (SDM); (4) Surat Menyurat Kedinasan; (5) Tata Kelola Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK); dan (6) Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (SPJJ).
Penguatan kompetensi teknis umum tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran
mandiri dengan memanfaatkan learning management system (LMS) yang telah
dikembangkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (Pusdiklat Pegawai)
Kemdikbudristek.
Penyusunan modul ini merupakan bagian dari tugas yang dipercayakan pemerintah
kepada Pusdiklat Pegawai Kemendikbudristek dalam menyelenggarakan dan
mengoordinasikan kegiatan PKTBT bagi CPNS di lingkungan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang disusun oleh Tim Penyusun. Kepada mereka yang
telah meluangkan waktu dan pikiran untuk menyusun bahan pembelajaran ini, kami
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan.
Kami merasa masih banyak lagi yang harus dilakukan agar bahan pembelajaran ini
memenuhi kebutuhan fasilitator dan peserta pelatihan. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik dan saran perbaikan.

Depok, Maret 2022


Pusdiklat Pegawai Kemendikbudristek
Kepala,

Ttd.

Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos., M.Hum


NIP. 197002261995122001

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ i


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i


LEMBAR HAKI ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ................................................................................... 1
C. Hasil Belajar .......................................................................................... 1
D. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 1
E. Materi ................................................................................................... 2
BAB II PETA PROSES BISNIS DAN PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (POS AP) ............................................ 3
A. Pengertian, Maksud, Tujuan dan Manfaat Peta Proses Bisnis ............. 4
B. Peta Proses Bisnis ................................................................................. 6
C. Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan ................ 8
BAB III ORGANISASI KEMENDIKBUDRISTEK ..................................................... 20
A. Dasar Pembentukan Organisasi Kementerian ...................................... 20
B. Prinsip-prinsip Pembentukan/Penataan Organisasi Kementerian ...... 22
C. Struktur, Tugas, dan Fungsi Kemendikbudristek .................................. 23
BAB IV URAIAN JABATAN ................................................................................ 85
A. Pengertian Uraian Jabatan ................................................................... 88
B. Komponen Uraian Jabatan ................................................................... 89
C. Kegunaan Uraian Jabatan ..................................................................... 92
D. Uraian Jabatan Masing-masing Jabatan ............................................... 92
BAB V REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI ........................................................................ 99
A. Reformasi Birokrasi Internal ................................................................. 99
B. Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (ZI WBK/WBBM) .................... 107
C. Peran dan Inovasi Agen Perubahan ..................................................... 110

ii │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

BAB

1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modul ini memuat substansi Peta Proses Bisnis, Organisasi dan Tata Kerja, Uraian
Jabatan dan Reformasi Birokrasi Internal (RBI) di lingkungan Kemendikbudristek.
Peserta mempelajari modul ini secara mandiri dalam aplikasi learning management
system (LMS) PIJAR. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai berdasarkan ketuntasan
mengikuti semua aktivitas belajar dalam LMS PIJAR dan kemampuan dalam
memahami materi yang diukur melalui evaluasi hasil belajar berupa kuis.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu


memahami Peta Proses Bisnis, Organisasi dan Tata Kerja, Uraian Jabatan, Reformasi
Birokrasi Internal (RBI) di lingkungan Kemendikbudristek.

C. HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu


memahami Peta Proses Bisnis, Organisasi dan Tata Kerja, Uraian Jabatan, Reformasi
Birokrasi Internal (RBI) di lingkungan Kemendikbudristek.

D. INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah pembelajaran peserta diharapkan dapat:


1) Menjelaskan Peta Proses Bisnis;
2) Menjelaskan Organisasi dan Tata Kerja;
3) Menerapkan Uraian Jabatan di lingkungan Kemendikbudristek; dan
4) Menjelaskan penerapan Reformasi Birokrasi Internal di lingkungan
Kemendikbudristek.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 1


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

E. MATERI

1. Peta Proses Bisnis


A. Dasar Hukum
B. Pengertian, Maksud, Tujuan, dan Manfaat Peta Proses Bisnis
C. Peta Proses Bisnis
D. Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan
2. Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Kemendikbudristek
A. Dasar Pembentukan
B. Prinsip Organisasi
C. Struktur, Tugas, dan Fungsi
3. Uraian Jabatan di lingkungan Kemendikbudristek
A. Pengertian
B. Komponen
C. Kegunaan
D. Kepmendikbud Nomor 455/M/2019 tentang Uraian Jabatan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

2 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

BAB

2
PETA PROSES BISNIS DAN PROSEDUR
OPERASIONAL STANDAR ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN (POS AP)

Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran peserta pelatihan dapat (1) memahami landasan hukum
penyusunan peta proses bisnis instansi pemerintah; (2) menjelaskan pengertian tentang peta
proses bisnis, suppliyer, proses, input, output, dan customer; (3) memahami
kegunaan/manfaat peta proses bisnis instansi pemerintah.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) wajib


menyusun peta proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif
dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Kemendikbudristek berdasarkan renstra
yang ingin dicapai.

Dasar hukum penyusunan peta proses bisnis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, dan Teknologi, adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan.
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
19 Tahun 2018 tentang Penyusunan Peta Proses Bisnis Instansi Pemerintah.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 3


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi
Birokrasi Instansi Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Thaun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi.
7. Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020 – 2024.
8. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 125/M/2021 tentang
Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan Generik Ketatausahaan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55/O/2022 tentang Peta
Proses Bisnis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

A. PENGERTIAN, MAKSUD, TUJUAN, DAN MANFAAT PETA PROSES BISNIS


Peta Proses Bisnis adalah diagram yang menggambarkan hubungan kerja yang
efektif dan efisien antarorganisasi pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi untuk menghasilkan kinerja sesuai dengan tujuan pendirian
organisasi agar menghasilkan keluaran yang bernilai tambah bagi pemangku
kepentingan. Peta proses Kementerian merupakan turunan langsung dari visi, misi,
serta tujuan yang ingin dicapai serta mandat yang diberikan. Di dalam menentukan
peta proses bisnis mengacu kepada dokumen rencana strategis organisasi,
dokumen tugas dan fungsi organisasi, serta dokumen pendukung lainnya yang
menggambarkan keluaran utama yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.

Peta Organisasi
MANDAT RENSTRA Proses dan Tata POS AP Otomatisasi
Bisnis Kerja

Gambar 1. Alur Ketatalaksanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan


Teknologi

4 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Maksud Penyusunan Peta Proses Bisnis

Sebagai acuan bagi setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam menyiapkan dan menyusun Organisasi
dan Prosedur Operasional Standar Adminitrasi Pemerintahan (POS AP) sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja sehingga mampu memberikan
pelayanan publik yang jelas dan pasti baik kepada pihak internal maupun eksternal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Tujuan Penyusunan Peta Proses Bisnis

Tujuan penyusunan Peta Proses Bisnis, agar setiap Instansi Pemerintah:


1) Memberikan keseragaman dan kepastian dalam penyusunan peta proses bisnis
dan POS AP sejak awal, proses sampai dengan akhir kegiatan
2) Menjamin kelancaran setiap tahapan proses pelaksanaan kegiatan dan
kemudahan pengendalian
3) Mempertegas tanggung jawab pelaksana tugas atau aparatur (aktor) pada
setiap tahapan proses penyelesaian kegiatan
4) Meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutan dalam
melaksanakan tugas umum pemerintahan
5) Memberikan informasi yang jelas dalam penyelesaian setiap tahapan proses
kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap aparatur (aktor) dalam pemerintahan
6) Memberikan kejelasan dan transparansi kepada masyarakat sebagai penerima
pelayanan mengenai hak dan kewajibannya

Manfaat Peta Proses Bisnis


1) Standardisasi pada tahapan proses pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat
menghindari kesalahan atau kelalaian;
2) Menjamin bahwa penyelesaian kegiatan dilaksanakan sesuai tahapan proses
yang telah ditetapkan dan dijadwalkan, sehingga dapat berjalan secara
berurutan dan bertahap;
3) Menjamin tersedianya informasi dan data untuk penyelesaian setiap tahapan
proses pelaksanaan kegiatan;
4) Meningkatkan akuntabilitas, efektivitas, efisiensi dan kepastian pelaporan dan
pendokumentasian terhadap pencapaian hasil pelaksanaan tugas;
5) Memudahkan penemuan hambatan kinerja, kesalahan prosedural,
penyimpangan sehingga dapat segera memperbaikinya;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 5


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

6) Menghindari terjadinya penyimpangan proses penyelesaian dan tumpang tindih


pelaksanaan kegiatan; dan
7) Meningkatkan profesionalisme dan kemandirian pegawai terhadap tanggung
jawabnya

Peta Proses Bisnis terdiri dari 3 (tiga) tingkatan sebagai berikut:


1) Level I, yaitu proses bisnis yang menggambarkan hubungan Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah
2) Level II, yaitu proses bisnis antar K/L yang bersifat lintas sektor di bawah
Kementerian Koordinator
3) Level III, yaitu proses bisnis antar unit organisasi/unit kerja dalam satu
Kementerian
4) Level IV, yaitu proses bisnis antar unit kerja dalam satu unit eselon I
Kementerian.

B. PETA PROSES BISNIS


Pemetaan proses dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengelompokkan
serangkaian aktivitas (proses) ke dalam kelompok (kotak) yang saling berhubungan
sehingga memudahkan pengendalian kegiatan tersebut sebagai satu kesatuan.
Proses didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang mengubah input menjadi
output yang bernilai tambah dengan memamnfaatkan sumber daya tertentu.
Proses adalah serangkaian aktivitas yang bernilai tambah.

Prinsip dalam melakukan pemetaan proses bisnis adalah:


1) Prinsip proses adalah kegiatan dan bukan unit kerja
Dalam melakukan pemetaan proses bisnis wajib berpegang bahwa kotak-kotak
proses yang saling berhubungan berisikan kegiatan dan bukan nama unit kerja.
Apabila penamaan yang digunakan sama dengan nama suatu unit kerja maka
hal tersebut merupakan suatu kebetulan.
2) Prinsip membangun kesepakatan
Dalam pelaksanaan pemetaan proses bisnis, pengelompokan kegiatan bersifat
subjektif kualitatif. Keutamaan dalam penyusunan peta proses bisnis adalah
adanya kesamaan cara pandang terhadap keseluruhan rangkaian aktivitas
dalam satu Kementerian/unit organisasi dalam satu periode waktu tertentu
bukan tentang benar atau salah.

6 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

3) Prinsip makin sederhana makin baik (simpler is better)


Semakin peta proses bisnis yang disepakati semakin sederhana maka akan
semakin baik, selama seluruh kegiatan organisasi terwakili dan disepakati oleh
pihak terkait Kementerian

Tahap
Tahap
Persiapan
Pengemba-
dan
ngan
Perencanaan

Tahap Tahap
Pemantauan/ Penerapan/
Evaluasi implementasi

Gambar 2. Alur Penyusunan Peta Proses Bisnis

a) Tahap Persiapan dan Perencanaan


Penyusunan peta proses bisnis dilakukan dengan melakukan inventarisasi
rencana kerja jangka panjang, rencana kerja tahunan, visi, misi tujuan dan
sasaran Kemendikbudristek serta mandat terkait alur proses bisnis sesuai
peraturan perundang-undangan terkait. Tahap persiapan dan perencanaan
meliputi kegiatan pengumpulan informasi dan pengorganisasian.
b) Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan merupakan tahap membangun peta proses bisnis menjadi
suatu diagram peta yang merupakan representasi ideal dari seluruh kegiatan
organisasi dalam satu peta proses bisnis. Peta proses bisnis Kementerian
Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terdiri atas 3 (tiga) tingkatan
proses. Tingkat pertama adalah Peta Proses Bisnis, Tingkat kedua adalah peta
subproses, tingkat ketiga adalah peta lintas fungsi. Setelah disusun peta lintas
fungsi, maka dapat disusun menjadi peta relasi yang menjelaskan keterkaitan
antara proses dengan pelaksananya.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 7


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Peta Proses terdiri dari 3 (tiga) kelompok proses, yaitu:


(1) proses utama, yang merupakan proses menciptakan aliran nilai utama dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) berperan langsung dalam memenuhi kebutuhan pengguna eksternal
dan internal;
(b) berpengaruh langsung terhadap keberhasilan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam mencapai visi, misi, dan
strategi organisasi; dan
(c) memberikan respon langsung terhadap permintaan dan memenuhi
kebutuhan pengguna
(2) proses pendukung merupakan proses untuk mengelola operasional dari
suatu sistem dan memastikan proses utama berjalan dengan baik, serta
memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) memenuhi kebutuhan pengguna internal; dan
(b) memberikan dukungan atas aktivitas pada proses utama.
(3) proses sumber daya, yang merupakan proses yang tidak memiliki kaitan
langsung dengan proses utama, namun menghasilkan nilai manfaat bagi
pemangku kepentingan eksternal. Proses sumber daya memiliki kriteria
yang memungkinkan aktivitas pada semua proses berjalan lebih optimal.
c) Tahap Penerapan/Implementasi
Penerapan peta proses bisnis dikendalikan oleh unit organisasi yang secara
fungsional membidangi ketatalaksanaan.
d) Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Peta proses bisnis merupakan peta proses bisnis dinamis yang perlu untuk
dipantau dan dievaluasi relevansi dan efektivitasnya.

C. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan (POS AP) adalah prosedur
operasional standar dari berbagai proses penyelenggaraan administrasi
pemerintahan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prosedur Operasional Standar adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbgai proses penyelenggranaan aktivitas organisasi, bagaimana dan
kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Administrasi
Pemerintahan adalah pengelolaan proses pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintahan yang dijalankan oleh organisasi pemerintahan.

8 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Untuk mewujudkan POS AP yang terintegrasi, maka penulisan dokumen POS AP


mengacu atau merupakan turunan dari peta proses bisnis
Manfaat penyusunan POS AP

1) Pada tingkat Individu


a) Sebagai standarisasi cara yang dilakukan aparatur dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi tugasnya
b) Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh
seorang aparatur atau pelaksana dalam melaksanakan tugas
c) Efesiensi dan efektivitas tugas dan tanggung jawab individual aparatur dan
organisasi secara keseluruhan
d) Membantu aparatur menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen
e) Sebagai instrumen yang dapat melindungi aparatur dari kemungkinan
tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan.

2) Pada tingkat Organisasi


a) Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
b) Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan aparatur cara
konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha
yang telah dilakukan;
c) Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung dalam berbagai situasi;
d) Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus
dikuasai oleh aparatur dalam melaksanakan tugasnya;
e) Identifikasi gap kompetensi;
f) Memberikan informasi bagi mengenai beban tugas yang dipikul oleh
seorang aparatur dalam melaksanakan tugasnya;
g) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas;
h) Informasi penyusunan standar pelayanan.

3) Pada tingkat Stakeholder


a) Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan procedural dalam
memberikan pelayanan
b) Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu
waktu, dan prosedur.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 9


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Adapun jenis-jenis POS AP yang ada dalam kegiatan penyelenggaraan


pemerintahan adalah sebagai berikut:
1) POS Berdasarkan Sifat Kegiatan
Berdasarkan sifat kegiatan maka POS AP dapat dikategorikan kedalam dua
jenis, yaitu:
a) POS Teknis, adalah prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan yang
dilakukan oleh satu orang aparatur atau pelaksana dengan satu peran atau
jabatan
b) POS Administratif, adalah prosedur standar yang bersifat umum dan tidak
rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang aparatur atau
pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan

2) POS Menurut Cakupan dan Besaran Kegiatan


a) POS Makro, adalah prosedur standar yang berdasarkan cakupan dan
besaran kegiatannya mencakup beberapa POS (POS Mikro) yang
mencerminkan bagian dari kegiatan tersebut atau POS yang merupakan
integrasi dari beberapa POS (POS Mikro) yang membentuk serangkaian
kegiatan dalam POS tersebut.
b) POS Mikro, adalah prosedur standar yang berdasarkan cakupan dan
besaran kegiaan merupakan bagian dari sebuah POS (POS makro) atau
POS yang kegiatannya menjadi bagian dari kegiatan POS (POS makro) yang
lebih besar cakupannya.

3) POS Menurut Cakupan dan Kelengkapan Kegiatan


a) POS Final, adalah prosedur standar yang berdasarkan cakupan
kegiatannya telah menghasilkan produk utama yang peling akhir atau
final.
b) POS Parsial, adalah prosedur standar yang berdasarkan cakupan
kegiatannya belum menghasilkan produk utama yang paling akhir atau
final, sehingga kegiatan ini masih memiliki rangkaian kegiatan lanjutan
yang mencerminkan produk utama akhirnya.

10 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

4) POS Menurut Cakupan dan Jenis Kegiatan


a) POS Generik (Umum), adalah prosedur standar berdasarkan sifat dan
muatan kegiatannya relatif memiliki kesamaan baik dari kegiatan yang di
POS-kan maupun dari tahapan kegiatan dan pelaksananya. Variasi POS
yang ada hanya disebabkan perbedaan lokasi POS itu diterapkan.
b) POS Spesifik (Khusus), adalah prosedur standar berdasarkan sifat dan
muatan kegiatannya relatif memiliki perbedaan dari kegiatan yang di POS-
kan, tahapan kegiatan, aktor (pelaksana), dan tempat POS tersebut
diterapkan. POS ini tidak dapat diterapkan di tempat lain karena sifatnya
yang spesifik.
c) POS Strategis, adalah prosedur operasional standar yang bersifat spesifik
antar Kementerian/Instansi Pemerintahan

Penyusunan POS AP meliputi siklus sebagai berikut:


1) Persiapan
2) Penilaian Kebutuhan POS AP
3) Pengembangan POS AP
4) Penerapan POS AP
5) Pemantauan dan Evaluasi POS AP

Tahap
Persiapan

Gambar 3. Alur Penyusunan POS AP

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 11


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

1) Tahap Persiapan Penyusunan POS AP


Pada tahap persiapan ini, untuk menyusun POS AP unit kerja/organisasi
diperlukan sebuah Tim. Membentuk Tim penyusunan POS AP menjadi hal pertama
yang harus dilakukan. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembentukan tim yaitu,
a) Tim yang dibentuk harus dilengkapi dengan berbagai kelengkapan seperti
kewenangan dan tanggung jawab
b) Keanggotaan tim dibatasi
c) Tim harus dilengkapi dengan struktur yang jelas dan lebih bersifat fungsional
d) Tim harus sudah merumuskan apa yang menjadi tujuannya.

2) Penilaian Kebutuhan Unit Kerja


Penilaian kebutuhan menjadi proses awal dalam penyusunan POS AP
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kegiatan ini
bertujuan untuk menilai apa saja kebutuhan sebuah unit kerja untuk dapat
melaksanakan pekerjaan. Penilaian kebutuhan dapat dilakukan sebelum
disusunnya POS AP tersebut atau setelah POS AP disusun dan dijalankan.

3) Pengembangan POS AP
Pengembangan POS AP pada dasarnya meliputi lima tahapan proses kegiatan
yaitu,
a) Pengumpulan Informasi dan Identifikais Alternatif
b) Analisis dan Pemilihan Alternatif
c) Penulisan POS AP
d) Pengujian dan Riviu POS AP
e) Pengesahan POS AP

Format Dokumen Prosedur Operasional Standar Administrasi


Pemerintahan
Dokumen POS AP memiliki 2 (dua) unsur utama sesuai anatominya, yaitu unsur
POS AP dan unsur dokumentasi (Assessories). Unsur POS AP merupakan unsur
inti dari POS AP yang terdiri dari Identitas POS AP dan Prosedur POS AP. Identitas
POS AP berisi data-data yang menyangkut identitas POS AP, sedangkan Prosedur
POS AP berisi kegiatan, pelaksana, mutu baku dan keterangan.

12 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) Unsur Dokumentasi
(1) Halaman Judul
Halaman judul berisi informasi mengenai:
(a) Judul POS AP
(b) Instansi/Satuan Kerja
(c) Tahun pembuatan
(d) Informasi lain yang diperlukan

Lambang
Kemendikbudristek

Prosedur Operasional Standar


Administrasi Pemerintahan
Unit Organisasi/Kerja Judul Dokumen POS
AP

2022 Tahun
Pembuatan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,


dan Teknologi

Jalan , …………………………………………… Alamat Instansi


Telepon ………………
Kota ………………………

Gambar 4. Contoh Halaman Judul Dokumen POS

(2) Keputusan Pimpinan


Karena Dokumen POS AP merupakam pedoman setiap pegawai (baik
Jabatan Pimpinan Tinggi, fungsional, atau yang ditunjuk untuk
melaksanakan satu tugas dan tanggungjawab tertentu), dokumen POS AP
harus memiliki kekuatan hukum.
(3) Daftar Isi Dokumen POS AP
Daftar isi dibutuhkan untuk membantu mempercepat pencarian
informasi dan menulis perubahan/revisi yang dibuat untuk bagian
tertentu dari POS terkait.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 13


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

(4) Penjelasan Singkat Penggunaan


Sebagai dokumen pedoman, maka dokumen POS AP hendaknya memuat
penjelasan bagaimana membaca dan menggunakan dokumen tersebut.
Isi dari bagian ini antara lain:
(a) Ruang Lingkup, menjelaskan tujuan prosedur dibuat dan kebutuhan
organisasi
(b) Ringkasan, memuat ringkasan singkat mengenai prosedur yang dibuat,
dan
(c) Definisi/Pengertian-pengertian umum memuat beberapa definisi yang
terkait dengan prosedur yang distandarkan.

b) Unsur Prosedur
Unsur prosedur dibagi menjadi dua bagian, yaitu Bagian Identitas dan Bagian
Flowchart.

Bagian identitas
Bagian Identitas dari unsur prosedur dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Logo dan Nama unit Kerja
(2) Nomor POS AP
(3) Tanggal Pembuatan
(4) Tanggal Revisi
(5) Tanggal Efektif
(6) Pengesahan oleh pejabat yang berkompeten pada tingkat satuan
kerja
(7) Judul POS AP, judul
(8) Dasar hukum
(9) Keterkaitan
(10) Peringatan
(11) Kualifikasi Pelaksana
(12) Peralatan dan Perlengkapan
(13) Pencatatan dan Pendataan

14 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Gambar 5. Contoh Lembar Identitas Prosedur Operasional Standar Administrasi


Pemerintahan
Kepmendikbudristek Nomor 125/M/2021 tentang Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan Generik Ketatausahaan
Kemendikbudristek

Bagian Flowchart
Bagian Flowchart merupakan uraian mengenai langkah-langkah (prosedur)
kegiatan beserta mutu baku dan keterangan yang diperlukan. Format POS AP
yang dipersyaratkan memiliki format yang telah distandarkan tidak seperti
format POS pada umumnya. Adapun format POS AP yang dipergunakan
dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut:
(1) Menggunakan Format Diagram Alir Bercabang (Branching Flowcharts),
untuk menstandarkan format maka seluruh prosedur pelakanaan tugas
dan fungsi administrasi pemerintahan dibuat dalam bentuk diagram alir
bercabang (branching flowcharts) termasuk juga prosedur yang singkat
dengan/atau tanpa pengambilan keputusan.
(2) Menggunakan hanya Lima Simbol Flowcharts
Simbol yang digunakan hanya terdiri dari 5 (lima) simbol, yaitu simbol
dasar flowcharts (Basic Symbol of Flowcharts) dan 1 (satu) simbol
penghubung ganti halaman (Off-Page Conector). Simbol tersebut adalah
sebagai berikut:
(a) Simbol Kapsul/Terminator ( ) untuk mendeskripsi kegiatan mulai
dan akhir;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 15


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

(b) Simbol kotak/Process ( ) untuk mendeskripsi proses atau kegiatan


eksekusi;
(c) Simbol belah ketupat/Decision ( ) untuk mendeskripsikan kegiatan
pengambilan keputusan;
(d) Simbol anak panah/panah/arrow ( ) untuk mendeskripsikan arah
kegiatan (arah proses kegiatan);
(e) Simbol segilima/off-page connector ( ) untuk mendeskripsikan
hubungan antar simbol yang berbeda halaman
(3) Tata cara penulisan Pelaksana dan kegiatan
Penulisan pelaksana dalam POS AP dipisahkan dari kegiatan dengan
tujuan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dan tumpang
tindih yang tidak efisien maka penulisan kegiatan tidak disertai dengan
pelaksana kegiatan (aktor). Pelaksana kegiatan dipisahkan dalam kolom
pelaksana tersendiri. Penulisan kegiatan menggunakan kata kerja aktif
yang diikuti dengan obyek dan keterangan. Penulian pelaksana tidak
diurutkan secara hierarki akan tetapi didasarkan pada sekuen kegiatan
sehingga kegiatan selalu dimulai dari sisi kiri dan tidak ada kegiatan yang
dimulai dari tengah maupun sisi kanan dari matriks flowcharts.
(4) Penulisan Mutu Baku dan Keterangan
Yang membedakan antara format POS AP dengan format POS lainnya
adalah pada kolom mutu baku. Agar POS AP yang telah disusun memiliki
keterkaitan dengan kinerja, maka setiap aktivitas/langkah kegiatan
hendaknya mengidentifikasikan mutu baku tertentu, seperti: waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan persyaratan/kelengkapan yang
diperlukan (standar input) dan outputnya. Mutu baku ini akan menjadi
alat kendali mutu sehingga produk akhirnya (end product) dari sebuah
proses benar-benar memenuhi kualitas yang diharapkan.

16 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Gambar 6. Contoh Bagian Flowchart


Kepmendikbudristek Nomor 125/M/2021 tentang Prosedur Operasional Standar Administrasi Pemerintahan
Generik Ketatausahaan Kemendikbudristek

Sebelum menyusun dokumen Prosedur Operasional Standar Administrasi


Pemerintahan (POS AP) maka terlebih dahulu perlu untuk dilakukan identifikasi
judul POS AP yang akan disusun berdasarkan pada tugas dan fungsi unit kerja.
Tabel
Sub-Fungsi Keluaran/ Judul
No. Tugas Fungsi Aspek
(Kegiatan) Produk POS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Keterangan:
(1) Kolom 1: Nomor diisi dengan nomor urut tugas (sebaiknya dengan huruf kapital A);
(2) Kolom 2: Tugas diisi dengan Tugas berdasarkan Peraturan yang ada (sebaiknya diisi
sesuai peraturan yang ada dengan diberi nomor Arab, misal 1, 2, 3, ……);
(3) Kolom 3: Fungsi diisi dengan Fungsi berdasarkan Peraturan yang ada (sebaiknya diisi
sesuai dengan peraturan yang ada dengan diberi nomor huruf abjad kecil,
misal: a, b, c, …..);

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 17


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

(4) Kolom 4: Uraian Tugas diisi dengan Uraian Tugas yang merupakan bagian dari Fungsi
yang ada dengan diberi angka Arab berkurung satu misal: 1), 2), 3), …
(Uraian tugas atau rincian tugas ini umumnya telah ada berdasarkan
peraturan pimpinan instansi yang bersangkutan);
(5) Kolom 5: Kegiatan diisi dengan Nama Kegiatan yang merupakan perwujudan riil dari
Uraian Tugas yang ada dengan diberi huruf kecil berkurung satu misal: a),
b), c), …;
(6) Kolom 6: Output diisi dengan Output Final yang dihasilkan dari penelusuran end-
product sesuai struktur organisasi dan diberi nomor angka arab dalam
kurung, misal: (1), (2), (3), …;
(7) Kolom 7: Aspek Kegiatan diisi dengan Aspek kegiatan yang terkait dengan Output
yang bersangkutan baik aspek keseluruhan (makro) maupun aspek parsial
(mikro). Aspek ini biasanya berupa fungsi manajemen, misal: penyusunan,
pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, publikasi, distribusi);
(8) Kolom 8: Judul POS diisi judul POS yang terdiri dari unsur Output final dan Aspek
kegiatan.

4) Penerapan POS AP
Prinsip penerapan POS AP:
a) Konsisten, POS AP harus dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu oleh
siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama oleh seluruh jajaran organisasi
pemerintahan.
b) Komitmen, POS AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
tataran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi
c) Perbaikan berkelanjutan, penyusunan POS AP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-
benar efisien dan efektif
d) Mengikat, POS AP harus mengiat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah di tetapkan
e) Partisipasi, seluruh pelaksana melaksanakan peran-peran tertentu dalm
setiap prosedur yang distandarkan
f) Dokumentasi, seluruh prosedur yang telah distandarkan harus
terdokumentasikan dengan baik sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau
referensi bagi setiap pihak yang memerlukan.
Keberhasilan penerapan tergantung pada kebehasilan proses simulasi dan
pengujian pada tahapan pengembangan POS AP.

18 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

5) Pemantauan dan Evaluasi POS AP


Pelaksanaan penerapan POS AP harus secara terus menerus dipantau sehingga
penerpaanya dapat berjalan dengan baik. Pemantauan akan sangat beranfaat
sebagai bahan evaluasi setelah POS berjalan. Berbagai masukan selama proses
penerapan POS selanjutnya dikaji sehingga penyempurnaan terhadap POS dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 19


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

BAB

3
ORGANISASI KEMENDIKBUDRISTEK
Indikator keberhasilan:
Peserta pelatihan diharapkan dapat menjelaskan tentang (1) dasar pembentukan
kelembagaan dan klaster kementerian; (2) prinsip pembentukan/penataan organisasi
kementerian; dan (3) tugas, fungsi, dan susunan unit organisasi di lingkungan
Kemendikbudristek.

A. DASAR PEMBENTUKAN ORGANISASI KEMENTERIAN

Organisasi tidak bergerak dalam ruang hampa, tetapi bergerak dalam suatu ruang
wilayah dimana berbagai aktivitas kehidupan. Oleh karena itu setiap organisasi
pasti terkena dampak lingkungan eksternalnya, meskipun dengan intensitas yang
berbeda beda. Misalnya, ada tekanan perkembangan teknologi dan perubahan
kebijakan pemerintah. Ada pula tekanan karena diterbitkannya peraturan
perundang-undangan baru oleh pemerintah yang bagaimanapun harus ditaati oleh
organisasi. Kesemuanya itu menuntut kesiapan organisasi melakukan perubahan
dan berbagai penyesuaian, bukan hanya untuk kepentingan kesinambungan
kehidupan organisasi, akan tetapi juga agar lebih kompetitif.

Dasar Pembentukan Kelembagaan Kemendikbud terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Keputusan Presiden Nomor 113/P Tahun 2019 tentang Pembentukan
Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia
Maju Periode Tahun 2019-2024 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 133/P Tahun 2020 tentang Pengisian dan Penggantian
Beberapa Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024;

20 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian


Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019
tentang Organisasi Kementerian Negara;
6. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi;
7. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28
Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 27
Tahun 2021 tentang Balai Pengembangan Talenta Indonesia;
10. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 35
Tahun 2021 tentang Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi; dan
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian.

Dalam UUD 1945 khususnya Pasal 17 mulai dari ayat (1) sampai dengan ayat (4)
disebutkan bahwa:

1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.


2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur
dalam undang-undang.

Undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) UUD 1945 adalah
UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Dalam Pasal 4 dan Pasal 5
UU Nomor 39 Tahun 2008, kementerian dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok:

1. Kelompok kementerian yang urusan pemerintahan yang nomenklatur


Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri, dalam
negeri, dan pertahanan.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 21


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

2. Kelompok kementerian yang urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya


disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi
manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan,
industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi,
transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan perikanan.
3. Kelompok kementerian yang urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah meliputi urusan
perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan
negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan
menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga,
perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai ketentuan pada ayat (2), termasuk dalam
kementerian kelompok/klaster II.

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBENTUKAN/PENATAAN ORGANISASI


KEMENTERIAN

Prinsip Pembentukan/Penataan Organisasi Kementerian secara garis besar terdiri


atas:
1. efisiensi dan efektifitas;
2. cakupan tugas dan proporsional beban tugas;
3. kewenangan;
4. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; dan/atau
5. perkembangan lingkungan global.

Adanya perubahan paradigma, pertama sejalan dengan prinsip kewenangan


pemerintah sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, membawa konsekuensi pada kelembagaan pemerintah di
pusat dan daerah.

Kedua, pengintegrasian kembali fungsi riset dan teknologi ke dalam Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagaimana dimandatkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

22 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Ketiga, kebijakan penyederhanaan birokrasi, dimana organisasi sampai pada level


dua dan untuk organisasi level 3 dan 4 dilaksanakan oleh jabatan fungsional.

Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut adalah perlu dilakukan


pengorganisasian dalam proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan
kewenangan, tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang
melingkupinya.

C. STRUKTUR, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENDIKBUDRISTEK

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah organisasi


pemerintah yang berbentuk lini dan staf dengan bermacam kompleksitas dan
diferensiasinya karena berbagai aspek sehingga bentuk organisasinya bermacam-
macam. Oleh karena itu para peserta diklat ini diharapkan dapat memahami setiap
bentuk organisasi yang ada seperti unit utama ataupun unit pelaksana teknis di
lingkungan kementerian.

Selain beberapa dasar pembentukan kelembagaan dan prinsip pembentukan


kelembagaan di atas, pembentukan struktur organisasi, tugas, dan fungsi
Kemendikbud juga disusun berdasarkan rencana strategis yang akan dicapai oleh
Kemendikbud. Sehingga, antara struktur, tugas, fungsi, program/kegiatan, dan
anggaran tersusun linier ke arah pencapaian visi dan misi yang tertuang dalam
Renstra Kemendikbudristek.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berada di bawah dan


bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi dipimpin oleh Menteri dibantu oleh Wakil Menteri.

1. Tugas:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.

2. Fungsi:
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi menyelenggarakan fungsi :

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 23


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidik dan tenaga


kependidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, dan kebudayaan;
b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
d. pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian formasi pendidik,
pemindahan pendidik, dan pengembangan karier pendidik serta
pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah provinsi;;
e. penyusunan standar, kurikulum, dan asesmen di bidang pendidikan;
f. penetapan standar nasional pendidikan dan kurikulum nasional pendidikan
menengah, pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan
nonformal;
g. pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan tinggi;
h. pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di
perguruan tinggi dalam rangka melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
i. pelaksanaan fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan dan
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, riset, teknologi, dan
kebudayaan;
j. pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan pemajuan
kebudayaan;
k. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;
l. pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan
sastra;
m. pelaksanaan pengelolaan sistem perbukuan;
n. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
pendidikan dan kebudayaan di daerah;
o. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian;
p. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian;
q. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian; dan

24 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

r. pelaksanaan dukungan substantif untuk mendukung pencapaian tujuan


dan sasaran strategis Kementerian.

3. Susunan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri atas:


a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan;
c. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah;
d. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi;
e. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi;
f. Direktorat Jenderal Kebudayaan;
g. Inspektorat Jenderal;
h. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan;
i. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa;
j. Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat;
k. Staf Ahli Bidang Inovasi;
l. Staf Ahli Bidang Regulasi;
m. Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta; dan
n. Staf Ahli Bidang Warisan Budaya.

a. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian.

Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:


1) koordinasi kegiatan Kementerian;
2) koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Kementerian;
3) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja
sama, hubungan masyarakat, kearsipan, dan dokumentasi
Kementerian;
4) pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
5) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta
pelaksanaan advokasi hukum;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 25


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

6) penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan


pengelolaan pengadaan barang/jasa; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Sekretariat Jenderal terdiri atas:


1) Biro Perencanaan
Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
sinkronisasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan
anggaran serta penyiapan bahan pembinaan akuntabilitas kinerja
Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Perencanaan menyelenggarakan
fungsi:
a) penyiapan koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran Kementerian;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Kementerian;
c) sinkronisasi program pendidikan dan kebudayaan di pusat dan
daerah;
d) sinkronisasi program riset dan teknologi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
e) penyiapan bahan pembinaan akuntabilitas kinerja di lingkungan
Kementerian;
f) pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja di lingkungan
Kementerian;
g) fasilitasi akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan dan
akuntabilitas kinerja Kementerian; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro..

2) Biro Keuangan dan Barang Milik Negara


Biro Keuangan dan Barang Milik Negara mempunyai tugas
melaksanakan urusan perbendaharaan, pembiayaan, akuntansi, dan
pelaporan keuangan serta pengelolaan barang milik/kekayaan negara
Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
menyelenggarakan fungsi:

26 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) penyiapan bahan pembinaan perbendaharaan di lingkungan


Kementerian;
b) penyiapan bahan pembinaan pelaksanaan anggaran di lingkungan
Kementerian;
c) pelaksanaan penyelesaian kerugian negara di lingkungan
Kementerian;
d) penyiapan bahan pembinaan pengelolaan penerimaan negara
bukan pajak dan badan layanan umum di lingkungan Kementerian;
e) pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan
Kementerian;
f) pengelolaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan serta
barang milik/kekayaan negara di lingkungan Kementerian;
g) penyiapan bahan pembinaan pengelolaan barang milik/kekayaan
negara Kementerian;
h) pelaksanaan inventarisasi barang milik/kekayaan negara
Kementerian;
i) pelaksanaan pendayagunaan barang milik/kekayaan negara
Kementerian;
j) pelaksanaan penghapusan barang milik/kekayaan negara
Kementerian;
k) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang keuangan dan
barang milik negara Kementerian; dan
l) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro

3) Biro Sumber Daya Manusia


Biro Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan dan penyiapan bahan pembinaan sumber daya manusia di
lingkungan Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Sumber Daya Manusia
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia
Kementerian;
b) pelaksanaan urusan formasi dan distribusi sumber daya manusia di
lingkungan Kementerian;
c) pelaksanaan penilaian kompetensi sumber daya manusia di
lingkungan Kementerian;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 27


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

d) pelaksanaan urusan pengadaan sumber daya manusia di


lingkungan Kementerian;
e) penyiapan bahan pembinaan dan disiplin pegawai Kementerian;
f) pelaksanaan urusan promosi dan mutasi jabatan pimpinan tinggi,
administrasi, dan fungsional di lingkungan Kementerian;
g) pelaksanaan urusan pemberhentian dan pemensiunan pegawai di
lingkungan Kementerian;
h) pelaksanaan urusan pemberian penghargaan pegawai di
lingkungan Kementerian;
i) pelaksanaan urusan penilaian kinerja sumber daya manusia di
lingkungan Kementerian;
j) pelaksanaan urusan tata naskah dan layanan informasi
kepegawaian di lingkungan Kementerian;
k) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sumber daya
manusia; dan
l) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro.

4) Biro Organisasi dan Tata Laksana


Biro Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana,
analis jabatan, dan pengembangan jabatan fungsional serta fasilitasi
reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Organisasi dan Tata Laksana
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan bahan pembinaan organisasi, ketatalaksanaan, dan
analisis jabatan di lingkungan Kementerian;
b) penataan unit organisasi di lingkungan Kementerian;
c) fasilitasi organisasi penyelenggara pendidikan dan kebudayaan di
pusat dan daerah;
d) penataan ketatalaksanaan, pelayanan publik, dan analisis jabatan
di lingkungan Kementerian;
e) pelaksanaan pengembangan jabatan fungsional Kementerian;
f) fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan
Kementerian;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang organisasi dan tata
laksana; dan

28 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro.

5) Biro Hukum
Biro Hukum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyusunan peraturan perundang-undangan dan advokasi hukum di
lingkungan Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Hukum menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan dan
produk hukum lainnya;
b) sinkronisasi peraturan perundang-undangan dan produk hukum
lainnya;
c) pelaksanaan kajian peraturan perundang-undangan dan produk
hukum lainnya;
d) penyusunan peraturan perundang-undangan dan produk hukum
lainnya;
e) pelaksanaan penelaahan kasus dan masalah hukum di lingkungan
Kementerian;
f) pelaksanaan advokasi hukum kepada satuan organisasi dan
pegawai di lingkungan Kementerian;
g) penyiapan koordinasi dan penyusunan nota kesepahaman dan
perjanjian kerja sama;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang hukum; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro.

6) Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat


Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan pembinaan dan penyelenggaraan kerja
sama luar negeri dan fasilitasi kerja sama dalam negeri serta
pelaksanaan urusan publikasi dan hubungan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan bahan pembinaan kerja sama luar negeri di bidang
pendidikan dan kebudayaan serta riset dan teknologi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 29


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b) koordinasi dan penyelenggaraan kerja sama luar negeri di bidang


pendidikan dan kebudayaan serta riset dan teknologi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
c) fasilitasi kerja sama dalam negeri;
d) koordinasi urusan atase pendidikan dan kebudayaan, Wakil
Republik Indonesia pada United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization, The Southeast Asian Ministers of Education
Organization, sekolah diplomatik, dan sekolah Indonesia di luar
negeri;
e) fasilitasi dan administrasi kegiatan United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization;
f) penyiapan bahan pembinaan pengelolaan informasi, publikasi, dan
hubungan antar lembaga;
g) koordinasi dan pengelolaan informasi, publikasi, dan hubungan
antar lembaga, dan layanan masyarakat;
h) pelaksanaan publikasi di bidang pendidikan dan kebudayaan serta
riset dan teknologi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi;
i) pelaksanaan hubungan dan kerja sama antar kementerian, lembaga
negara, lembaga pemerintah, lembaga nonpemerintah,
masyarakat, dan media;
j) pengelolaan perpustakaan Kementerian;
k) pemberian layanan informasi di bidang pendidikan dan kebudayaan
serta riset dan teknologi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi;
l) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kerja sama dan
hubungan masyarakat; dan
m) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro

7) Biro Umum dan Pengadaan Barang dan Jasa


Biro Umum dan Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas
melaksanakan urusan ketatausahaan dan penyiapan bahan pembinaan
dan pengelolaan persuratan dan kearsipan di lingkungan Kementerian
serta penyiapan bahan pembinaan dan pengadaan barang dan jasa
Kementerian.

30 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Dalam melaksanakan tugas, Biro Umum dan Pengadaan Barang dan Jasa
menyelenggarakan fungsi:
a) pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan;
b) pelaksanaan urusan persuratan dan kearsipan di lingkungan
Sekretariat Jenderal;
c) penyiapan bahan pembinaan dan pengelolaan persuratan dan
kearsipan di lingkungan Kementerian;
d) pelaksanaan urusan kerumahtanggaan di lingkungan Kementerian;
e) pelaksanaan urusan keprotokolan di lingkungan Kementerian;
f) penyiapan bahan pembinaan pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Kementerian;
g) pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan
Kementerian;
h) fasilitasi pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian;
i) penyiapan bahan pembinaan sumber daya manusia dan
kelembagaan pengadaan barang dan jasa;
j) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang umum dan
pengadaan barang dan jasa; dan
k) pelaksanaan urusan ketatausahaan Biro.

b. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan guru, pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan menyelenggarakan fungsi:
1) perumusan kebijakan di bidang pembinaan guru, pendidik lainnya, dan
tenaga kependidikan;
2) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan guru,
pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan;
3) pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, pengembangan,
peningkatan kualifikasi dan kompetensi nonvokasional guru, pendidik
lainnya, dan tenaga kependidikan;
4) pelaksanaan kebijakan di bidang standar dan penjaminan mutu dosen
dan tenaga kependidikan pada pendidikan profesi guru;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 31


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

5) pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian formasi pendidik,


pemindahan pendidik, dan pengembangan karier pendidik serta
pemindahan lintas daerah provinsi bagi guru, pendidik lainnya, dan
tenaga kependidikan;
6) pelaksanaan fasilitasi di bidang pembinaan guru, pendidik lainnya, dan
tenaga kependidikan;
7) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan guru,
pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan;
8) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan guru, pendidik
lainnya, dan tenaga kependidikan;
9) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
10) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan terdiri atas:


1) Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administrasi dan koordinasi
pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan
anggaran di bidang guru, pendidik lainnya, kepala sekolah, pengawas
sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang guru,
pendidik lainnya, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga
kependidikan lainnya;
c) koordinasi dan fasilitasi organisasi profesi guru, pendidik lainnya,
kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya;
d) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang guru, pendidik
lainnya, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan
lainnya;
e) koordinasi pembinaan guru, pendidik lainnya, kepala sekolah, dan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan Indonesia di luar
negeri;
f) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Direktorat Jenderal;

32 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

g) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan penelaahan


serta fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
h) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal;
i) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;
j) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang guru, pendidik lainnya, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya;
k) pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
l) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang guru, pendidik
lainnya, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan
lainnya; dan
m) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal

2) Direktorat Pendidikan Profesi Guru


Direktorat Pendidikan Profesi Guru mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan profesi guru
serta pelaksanaan kebijakan di bidang standar dan penjaminan mutu
dosen dan tenaga kependidikan pada pendidikan profesi guru.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pendidikan Profesi Guru
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pendidikan profesi guru;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan
profesi guru;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan profesi guru;
d) penyiapan bahan pembinaan di bidang pendidikan profesi guru;
e) pelaksanaan kebijakan di bidang standar dan penjaminan mutu
dosen dan tenaga kependidikan pada pendidikan profesi guru;
f) fasilitasi di bidang pendidikan profesi guru;
g) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan
profesi guru;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pendidikan profesi
guru; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 33


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

3) Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan


Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas
Sekolah, dan Tenaga Kependidikan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan lintas daerah
provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi nonvokasional,
peningkatan kualifikasi, standar dan penjaminan mutu, pendidikan
profesi, kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang perencanaan
kebutuhan, pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan
lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi
nonvokasional, peningkatan kualifikasi, standar dan penjaminan
mutu, pendidikan profesi, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga
kependidikan;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan lintas daerah
provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi nonvokasional,
standar dan penjaminan mutu, pendidikan profesi, kesejahteraan,
penghargaan, dan pelindungan kepala sekolah, pengawas sekolah,
dan tenaga kependidikan;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang standar dan penjaminan mutu calon
kepala sekolah dan pengawas sekolah dan tenaga kependidikan;
e) penyiapan bahan pembinaan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan lintas daerah
provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi nonvokasional,
peningkatan kualifikasi, standar dan penjaminan mutu, pendidikan
profesi, kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan;
f) fasilitasi di bidang perencanaan kebutuhan, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi,

34 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

standar dan penjaminan mutu, pendidikan profesi, kesejahteraan,


penghargaan, dan pelindungan kepala sekolah, pengawas sekolah,
dan tenaga kependidikan;
g) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan
kebutuhan, pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan
lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi
nonvokasional, peningkatan kualifikasi, standar dan penjaminan
mutu, pendidikan profesi, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga
kependidikan;
h) penyiapan bahan pembinaan jabatan kepala sekolah dan jabatan
fungsional pengawas sekolah dan tenaga kependidikan;
i) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan; dan
j) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat

4) Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat


Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang guru dan pendidik lainnya pada pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi, kesejahteraan,
penghargaan, dan pelindungan guru dan pendidik lainnya pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi,
kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru dan pendidik
lainnya pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 35


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c) pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,


pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan guru dan pendidik lainnya pada pendidikan anak usia
dini dan pendidikan masyarakat;
d) penyiapan bahan pembinaan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi, kesejahteraan,
penghargaan, dan pelindungan guru dan pendidik lainnya pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;
e) fasilitasi di bidang perencanaan kebutuhan, pengendalian formasi,
pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan lintas daerah
provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi nonvokasional,
peningkatan kualifikasi, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan guru dan pendidik lainnya pada pendidikan anak usia
dini dan pendidikan masyarakat;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi,
kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru dan pendidik
lainnya pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;
g) penyiapan bahan pembinaan jabatan fungsional guru dan pendidik
lainnya pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang guru dan pendidik
lainnya pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;
dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat..

5) Direktorat Guru Pendidikan Dasar


Direktorat Guru Pendidikan Dasar mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang guru pendidikan dasar.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Guru Pendidikan Dasar
menyelenggarakan fungsi:

36 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,


pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi, kesejahteraan,
penghargaan, dan pelindungan guru pendidikan dasar;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi,
kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru pendidikan
dasar;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan guru pendidikan dasar;
d) penyiapan bahan pembinaan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi, kesejahteraan,
penghargaan, dan pelindungan guru pendidikan dasar;
e) fasilitasi di bidang perencanaan kebutuhan, pengendalian formasi,
pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan lintas daerah
provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi nonvokasional,
peningkatan kualifikasi, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan guru pendidikan dasar;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi,
kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru pendidikan
dasar;
g) penyiapan bahan pembinaan jabatan fungsional guru pendidikan
dasar;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang guru pendidikan
dasar; dan

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 37


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat..

6) Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus


Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang guru pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan
pendidikan inklusi.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan
kualifikasi, kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru
pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan
kualifikasi, kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru
pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, kesejahteraan, penghargaan, dan
pelindungan guru pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan
pendidikan inklusi;
d) penyiapan bahan pembinaan di bidang perencanaan kebutuhan,
pengendalian formasi, pengembangan karier, pendistribusian,
pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran, pengembangan
kompetensi nonvokasional, peningkatan kualifikasi, kesejahteraan,
penghargaan, dan pelindungan guru pendidikan menengah,
pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi;
e) fasilitasi di bidang perencanaan kebutuhan, pengendalian formasi,
pengembangan karier, pendistribusian, pemindahan lintas daerah
provinsi, pembelajaran, pengembangan kompetensi

38 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

nonvokasional, peningkatan kualifikasi, kesejahteraan,


penghargaan, dan pelindungan guru pendidikan menengah,
pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan
kebutuhan, pengendalian formasi, pengembangan karier,
pendistribusian, pemindahan lintas daerah provinsi, pembelajaran,
pengembangan kompetensi nonvokasional, peningkatan
kualifikasi, kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru
pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi;
g) penyiapan bahan pembinaan jabatan fungsional guru pendidikan
menengah, pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang guru pendidikan
menengah, pendidikan khusus, dan pendidikan inklusi; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

c. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan


Pendidikan Menengah
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan


Pendidikan Menengah menyelenggarakan fungsi:
1) perumusan kebijakan di bidang peserta didik, pembelajaran, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus,
pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
2) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
3) pelaksanaan kebijakan di bidang penjaminan mutu peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 39


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

4) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik, pembelajaran,


sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus,
pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
5) pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
6) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
7) perumusan pemberian izin penyelenggaraan satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang
diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing;
8) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
9) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
10) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri..

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan


Pendidikan Menengah terdiri atas:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi dan koordinasi pelaksanaan tugas unit
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan
anggaran di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah;

40 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang pendidikan


anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
c) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Direktorat
Jenderal;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan dan fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat
Jenderal;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;
h) penyiapan bahan pembinaan jabatan fungsional widyaprada;
i) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah;
j) pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
k) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah; dan
l) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal..

2) Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini


Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan anak usia
dini dan pendidikan layanan khusus pada pendidikan anak usia dini.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan layanan khusus pada
pendidikan anak usia dini;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan layanan khusus pada
pendidikan anak usia dini;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 41


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,


pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan layanan khusus pada
pendidikan anak usia dini;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan layanan khusus pada
pendidikan anak usia dini;
e) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan anak
usia dini dan pendidikan layanan khusus pada pendidikan anak usia
dini;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan anak usia dini dan pendidikan layanan khusus pada
pendidikan anak usia dini;
g) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan satuan
pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan perwakilan negara
asing atau satuan pendidikan anak usia dini kerja sama yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing dengan lembaga
pendidikan Indonesia;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pendidikan anak usia
dini; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat..

3) Direktorat Sekolah Dasar


Direktorat Sekolah Dasar mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang sekolah dasar dan pendidikan
layanan khusus pada sekolah dasar.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Sekolah Dasar menyelenggarakan
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah dasar dan pendidikan layanan khusus pada sekolah dasar;

42 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,


pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah dasar dan pendidikan layanan khusus pada sekolah dasar;
c) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah dasar dan pendidikan layanan khusus pada sekolah dasar;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah dasar dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah dasar;
e) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah dasar dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah dasar;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah dasar dan pendidikan layanan khusus pada sekolah dasar;
g) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan sekolah
dasar yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau sekolah
dasar kerja sama yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
asing dengan lembaga pendidikan Indonesia;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sekolah dasar; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

4) Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Direktorat Sekolah Menengah Pertama mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang sekolah menengah
pertama dan pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah
pertama.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Sekolah Menengah Pertama
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah pertama dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah pertama;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 43


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

sekolah menengah pertama dan pendidikan layanan khusus pada


sekolah menengah pertama;
c) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah pertama dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah pertama;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah pertama dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah pertama;
e) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah
pertama dan pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah
pertama;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah pertama dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah pertama;
g) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan sekolah
menengah pertama yang diselenggarakan perwakilan negara asing
dan sekolah menengah pertama kerja sama yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan asing dengan lembaga pendidikan
Indonesia;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sekolah menengah
pertama; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

5) Direktorat Sekolah Menengah Atas


Direktorat Sekolah Menengah Atas mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang sekolah menengah atas
dan pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah atas.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Sekolah Menengah Atas
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada

44 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

sekolah menengah atas dan pendidikan layanan khusus pada sekolah


menengah atas;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah atas dan pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah atas;
c) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah atas dan pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah atas;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah
atas dan pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah atas;
e) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah
atas dan pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah atas;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah atas dan pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah atas;
g) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan sekolah
menengah atas yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau
lembaga asing dan sekolah menengah atas kerja sama yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing dengan lembaga
pendidikan Indonesia;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sekolah menengah
atas; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

6) Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus


Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan inklusi,
dan unit layanan disabilitas pendidikan.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 45


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pendidikan Masyarakat dan


Pendidikan Khusus menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan
inklusi, dan unit layanan disabilitas pendidikan;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan
inklusi, dan unit layanan disabilitas pendidikan;
c) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan
inklusi, dan unit layanan disabilitas pendidikan;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan
inklusi, dan unit layanan disabilitas pendidikan;
e) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan
keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus, pendidikan
layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan inklusi, dan unit
layanan disabilitas pendidikan;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan khusus,
pendidikan layanan khusus pada pendidikan khusus, pendidikan
inklusi, dan unit layanan disabilitas pendidikan;
g) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan satuan
pendidikan khusus yang diselenggarakan perwakilan negara asing
atau lembaga asing;

46 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pendidikan


masyarakat dan pendidikan khusus; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

d. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pendidikan vokasi serta pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi.

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan fungsi:


1) perumusan kebijakan di bidang pendidikan vokasi, pendidikan
kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
2) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi vokasi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
3) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan kejuruan dan pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
4) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
kompetensi vokasional guru vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan
tenaga kependidikan vokasi pada pendidikan kejuruan dan pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;
5) pelaksanaan kebijakan di bidang standar dan penjaminan mutu
peserta didik, pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan
penilaian pada pendidikan kejuruan dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja;
6) pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, kemahasiswaan,
kelembagaan, dan sumber daya pada pendidikan tinggi vokasi;
7) pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di
perguruan tinggi vokasi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 47


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

8) pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kompetensi vokasional


dosen vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan tenaga kependidikan vokasi
pada pendidikan tinggi vokasi;
9) pelaksanaan fasilitasi di bidang pembinaan kompetensi vokasional
guru dan dosen vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan tenaga
kependidikan vokasi;
10) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pendidikan
kejuruan dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
11) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
kompetensi vokasional guru vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan
tenaga kependidikan vokasi pada pendidikan kejuruan dan pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;
12) pelaksanaan kemitraan dan penyelarasan pendidikan vokasi dengan
dunia usaha dan dunia industri;
13) perumusan pemberian izin penyelenggaraan satuan pendidikan
kejuruan dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja yang
diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing serta
perguruan tinggi vokasi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
perwakilan negara asing atau lembaga asing;
14) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan vokasi,
pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
15) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
16) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi terdiri atas:


1) Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi dan koordinasi pelaksanaan tugas
unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan
anggaran di bidang pendidikan tinggi vokasi, pendidikan menengah

48 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

kejuruan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan


kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang pendidikan
tinggi vokasi, pendidikan menengah kejuruan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, dan kemitraan dan penyelarasan
dunia usaha dan dunia industri;
c) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pendidikan tinggi
vokasi, pendidikan menengah kejuruan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, dan kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan
dunia industri;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Direktorat Jenderal;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan penelaahan
dan fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;
h) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang pendidikan tinggi vokasi, pendidikan menengah
kejuruan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan
kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri;
i) pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
j) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan
tinggi vokasi, pendidikan menengah kejuruan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, dan kemitraan dan penyelarasan
dunia usaha dan dunia industri; dan
k) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal.

2) Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
sekolah menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan
menyelenggarakan fungsi:

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 49


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,


pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan;
c) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
kompetensi vokasional guru vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan
tenaga kependidikan vokasi pada sekolah menengah kejuruan;
d) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan;
e) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan;
f) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah
menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah kejuruan;
g) fasilitasi di bidang pembinaan kompetensi vokasional guru vokasi,
pendidik vokasi lainnya, dan tenaga kependidikan vokasi pada
sekolah menengah kejuruan;
h) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
sekolah menengah kejuruan dan pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan;
i) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
kompetensi vokasional guru vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan
tenaga kependidikan vokasi pada sekolah menengah kejuruan;
j) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan sekolah
menengah kejuruan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing atau lembaga asing dan sekolah menengah kejuruan kerja

50 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

sama yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing


dengan lembaga pendidikan Indonesia;
k) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sekolah
menengah kejuruan; dan
l) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat

3) Direktorat Kursus dan Pelatihan


Direktorat Kursus dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Kursus dan Pelatihan
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
b) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
c) penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
kompetensi vokasional pendidik vokasi lainnya dan tenaga
kependidikan vokasi pada pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
d) pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
e) pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik,
pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
f) fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;
g) fasilitasi di bidang pembinaan kompetensi vokasional pendidik
vokasi lainnya dan tenaga kependidikan vokasi pada pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 51


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

h) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik,


pembelajaran, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
i) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
kompetensi vokasional pendidik vokasi lainnya dan tenaga
kependidikan vokasi pada pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
j) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja pada kursus dan
pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau
lembaga asing;
k) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang keterampilan dan
pelatihan kerja; dan
l) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

4) Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi


Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembelajaran, kemahasiswaan, riset, teknologi, dan pengabdian
kepada masyarakat pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi yang
berasal dari pendidikan vokasit.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi
Vokasi menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembelajaran dan
kemahasiswaan pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
b) penyiapan bahan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan di bidang riset dan teknologi pada pendidikan tinggi
vokasi dan profesi;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, kemahasiswaan,
riset, teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat pada
pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
d) pelaksanaan penjaminan mutu di bidang pembelajaran,
kemahasiswaan, riset, teknologi, dan pengabdian kepada
masyarakat pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;

52 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

e) fasilitasi di bidang pembelajaran, kemahasiswaan, riset, teknologi,


dan pengabdian kepada masyarakat pada pendidikan tinggi vokasi
dan profesi;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pembelajaran, kemahasiswaan, riset, dan teknologi pada
pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang akademik
pendidikan tinggi vokasi; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

5) Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi


Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kelembagaan dan sumber daya pada pendidikan
tinggi vokasi dan profesi yang berasal dari pendidikan vokasi.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Kelembagaan dan Sumber
Daya Pendidikan Tinggi Vokasi menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kelembagaan dan
sumber daya pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan dan sumber daya
pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
c) pelaksanaan penjaminan mutu di bidang kelembagaan dan
sumber daya pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
d) pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kompetensi
vokasional dosen vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan tenaga
kependidikan vokasi pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
e) fasilitasi di bidang kelembagaan dan sumber daya pada
pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
f) fasilitasi di bidang pembinaan kompetensi vokasional dosen
vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan tenaga kependidikan vokasi
pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
g) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kelembagaan
dan sumber daya pada pendidikan tinggi vokasi dan profesi;
h) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
kompetensi vokasional dosen vokasi, pendidik vokasi lainnya, dan

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 53


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

tenaga kependidikan vokasi pada pendidikan tinggi vokasi dan


profesi;
i) penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan
perguruan tinggi vokasi dan profesi yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan perwakilan negara asing atau lembaga asing;
j) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kelembagaan dan
sumber daya pendidikan tinggi vokasi; dan
k) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat

6) Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia


Industri.
Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia
Industri mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan
dunia industri.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan
Dunia Usaha dan Dunia Industri menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kemitraan dan
penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah
menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan dan penyelarasan
dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah
kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;
c) fasilitasi di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan
dunia industri dengan sekolah menegah kejuruan, pendidikan
tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kemitraan
dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah
menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
e) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kemitraan dan
penyelarasan dunia usaha dan dunia industri; dan
f) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

54 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

e. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pendidikan tinggi akademik, ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi


menyelenggarakan fungsi:
1) perumusan kebijakan di bidang pendidikan tinggi akademik;
2) perumusan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi;
3) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi akademik dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
4) pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, kemahasiswaan,
kelembagaan, dan sumber daya pada pendidikan tinggi akademik;
5) pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di
perguruan tinggi akademik dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi;
6) perumusan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi akademik
yang diselenggarakan oleh masyarakat dan perwakilan negara asing
atau lembaga asing;
7) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan tinggi
akademik, ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
8) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan i. pelaksanaan fungsi
lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi terdiri atas:


1) Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administrasi dan
koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan fungsi:

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 55


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan,


dan anggaran di bidang pendidikan tinggi akademik, riset, dan
teknologi;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang pendidikan
tinggi akademik, riset, dan teknologi;
c) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pendidikan tinggi
akademik, riset, dan teknologi;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Direktorat
Jenderal;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan dan fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat
Jenderal;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;
h) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang pendidikan tinggi akademik, riset, dan
teknologi;
i) pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
j) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan
tinggi akademik, riset, dan teknologi; dan
k) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal..

2) Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan


Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembelajaran dan kemahasiswaan pada pendidikan tinggi akademik dan
profesi yang berasal dari pendidikan akademik.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembelajaran dan
kemahasiswaan pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran dan
kemahasiswaan pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;

56 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c) pelaksanaan penjaminan mutu di bidang pembelajaran dan


kemahasiswaan pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;
d) fasilitasi di bidang pembelajaran dan kemahasiswaan pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi;
e) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pembelajaran dan kemahasiswaan pada pendidikan tinggi
akademik dan profesi;
f) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembelajaran dan
kemahasiswaan; dan
g) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

3) Direktorat Kelembagaan
Direktorat Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan pada pendidikan
tinggi akademik dan profesi yang berasal dari pendidikan akademik.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Kelembagaan menyelenggarakan
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kelembagaan pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan pada pendidikan
tinggi akademik dan profesi;
c) pelaksanaan penjaminan mutu di bidang kelembagaan pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi;
d) fasilitasi di bidang kelembagaan pada pendidikan tinggi akademik
dan profesi;
e) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kelembagaan
pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;
f) penyiapan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi
akademik dan profesi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
perwakilan negara asing atau lembaga asing;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kelembagaan; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

4) Direktorat Sumber Daya


Direktorat Sumber Daya mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya pada pendidikan tinggi
akademik dan profesi yang berasal dari pendidikan akademik.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 57


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Sumber Daya menyelenggarakan


fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang sumber daya pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya pada pendidikan tinggi
akademik dan profesi;
c) pelaksanaan penjaminan mutu di bidang sumber daya pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi;
d) fasilitasi di bidang sumber daya pada pendidikan tinggi akademik dan
profesi;
e) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang sumber daya
pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;
f) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sumber daya pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi; dan
g) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

5) Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat


Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang riset, teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat pada
pendidikan tinggi akademik dan profesi yang berasal dari pendidikan
akademik.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian
Kepada Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang riset, teknologi, dan
pengabdian kepada masyarakat pada pendidikan tinggi akademik
dan pendidikan tinggi vokasi;
b) penyiapan bahan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan
di bidang riset dan teknologi pada pendidikan tinggi akademik dan
profesi;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang riset, teknologi, dan pengabdian
kepada masyarakat pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;
d) pelaksanaan penjaminan mutu di bidang riset, teknologi, dan
pengabdian kepada masyarakat pada pendidikan tinggi akademik
dan profesi;

58 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

e) fasilitasi di bidang riset, teknologi, dan pengabdian kepada


masyarakat pada pendidikan tinggi akademik dan profesi;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang riset, teknologi,
dan pengabdian kepada masyarakat pada pendidikan tinggi
akademik dan profesi;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang riset, teknologi, dan
pengabdian kepada masyarakat pada pendidikan tinggi akademik
dan profesi; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

f. Direktorat Jenderal Kebudayaan


Direktorat Jenderal Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kebudayaan.
Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
1) perumusan kebijakan di bidang kebudayaan;
2) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelestarian
cagar budaya dan pemajuan kebudayaan;
3) pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan
pemajuan kebudayaan;
4) pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;
5) perumusan pemberian izin di bidang perfilman;
6) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelestarian cagar
budaya dan pemajuan kebudayaan;
7) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pelestarian cagar budaya
dan pemajuan kebudayaan;
8) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
9) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Kebudayaan terdiri atas:


1) Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan
Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi dan koordinasi pelaksanaan tugas
unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan
menyelenggarakan fungsi:

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 59


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan


anggaran di bidang kebudayaan;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang kebudayaan;
c) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang kebudayaan;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Direktorat
Jenderal;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan penelaahan
serta fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Direktorat Jenderal;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;
h) penyiapan bahan pembinaan jabatan fungsional pamong budaya;
i) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang kebudayaan;
j) pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
k) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang kebudayaan;
dan
l) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal..

2) Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan


Masyarakat Adat
Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
Masyarakat Adat mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat;
b) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
masyarakat adat;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat;

60 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan


kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat;
e) pelaksanaan pendataan di bidang pembinaan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat;
f) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat;
dan
g) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

3) Direktorat Perfilman, Musik, dan Media


Direktorat Perfilman, Musik, dan Media mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perfilman, musik, dan media. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat
Perfilman, Musik, dan Media menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang perfilman, musik, dan
media;
b) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
perfilman, musik, dan media;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang perfilman, musik, dan media;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perfilman,
musik, dan media;
e) pelaksanaan pendataan di bidang perfilman, musik, dan media;
f) penyiapan rekomendasi pemberian izin di bidang perfilman;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perfilman, musik,
dan media; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

4) Direktorat Pelindungan Kebudayaan


Direktorat Pelindungan Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelindungan cagar
budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pelindungan Kebudayaan
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelindungan cagar
budaya dan objek pemajuan kebudayaan;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 61


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang


pelindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang pelindungan cagar budaya dan
objek pemajuan kebudayaan;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelindungan
cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan;
e) pelaksanaan pendataan di bidang pelindungan cagar budaya dan
objek pemajuan kebudayaan;
f) penyiapan rekomendasi perizinan di bidang pelindungan cagar
budaya;
g) penyiapan rekomendasi penerbitan izin membawa cagar budaya ke
luar negeri;
h) penyiapan bahan penerbitan register museum;
i) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelindungan cagar
budaya dan objek pemajuan kebudayaan; dan
j) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat..

5) Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan


Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan
kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pengembangan dan
Pemanfaatan Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan dan
pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan;
b) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan objek
pemajuan kebudayaan;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan dan pemanfaatan
cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan objek
pemajuan kebudayaan;
e) pelaksanaan pendataan di bidang pengembangan dan
pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan;

62 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

f) penyiapan rekomendasi pemberian izin pemanfaatan cagar budaya


dan objek pemajuan kebudayaan;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan dan
pemanfaatan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

6) Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan


Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan tenaga dan lembaga kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga
Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan tenaga dan
lembaga kebudayaan;
b) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pembinaan tenaga dan lembaga kebudayaan;
c) pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan tenaga dan lembaga
kebudayaan;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
tenaga dan lembaga kebudayaan;
e) pelaksanaan pendataan di bidang pembinaan tenaga dan lembaga
kebudayaan;
f) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan tenaga
dan lembaga kebudayaan; dan
g) pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat..

g. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian.
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan
Kementerian;
2) pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 63


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

3) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan


Menteri;
4) pelaksanaan pengawasan teknis bidang pendidikan dan kebudayaan di
daerah;
5) penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian;
6) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Inspektorat Jenderal terdiri atas:


1) Sekretariat Inspektorat Jenderal
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi dan koordinasi pelaksanaan tugas unit
organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan
anggaran di bidang pengawasan;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang
pengawasan;
c) koordinasi pelaksanaan tugas di bidang pengawasan;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Inspektorat
Jenderal;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan serta fasilitasi advokasi hukum di lingkungan
Inspektorat Jenderal;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Inspektorat Jenderal;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Inspektorat Jenderal;
h) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang pengawasan;
i) pengelolaan barang milik/kekayaan negara di lingkungan
Inspektorat Jenderal;
j) pengolahan dan evaluasi laporan hasil pengawasan;
k) fasilitasi pencegahan korupsi;
l) pemantauan dan evaluasi tindak lanjut hasil pengawasan; dan

64 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

m) pelaksanaan urusan ketatausahaan di lingkungan Inspektorat


Jenderal.

2) Inspektorat I
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat I menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;
c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, dan
barang milik negara;
d) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu;
e) pelaksanaan pencegahan korupsi;
f) pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan
di daerah sesuai wilayah kerjanya; dan
g) penyusunan laporan hasil pengawasan.

3) Inspektorat II
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat II menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;
c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, dan
barang milik negara;
d) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 65


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

e) pelaksanaan pencegahan korupsi;


f) pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan
di daerah sesuai wilayah kerjanya; dan
g) penyusunan laporan hasil pengawasan.

4) Inspektorat III
Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat III menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;
c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, dan
barang milik negara;
d) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu;
e) pelaksanaan pencegahan korupsi;
f) pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan
di daerah sesuai wilayah kerjanya; dan
g) penyusunan laporan hasil pengawasan.

5) Inspektorat IV
Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
teknis dan pengawasan intern terhadap kinerja, keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara di lingkungan Kementerian serta
pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di
daerah sesuai wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat IV menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis pengawasan internal;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat;

66 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan


pengawasan lain terhadap kinerja, keuangan, kepegawaian, dan
barang milik negara;
d) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu;
e) pelaksanaan pencegahan korupsi;
f) pengawasan teknis penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan
di daerah sesuai wilayah kerjanya; dan
g) penyusunan laporan hasil pengawasan.

6) Inspektorat Investigasi
Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan teknis dan audit investigasi terhadap pengaduan masyarakat
atau pegawai atas dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingkungan
Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Investigasi menyelenggarakan
fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan teknis audit investigasi;
b) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran
Inspektorat investigasi;
c) pelaksanaan penemuan fakta terhadap pengaduan masyarakat
atau pegawai atas dugaan korupsi, kolusi, nepotisme, dan
penyelewengan lain di lingkungan Kementerian;
d) pelaksanaan audit investigasi terhadap pengaduan masyarakat
atau pegawai atas dugaan korupsi, kolusi, nepotisme, dan
penyelewengan lain di lingkungan Kementerian;
e) fasilitasi pengawasan investigasi; dan
f) penyusunan laporan hasil audit investigasi.

h. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan


Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan mempunyai tugas
menyelenggarakan penyusunan standar, kurikulum, dan asesmen
pendidikan serta pengelolaan sistem perbukuan.

Dalam melaksanakan tugas, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen


Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan kebijakan di bidang standar pendidikan;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 67


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

2) penyusunan kebijakan teknis di bidang kurikulum dan asesmen


pendidikan serta pengelolaan sistem perbukuan;
3) pelaksanaan penyusunan standar, kurikulum, dan asesmen di bidang
pendidikan;
4) pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sistem
perbukuan;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyusunan standar,
kurikulum, dan asesmen pendidikan serta pengelolaan sistem
perbukuan;
6) pelaksanaan administrasi Badan; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan terdiri atas:


1) Sekretariat Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Sekretariat Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administrasi dan
koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Badan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan,
dan anggaran di bidang standar, kurikulum, dan asesmen
pendidikan serta pengelolaan sistem perbukuan;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang standar,
kurikulum, dan asesmen pendidikan serta pengelolaan sistem
perbukuan;
c) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang standar,
kurikulum, dan asesmen pendidikan serta pengelolaan sistem
perbukuan;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Badan;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan serta fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Badan;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Badan;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Badan;

68 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

h) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan


masyarakat di bidang standar, kurikulum, dan asesmen
pendidikan serta pengelolaan sistem perbukuan;
i) pengelolaan barang milik/kekayaan negara di lingkungan Badan;
j) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang standar,
kurikulum, dan asesmen pendidikan serta pengelolaan sistem
perbukuan; dan
k) pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan.

2) Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan


Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan kebijakan standar, penyusunan standar,
dan analisis kebijakan pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan kebijakan di bidang standar pendidikan;
b) pelaksanaan penyusunan standar di bidang pendidikan;
c) pelaksanaan analisis kebijakan pendidikan;
d) koordinasi dan fasilitasi di bidang standar dan kebijakan
pendidikan;
e) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang standar dan
kebijakan pendidikan; dan
f) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat

3) Pusat Kurikulum dan Pembelajaran


Pusat Kurikulum dan Pembelajaran mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan kebijakan teknis, penyusunan kurikulum, dan
pengembangan pembelajaran.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan kebijakan teknis di bidang kurikulum dan
pengembangan pembelajaran;
b) pelaksanaan penyusunan kurikulum dan pengembangan
pembelajaran;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 69


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c) koordinasi dan fasilitasi di bidang kurikulum dan pengembangan


pembelajaran;
d) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kurikulum dan
pembelajaran; dan
e) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

4) Pusat Asesmen Pendidikan


Pusat Asesmen Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan kebijakan teknis dan pelaksanaan asesmen pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Asesmen Pendidikan
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan kebijakan teknis pelaksanaan asesmen pendidikan;
b) penyusunan dan pelaksanaan asesmen pendidikan;
c) koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan asesmen pendidikan;
d) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang asesmen
pendidikan; dan
e) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

5) Pusat Perbukuan
Pusat Perbukuan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
kebijakan teknis pengembangan, pembinaan, dan pengawasan
sistem perbukuan dan pelaksanaan pengelolaan sistem perbukuan.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Perbukuan menyelenggarakan
fungsi:
a) penyiapan kebijakan teknis di bidang pengembangan, pembinaan,
dan pengawasan sistem perbukuan;
b) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengembangan,
pembinaan, dan pengawasan sistem perbukuan;
c) koordinasi dan fasilitasi pengembangan, pembinaan, dan
pengawasan sistem perbukuan;
d) pengembangan, penilaian, dan pengawasan buku pendidikan;
e) fasilitasi pengembangan buku umum;
f) pemberdayaan sumber daya perbukuan;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sistem
perbukuan; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

70 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

i. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mempunyai tugas
melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di bidang
bahasa dan sastra.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyelenggarakan fungsi:


1) penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra;
2) pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan
sastra;
3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;
4) pelaksanaan administrasi Badan; dan
5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri..

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terdiri atas:


1) Sekretariat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Sekretariat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mempunyai
tugas melaksanakan pelayanan administrasi dan koordinasi pelaksanaan
tugas unit organisasi di lingkungan Badan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan,
dan anggaran di bidang bahasa dan sastra;
b) pengumpulan dan analisis data dan informasi di bidang bahasa
dan sastra;
c) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang bahasa dan
sastra;
d) koordinasi pengelolaan dan pelaporan keuangan Badan;
e) penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan serta fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Badan;
f) pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan
Badan;
g) pengelolaan kepegawaian di lingkungan Badan;
h) koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan
masyarakat di bidang bahasa dan sastra;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 71


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

i) pengelolaan barang milik/kekayaan negara di lingkungan Badan;


j) koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan,
rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang bahasa dan
sastra; dan
k) pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan.

2) Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra


Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kebijakan teknis dan
pelaksanaan pengembangan dan pelindungan bahasa dan sastra.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Pengembangan dan Pelindungan
Bahasa dan Sastra menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan kebijakan teknis di bidang pengembangan dan
pelindungan bahasa dan sastra;
b) pelaksanaan pengembangan dan pelindungan bahasa dan sastra;
c) pengelolaan kebinekaan bahasa;
d) pembakuan dan kodifikasi bahasa dan sastra;
e) koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pengembangan dan
pelindungan bahasa dan sastra;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengembangan dan pelindungan bahasa dan sastra;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan
dan pelindungan bahasa dan sastra; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

3) Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra


Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra mempunyai tugas melaksanakan
melaksanakan penyiapan kebijakan teknis dan pelaksanaan
pembinaan bahasa dan sastra.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan kebijakan teknis di bidang pembinaan bahasa dan
sastra;
b) pelaksanaan pembinaan bahasa dan sastra;
c) pelaksanaan pemasyarakatan dan penyuluhan bahasa dan sastra;
d) pelaksanaan pengendalian dan pengawasan penggunaan bahasa;

72 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

e) pelaksanaan uji kemahiran berbahasa Indonesia;


f) koordinasi dan fasilitasi di bidang pembinaan bahasa dan sastra;
g) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan
bahasa dan sastra;
h) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan
bahasa dan sastra; dan
i) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

4) Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa


Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan kebijakan teknis dan pelaksanaan
penguatan dan pemberdayaan Bahasa.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Penguatan dan Pemberdayaan
Bahasa menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan kebijakan teknis di bidang penguatan dan
pemberdayaan bahasa;
b) pelaksanaan penguatan dan pemberdayaan bahasa;
c) pelaksanaan peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional;
d) pelaksanaan penyebaran bahasa negara;
e) koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan penguatan dan
pemberdayaan bahasa;
f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penguatan
dan pemberdayaan bahasa;
g) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penguatan dan
pemberdayaan bahasa; dan
h) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat

Pusat-Pusat

a. Pusat Data dan Teknologi Informasi


Pusat Data dan Teknologi Informasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengelolaan data
dan statistik serta pengelolaan dan pendayagunaan teknologi informasi.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Data dan Teknologi Informasi
menyelenggarakan fungsi:

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 73


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

1) penyiapan kebijakan teknis pengelolaan data dan statistik serta


pengelolaan dan pendayagunaan teknologi informasi bidang pendidikan
dan kebudayaan serta riset dan teknologi dalam rangka melaksanakan
tridharma perguruan tinggi;
2) pelaksanaan pengelolaan data dan statistik bidang pendidikan dan
kebudayaan serta riset dan teknologi dalam rangka melaksanakan
tridharma perguruan tinggi;
3) pelaksanaan verifikasi, validasi, integrasi, dan penyebarluasan data dan
informasi bidang pendidikan dan kebudayaan serta riset dan teknologi
dalam rangka melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
4) pelaksanaan pengelolaan sistem informasi pendidikan dan kebudayaan
serta riset dan teknologi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi;
5) pelaksanaan pengelolaan dan pendayagunaan teknologi informasi
bidang pendidikan dan kebudayaan;
6) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang data dan teknologi
informasi; dan
7) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan kebijakan teknis di bidang pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia pendidikan dan kebudayaan;
2) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
pendidikan dan kebudayaan;
3) koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia pendidikan dan kebudayaan;
4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia; dan
5) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat..

74 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c. Pusat Prestasi Nasional


Pusat Prestasi Nasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang pengembangan prestasi dan
manajemen talenta. Dalam melaksanakan tugas, Pusat Prestasi Nasional
menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan kebijakan teknis di bidang pengembangan prestasi dan
manajemen talenta;
2) pelaksanaan pengembangan prestasi satuan pendidikan dan peserta
didik;
3) pelaksanaan analisis, pengembangan, dan pemanfaatan talenta;
4) koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pengembangan prestasi dan
manajemen talenta;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang prestasi dan
manajemen talenta; dan
6) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

d. Pusat Penguatan Karakter


Pusat Penguatan Karakter mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang penguatan karakter.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Penguatan Karakter menyelenggarakan
fungsi:
1) penyiapan kebijakan teknis di bidang penguatan karakter;
2) pelaksanaan penguatan karakter;
3) koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan penguatan karakter;
4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penguatan karakter;
dan
5) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat..

e. Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan


Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan
melaksanakan penyiapan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang
layanan pembiayaan pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan
menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan kebijakan teknis di bidang layanan pembiayaan pendidikan;
2) pelaksanaan layanan pembiayaan pendidikan;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 75


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

3) koordinasi pelaksanaan layanan pembiayaan pendidikan;


4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang layanan pembiayaan
pendidikan; dan
5) pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.

Staf Ahli

Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan secara
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.

1) Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat mempunyai tugas


memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait
dengan bidang hubungan kelembagaan dan masyarakat.

2) Staf Ahli Bidang Inovasi mempunyai tugas memberikan rekomendasi


terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang inovasi
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi.

3) Staf Ahli Bidang Regulasi mempunyai tugas memberikan rekomendasi


terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang regulasi
pendidikan dan kebudayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka melaksanakan tridharma perguruan tinggi.

4) Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta mempunyai tugas memberikan


rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan
bidang manajemen talenta.

5) Staf Ahli Bidang Warisan Budaya mempunyai tugas memberikan


rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan
bidang warisan budaya.

Di lingkungan Kemendikbudristek dapat diangkat paling banyak 5 (lima) orang


Staf Khusus. Mendikbudristek mengajukan usulan jumlah Staf Khusus yang
dibutuhkan dan calon Staf Khusus kepada Presiden untuk mendapat
persetujuan. Staf Khusus mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada Menteri sesuai penugasan Menteri. Penugasan yang
diberikan oleh Menteri merupakan penugasan yang bersifat khusus selain bidang
tugas unsur-unsur organisasi Kementerian. Saat ini terdapat 5 (lima) Staf Khusus
Menteri, yaitu :

76 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a) Staf Khusus Menteri Bidang Kompetensi dan Manajemen;


b) Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi dan Media;
c) Staf Khusus Menteri Bidang Isu-Isu Strategis;
d) Staf Khusus Menteri Bidang Pembelajaran; dan
e) Staf Khusus Menteri Bidang Pemerintahan.

Di lingkungan Kemendikbudristek, terdapat pula unit pelaksana teknis (UPT)


yang mempunyai tugas melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan atau
tugas teknis penunjang tertentu dari organisasi induknya.
Kriteria pembentukan Unit Pelaksana Teknis terdiri dari:

a. melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis


penunjang yang bersifat pelaksanaan;
b. menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat;
c. memberikan kontribusi dan manfaat kepada masyarakat dan
penyelenggaraan pemerintahan;
d. mempunyai ruang lingkup tugas yang bersifat strategis dan berskala regional
dan/atau nasional;
e. menunjang pencapaian visi dan misi Kementerian;
f. tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana, dan
prasarana;
g. tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPT
yang bersangkutan;
h. memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP); dan
i. memperhatikan keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.

Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kemendikbud terdiri dari:


a. 6 UPT Balai Besar Guru Penggerak (BBGP);
b. 27 UPT Balai Guru Penggerak (BGP);
c. 5 UPT Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP);
d. 29 UPT Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP);
e. 6 UPT Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPMPPV)
f. 1 UPT Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan, Perikanan,
Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPMPPV KPTK);
g. 17 UPT Balai Bahasa;
h. 13 UPT Kantor Bahasa;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 77


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

i. 11 UPT Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) *);


j. 12 UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) *);
k. 1 UPT Balai Konservasi Borobudur (BK-Borobudur) *);
l. 1 UPT Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP Sangiran) *);
m. 1 UPT Museum Nasional *);
n. 1 UPT Museum Sumpah Pemuda *);
o. 1 UPT Museum Perumusan Naskah Proklamasi *);
p. 1 UPT Museum Kebangitan Nasional *);
q. 1 UPT Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta *);
r. 1 UPT Museum Basoeki Abdullah *);
s. 1 UPT Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti (Museum
Kepresidenan) *); dan
t. 1 UPT Galeri Nasional *).

Keterangan :
*) UPT tersebut sedang dalam proses penataan organisasi.
a) 7 UPT Museum, Galeri Nasional, Balai Konservasi Borobudur, dan Balai
Pelestarian Manusia Purba Sangiran akan diintegrasikan menjadi UPT
Musuem dan Cagar Budaya;
b) UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan UPT Balai Pelestarian
Nilai Budaya (BPNB) akan diintegrasikan menjadi UPT Balai Pelestarian
Kebudayaan;

Selain penataan UPT di atas, saat ini Kemendikbudristek sedang mengusulkan


pembentukan UPT baru yaitu :
a) Pembentukan UPT Balai Layanan Platform Teknologi;
b) Pembentukan UPT Balai Media Kebudayaan;
c) Pembentukan UPT Balai Pengelola Pengujian Pendidikan;
d) Pembentukan UPT Balai Layanan Pembiayaan Pendidikan Tinggi.

Di samping UPT, terdapat 16 Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) dan
123 perguruan tinggi negeri di lingkungan Kemendikbudristek meliputi:

a. 64 universitas;
b. 12 institut;
c. 44 politeknik; dan
d. 5 akademi komunitas.

78 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi, LL DIKTI
mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi peningkatan mutu penyelenggaraan
pendidikan tinggi.

Dalam melaksanakan tugas, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi


menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pemetaan mutu pendidikan tinggi;


b. pelaksanaan fasilitasi peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan
tinggi;
c. pelaksanaan fasilitasi peningkatan mutu pengelolaan perguruan tinggi;
d. pelaksanaan fasilitasi kesiapan perguruan tinggi dalam penjaminan mutu
eksternal;
e. pelaksanaan fasilitasi penilaian angka kredit pendidik dan tenaga
kependidikan perguruan tinggi;
f. pelaksanaan fasilitasi pendirian perguruan tinggi dan pembentukan
program studi;
g. pelaksanaan kerja sama;
h. pengelolaan data dan informasi perguruan tinggi;
i. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan fasilitasi peningkatan mutu perguruan
tinggi; dan
j. pelaksanaan administrasi.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi,
perguruan tinggi negeri memiliki tugas sebagai berikut:

a. Universitas mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan akademik dan


dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.

b. Institut mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan akademik dan


dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 79


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

c. Politeknik mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam


berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi
syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

d. Akademi Komunitas mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan


vokasi setingkat diploma satu dan/atau diploma dua dalam satu atau
beberapa cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu yang
berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.

Dalam rangka mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik dan
penyesuaian perkembangan dan kebutuhan organisasi, saat ini Biro Organisasi
dan Tata Laksana, Sekretariat Jenderal sedang menyusun rancangan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Organisasi Perguruan
Tinggi Negeri. Adapun beberapa substansi yang akan diatur di dalam
Permendikbud ini meliputi:

a. Tata Kelola Perguruan Tinggi Negeri.


Susunan organisasi Perguruan Tinggi Negeri paling sedikit terdiri atas:
1) senat, merupakan unsur penyusun kebijakan yang menjalankan fungsi
penetapan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik.
2) pemimpin perguruan tinggi, merupakan unsur pelaksana akademik
yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan non-akademik dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi untuk dan atas nama Menteri.
3) satuan pengawas internal, merupakan unsur yang menjalankan fungsi
pengawasan non-akademik untuk dan atas nama pemimpin perguruan
tinggi.
4) dewan penyantun atau nama lain, merupakan unsur menjalankan
fungsi pertimbangan non-akademik dan fungsi lain yang ditetapkan
dalam statuta.

b. Kriteria Pembentukan Unit Organisasi


Pembentukan dan/atau perubahan organisasi perguruan tinggi didasarkan
pada kebutuhan dan analisis beban kerja perguruan tinggi. Beban kerja
perguruan tinggi merupakan kegiatan yang digambarkan dalam pemberian
layanan penyelenggaraan di bidang akademik dan non-akademik pada
universitas/institut/politeknik/ akademi komunitas.

80 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Beban kerja perguruan tinggi dalam penyelenggaraan di bidang akademik


meliputi:
1) pendidikan;
2) penelitian; dan
3) pengabdian kepada masyarakat.

Beban kerja perguruan tinggi dalam penyelenggaraan di bidang non-


akademik paling sedikit meliputi:
1) organisasi;
2) keuangan;
3) ketenagaan;
4) sarana dan prasarana; dan
5) kemahasiswaan.

c. Mekanisme Pembentukan Organisasi


1) Mekanisme pembentukan unit kerja Perguruan Tinggi Negeri baru
sebagai berikut:
a) pemrakarsa menyusun naskah akademik dan usul pembentukan unit
kerja.
b) pemrakarsa menyampaikan naskah akademik dan usul
pembentukan unit kerja perguruan tinggi kepada Menteri dengan
tembusan Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi,
Riset, dan Teknologi bagi universitas, dan institut dan Direktur
Jenderal Pendidikan Vokasi bagi politeknik dan akademi komunitas;
c) Menteri memberikan disposisi kepada Sekretaris Jenderal untuk
ditelaah aspek kelembagaan dan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi, Riset, dan Teknologi atau Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi untuk ditelaah aspek teknis;
d) Sekretaris Jenderal dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset,
dan Teknologi atau Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
melakukan penelahaan, verifikasi, validasi, visitasi, dan pembahasan
bersama atas usul pembentukan unit kerja.
e) Sekretaris Jenderal menyampaikan hasil telaahan aspek
kelembagaan dan aspek teknis atas naskah akademik usul
pembentukan unit kerja kepada pemrakarsa;

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 81


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

f) pemrakarsa menyampaikan kembali revisi naskah akademik dan


usul pembentukan unit kerja perguruan tinggi kepada Sekretaris
Jenderal dengan tembusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi,
Riset, dan Teknologi bagi universitas dan institute atau Direktorat
Jenderal Pendidikan Vokasi bagi politeknik dan akademi komunitas;
g) Sekretaris Jenderal menyiapkan surat Menteri kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara
tentang permohonan persetujuan pembentukan unit kerja
perguruan tinggi negeri baru;
h) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara melakukan pembahasan dan koordinasi
dengan Kementerian dan kementerian/lembaga terkait dalam
rangka memberikan persetujuan atau penolakan terhadap usul
pembentukan unit kerja perguruan tinggi negeri baru; dan
i) Menteri menetapkan organisasi dan tata kerja baru berdasarkan
persetujuan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang aparatur negara.
2) Mekanisme penataan organisasi PTN sebagai berikut:
a) PTN menyusun naskah akademik dan usul penataan organisasi
perguruan tinggi;
b) PTN menyampaikan naskah akademik dan usul penataan organisasi
perguruan tinggi dan naskah akademik kepada Menteri dengan
tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi bagi universitas, dan institut
dan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi bagi politeknik dan akademi
komunitas;
c) Menteri memberikan disposisi kepada Sekretaris Jenderal untuk
ditelaah aspek kelembagaan dan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi, Riset, dan Teknologi bagi universitas dan institut atau
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi bagi politeknik dan akademi
komunitas untuk ditelaah aspek teknis;
d) Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atau
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melakukan penelaahan,
verifikasi, validasi, visitasi, dan pembahasan bersama atas usul
penataan organisasi perguruan tinggi;

82 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

e) Sekretariat Jenderal menyampaikan hasil telaah aspek kelembagaan


dan aspek teknis atas naskah akademik usul penataan organisasi
kepada PTN;
f) PTN menyampaikan kembali revisi naskah akademik dan usul
penataan organisasi perguruan tinggi kepada Sekretaris Jenderal
dengan tembusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan
Teknologi atau Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi;
g) Sekretaris Jenderal menyiapkan surat Menteri kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara
tentang permohonan persetujuan penataan organisasi perguruan
tinggi;
h) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara melakukan pembahasan dan koordinasi
dengan Kementerian dan kementerian/lembaga terkait dalam
rangka memberikan persetujuan atau penolakan terhadap usul
penataan organisasi perguruan tinggi; dan
i) Menteri menetapkan penataan organisasi dan tata kerja perguruan
tinggi berdasarkan persetujuan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
3) Mekanisme pembentukan jurusan sebagai berikut:
a) PTN menyusun naskah akademik dan usul pembentukan jurusan;
b) PTN menyampaikan naskah akademik dan usul pembentukan
jurusan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan
Teknologi bagi universitas, dan institut dan Direktur Jenderal
Pendidikan Vokasi bagi politeknik dengan tembusan Sekretaris
Jenderal;
c) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi dan Direktur
Jenderal Pendidikan Vokasi melakukan penelaahan dan pembahasan
usul pembentukan jurusan bersama dengan Perguruan Tinggi
pengusul;
d) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi atau
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melakukan verifikasi dan
validasi usul pembentukan jurusan;
e) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi dan Direktur
Jenderal Pendidikan Vokasi memberikan persetujuan atau penolakan
pembentukan jurusan.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 83


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

f) pemimpin PTN menetapkan pembentukan jurusan berdasarkan


persetujuan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi
dan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi.

Bagan Organisasi Kemendikbudristek

84 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

BAB

4
URAIAN JABATAN

Indikator keberhasilan:
Setelah mempelajari bahan ajar Uraian Jabatan, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
tentang (1) peta jabatan, (2) pengertian uraian jabatan, (3) komponen uraian jabatan, (4)
kegunaan dari uraian jabatan

Proses Analisis Jabatan

Setiap organisasi memiliki tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh jabatan-
jabatan yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh nama-nama jabatan yang
dibutuhkan, dilakukan sebuah metode yang dinamakan analisis jabatan. Analisis jabatan
adalah proses, metode, dan teknik untuk memperoleh data jabatan yang diolah menjadi
informasi jabatan dan disajikan untuk kepentingan program kepegawaian serta

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 85


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

memberikan umpan balik bagi organisasi, tata laksana, pengawasan, dan akuntabilitas.
Hasil analisis jabatan berupa rumusan jabatan, uraian jabatan, dan peta jabatan.
Peta Jabatan adalah salah satu hasil dari analisis jabatan dimana merupakan suatu
susunan jabatan yang digambarkan secara vertikal maupun horizontal menurut struktur
kewenangan, tugas, dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan. Peta
jabatan digunakan untuk menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan kedudukannya
dalam unit kerja. Peta jabatan yang tersusun akan menjelaskan susunan dan hubungan
kerja setiap jabatan dalam unit kerja.
Berdasarkan arahan Presiden pada Sidang Paripurna MPR RI tanggal 20 Oktober 2019,
dilakukan penyederhanaan birokrasi menjadi dua level yang ditindaklanjuti dengan
pengalihan pejabat administrator dan pengawas ke dalam jabatan fungsional.
Sehubungan dengan arahan tersebut, ditetapkannya Kepmendikbud Nomor
1185/M/2020 tentang Kelas Jabatan Unit Utama Kemendikbud, Kepmendikbud Nomor
35/M/2021 tentang Kelas Jabatan Sekretariat LSF dan Unit Pelaksana Teknis
Kemendikbud, dan Kepmendikbud Nomor 73/0/2021 tentang Kelas Jabatan Lembaga
Layanan Pendidikan Tinggi Kemendikbud.
Kemudian dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2021 tentang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, terdapat
penambahan fungsi riset dan teknologi pada Kemendikbudristek sehingga perlu
dilakukan penyesuaian kembali terhadap peta jabatan di lingkungan
Kemendikbudristek. Saat ini sedang dilakukan revisi terhadap Kepmendikbud tentang
kelas jabatan di lingkungan Kemendikbudristek.

86 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Contoh Peta Jabatan Biro Organisasi dan Tata Laksana

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 87


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

A. PENGERTIAN URAIAN JABATAN

Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang,


dan hak seorang ASN dalam suatu satuan organisasi Negara. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, jabatan ASN terdiri dari
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional. Jabatan
Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian
dan keterampilan tertentu. Ketentuan tentang jabatan fungsional diatur dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, misal
Jabatan Fungsional Dosen diatur dalam PermenPANRB Nomor 17 tahun 2013
tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah
dengan PermenPANRRB Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun
2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

Jabatan diperoleh dari analisis jabatan. Hasil analisis jabatan berupa rumusan
jabatan, uraian jabatan, dan peta jabatan. Rumusan jabatan kemudian dijadikan
dasar untuk melakukan berbagai kegiatan manajemen di bidang kepegawaian
diantaranya untuk menyusun peta jabatan. Dari peta jabatan tersebut bersama-
sama dengan hasil analisis beban kerja dapat disusun jumlah kebutuhan pegawai
per jabatan. Dalam modul ini, yang akan dibahas secara lebih mendalam adalah
uraian jabatan.

Uraian jabatan adalah uraian tentang informasi karakteristik yang terkandung


dalam jabatan seperti nama jabatan, kode jabatan, letak jabatan, ikhtisar jabatan,
uraian tugas, hasil kerja, bahan kerja, peralatan kerja, tanggung jawab jabatan,
wewenang jabatan, korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, dan syarat jabatan.
Uraian jabatan dapat diartikan pula sebagai uraian yang berisi keterangan atau
informasi yang memberikan gambaran tentang karakteristik dan aspek-aspek
pekerjaan dan menjadi isi jabatan (job content). Uraian jabatan meliputi tentang
pelaksanaan pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan syarat jabatan.

88 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

B. KOMPONEN URAIAN JABATAN

Berdasarkan PermenPANRB Nomor 1 tahun 2020 tentang Pedoman Analisis Jabatan


dan Analis Beban Kerja, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
telah merumuskan 17 komponen uraian jabatan dimana satu sama lain merupakan
satu rangkaian yang utuh serta dengan susunan yang runtut. Komponen dari uraian
jabatan antara lain:

1. Nomor Kode Jabatan


Nomor kode jabatan dimaksudkan sebagai pembeda antara jabatan satu
dengan lainnya dan untuk memudahkan pengadministrasian. Pemberian nomor
kode jabatan biasanya didasarkan atas letak jabatan dalam unit kerja serta
kesepakatan antara pimpinan unit kerja dengan tim analisis. Di lingkungan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, nomor kode
jabatan dirumuskan oleh Biro Organisasi dan Tata Laksana.

2. Nama Jabatan
Nama jabatan adalah sebutan untuk memberi ciri dan gambaran sekelompok
tugas yang menyatu dalam satu wadah jabatan. Nama jabatan juga
dimaksudkan sebagai identitas jabatan yang membedakan antara jabatan yang
satu dengan jabatan yang lain. Selanjutnya nama jabatan menjadi rumusan
nomenklatur jabatan. Nama jabatan Jabatan Pimpinan Tinggi, Administrator,
dan Pengawas mengikuti nomenklatur unit kerjanya. Nama jabatan pelaksana
di seluruh instansi pemerintah saat ini mengacu ke PermenPANRB Nomor 41
Tahun 2018 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil
di Lingkungan Instansi Pemerintah.

3. Unit Kerja Atasan


Menunjukkan kedudukan jabatan dalam suatu organisasi di mana pemegang
jabatan berada.

4. Rumusan Tugas
Rumusan tugas adalah ikhtisar dari keseluruhan rincian/uraian tugas jabatan
yang ada dan disusun dalam satu kalimat. Rumusan tugas dirumuskan dari tugas
yang paling esensi dalam jabatan yang bersangkutan.

5. Rincian Tugas
Rincian tugas adalah paparan atas semua tugas jabatan yang merupakan upaya
pokok yang dilakukan pemegang jabatan dalam memproses bahan kerja
menjadi hasil kerja dengan menggunakan peralatan kerja. Penyusunan rincian

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 89


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

tugas harus mencerminkan: apa yang dikerjakan (what), bagaimana cara


pekerjaan itu dilakukan (how), mengapa atau untuk apa pekerjaan itu dilakukan
(why).

6. Hasil Kerja
Hasil kerja adalah produk atau luaran (output) yang dapat berupa fisik (benda)
dan nonfisik (jasa, informasi, dan layanan). Setiap jabatan harus mempunyai
produk atau luaran (output).

7. Bahan Kerja
Bahan kerja adalah masukan atau sesuatu yang diolah atau diproses dalam
pelaksanaan tugas-tugas jabatan untuk memperoleh hasil kerja. Bahan kerja
dapat berupa data atau benda
Misal:
 Data beban kerja merupakan bahan kerja yang diolah oleh Pengolah Data
 Data pegawai merupakan bahan kerja yang diproses oleh Pengadministrasi
Kepegawaian
 Data dan informasi akademik merupakan bahan kerja yang dianalisis oleh
Analis Data Akademik

8. Alat Kerja
Peraturan dan alat kerja spesifik yang digunakan dalam rangka pelaksanaan
tugas untuk memperoleh hasil kerja, contoh: POS Perawatan Cagar Budaya,
kuas, kamera, alat tulis, komputer.

9. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah rincian atas segala sesuatu yang
dipertanggungjawabkan oleh pemegang jabatan. Penulisan tanggung jawab
dalam uraian jabatan adalah bentuk tanggung jawab diikuti oleh objek yang
harus dipertanggungjawabkan. Bentuk tanggung jawab dapat berupa
kerahasiaan, ketepatan waktu, kelengkapan, kebenaran, dan lain-lain.

10. Wewenang
Wewenang adalah hak pemegang jabatan untuk mengambil tindakan atau
keputusan yang diakui sah oleh organisasi.
Misal:
 Wewenang Petugas Keamanan  melakukan pemeriksaan barang/
kendaraan yang keluar masuk dI lingkungan kantor.
 Wewenang Pengadministrasi Keuangan  menolak permohonan
peminjaman dokumen keuangan yang tidak sesuai prosedur.

90 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

 Wewenang Pengelola Program Minat, Bakat, dan Penalaran Mahasiswa 


meminta kelengkapan data kepada unit terkait.

11. Hubungan Kerja


Dalam pelaksanaan tugas pemegang jabatan selalu berhubungan dengan
jabatan lain, baik timbal balik maupun searah, baik vertikal, horizontal, maupun
diagonal.

12. Keadaan Tempat Kerja


Gambaran tentang kondisi tempat kerja yang menimbulkan dampak negatif
atau menimbulkan risiko bahaya bagi pegawai yang ada di dalamnya. Aspek-
aspek tempat kerja: ruangan tempat kerja, suhu, penerangan, suara, dan jam
kerja.

13. Upaya Fisik


Gambaran penggunaan anggota tubuh dalam melaksanakan tugas jabatan.
Penggunaan anggota tubuh dalam upaya fisik adalah penggunaan panca indera.
Upaya fisik yang dituliskan dalam uraian jabatan adalah upaya fisik yang dapat
menimbulkan dampak negatif pada pegawai.
Misal untuk jabatan Petugas Kemanan dibutuhkan upaya fisik berupa berdiri
dalam waktu yang lama, berlari, dan bela diri apabila ada kondisi yang memaksa

14. Risiko Bahaya


Risiko bahaya yang mungkin timbul dan menimpa pegawai sewaktu melakukan
tugas jabatan, dapat berupa risiko bahaya terhadap fisik atau mental.
Misal untuk jabatan Teknisi Sarana dan Prasarana Kantor risiko bahaya yang
mungkin terjadi adalah kecelakaan dan terjatuh

15. Syarat Jabatan


Syarat jabatan merupakan rumusan tentang kemampuan kerja yang dituntut
untuk dapat melaksanakan tugas jabatan. Syarat jabatan dapat diartikan
sebagai kriteria seseorang untuk menduduki jabatan tersebut. Syarat jabatan
meliputi:
a) Pendidikan
b) Kursus/Pelatihan
c) Pengalaman Kerja
d) Pangkat, Golongan
e) Pengetahuan
f) Kecakapan Teknis
g) Potensi

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 91


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

h) Minat
i) Temperamen
j) Sikap Kerja

16. Kelas Jabatan


Adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam rangkaian susunan instansi pemerintah yang meskipun berbeda dalam
hal jenis pekerjaan, tetapi cukup setara dalam hal tingkat kesulitan dan
tanggung jawab, dan tingkat persyaratan kualifikasi pekerjaan, dan digunakan
sebagai dasar penggajian.

C. KEGUNAAN URAIAN JABATAN

Kegunaan dari uraian jabatan antara lain:


 Uraian jabatan sebagai dasar untuk menentukan standar hasil kerja
 Uraian jabatan sebagai alat untuk menganalisis pencarian calon pegawai dan
penyaringan
 Uraian jabatan memberikan dasar untuk program-program pelatihan
 Uraian jabatan dapat dijadikan sebagai bahan pengawasan oleh pimpinan
maupun pihak ekstern
 Uraian jabatan berguna dalam program-program keselamatan kerja

Dilihat dari penggunaannya, uraian jabatan menjadi salah satu keharusan untuk
dimiliki oleh setiap instansi. Instansi yang tidak memiliki uraian jabatan tidak
mempunyai arah dalam pengelolaan kelembagaan dan kepegawaian.

D. URAIAN JABATAN MASING-MASING JABATAN

Berikut terlampir contoh uraian jabatan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan. Uraian jabatan untuk semua jabatan pelaksana dapat dilihat di
Kepmendikbud Nomor 455/M/2019 tentang Uraian Jabatan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Peraturan atau Keputusan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang uraian jabatan. Saat ini sedang dilakukan
revisi Kepmendikbud Nomor 455/M/2019 tentang Uraian Jabatan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengakomodasi uraian jabatan pelaksana di
bidang pendidikan tinggi, riset, dan teknologi.

92 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Contoh 1. Uraian Jabatan Analis Jabatan.


URAIAN JABATAN

1. NOMOR KODE JABATAN : E.018


2. NAMA JABATAN : Analis Jabatan
3. UNIT KERJA ATASAN :
3.1 Eselon IV : ......................
3.2 Eselon III : ......................
3.3 Eselon II : ......................
3.4 Eselon I : ......................

4. RUMUSAN TUGAS
Melakukan kegiatan analisis dan penelaahan dalam rangka penyusunan rekomendasi di bidang
kebutuhan jabatan.
5. RINCIAN TUGAS
5.1. Menyiapkan bahan penyusunan program kerja Subbagian sesuai hasil evaluasi tahun
sebelumnya.
5.2. Menyusun konsep instrumen pengumpulan dan pengolahan data jabatan.
5.3. Menganalisis data jabatan sesuai dengan tugas dan fungsi unit kerja.
5.4. Mengidentifikasi nama jabatan di lingkungan unit kerja.
5.5. Merumuskan konsep uraian jabatan di lingkungan unit kerja.
5.6. Melakukan konfirmasi konsep uraian jabatan.
5.7. Melakukan perhitungan beban kerja jabatan di lingkungan unit kerja.
5.8. Menyiapkan bahan evaluasi jabatan di lingkungan unit kerja.
5.9. Menyusun konsep standar kompetensi jabatan sesuai dengan hasil analisis jabatan di
lingkungan unit kerja.
5.10. Menyusun bahan fasilitasi penerapan pedoman analisis jabatan di lingkungan unit kerja.
5.11. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggungjawaban.
5.12. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

6. HASIL KERJA
6.1 Bahan penyusunan program kerja unit kerja.
6.2 Konsep instrumen pengumpulan dan pengolahan data jabatan.
6.3 Hasil analisis data jabatan.
6.4 Nama jabatan di lingkungan unit kerja.
6.5 Konsep uraian jabatan di lingkungan unit kerja.
6.6 Hasil konfirmasi konsep uraian jabatan.
6.7 Data hasil perhitungan beban kerja jabatan di lingkungan unit kerja.
6.8 Konsep bahan evaluasi jabatan di lingkungan unit kerja.
6.9 Konsep standar kompetensi jabatan di lingkungan unit kerja.
6.10 Bahan fasilitasi penerapan pedoman analisis jabatan.
6.11 Laporan hasil pelaksanaan tugas.
6.12 Laporan pelaksanaan tugas kedinasan lain.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 93


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

7. BAHAN KERJA
7.1 Permendikbud tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
7.2 Data dan informasi jabatan, perhitungan beban kerja dan evaluasi jabatan.
8. PERALATAN KERJA
8.1 Alat Tulis Kantor (ATK).
8.2 Alat Perlengkapan Kantor (APK).

9. PEDOMAN KERJA
9.1. Permendikbud tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
9.2. Permendikbud tentang Rincian Tugas Unit.
9.3. Program kerja unit kerja.
9.4. Peraturan tentang pedoman analisis jabatan, penghitungan beban kerja, dan evaluasi jabatan.

10. TANGGUNG JAWAB


10.1 Kebenaran dan ketepatan data dan informasi jabatan di lingkungan unit kerja.
10.2 Kebenaran konsep analisis jabatan.

11. WEWENANG
11.1 Meminta hasil penyusunan uraian jabatan di lingkungan unit kerja.
11.2 Meminta data hasil perhitungan beban kerja di lingkungan Unite kerja.

12. HUBUNGAN KERJA


No. Nama Jabatan Unit Kerja Dalam Hal
12.1 ..................... (Eselon IV) ....... (Unit Kerja Eselon III) Konsultasi pelaksanaan
tugas
12.2 ..................... ....... (Unit Kerja Eselon IV) Koordinasi pelaksanaan
tugas
12.3 ..................... ....... (Unit Kerja Eselon IV) Koordinasi pelaksanaan
tugas

13. KEADAAN TEMPAT KERJA .


13.1 Ruang Tempat Kerja : Luas
13.2 Suhu : Sejuk.
13.3 Penerangan : Terang.
13.4 Suara : Tenang.
13.5 Jam Kerja : Sesuai dengan peraturan.

14. UPAYA FISIK


Tidak diperlukan upaya fisik yang signifikan.

94 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

15. RISIKO BAHAYA


Tidak ada risiko bahaya yang signifikan.
16. SYARAT JABATAN
10.1 Pendidikan Formal : S-1/D-4 bidang Manajemen/Administrasi Negara/Psikologi
atau bidang lain yang relevan dengan tugas jabatan.
10.2 Kursus/Pelatihan : Analisis Jabatan.
10.3 Pengalaman Kerja : Di bidang pengolahan data jabatan.
10.4 Pangkat, Golongan : Penata Muda, III/a.
10.5 Pengetahuan : - Peraturan perundang-undangan tentang analisis jabatan.
- Peraturan tentang evaluasi jabatan.
- Peraturan pelaksanaan perhitungan beban kerja.
10.6 Kecakapan Teknis : - Mampu melakukan analisis jabatan.
- Mampu melakukan perhitungan beban kerja.
- Mampu melakukan evaluasi jabatan.
10.7 Potensi : Kemampuan verbal.
10.8 Sikap Kerja : - Teliti.
- Berdaya tahan terhadap tekanan kerja.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 95


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Contoh 2. Konsep Uraian Jabatan Teknisi Laboratorium (revisi Kepmendikbud


455/M/2019)

URAIAN JABATAN

1. NOMOR KODE JABATAN :


2. NAMA JABATAN : Teknisi Laboratorium
3. UNIT KERJA ATASAN
3.1 Eselon IV : ...........................
3.2 Eselon III : ...........................
3.3 Eselon II : ...........................

4. RUMUSAN TUGAS
Melakukan kegiatan pemasangan, perbaikan dan pengecekan serta pemeliharaan laboratorium.

5. RINCIAN TUGAS
5.1 Melakukan pendataan kebutuhan alat dan bahan laboratorium sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
5.2 Melaksanakan stock opname bahan laboratorium yang masuk dan keluar laboratorium secara
berkala sesuai prosedur yang berlaku.
5.3 Menyiapkan bahan laboratorium untuk keperluan praktek.
5.4 Menyiapkan alat untuk analisis material/kalibrasi sesuai prosedur yang berlaku.
5.5 Melakukan pengawasan penggunaan peralatan laboratorium dan fasilitas yang menjadi
tanggung jawabnya.
5.6 Mengidentifikasi kerusakan peralatan dan bahan laboratorium.
5.7 Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan rutin terhadap peralatan laboratorium sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
5.8 Melayani permintaan hasil laboratorium.
5.9 Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggungjawaban.
5.10 Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

6. HASIL KERJA
6.1 Data kebutuhan alat dan bahan laboratorium.
6.2 Laporan stock opname bahan laboratorium.
6.3 Bahan laboratorium
6.4 Alat untuk analisis material.
6.5 Laporan pengawasan penggunaan peralatan laboratorium.
6.6 Hasil identifikasi kerusakan peralatan.
6.7 Pemeliharaan dan perawatan rutin peralatan laboratorium.
6.8 Laporan pelayanan permintaan hasil laboratorium.
6.9 Laporan hasil pelaksanaan tugas.
6.10 Laporan pelaksanaan tugas kedinasan lain.

7. BAHAN KERJA
7.1 Bahan-bahan di laboratorium.

96 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

8. ALAT KERJA
8.1 Prosedur Operasional Standar (POS) Pengolahan Laboratorium
8.2 Alat Tulis Kantor (ATK).
8.3 Alat Perlengkapan Kantor (APK).
8.4 Peralatan analisa laboratorium.
8.5 Peralatan penunjang teknis.

9. TANGGUNG JAWAB
10.1 Kebenaran dan kelengkapan data kebutuhan alat dan stok.
10.2 Stock opname bahan laboratorium.
10.3 Kebenaran dan ketepatan pengawasan penggunaan alat.
10.4 Kebenaran perawatan sarana dan prasarana laboratorium.
10.5 Kebenaran dan ketepatan penggunaan alat.

10. WEWENANG
11.1 Meminta kelengkapan bahan laboratorium kepada pihak terkait sesuai dengan penugasan atasan.
11.2 Menolak permintaan data laporan hasil laboratorium yang tidak sesuai dengan prosedur.
11.3 Memberikan masukan kepada pimpinan.

11. HUBUNGAN KERJA


No. NamaJabatan Unit Kerja Dalam Hal
12.1 ......................... .......……………. Konsultasi
(Administrator/Pengawas) urusan ketatausahaan
12.2 Penanggung jawab teknis .......……………. Konsultasi pelaksanaan
tugas
12.3 ……. (JP/JF lainnya) .......……………. Koordinasi pelaksanaan
tugas

12. KEADAAN TEMPAT KERJA


13.1 Ruang Tempat Kerja : Luas.
13.2 Suhu : Sejuk.
13.3 Penerangan : Terang.
13.4 Suara : Tenang.
13.5 Jam kerja : Sesuai dengan peraturan.

13. UPAYA FISIK


Tidak diperlukan upaya fisik tertentu yang signifikan.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 97


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

14. RISIKO BAHAYA


Risiko kecelakaan kerja.

15. SYARAT JABATAN


16.1 Pendidikan Formal : SMA/SMK bidang Teknik Kimia atau bidang lain yang
relevan dengan tugas jabatan.
16.2 Kursus/Pelatihan : -
16.3 Pengalaman Kerja : Di bidang Pengelolaan Laboratorium.
16.4 Pangkat, Golongan : Pengatur Muda, II/a.
16.5 Pengetahuan : - Prosedur Operasional Standar Pengelolaan
Laboratorium.
16.6 Kecakapan Teknis : - Mampu menyiapkan alat-alat
laboratorium.
- Mampu menyusun laporan kegiatan teknisi
laboratorium.
16.7 Potensi : Kemampuan membedakan warna.
16.8 Minat : Realistik.
16.9 Temperamen : - R (Repetitive and Continuous).
- T (Set of Limits,Tolerance and Other Standard).
16.10 Sikap Kerja : - Teliti.
- Tanggap.
- Antisipatif.
- Kerja sama.
16. KELAS JABATAN : 5

98 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

BAB

5
REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran peserta pelatihan dapat (1) memahami pentingnya
pelaksanaan reformasi birokrasi internal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek); (2) memahami pembangunan Zona Integritas menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (ZI WBK/WBBM); (3)
memahami peran dan inovasi agen perubahan

A. REFORMASI BIROKRASI INTERNAL


Reformasi birokrasi adalah perubahan yang terencana dalam proses yang didukung
oleh pimpinan organisasi untuk mengubah sistem birokrasi, mengubah relasi-relasi
yang ada di dalam birokrasi, maupun antara birokrasi dengan masyarakat. Dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi, tidak jarang terjadi resistensi/penolakan. Oleh
sebab itu perlu dilakukan manajemen perubahan untuk mengelola resistensi dan
memunculkan komitmen setiap orang dalam mendorong perubahan dalam
birokrasi.

Dasar Hukum:
1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025
2. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 99


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28


Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas
Wilayah Bebas dari Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1227/M/2020 Tahun
2020 tentang Peta Jalan Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020 – 2024
10. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1176/M/2020 Tahun
2020 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Wilayah Bebas dari
Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
11. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 164/P/2021 Tahun 2021
tentang Panduan Agen Perubahan di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Kemendikbudristek berkomitmen untuk melaksanakan program reformasi birokrasi


yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020-2024. Dalam indikator kinerja sasaran strategis, telah dicantumkan
target capaian berupa indeks reformasi birokrasi Kemendikbudristek yang
meningkat dari tahun ke tahun.

100 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Tabel 1. Target Capaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemendikbud

Target
Sasaran/
Sasaran Strategis (SS) Satuan
Indikator
2020 2021 2022 2023 2024

SS 1 Meningkatnya pemerataan layanan pendidikan bermutu di seluruh jenjang


SS 2 Meningkatnya kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan di seluruh jenjang
SS 3 Menguatnya karakter peserta didik
SS 4 Meningkatnya pemajuan dan pelestarian bahasa dan kebudayaan
Meningkatnya tata kelola pendidikan dan kebudayaan yang partisipatif, transparan, dan
SS 5
akuntabel
Opini laporan keuangan
IKSS 5.1 opini WTP WTP WTP WTP WTP
Kemendikbud
Indeks efektifitas pengelolaan
IKSS 5.2 Dana Alokasi Khusus bidang indeks 71,5 73 74,5 76 77,5
pendidikan dan kebudayaan
Indeks kepuasan pemangku
IKSS 5.3 Indeks 81 82 82 83 84
kepentingan Kemendikbud
Indeks Reformasi Birokrasi
IKSS 5.4 Indeks 78 81 83 85 87
Kemendikbud

Selanjutnya dalam indikator kinerja program juga telah ditetapkan nilai Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kemendikbudristek sebagai berikut.

Tabel 3. Indikator Kinerja Program Reformasi Birokrasi

Visi reformasi birokrasi adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”. Visi


tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia yaitu
pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 101


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen


pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke-
21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

Setiap unit kerja di lingkungan Kemendikbudristek perlu melakukan reformasi


birokrasi secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). PMPRB adalah model penilaian mandiri
yang berbasis prinsip Total Quality Management dan digunakan sebagai metode
untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap kinerja instansi
pemerintah. Penilaian didasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.

Gambar 7. Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi

Penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi harus menyimpulkan hasil penilaian atas fakta
objektif unit kerja dalam melaksanakan program reformasi birokrasi sesuai dengan
indikator masing-masing komponen yang ada dalam Lembar Kerja Evaluasi (LKE). Dalam
melakukan penilaian tersebut terdapat tiga variabel penting yaitu komponen, sub
komponen, dan indikator seperti terlampir dalam tabel di bawah ini.

102 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Tabel 4. Variabel Penilaian Reformasi Birokrasi


No Komponen Bobot Sub-Komponen
1 Pengungkit 60%
a. Aspek Pemenuhan 20% a. Manajemen Perubahan (2%);
b. Deregulasi Kebijakan (2%);
c. Penataan Organisasi (3%);
d. Penataan Tatalaksana (2,5%);
e. Penataan Manajemen SDM (3%);
f. Penguatan Akuntabilitas (2,5%);
g. Penguatan Pengawasan (2,5%);
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (2,5%)

b. Aspek Hasil Antara 10% a. Kualitas Pengelolaan Arsip (1%);


b. Kualitas Pengelolaan Pengadaan
Barang (1%);
c. Kualitas Pengelolaan Keuangan (1%);
d. Kulitas Pengelolaan Aset (1%);
e. Merit System (1%);
f. ASN Profesional (1%);
g. Kualitas Perencanaan (1%);
h. Maturitas SPIP (1%);
i. Kapabilitas APIP (1%);
j. Tingkat Kepatuhan Standar
Pelayanan (1%)
c. Aspek Reform 30% a. Manajemen Perubahan (3%);
b. Deregulasi Kebijakan (3%);
c. Penataan Organisasi (4,5%);
d. Penataan Tatalaksana (3,75%);
e. Penataan Manajemen SDM (4,5%);
f. Penguatan Akuntabilitas (3,75%);
g. Penguatan Pengawasan (3,75%);
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (3,75%)
2 Hasil 40%
a. Akuntabilitas Kinerja dan 10% a. Opini BPK (3%);
Keuangan b. Nilai Akuntabilitas Kinerja (7%)
b. Kualitas Pelayanan Publik 10% Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan (10%)
c. Pemerintah yang Bersih dan 10% Indeks Persepsi Anti Korupsi (10%)
Bebas KKN
d. Kinerja Organisasi 10% a. Capaian Kinerja (5%)
b. Kinerja Lainnya (2%)
c. Survei Internal Organisasi (3%)
Total 100%

Agar reformasi birokrasi Kemendikbudristek berjalan dengan baik dan berkelanjutan,


perlu adanya upaya-upaya reformasi birokrasi pada 8 area perubahan antara lain:

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 103


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

1. Manajemen Perubahan
Manajemen Perubahan bertujuan untuk mentransformasi sistem dan mekanisme
kerja organisasi serta mindset (pola pikir) dan cultureset (cara kerja) individu ASN
menjadi lebih adaptif, inovatif, responsive, professional, dan berintegritas sehingga
dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat. Kondisi yang ingin dicapai dari area manajemen perubahan
antara lain:
a. Semakin konsistennya keterlibatan pimpinan dan seluruh jajaran pegawai
Kemendikbudristek dalam melaksanakan reformasi birokrasi;
b. Perubahan pola pikir dan budaya kerja Kemendikbudristek yang semakin
meningkat, khususnya dalam merespon perkembangan zaman;
c. Menurunnya resistensi terhadap perubahan;
d. Budaya perubahan yang semakin melekat (embedded) pada Kemendikbudristek.

2. Deregulasi Kebijakan
Deregulasi kebijakan bertujuan untuk menyederhanakan regulasi dan menghapus
regulasi/kebijakan yang sifatnya menghambat, serta meningkatkan efektivitas
pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan. Kondisi yang ingin
dicapai dari area deregulasi kebijakan antara lain:
a. menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-
undangan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah;
b. meningkatnya efektivitas pengelolaan peraturan perundang-undangan
Kemendikbudristek;
c. menurunnya kebijakan yang menghambat investasi/perizinan/kemudahan
berusaha.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi


Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi Kemendikbudristek secara proporsional sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing sehingga tercipta organisasi yang
tepat fungsi dan tepat ukuran, serta menciptakan organisasi pemerintah yang
semakin sederhana dan lincah yang salah satunya ditunjukkan dengan berkurangnya
jenjang organisasi. Kondisi yang ingin dicapai dari area penataan dan penguatan
organisasi antara lain:
a. Menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal
Kemendikbudristek;

104 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b. Meningkatnya kapasitas Kemendikbudristek dalam melaksanakan tugas dan


fungsi;
c. Terciptanya desain organisasi Kemendikbudristek yang mendukung kinerja;
d. Berkurangnya jenjang organisasi Kemendikbudristek dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

4. Penataan Tata Laksana


Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem,
proses, dan prosedur kerja pada masing-masing kementerian/lembaga/pemerintah
daerah. Salah satu yang perlu diciptakan adalah dengan menerapkan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang akan menjadi acuan dalam integrasi
proses bisnis, data, infrastruktur, aplikasi dan keamana SPBE untuk menghasilkan
keterpaduan secara nasional. Kondisi yang ingin dicapai dari area penataan tata
laksana antara lain:
a. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan
manajemen pemerintahan di Kemendikbudristek;
b. Terciptanya pemanfaatan teknologi informasi terintegrasi yang akan
menghasilkan keterpaduan proses bisnis, data, infrastruktur, dan aplikasi secara
nasional
c. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses manajemen pemerintahan;
d. Meningkatnya kinerja di Kemendikbudristek.

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur


Penataan sistem manajemen SDM Aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur pada masing-masing kementerian/lembaga/
pemerintah daerah yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur
berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan
kesejahteraan yang sepadan. Kondisi yang ingin dicapai dari area penataan system
manajemen SDM aparatur antara lain:
a. Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur
Kemendikbudristek;
b. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur
Kemendikbudristek;
c. Meningkatnya disiplin SDM Aparatur Kemendikbudristek;
d. Meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur Kemendikbudristek;
e. Meningkatnya profesionalisme SDM Aparatur Kemendikbudristek.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 105


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

6. Penguatan Akuntabilitas
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk menciptakan kementerian yang
akuntabel dan berkinerja tinggi. Kondisi yang ingin dicapai dari area penguatan
akuntabilitas antara lain:
a. Meningkatnya komitmen pimpinan dan jajaran pegawai terhadap kinerja
dibandingkan sekedar kerja rutunitas semata;
b. Meningkatnya kemampuan Kemendikbudristek dalam mengelola kinerja
organisasi;
c. Meningkatnya kemampuan Kemendikbudristek dalam menetapkan strategi
yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi;
d. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
Kemendikbudristek.

7. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada masing-masing Kemendikbudristek.
Kondisi yang ingin dicapai dari area penguatan pengawasan antara lain:
a. meningkatnya kepatuhan dan efektivitas terhadap pengelolaan keuangan
negara oleh Kemendikbudristek;
b. menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang pada Kemendikbudristek.
c. Meningkatkan sistem integritas di Kemendikbudristek dalam upaya pencegahan
KKN.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Peningkatan kualitas pelayanan publik bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik pada Kemendikbudristek sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat. Kondisi yang ingin dicapai dari area peningkatan kualitas pelayanan
publik antara lain:
a. meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih murah, lebih aman,
dan lebih mudah dijangkau) pada Kemendikbudristek;
b. meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi pelayanan
internasional pada Kemendikbudristek;
c. meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik oleh Kemendikbudristek.

106 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

B. PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS


KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (ZI
WBK/WBBM)
Kemendikbudristek terus melakukan perubahan dalam mencapai sasaran RB-
Kemendikbudristek dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik serta
memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Agar masyarakat
merasakan hasil percepatan RB-Kemendikbudristek yang telah dilakukan pada
satuan kerja, serta untuk mewujudkan wilayah bebas dari korupsi dan wilayah
birokrasi bersih melayani maka dibutuhkan peningkatan kualitas pembangunan dan
pengelolaan Zona Integritas pada satuan kerja di lingkungan Kemendikbudristek.

Zona integritas merupakan miniatur pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia


yang bertujuan untuk membangun program RB sehingga mampu mengembangkan
budaya kerja birokrasi yang anti korupsi, berkinerja tinggi, dan memberikan
pelayanan publik yang berkualitas. Selain itu, dengan adanya zona integritas
diharapkan dapat membangun percontohan (Role Model) pada tingkat unit kerja
pada Instansi Pemerintah sebagai unit menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani. Suatu unit kerja dapat mencalonkan
dirinya untuk mendapatkan predikat ZI WBK/WBBM jika unit tersebut dianggap
sebagai unit yang penting/dalam melakukan pelayanan publik, mengelola sumber
daya yang cukup besar, dan memiliki tingkat keberhasilan Reformasi Birokrasi yang
cukup tinggi.

Komitmen Kemendikbudristek dalam pembangunan ZI WBK/WBBM dituangkan


tegas dalam Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program (SP & IKP)
Kemendikbudristek sebagai berikut.
Tabel 5. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program ZI WBK/WBBM
Target Target
Program/ Sasaran Program/Sasaran
Satuan
Kegiatan kegiatan/Indikator (IKSS,IKP,IKK) 2020 2021 2022 2023 2024

023.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemendikbud
SP 1.2 Meningkatnya pelaksanaan reformasi birokrasi Kemendikbud

Persentase Satker di lingkungan


IKP 1.2.1 Kemendikbud mendapatkan % 17 25 35 46
10
predikat ZI-WBK/WBBM

8,8 13,8 Target Target Target


CAPAIAN % 30 47 akumulasi akumulasi akumulasi
satker satker 85 satker 119 satker 157 satker

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 107


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Pengusulan unit kerja untuk berpredikat ZI WBK/WBBM mempunyai minimal nilai


sebagai berikut.
Tabel 6. Syarat minimal nilai pengusulan ZI WBK/WBBM
SYARAT WBK WBBM

Nilai total 75 85
Telah mendapatkan predikat
menuju WBK

Nilai minimal pengungkit 40 48

Bobot nilai minimal per area pengungkit 60% 75%

Nilai komponen hasil “Pemerintah yang Bersih dan 18,50 19,50


Akuntabel” minimal

 Nilai sub-komponen “Survei Persepsi Anti Korupsi” 15,75 15,75


minimal (survei 3,60) (survei 3,60)

 Nilai sub-komponen “Kinerja Lebih Baik” minimal 2,50 3,75

Nilai komponen hasil “Pelayanan Publik yang Prima” 14,00 15,75


minimal (survei 3,20) (survei 3,60)

Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, pada komponen pengungkit penilaian


berada pada 6 area perubahan yaitu manajemen perubahan, penataan tata laksana,
penataan SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan peningkatan
kualitas pelayanan publik. Selain dari penilaian area pengungkit, juga
mempertimbangkan penilaian area hasil antara lain komponen pemerintahan bersih
dan bebas KKN dan kualitas pelayanan publik.

Di samping hasil penilaian terhadap komponen pengungkit dan hasil, syarat


pengusulan unit kerja berpredikat ZI WBK/WBBM adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Syarat Pengusulan ZI WBK/WBBM


SYARAT WBK WBBM
Tingkat Instansi Opini BPK minimal “WTP”
pemerintah Predikat SAKIP minimal “B” Predikat SAKIP minimal “BB”

Indeks RB minimal B Indeks RB minimal BB

Level maturitas SPIP minimal level 3

Tingkat unit Unit kerja/satuan kerja yang diajukan merupakan core layanan utama dari
kerja instansinya
Memberikan dampak yang signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang
kualitas birokrasi

108 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

SYARAT WBK WBBM


Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan dari APIP/BPK 100%

LHKASN dan LHKPN 100%

Mengelola sumber daya yang cukup besar

Sudah melakukan pembangunan Sudah melakukan pembangunan ZI


ZI menuju WBK minimal satu menuju WBBM minimal satu tahun
tahun
Predikat SAKIP dari evaluasi internal Predikat SAKIP dari evaluasi internal
minimal “B” minimal “BB”

Proses pembangunan ZI WBK/WBBM adalah sebagai berikut.


a. Pencanangan ZI
- Penandatanganan pakta integritas
- Pernyataan komitmen
b. Pembangunan ZI
- Pembentukan tim ZI
- Penyusunan rencana kerja pembangunan ZI
- Pengisian Lembar Kerja Evaluasi (LKE) ZI
- Membuat inovasi yang berdampak terhadap peningkatan kualitas
pelayanan dan kinerja
c. Penilaian Internal
- Penilaian LKE oleh asesor unit utama
- Menetapkan unit kerja
- Membangun dan melakukan monev atas pembangunan
d. Pengusulan ZI
- Penilaian mandiri oleh Tim Penilai Internal (TPI)
- Pengusulan ke Kementerian PAN dan RB
e. Reviu oleh Tim Penilai Nasional
- Desk evaluasi dan diskusi pendalaman
- Verifikasi langsung ke calon unit berpredikat ZI WBK/WBBM
- Survey oleh BPS
f. Penetapan WBK/WBBM
- Panel Tim Penilai Nasional
- Kementerian PAN dan RB bersama KPK dan Ombudsman menetapkan
bersama unit kerja penerima predikat ZI WBK/WBBM

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 109


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Dalam mewujudkan unit kerja berpredikat ZI WBK/WBBM, diperlukan strategi


pembangunan yang berkelanjutan, yaitu:
1. Mindset/Culture Set dan Komitmen
Dalam hal ini diperlukan komitmen nyata dari pimpinan dan pegawai dalam
melaksanakan rencana aksi dan program reformasi birokrasi dan menularkan
semangat dan visi yang sama.
2. Kemudahan, Ketepatan, dan Transparansi Pemberian Layanan
Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang lebih baik dan sistem
pelayanan yang cepat dan transparan serta semangat hospitallitty untuk
kepuasan publik. Dalam pemberian layanan ini, unit kerja dituntut untuk terus
melakukan inovasi-inovasi yang semakin meingkatkan kualitas dan kecepatan
pelayanan.
3. Program yang Menyentuh Masyarakat
Membuat inovasi program yang membuat unit kerja lebih dekat ke masyarakat
sehingga masyarakat merasakan kehadiran unit tersebut. Masyarakat dalam hal
ini adalah pemangku kepentingan yang bersinggungan langsung dengan unit
kerja calon ZI WBK/WBBM.
4. Monitoring dan Evaluasi
Melakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan bahwa
program yang sedang dijalankan tetap di jalurnya dan umpan balik perbaikan
dapat ditindaklanjuti. Hal ini perlu dilakukan secara berkala karena
pembangunan ZI WBK/WBBM ini berjalan secara bertahap.
5. Manajemen Media
Menetapkan strategi komunikasi untuk memastikan bahwa setiap aktivitas dan
inovasi perubahan yang telah dilakukan diketahui oleh masyarakat. Oleh karena
hal ini, masing-masing unit kerja dalam melaksanakan pembangunan ZI
WBK/WBBM, dituntut untuk selalu proaktif dalam penggunaan sosial media
untuk mengkampanyekan pembangunan ZI WBK/WBBM dalam unit kerjanya
masing-masing.

C. PERAN DAN INOVASI AGEN PERUBAHAN


Pembangunan reformasi birokrasi perlu dilakukan dengan adanya perubahan secara
sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Untuk melakukan perubahan tersebut
diperlukan adanya komitmen pimpinan dan perubahan mindset (pola pikir) dan
cultureset (budaya kerja) seluruh anggota organisasi untuk mewujudkan
peningkatan integritas dan kinerja yang tinggi. Salah satu faktor penting dalam hal

110 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

perubahan mindset (pola pikir) dan cultureset (budaya kerja) adalah adanya pelopor
perubahan yang sekaligus dapat menjadi contoh dalam berperilaku bagi seluruh
individu anggota organisasi yang ada di lingkungan unit kerjanya sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut organisasi. Pelopor perubahan dapat berasal dari pimpinan dan
pegawai di lingkungan organisasinya. Pimpinan organisasi mempunyai lingkar
pengaruh yang luas, sehingga perilaku pimpinan akan menjadi contoh bagi para
bawahan untuk bertindak dan berperilaku. Perilaku pimpinan yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut organisasi akan memudahkan untuk mengubah perilaku
bawahannya.

Selain unsur pimpinan, diperlukan beberapa individu untuk menjadi unsur


penggerak utama perubahan yang sekaligus dapat menjadi contoh dalam
berperilaku bagi seluruh individu anggota organisasi yang ada di lingkungan
organisasinya. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan individu atau kelompok
anggota organisasi dari tingkat pimpinan sampai dengan pegawai untuk dapat
menggerakkan perubahan pada lingkungan kerjanya dan sekaligus dapat berperan
sebagai teladan bagi setiap individu organisasi yang lain dalam berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut organisasi. Individu atau kelompok anggota ini disebut
dengan Agen Perubahan.

Untuk membangun agen perubahan di lingkungan organisasi, diperlukan asas


pembangunan antara lain
1. komitmen pimpinan
Pembangunan Agen Perubahan akan berhasil apabila ada komitmen yang kuat
pada pimpinan tertinggi.
2. Partisipatif
Perubahan membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh komponen yang terlibat
dalam proses pembangunan Agen Perubahan.
3. Rasa Memiliki
Menumbuhkembangkan rasa memiliki dalam suatu organisasi, dapat
mendorong terjadinya perubahan dan mempertahankan momentum
pembangunan Agen Perubahan tetap terpelihara.
4. Ketersediaan Sumber Daya
Pelaksanakan pembangunan Agen Perubahan dibutuhkan investasi sumber
daya yang mampu mendukung proses pembangunan yang berkelanjutan, baik
dana, personil, waktu serta sarana dan prasarana.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 111


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

5. Lingkungan yang Kondusif


Perlunya diciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif bagi Agen
Perubahan, khususnya terkait dengan kebijakan pimpinan organisasi agar dapat
melaksanakan perubahan sesuai dengan rencana tindak secara konsisten dan
berkelanjutan.
Dalam melakukan perubahan, agen perubahan dapat melakukan peran sebagai
berikut agar dapat diterima oleh organisasinya, antara lain:
1. Katalis
Berperan untuk meyakinkan pegawai yang ada di lingkungan kerjanya tentang
pentingnya perubahan menuju kondisi yang lebih baik (tujuan yang
direncanakan), meliputi antara lain menyosialisasikan 8 Area Perubahan dan
menanamkan Tata Nilai Integritas, Kreatif dan Inovatif, Inisiatif, Pembelajar,
Menjunjung Meritokrasi, Terlibat Aktif, dan Tanpa Pamrih pada setiap pegawai
di lingkungan kerjanya.
2. Pemberi solusi
Berperan sebagai pemberi alternatif solusi kepada pegawai dilingkungan satuan
kerjanya yang mengalami kendala dalam proses berjalannya perubahan menuju
tujuan akhir, meliputi antara lain memberikan solusi apabila terjadi
permasalahan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari.
3. Penggerak Perubahan
Bertugas mendorong dan menggerakkan pegawai untuk ikut berpartisipasi
dalam perubahan menuju ke arah unit kerja yang lebih baik.
4. Mediator
Berperan untuk membantu melancarkan proses perubahan, terutama
menyelesaikan masalah yang muncul di dalam pelaksanaan reformasi birokrasi
dan membina hubungan antara pihak-pihak yang ada di dalam (internal) dan
pihak luar (eksternal) terkait, meliputi antara lain melakukan sosialisasi dan
pemahaman kepada segenap pegawai yang berada di lingkungan kerjanya dan
bertukar informasi dengan unit kerja lain yang berada disekitar satuan kerja
terkait layanan yang diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sehingga pengetahuan, integritas, dan pemahaman pegawai serta masyarakat
menjadi satu kesatuan yang utuh.
5. Penghubung
Berperan sebagai penghubung antara pegawai yang ada di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemilik sumber daya atau pembuat
kebijakan dan masyarakat, meliputi antara lain sebagai jembatan antara

112 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

pelaksana dan pemberi amanat apabila terjadi permasalahan yang


penyelesaiannya membutuhkan peran serta pimpinan secara langsung.

Mekanisme kerja seorang Agen Perubahan dalam mensukseskan berjalannya


reformasi birokrasi dan internalisasi Tata Nilai Integritas, Kreatif dan Inovatif,
Inisiatif, Pembelajar, Menjunjung Meritokrasi, Terlibat Aktif, dan Tanpa Pamrih (Tata
Nilai Kami PASTI), sebagai berikut:
1. Mekanisme Kerja Dengan Pimpinan Satuan Kerja
a. Agen Perubahan bertanggungjawab langsung kepada pimpinan satuan kerja
selaku pihak yang menetapkan.
b. Agen Perubahan menyusun rencana tindak individu dan kelompok sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Rencana tindak harus mendapat
persetujuan dari pimpinan satuan kerja.
Tabel 8. Formulir Rencana Tindak Agen Perubahan

c. Berdasarkan atas rencana tindak yang telah disetujui tersebut, Agen


Perubahan melaksanakan rencana tindaknya dan melaporkan secara berkala
kepada Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
d. Pimpinan satuan kerja memonitor secara berkala pelaksanaan rencana
tindak kerja Agen Perubahan di unit kerjanya, sekaligus mendukung upaya
Agen Perubahan dalam melakukan perubahan dengan menyediakan
dukungan maupun sumber-sumber yang dibutuhkan.
e. Jika terdapat permasalahan dalam implementasi perubahan, Agen
Perubahan dapat menyampaikan permasalahan serta usulan alternatif
solusinya kepada pimpinan secara langsung dan berjenjang.
f. Pimpinan satuan kerja memberikan arahan dan solusi kepada Agen
Perubahan terhadap permasalahan yang dihadapi Agen Perubahan dalam
mengimplementasikan rencana tindaknya.
2. Mekanisme Kerja Dengan Sesama Agen Perubahan Lainnya
a. Individu Agen Perubahan dalam suatu unit kerja/organisasi dapat bergabung
dalam Forum Agen Perubahan pada tingkat unit kerja/organisasi.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 113


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b. Forum Agen Perubahan pada tingkat unit kerja/organisasi bergabung dalam


sebuah Forum Agen Perubahan pada tingkat Instansi Pemerintah.
c. Forum Agen Perubahan menjadi sarana bagi Agen Perubahan untuk
melakukan koordinasi dan pertukaran pengalaman serta mereplikasi
kemajuan dan hambatan/kendala yang dihadapi.
d. Koordinasi antar Agen Perubahan dilakukan pada tahap perencanaan
penyusunan rencana tindak, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
3. Mekanisme Kerja Dengan Pegawai Lainnya
a. Agen Perubahan melakukan langkah konkret perubahan di lingkungan
unit kerjanya melalui penerapan rencana tindak yang telah ditetapkan.
b. Agen Perubahan secara aktif melakukan internalisasi tentang rencana tindak
perubahan dan rencana aksi program reformasi birokrasi internal
dilingkungan satuan kerjanya kepada para pegawai melalui berbagai cara
seperti pertemuan rutin dalam knowledge sharing, sosialisasi, pelatihan
kantor sendiri, dan lainnya.
c. Penerapan rencana tindak dilakukan mulai dari masing-masing Agen
Perubahan. Selanjutnya secara bertahap Agen Perubahan mengajak individu
anggota organisasi lain untuk mengikuti perubahan perilaku yang baik sesuai
dengan nilai-nilai dan budaya kinerja organisasi.

Agar tugas dan peran Agen Perubahan dapat efektif dan efisien serta dapat diukur
keberhasilannya, maka Agen Perubahan wajib menyusun rencana tindak secara
konkret dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana tindak Agen Perubahan adalah rencana tindak individu dan kelompok
yang disusun dan diimplementasikan oleh masing-masing Agen Perubahan
dalam berperilaku melaksanakan tugas keseharian dalam satuan kerja masing-
masing.
2. Rencana tindak harus disampaikan kepada pimpinan satuan kerja dengan
tembusan kepada Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
3. Penyusunan rencana tindak Agen Perubahan harus sesuai dengan kebutuhan di
satuan kerja. Oleh karena itu, Substansi rencana tindak Agen Perubahan harus
selaras dengan nilai-nilai organisasi, isu strategis, rencana aksi dan peta jalan
(roadmap) reformasi birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Penyusunan rencana tindak Agen Perubahan harus memperhatikan prinsip
perencanaan yang baik, yaitu antara lain:

114 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

a. Spesifik.
Rencana tindak harus merumuskan dengan jelas hasil yang akan dicapai dan
fokus kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan analisis dan identifikasi
permasalahan.
b. Terukur.
Rencana tindak harus memiliki indikator kinerja dan target agar dapat diukur
keberhasilannya.
c. Logis.
Rencana kerja harus disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki dan
realistis untuk dapat dicapai.
d. Periode waktu.
Rencana kerja harus memiliki periode atau waktu yang jelas.
5. Rencana tindak Agen Perubahan dapat terintegrasi dalam perilaku dan sasaran
kerja pegawai (SKP) individu pegawai.

Pengembangan terhadap agen perubahan dilakukan dengan tujuan meningkatkan


kualitas kemampuan dan integritas individu agen perubahan sehingga mampu
melaksanakan perannya dengan baik dan meningkatkan kuantitas jumlah individu
yang mau dan mampu menjadi agen perubahan.
Pengembangan untuk meningkatkan kualitas kemampuan dan integritas individu
agen perubahan dalam melaksanakan perannya, dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan sebagai berikut:
a. Peningkatan kemampuan melalui: pelatihan, benchmarking, workshop, seminar,
Focus Group Discussion, dan lainnya.
b. Pengembangan untuk peningkatan jumlah agen perubahan pada satuan kerja
dilakukan melalui rekrutmen baru secara berkala setahun sekali dengan
mengacu pada Permenpan dan RB Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Agen Perubahan di Instansi Pemerintah.

Pembinaan Agen Perubahan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk pelatihan


terkait dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, yang materinya meliputi:
1. Pemahaman tentang program pencegahan korupsi;
2. Pemahaman tentang teori dan implementasi integritas dan nilai-nilai inti
organisasi lainnya;
3. Teknik dan strategi komunikasi mempengaruhi orang lain;
4. Materi lainnya yang terkait dengan subtansi program reformasi birokrasi; dan

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 115


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

5. Pelayanan Publik.

Guna memberikan motivasi kerja, perlu diberikan penghargaan kepada Agen


Perubahan yang dianggap berprestasi dan berintegritas. Penghargaan tersebut
dapat berupa: pemberian fasilitas kerja, pemberian kesempatan melakukan studi
banding dalam/luar negeri, tugas belajar, dan bentuk-bentuk penghargaan lainnya
yang wajar. Bila memerlukan biaya berasal dari sumber yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Kriteria Agen Perubahan antara lain:


1. Berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara /TNI/POLRI.
2. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin pegawai.
3. Bertanggungjawab atas setiap tugas yang diberikan sesuai dengan bidang tugas
dan fungsinya.
4. Taat aturan disiplin dan kode etik pegawai serta konsisten terhadap
penegakan aturan disiplin dan kode etik.
5. Mampu memberikan pengaruh positif bagi lingkungan organisasinya
6. Inovatif dan proaktif terkait dengan pelaksanaan tugas fungsi dan upaya
peningkatan kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Mekanisme Penetapan Agen Perubahan adalah sebagai berikut:


1. Pimpinan Satker melakukan seleksi internal kepada individu yang akan menjadi
agen perubahan.
2. Hasil seleksi pimpinan Satker disampaikan kepada tim Reformasi Birokrasi (tim
RBI) level Eselon I.
3. Tim RBI melakukan verifikasi/penelaahan kepada individu yang diusulkan oleh
pimpinan Satker.
4. Verifikasi/penelaahan dilakukan secara sederhana dan tidak memerlukan biaya
yang tinggi, untuk mengetahui potensi kemampuan individu sebagai calon Agen
Perubahan dilihat dari kinerja, integritas, kompetensi, dan akseptabilitas
diantara pegawai di lingkungan organisasi.
5. Hasil verifikasi/penelaahan dari tim RBI digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pimpinan satker untuk menetapkan agen perubahan.
6. Masa tugas seorang agen perubahan paling lama 2 tahun dan dapat diangkat
kembali.

116 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

Untuk konsistensi Agen Perubahan dalam melakukan proses perubahan dilakukan


monitoring dan evaluasi (monev) secara berkala.
1. Subtansi Monev.
Monitoring dan evaluasi secara berkala atas pembangunan Agen Perubahan
perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengukur efektivitas proses dan hasil atas
pelaksanaan perubahan serta memberikan umpan balik (feedback) perbaikan
secara berkelanjutan dalam membangun Agen Perubahan yang andal. Oleh
karena itu, pelaksanaan monev perlu difokuskan pada perkembangan
pelaksanaan rencana tindak Agen Perubahan yang telah disusun. Apabila
terdapat permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan rencana tindak
implementasi perubahan, Agen Perubahan dapat menyampaikan
permasalahan serta usulan alternatif solusinya kepada pimpinan secara tertulis
langsung dan berjenjang.
2. Pihak Yang Melakukan Monev.
Monitoring dan evaluasi berkala dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Monev internal dilakukan sendiri oleh masing-masing Agen Perubahan, dan
Monev eksternal dilakukan oleh Tim Reformasi Birokrasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Mekanisme Pelaporan Monev.
Mekanisme pelaksanaan monev dilakukan sejalan dengan pelaksanaan rencana
tindak Agen Perubahan, sebagai berikut:
a. Monev Internal Agen Perubahan
1) Setiap Agen Perubahan memonitor perkembangan capaian hasil dan
proses pelaksanaan rencana tindak Agen Perubahan yang telah
ditetapkan;
2) Hasil pelaksanaan monev dituangkan dalam bentuk laporan tertulis
secara sederhana. Laporan monev minimal memuat informasi
perkembangan pelaksaaan rencana kerja Agen Perubahan,
permasalahan/hambatan dan kendala yang dihadapi serta usulan
alternatif pemecahan masalah/hambatan dan kendala; dan
3) Laporan monev disampaikan kepada pimpinan satuan kerja, dengan
tembusan kepada Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) │ 117


Modul 1 : Probis, OTK, UJ, dan RBI

b. Monev Eksternal Agen Perubahan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan monev eksternal
adalah :
1) Pelaksanaan monev dilakukan secara berkala dan tahunan;
2) Pelaksanaan monev dilakukan melalui penelahan laporan yang diterima
dari Agen Perubahan dan pengolahan informasi yang diperoleh langsung
di lapangan; dan
3) Mekanisme monev secara khusus dapat diatur oleh Tim Reformasi
Birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
c. Tindak Lanjut Hasil Monev.
Berdasarkan hasil monev, pimpinan satuan kerja berkewajiban memberikan
arahan dan solusi kepada individu maupun agen perubahan terhadap
permasalahan yang dihadapi agen perubahan dalam mengimplementasikan
rencana tindaknya.

Dalam menjalankan peran dan tugasnya, agen perubahan dituntut untuk dapat
memberikan inovasi-inovasi yang berdampak positif pada organisasi dan
masyarakat luas. Inovasi dapat dilakukan dengan melakukan langkah berikut:
1. mengidentifikasi kinerja utama dan rasional dibentuknya satker;
2. mengidentifikasi layanan utama satker;
3. memetakan pengguna layanan;
4. melaksanakan survey pengguna layanan (survey kepuasan pelayanan dan survey
persepsi anti korupsi); dan
5. membuat inovasi layanan (berdasarkan hasil survey pengguna layanan dengan
nilai terendah atau layanan yang rentan terjadi penyimpangan integritas).

Inovasi sebaiknya dituangkan dalam rencana aksi tindak agen perubahan agar dapat
dipantau keterlaksanaan dan pencapaian targetnya. Dalam menyusun perubahan,
sebaiknya agen perubahan rutin mengkomunikasikan dan mendiskusikannya
dengan pimpinan dan anggota organisasi agar perubahan dapat berjalan dengan
baik.

118 │ Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT)

Anda mungkin juga menyukai